Anda di halaman 1dari 21

VENTILASI

(http://maizzatul.blogspot.com/2012/03/laporan-praktikum-pengukuran-lingkungan.html)
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini banyak industri yang kurang memperhatikan sistem ventilasi dalam menciptakan
kondisi lingkungan kerja yang sesuai dengan kebutuhan proses produksi maupun kenyamanan
pekerja. Jika pemasangan sistem ventilasi tidak tepat dapat menyebabkan ketidak nyamanan
atau bahkan dapat menurunkan kondisi kesehatan pekerja. Permasalahan yang berkaitan dengan
sistem ventilasi di dalam industri, adalah kondisi lingkungan kerja tidak sesuai dengan
kebutuhan proses produksi dan kenyamanan pekerja. Perihal ini disebabkan karena tidak adanya
peralatan sistem ventilasi, sistem ventilasi yang ada kurang memadai, perencanaan pipa yang
kurang baik, pemilihan fan yang salah, dan lain-lain.
Pengendalian
udara
dalam
lingkungan
kerja
industri sangat
diperlukan untuk
menjaga kualitas
udara dalam memenuhi standard kualitas yang ditetapkan bagi kesehatan pekerja, dan memenuhi syarat kondisi
udara yang sesuai bagi proses produksi, lingkungan kerja mesin-mesin atau peralatan yang digunakan, dan
penyimpanan barang atau hasil produksi. Salah satu cara pengendalian udara dalam ruang adalah ventilasi yang
tepat dan sesuai, yaitu ventilasi yang terdapat pemasukan dan pengeluaran udara kedalam ruang melalui bukaan
atau lubang yang ada untuk mendapatkan udara yang memenuhi standard kualitas kesehatan dan
proses produksi industri.
Ventilasi industri atau pertukaran udara di dalam industri merupakan suatu metode yang digunakan untuk
memelihara dan menciptakan udara sesuai dengan kebutuhan proses produksi atau kenyamanan pekerja. Ventilasi
ini juga digunakan untuk menurunkan kadar suatu kontaminan di udara tempat kerja sampai batas yang tidak
membahayakan bagi keselamatan dan kesehatan kerja.
Praktikum mengenai pengukuran ventilasi industri perlu dilaksanakan. Selain untuk belajar mengoperasikan alat
pengukururan ventilasi, kita juga bisa lebih tahu tentang masalah-masalah ventilasi apa yang sering terjadi dan
bagaimana cara menanganinya. Hal penting lainnya tentang dilaksanakannya praktikum ini adalah supaya kita bisa
menentukan ventilasi yang bagaimana yang dianggap sudah memenuhi syarat dan ventilasi yang seperti apa yang
masih dianggap kurang dan butuh perbaikan.

1.2.Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam praktikum ini adalah:
1. Apakah dalam aplikasinya ventilasi mampu bekarja secara optimal di dalam bengkel permesinan
dan bengkel las?
2. Apakah dalam perancangan ventilasi yang berada di bengkelpermesinan dan bengkel las telah
memenuhi standar?
3. Bagaimana rekomendasi perbaikan di bengkel las dan bengkel permesinan?
1.3. Tujuan

Tujuan dalam praktikum ini adalah:

1. Mahasiswa

mampu

melakukan pengukuran ventilasi

umum di

bengkel

permesinan dan bengkel las.

2. Mahasiswa mampu menganalisis kondisi ventilasi umum di tempat kerja yang

dikaitkan dengan standar SNI dan OSHA.

3. Mahasiswa mampu memberikan rekomendasi perbaikan kondisi di bengkel

permesinan dan bengkel las.

1.4. Manfaat
Manfaat dari praktikum ventilasi ini adalah kita bisa mengetahui ventilasi yang sudah dan yang
belum memenuhi standar. Selain itu, kita juga bisa belajar untuk menangani masalah-masalah
yang berhubungan dengan ventilasi.

1.
2.

3.
4.
5.

1.5. Batasan Praktikum


Batasan praktikum ini adalah:
Penelitian ini dilakukan pada area PPNS dengan batasan ruang: bengkel permesinan dan bengkel
las dibawah bimbingan Bapak Denny Dermawan ST,MT.
Pada penelitian ini hanya mengambil sampel hasil pengukuran ventilasi dengan
menggunakan Digital Anemometer dan pengukuran luas area, jumlah pekerja, serta jumlah
ventilasi guna mendukung hasil pengukuran yang kami lakukan, yang kemudian akan di
identifikasi yang mungkin terdapat bentuk penyimpangan dan bentuk kesalahan dari hasil
perancangan ventilasi di bengkelpermesinan dan bengkel las.
Rekomendasi akan kami keluarkan sebagai bentuk saran dan usulan supaya mendapat perhatian
dari pihak-pihak yang menangani masalah tersebut setelah kami melakukan penelitian dan
identifikasi.
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat pengukur ventilasi dan meteran untuk
mengukur volume ruangan.
Alat keselamatan yang dipakai adalah cattle pack, safety shoes dan safety helmet yang
digunakan supaya terhindar dari kecelakaan kerja yang mungkin terjadi saat dilaksanakan
praktikum ini.

Bab 2
Dasar Teori
2.1 Definisi Ventilasi
Ventilasi adalah tempat pertukaran udara yang digunakan untuk memelihara dan menciptakan udara sesuai dengan
kebutuhan atau kenyamanan. Ventilasi ini juga digunakan untuk menurunkan kadar suatu kontaminan di udara
tempat kerja melalui bukaan atau lubang seperti jendela, pintu, lubang angin atau dibantu peralatan kipas
angin (fan) atau dengan ventilasi lokal dan ventilasi sistem pengendali suhu dan kelembaban udara (air
conditioning) sampai batas yang tidak membahayakan bagi keselamatan dan kesehatan kerja.

Pengendalian udara dalam lingkungan kerja industri diperlukan untuk menjaga agar kualitas
udara memenuhi standar kualitas yang ditetapkan bagi kesehatan pekerja, dan memenuhi syarat
kondisi udara yang sesuai bagi proses produksi, lingkungan kerja mesin-mesin atau peralatan
yang digunakan dan penyimpanan barang atau hasil produksi. Salah satu cara pengendalian
udara dalam ruang adalah ventilasi, yaitu pemasukan dan pengeluaran udara kedalam ruang
melalui bukaan atau lubang yang ada untuk mendapatkan udara yang memenuhi standard
kualitas kesehatan dan proses produksi industri.
2.2 Fungsi Ventilasi Industri
Ventilasi memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai berikut

1. Ventilasi dapat menurunkan kosentrasi kontaminan dalam udara ruang kerja dengan
memasukkan udara segar dan mengeluarkan udara terkontaminan sampai tingkat yang tidak
berbahaya.
2. Ventilasi dapat memberikan penyegaran udara dalam ruang pada suhu dan kelembaban tertentu
untuk kenyamanan pekerja.
3. Ventilasi dapat memberikan kondisi udara yang sesuai bagi proses produksil, penyimpanan
bahan dan hasil produksi, lingkungan kerja mesin, dan peralatan industri.
4. Ventilasi dapat menurunkan kosentrasi gas buangan yang dapat menimbulkan kebakaran atau
ledakan sampai dibawah batas ledak terendah.
5. Ventilasi dapat menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh
keringat dan sebagainya dan gas-gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan oleh pernafasan dan
proses-proses pembakaran.
6. Ventilasi dapat menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi, dan sebagainya.
7. Ventilasi dapat menghilangkan kalor yang berlebihan.
8. Ventilasi dapat mendapatkan kenyamanan termal.
2.3 Prinsip Sistem Ventilasi

Prinsip sistem ventilasi yang digunakan dalam suatu industri adalah membuat suatu proses
pertukaran udara di dalam ruang kerja. Pertukaran udara dicapai dengan cara memindahkan
udara dari tempat kerja dan mengganti dengan udara segar yang dilakukan secara bersama-sama.
Pertukaran udara secara mekanik dilakukan dengan cara memasang sistem pengeluaran udara
(exhaust system) dan pemasukan udara (supply system) dengan menggunakan fan. Exhaust
system dipasang untuk mengeluarkan udara, beserta kontaminan yang ada di sekitar ruang kerja,
biasanya ditempatkan di sekitar ruang kerja atau dekat dengan sumber kontaminan
dikeluarkan. Supply systemdipasang untuk memasukkan udara ke dalam ruangan, umumnya
digunakan untuk menurunkan tingkat konsentrasi kontaminan di dalam lingkungan kerja.
2.4 Jenis Ventilator
1. Ventilasi Umum
Dari suatu ruang kerja dikeluarkan melalui bukaan atau lubang pada dinding dan memasukkan
udara segar melalui bukaan pada dinding lain. Ventilasi umum dapat juga diartikan dengan
pengenceran, yaitu penurunan konsentrasi kontaminan udara dalam ruang kerja sampai pada
tingkat yang tidak membahayakan kesehatan (NAB) dan keselamatan tenaga kerja.
Ventilasi umum dapat berlangsung dengan baik bila :
1. Kadar kontaminan udara dalam ruang tidak terlalu tinggi agar volume udara pengencer tidak
terlalu besar.
2. Pekerja berada cukup jauh dari sumber pengencer agar tidak terpengaruh pencemaran, kadar
kontaminan udara masih dibawah nilai ambang batas.
3. Toksisitas kontaminan masih rendah
4. Pencemaran terjadi merata.
Ventilasi umum terlaksana dengan dua cara :
Ventilasi alamiah
Pemasukan dan pengeluaran udara dalam ruang terjadi disebabkan adanya perbedaan tekanan
udara luar dan dalam. Udara akan mengalir dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan
rendah. Perbedaan tekanan dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu udara dan mengakibatkan
terjadinya perbedaan kerapatan udara atau berat jenis udara. Udara panas dengan berat jenis
rendah mengalir keatas, sedang udara dingin dengan berat jenis tinggi akan mengalir
kebawah. Pada ventilasi alamiah udara mengalir secara alamiah.
1. Ventilasi horisontal (ventilasi silang)
Arus angin datang dari luar ruang secara horizontal, dapat terjadi bila terdapat perbedaan suhu
udara luar dan dalam ruang atau antar ruang dalam bangunan. Ventilasi silang berfungsi dengan
baik, maka pada dinding harus ada bukaan atau lubang seperti pintu, jendela, atau lubang angin.
Aliran udara masuk kedalam ruangan tidak terlalu kuat dan tidak terhambat, dan harus diarahkan
ke bagian-bagian ruang yang ditempati atau dipakai. Kemungkinan penempatan lubang ventilasi
Penempatan lubang ventilasi adalah penting untuk pengarahan aliran udara dari lubang
masuk (inlet) ke lubang keluar (outlet).
Keadaan 1
Tidak ada lubang keluar tidak ada aliran udara keluar, ventilasi tidak efektif, menimbulkan
ketidaknyamanan.

Keadaan 2
Pada dinding yang berhadapan terdapat masing-masing satu lubang masuk dan satu lubang
keluar yang sama luasnya. Lubang masuk letaknya keluar, terletak dalam batas daerah hunian
atau kerja (living zone) : 0,30m 1,80m diatas lantai. Luas lubang keluar lebih besar dari lubang
masuk adalah lebih baik.
Keadaan 3
Lubang masuk terletak tinggi, lubang keluar rendah. Terjadi kantung udara dibawah lubang
masuk, tidak ada aliran udara dalam daerah hunian. Ventilasi kurang efektif.
Keadaan 4
Lubang masuk dan keluar sama tinggi dan sama luas ventilasi baik sekali.
Pemasangan kisi-kisi, jalusi, sungkup (kanopi) pada lubang masukan dapat memperbaiki pola
aliran udara masuk kedalam ruang :
Penampatan lubang keluar
Penempatan lubang keluar hampir tidak merubah pola aliran udara dalam ruang. Aliran udara
dalam ruang hanya tergantung pada ukuran, bentuk dan letak lubang angin masuk. Ventilasi lebih
baik lagi bila dibuat dua lubang masuk dengan lubang besar pada bagian bawah dna lubang kecil
atau jalusi dibagian atas.
Kecepatan aliran udara masuk dapat diperbesar bila lubang keluar dibuat lebih besar.
Perbandingan ukuran lubang keluar dengan lubang masuk mempengaruhi kecepatan aliran udara
dalam ruang. Makin besar perbandingan lubang, makin tinggi kecepatan aliran udara. Dalam
gambar ditunjukkan besar kecepatan aliran udara dalam ruang dinyatakan dalam persen
kecepatan udara luar.
2. Ventilasi vertikal
Aliran udara terjadi karena perbedaan berat jenis lapisan-lapisan udara luar dan dalam bangunan.
Berat jenis kecil udara mengalir keatas, berat jenis besar udara mengalir kebawah (efek
cerobong).
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Kesimpulan :
Lubang-lubang ventilasi ditempatkan pada dinding-dinging yang saling berhadapan agar terjadi
aliran udara yang baik dalam ruang.
Lubang-lubang ventilasi ditempatkan tidak sama tinggi dari lantai agar terjadi aliran udara yang
baik dalam ruang.
Cerobong udara keluar dibuat setinggi mungkin agar terjadi aliran udara
yang baik dalam ruang (efek cerobong).
Tinggi letak lubang ventilasi masuk sedemikian sehingga aliran udara
masuk mengenai daerah hunian (living zone) pada batas ketinggian
0,30 m-1,80m diatas
lantai.
Lubang-lubang ventilasi sebaiknya dibuat dengan kombinasi ventilasi horizontal dan vertikal.
Untuk kenyamanan ruang, kecepatan aliran udara dibuat berkisar antara
0,10-0,15 m/detik. Untuk kesehatan tidak melebihi 0,5 m/det, atau kurang
dari 0,10 m/det

Suhu udara yang mengalir mempengaruhi kenyamanan, udara yang mengalir dengan kecepatan
0,6 m/det pada suhu 30C tidak terasa jelek, tetapi aliran udara dengan kecepatan 0,15 m/det.
Pada suhu 12C terasa tidak enak. Udara yang mengalir diatas lantai yang dingin terasa tidak
enak. Udara yang mengalir dengan kecepatan 0,10 m/det didaerah pegunungan terasa sangat
dingin pada kaki.
Pada tempat-tempat dengan kecepatan udara tinggi, dikendalikan dengan memasang penahan
atau pembelok arah angin (deflektor)pada bukaan, yang dapat digerakkan untuk mengatur arah
angin, dan kecepatan angin masuk.
Tabel 2.1 Penahan Angin (deflektor)
Tidak dapat berputar (tetap), kecepatan angin masuk dapat
dikurangi
Dapat berupah pada sumbu horisontal, arah dan kecepatan angin
masuk dapat diatur
Dapat berputar pada suhu horisontal, dapat menurunkan kecepatan
dari 40 km/jam menjadi 5 sampai 1,5 km / jam
(Sumber : system sirkulasi udara di ruang produksi, fakultas teknik, USU),2011.
3. Penentuan Ventilasi Umum
Beberapa rumus dan perhitungan yang sering dipakai untuk pengukuran ventilasi umum adalah:
a. Pergantian udara per jam (air change per hour)
General
ventilation
rate
=......kali..(2.1)
Luas ruangan x tinggi ruangan
b.

Waktu setiap pergantian udara


Volume ruangan

=.....menit..

..(2.2)
Ventilation rate
c.

Aliran udara per unit luas area (air floor per unit floor area)
General
ventilation
rate
=....cmm/m(2.3)
Luas daerah lantai
d. Volume udara setiap orang (air volume per person)
General
ventilation
rate
=...cmm/m.....(2.4)
Jumlah pekerja
2. Ventilasi Buatan (Mekanis)
Penggantian udara terjadi dengan bantuan alat mekanik seperti kipas angin (fan), penyedot
udara (blower), exhauster. Cara ini digunakan bila cara alamiah tidak mencukupi, misalnya
ukuran ruang luas.

Ada dua jenis kipas angin yaitu sistem baling-baling dan sistem sedot pompa sertrifugal. Kipas
angin yang digunakan garis tengah besar dengan putar per menit sekecil mungkin untuk
memberikan kenyamanan. Aliran udara dibuat merata dalam seluruh ruang, diletakkan dekat
sumber kontaminan. Bila sumber kontaminan dekat dinding kipas angin berfungsi sebagai
pengisap kontaminan keluar (exhauster). Bila berat jenis kontaminan lebih besar dari berat jenis
udara, maka kipas dipasang dekat lantai. Bila dipasang pada langit-langit, tinggi ruang harus
lebih dari 3 m; Kapasitas kipas ditentukan oleh volume ruang, jumlah pergantian udara dalam
ruang yang diperlukan.
Persyaratan Teknik ventilasi mekanik
a) Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi syarat tidak
memadai.
b). Penempatan fan harus memungkinkan pelepasan udara secara maksimal dan juga
memungkinkan masuknya udara segar atau sebaliknya.
c). Sistem ventilasi mekanis bekerja terus menerus selama ruang tersebut dihuni.
d). Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi mekanis untuk membuang
udara kotor dari dalam dan minimal 2/3 volume udara ruang harus terdapat pada ketinggian
maksimal 0,6 meter dari lantai.
e). Ruang parkir pada ruang bawah tanah (besmen) yang terdiri dari lebih satu lantai, gas buang
mobil pada setiap lantai tidak boleh mengganggu udara bersih pada lantai lainnya.
f). Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi ruangan harus sesuai
ketentuan yang berlaku lihat Tabel 2.2 Kebutuhan ventilasi Mekanis.
3. Ventilasi Lokal
Pembuangan udara dilakukan langsung dari sumber kontaminan melalui corong (hood) pengisap
yang dipasang dan ditempatkan dekat sumber kontaminan. Dari corong pengisap kontaminan
disalurkan dalam pipa (duct) menggunakan penyedot udara(blower) kemudian kontaminan
dipisahkan oleh sistem pembersih udara. Udara bersih selanjutnya dibuang ke atmosfir.

Tabel 2.2 Kebutuhan Ventialsi Mekanik


(Sumber: BSNI,2001).

Tipe corong penghisap dan sistem pemasangannya harus disesuaikan dengan jenis kontaminan
dan cara kerja operator sehingga terhindar dari pengaruh kontaminasi dari hasil proses produksi.
Kapasitas penghisap harus kecil, sehingga pemakaian energi kecil dan ekonomi. Kontaminan
harus dapat diisap seluruhnya, jangan sempat menyebar dalam ruang atau zona pernafasan
operator. Kontaminan harus terkonsentrasi dalam sistem ventilasi untuk dapat dipisahkan
menjadi udara bersih dan sisa buangan yang dapat dimanfaatkan selanjutnya. Ventilasi lokal
dengan sistem pembersih kontaminan.
Tipe-tipe sistem ventilasi lokal
a. Ventilasi lokal menggunakan sistem pembersih kontaminan. Corong penghisap dipasang tepat
diatas sumber kontaminan. Kontaminan disalurkan melalui sistem perpipaan ke sistem
pembersih udara menggunakan alat penyedot (blower) dan cara bersih dipisahkan dari
kontaminan selanjutnya dibuang ke atmosfir, sedang sisanya berupa kontaminan dapat
dimanfaatkan selanjutnya.
b. Ventilasi lokal menggunakan corong pengeluaran setempat tepat diatas sumber
kontaminan.Dengan cara ini udara terkontaminasi tidak tersebar dalam ruang. Operator terhindar
dari pengaruh kontaminan. Operator tidak diperkenankan membungkuk diatas bak kerja.
c. Ventilasi lokal menggunakan corong celah (slot), dipasang disisi sumber kontaminan. Gas
buangan diisap melalui saluran samping. Operator dapat bekerja dengan membungkuk diatas
sumber kontaminan/bak kerja.
d. Ventilasi lokal menggunakan sistem tiup dan bisa (push and pull exhauster).
Sumber kontaminan diberi udara yang ditiupkan dari saluran tiup memakai exhauster, udara
kontaminan ditiup dan dibuang melalui salurang buang memakai exhauster yang dipasang
disebelahnya.
e. Ventilasi loal untuk pengeluaran kontaminan pada pabrik penyepuhan logam
(galvanisasi).
4. Ventilasi Pengendalian Suhu Udara
Pengendalian suhu bertujuan untuk penyegaran udara dalam lingkungan kerja, dilaksanakan
dengan menurunkan panas dengan cara mengalirkan udara segar dan dingin menggantikan udara
panas dalam ruang kerja.
Dapat dilaksanakan dengan cara-cara :
a. Ventilasi alamiah, dengan mengadakan lubang/bukaan seperti pintu, jendela, lobang angin
sehingga terjadi pengaliran udara secara alami.
b. Ventilasi mekanis, menggunakan peralatan bantu mekanis seperti :
- Kipas angin, blower, untuk mengalirkan udara segar dan mengganti udara
panas serta
menaikkan kecepatan liner udara dalam ruang.
- Alat pendingin udara (air conditioning), untuk menurunkan suhu udara dan kelembaban ruang.
Udara panas dalam ruang diisap dan panasnya diserap untuk pendinginan dan pengembunan dan
kemudian diembuskan kembali masuk dalam ruang.
Pendinginan udara bertujuan untuk :
a. Penyegaran udara bagi karyawan
b. Penyegaran udara yang diperlukan untuk proses produksi, penyimpanan, lingkungan kerja mesin
dan lain-lain.

Sistem pendingin ruang terdiri dari :


a.
Sistem
langsung (direct
cooling), udara
didinginkan
langsung
oleh
zat
pendingin (refrigerant) menggunakan mesin sistem paket (package air conditioner).
b. Sistem tidak langsung (indirect cooling), menggunakan media air es, mesin pengolah udara (air
handling unitAHU).

2.5. Perancangan Ventilasi


1. Perencanaan Ventilasi Alami
A. Perancangan ventilasi alami dilakukan sebagai berikut:
Mentukan kebutuhan ventilasi udara yang diperlukan sesuai fungsi ruangan.
Mentukan ventilasi gaya angin atau ventilasi gaya termal yang akan digunakan.

B. Ventilasi gaya angin


Faktor yang mempengaruhi laju ventilasi yang disebabkan gaya angin termasuk :
a). Kecepatan rata-rata.
b). Arah angin yang kuat.
c). Variasi kecepatan dan arah angin musiman dan harian.
d). Hambatan setempat, seperti bangunan yang berdekatan, bukit, pohon dan semak belukar.
Liddamnet (1988) meninjau relevansi tekanan angin sebangai mekanisme penggerak. Model
simulasi lintasan aliran jamak dikembangkan dan menggunakan ilustrasi pengaruh angin pada
laju pertukaran udara.
Kecepatan angin biasanya terendah pada musim panas dari pada musim dingin. Pada beberapa
tempat relatif kecepatannya di bawah setengah rata-rata untuk lebih dari beberapa jam per bulan.
Karena itu, sistem ventilasi alami sering dirancang untuk kecepatan angin setengah rata-rata dari
musiman.
Persamaan di bawah ini menunjukkan kuantitas gaya udara melalui ventilasi bukaan inlet oleh
angin atau menentukan ukuran yang tepat dari bukaan untuk menghasilkan laju aliran udara :
Q = CV.A.V..............................................................................(2.5)
dimana :
Q = laju aliran udara, m3 / detik.
A = luas bebas dari bukaan inlet, m2.
V = kecepatan angin, m/detik.
CV = effectiveness dari bukaan (CV dianggap sama dengan 0,5 ~ 0,6 untuk angin yang tegak
lurus dan 0,25 ~ 0,35 untuk angin yang diagonal).
Inlet sebaiknya langsung menghadap ke dalam angin yang kuat. Jika tidak ada tempat yang
menguntungkan, aliran yang dihitung dengan persamaan akan berkurang, jika penempatannya
kurang lazim, akan berkurang lagi.
C. Penepatan outlet yang diinginkan
1. pada sisi arah tempat teduh dari bangunan yang berlawanan langsung dengan inlet.

2.
3.

pada atap, dalam area tekanan rendah yang disebabkan oleh aliran angin yang tidak menerus.
pada sisi yang berdekatan ke muka arah angin dimana area tekanan rendah terjadi dalam
pantauan pada sisi arah tempat teduh,
4. dalam ventilator atap, atau
5. pada cerobong.
Inlet sebaiknya ditempatkan dalam daerah bertekanan tinggi, outletsebaiknya ditempatkan dalam
daerah negatip atau bertekanan rendah.

D. Ventilasi gaya termal


Jika tahanan didalam banguanan tidak cukup berarti, aliran disesbabkan oleh efek cerobong yang
dapat dinyatakan dengan persamaan:
....................................................(2.6)

dimana :
Q
= laju aliran, m3 / detik.
K
= koefisien pelepasan untuk bukaan.
DhNPL = tinggi dari tengah-tengah bukaan terendah sampai NPL , m
T1
= Temperatur di dalam bangunan, K.
To
= Temperatur luar, K.
Persamaan ini digunakan jika T1 > To , jika T1 < To , ganti T1 dengan To, dan ganti (T1-To)
dengan (To T1). Temperatur rata-rata untuk T1 sebaiknya dipakai jika panasnya bertingkat.
Jika bangunan mempunyai lebih dari satu bukaan, luas outlet dan inlet dianggap sama.
E. Koefisien pelepasan K dihitung untuk semua pengaruh yang melekat, seperti hambatan
permukaan, dan campuran batas.
Perkiraan DhNPL sulit. Jika satu jendela atau pintu menunjukkan bagian-bagian yang besar
(mendekati 90%) dari luas bukaan total dalam selubung, NPL adalah tinggi tengah-tengah
lubang, dan DhNPL sama dengan setengah tingginya.
Untuk kondisi ini, aliran yang melalui bukaan dua arah, yaitu udara dari sisi hangat mengalir
melalui bagian atas bukaan, dan udara dari sisi dingin mengalir melalui bagian bawah. Campuran
batas terjadi dikedua sisi antar muka aliran yang berlawanan, dan koefisien orifis dapat dihitung
sesuai dengan persamaan (Kiel dan Wilson, 1986) :
K = 0,40 + 0,0045.( Ti To ).................................................(2.7)
Jika ada bukaan lain yang cukup, aliran udara yang melalui bukaan akan tidak terarah dan
campuran batas tidak dapat terjadi.

Koefisien pelepasan K = 0,65 sebaiknya dipakai. Tambahan informasi pada cerobong yang
disebabkan aliran udara untuk ventilasi alami bisa dipenuhi pada referensi Foster dan Down
(1987). Aliran terbesar per unit luas dari bukaan diperoleh jika inlet dan outlet sama.
Persamaan ke dua diatas didasarkan pada kesamaan ini. Kenaikan luas outlet di atas luas inlet
atau sebaliknya, menaikkan aliran udara tetapi tidak proporsional terhadap penambahan luas.
Jika bukaan tidak sama, gunakan luas yang terkecil dalam persamaan dan tambahkan
kenaikannya.
2. Perancangan Ventilasi Mekanik
a). Perancangan sistem ventilasi mekanis dilakukan sebagai berikut :
1). tentukan kebutuhan udara ventilasi yang diperlukan sesuai fungsi ruangan.
2). tentukan kapasitas fan.
3). rancang sistem distribusi udara, baik menggunakan cerobong udara (ducting)atau fan yang
dipasang pada dinding/atap.
b). Jumlah laju aliran udara yang perlu disediakan oleh sistem ventilasi mengikuti persyaratan.
c). Untuk mengambil perolehan kalor yang terjadi di dalam ruangan, diperlukan laju aliran udara
dengan jumlah tertentu untuk menjaga supaya temperatur udara di dalam ruangan tidak
bertambah melewati harga yang diinginkan. Jumlah laju aliran udara V (m3/detik) tersebut, dapat
dihitung
dengan persamaan :
............................................................(2.8)

dimana :
V = laju aliran udara (m3/detik).
q = perolehan kalor (Watt).
f = densitas udara (kg/m3).
c = panas jenis udara (joule/kg.C).
(tL tD ) = kenaikan temperatur terhadap udara luar (C).
Tabel.2.3. Kebutuhan Laju Udara Ventilasi
No

Fungsi Gedung

Satuan

Kebutuhan
Udara Luar
Merokok

Tidak Merokok

(m/min)/orang

1,05

0,46

a. Ruang Makan

(m/min)/orang

1,05

0,21

b. Dapur

(m/min)/orang

-0,3

0,3

Laundri

Restoran:

(m/min)/orang

1,05

0,21

a. Garasi (tertutup)

(m/min)/orang

0,21

0,21

b. Bengkel

(m/min)/orang

0,21

0,21

a. Kamar Tidur

(m/min)/orang

0,42

0,21

b. Ruang tamu/ ruang duduk

(m/min)/orang

0,75

c. Kamar mandi/ Toilet

(m/min)/orang

d.Lobi

(m/min)/orang

0,45

0,15

e. Ruang pertemuan (kecil)

(m/min)/orang

1,05

0,21

f. Ruang rapat

(m/min)/orang

1,05

0,21

a. Ruang Kerja

(m/min)/orang

0,6

0,15

b. Ruang pertemuan

(m/min)/orang

1,05

0,21

a. Koridor

(m/min)/orang

b. WC umum

(m/min)/orang

2,25

2,25

c. Ruang Locker/ Ruang Ganti baju

(m/min)/orang

1,05

0,45

a. Besmen Lantai Dasar

(m/min)/orang

0,75

0,15

b. Lantai Atas Kamar Tidu

(m/min)/orang

0,75

0,15

c. Mall dan Arkade

(m/min)/orang

0,3

0,15

d. Lif

(m/min)/orang

0,45

e. Ruang Merokok

(m/min)/orang

1,5

c. Fast Food
3

6.

7.

Service mobil

Hotel, Motel, dsb:

Kantor

Ruang Umum

Pertokoan

(Sumber: BSNI, 2001).

Lajutan Tabel.2.3. Kebutuhan Laju Udara Ventilasi


Kebutuhan Udara Luar
No

8.

Fungsi Gedung

Satuan
Merokok

Tidak Merokok

Ruang Kecantikan
a. Panti Cukur dan Salon

(m/min)/orang

0,87

0,6

b. Ruang Olah Raga

(m/min)/orang

0,42

c. Tako Kembang

(m/min)/orang

0,15

d. Salon Binatang Peliharaan

(m/min)/orang

0,3

a. Disko dan Bowling

(m/min)/orang

0,21

b. Lantai Gerak atau Gymnasium

(m/min)/orang

0,6

c. Ruang Penonton

(m/min)/orang

1,05

0,21

d. Ruang Bermain

(m/min)/orang

1,05

0,21

e. Kolam Renang

(m/min)/orang

0,15

a. Loket

(m/min)/orang

0,6

0,15

b. Lobi dan Lauge

(m/min)/orang

1,05

0,21

c. Panggung dan Studio

(m/min)/orang

0,3

11.

Transportasi, Ruang Tunggu, atau Peron

(m/min)/orang

1,05

0,21

12
.

Rauang Kerja
(m/min)/orang

0,15

9.

10
.

Ruang Hiburan

Teater

a. Proses Makanan

13
.

14
.

15
.

b.Khazanah Bank

(m/min)/orang

0,15

c. Farmasi

(m/min)/orang

0,21

d. Studio Fotografi

(m/min)/orang

0,21

e. Ruang Gelap

(m/min)/orang

0,6

f. Ruang duplikasi atau Cetak Foto

(m/min)/orang

0,15

a. Ruang Kelas

(m/min)/orang

0,75

0,15

b. Laboratorium

(m/min)/orang

0,3

c. Perpustakaan

(m/min)/orang

0,15

a. Ruang Pasien

(m/min)/orang

1,05

0,21

b. Ruang Periksa

(m/min)/orang

1,05

0,21

c. Ruang bedah dan Bersalin

(m/min)/orang

1,2

d. Ruang Gawat darurat atau Terapi

(m/min)/orang

0,45

e. Ruang Otopsi

(m/min)/orang

a. Ruang Duduk

(m/min)/orang

0,3

b. Ruang Tidur

(m/min)/orang

0,75

0,3

c. Dapur

(m/min)/orang

0,75

d. Toilet

(m/min)/orang

0,3

1,5

e. Garasi (Rumah)

(m/min)/orang

Sekolah

Rumah Sakit

Rumah Tinggal

(m/min)/orang

1,5

0,45

a. Aktifitas Tinggi

(m/min)/orang

1,05

0,6

b. Aktifitas Sedang

(m/min)/orang

1,05

0,3

c. Aktifitas Rendah

(m/min)/orang

1,05

0,21

f. Garasi Bersama
16
.

Industri

(Sumber : BSNI, 2001).


Untuk tenaga kerja yang terpapar lingkungan yang panas dan lembab maka kecepatan angin
harus diperhatikan agar evaporasi dapat berlangsung dengan baik. Kecepatan angin yang
dianjurkan tenaga kerja yang terpapar panas pada berbagai suhu adalah sebagai berikut:
Tabel.2.4.Suhu dan Kecepatan Angin
Suhu (C)

Kecepatan Angin (m/detik)

16 20

0,25

21 22

0,25 0,30

24 25

0,40 0,60

26 27

0,70 - 1,00

28 - 30

1,10 1,30

(Sumber: Higiene Perusahaan,E, 2011).

1.
2.
3.

Keputusan Menteri Kesehatan No.261 / MENKES /SK / I / 1998 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan kerja, yangmenyeutkan bahwa:
Suhu yang diizinkan dalam ruangan adalah 21C sampai dengan 30C.
Kelembaban udara yang diizinkan dalam ruangan adalah 65% hingga 95 %.
Volume udara setiap orang adalah yang dianjurkan sebesar 0,283 cmm/ orang.

3. Perancangan Sistem Fan


Rancangan sistem fan harus memenuhi ketentuan :
a) Untuk sistem fan dengan volume tetap, daya yang dibutuhkan motor pada sistem fan gabungan
tidak melebihi 1,36 W/(m3/jam);
b) Untuk sistem fan dengan volume aliran berubah, daya yang dibutuhkan motor untuk
c) sistem fan gabungan tidak melebihi 2,12 W/(m3/jam);
d) Setiap fan pada sistem volume aliran berubah atau VAV (Variable Air Volume) dengan motor 60
kW atau lebih harus memiliki kontrol dan peralatan yang diperlukan agar fan tidak

membutuhkan daya lebih dari 50 % daya rancangan pada 50 % volume rancangan berdasarkan
data uji;
e) Ketentuan butir a, b, dan c di atas tidak berlaku untuk fan dengan daya lebih kecil dari 7,5 kw
pada aliran rancangan.
2.6 Mengukur Kecepatan Dan Arah Angin
Anemometer adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin, dan
merupakan salah satu instrumen yang digunakan dalam mengetahui cuaca. Angin adalah gerakan
atau perpindahan masa udara pada arah horizontal yang disebabkan oleh perbedaan tekanan
udara dari satu tempat dengan tempat lainnya. Angin diartikan pula sebagai gerakan relatif udara
terhadap permukaan bumi, pada arah horizontal atau hampir horinsontal. Masa udara ini
mempunyai sifat yang dibedakan antara lain oleh kelembaban (RH) dan suhunya, sehingga
dikenal adanya angin basah, angin kering dan sebagainya. Sifat-sifat ini dipengaruhi oleh tiga hal
utama, yaitu:
(1) daerah asalnya
(2) daerah yang dilewatinya
(3) lama atau jarak pergerakannya.
Dua komponen angin yang diukur ialah kecepatan dan arahnya. Kecepatan angin adalah jarak
tempuh angin atau pergerakan udara per satuan waktu dan dinyatakan dalam satuan meter per
detik (m/d), kilometer per jam (km/j), dan mil per jam (mi/j). Satuan mil (mil laut) per jam
disebut juga knot (kn); 1 kn = 1,85 km/j = 1,151mi/j = 0,514 m/d atau 1 m/d = 2,237 mi/j = 1,944
kn. Kecepatan angin bervariasi dengan ketinggian dari permukaan tanah, sehingga dikenal
adanya profil angin, dimana makin tinggi gerakan angin makin cepat.

Gambar.2.3. Bagian- Bagi


an Anemometer
(Sumber: Buku Petunjuk
Praktek,Automatic Fire
Extinguisher. PPNS-ITS,
2007)

BAB 3

Metodologi Penelitian
3.1. Diagram Alir Praktikum

3.2. Peralatan
Digital Anemometer ini digunakan untuk mengukur air flow dan air velocity. Satuan
pengukuran air flow dalam bentuk CMM atau CMF sedangkan satuan pengukuran air
velocity dalam bentuk mph, ft/min, knot, Km/h atau m/s.
3.3. Bagian-Bagian
Bagian-bagaian dari digital anemometer adalah:
1. Display
2. Tombol POWER OFF/ON
Tombol untuk mengaktifkan dan mematikan
3. Tombol HOLD
Tombol untuk menahan angka yang terekam
4. Tombol C / F
Tombol untuk memilih satuan temperatur
5. Tombol MAX/MIN
Tombol untuk merekam data pengukuran, menunjukkan nilai maksimum dan minimum
pengukuran dan untuk memasukkan luas area dalam bentuk angka desimal pada pengukuran air
flow.
6.
Tombol UNIT/
Tombol untuk memilih satuan
7. Tombol VEL/FLOW
Tombol untuk memilih pengukuran air velocity atau air flow.
8.
Tombol
Tombol untuk pindah ke digit berikutnya pada pengukuran air flow.
9. Tombol
Tombol untuk menaikkan nilai pada digit yang aktif pada pengukuran air flow.
10. Tombol FLOW MODE

Tombol untuk memilih jenis pengukuran air flow (2/3 V MAX MODE, AVG MODE, INSTANT
MODE).
11. Tombol AVG START
Tombol untuk mengukur air flow menggunakan AVG MODE.
12. Tombol ENTER/RESET
Tombol untuk mengakhiri pengesetan area sample pada pengukuran air flow.
13. Tombol SAMPLE AREA
Tombol untuk memasukkan luas area pada pengukuran air flow.
14. Probe Input Socket
Tempat untuk memasukkan Probe Plug.
15. RS232 Output Terminal
Tempat untuk memasukkan kabel PC.
16. Batterly Compartementl Cover
17. Vane Probe Head
18. Vane Probe Handle

b.
c.
d.
e.
f.

3.4.Prosedur Kerja
1. Pengukuran Air Velocity
Pasang PROBE PLUG pada PROBE INPUT TERMINAL
Menekan tombol POWER OFF/ON untuk mengaktifkan.
Menekan VEL/FLOW untuk memilih pengukuran air velocity.
Menekan C/F untuk memilih satuan temperatur.
Menekan UNIT/
untuk memilih satuan air velocity

g.
h.
i.
j.
k.
2.
a.
b.
c.
d.
e.

Untuk menahan nilai tekan HOLD.


Untuk merekam data tekan MAX/MIN. Untuk melihat nilai maksimum data terekam,
menekan MAX/MIN. Untuk melihat nilai minimum data terekam menekanMAX/MIN.
Setelah mendapatkan data yang diinginkan, menekanPOWER OFF/ON untuk mematikan.
Melepaskan PROBE PLUG dari PROBE INPUT TERMINAL kemudian menempatkan pada
penyimpanan.
Sebelum disimpan, mengeluarkan baterai dari tempatnya.
Pengukuran Air Flow
Memasang PROBE PLUG pada PROBE INPUT TERMINAL.
Menekan tombol POWER OFF/ON untuk mengaktifkan.
Menekan VEL/FLOW untuk memilih pengukuran airflow.
Menekan UNIT
untuk memilih satuan flow air
Menekan SAMPLE AREA untuk memasukkan luas area pengukuran. Setelah menekan

akan muncul simbol


dan digit pertama akan aktif.
Memasukkan luas area menggunakan tombol:

: untuk menaikkan nilai pada digit yang aktif.

UNIT/

: untuk menurunkan nilai pada digit yang aktif.

: untuk pindah ke digit berikutnya.


MAX/MIN : untuk memasukkan luas area dalam bentuk angka desimal.

f.
g.
h.
i.
j.
k.

Menekan FLOW MODE untuk memilih jenis pengukuran (2/3 V MAX MODE, AVG MODE,
INSTANT MODE).
Untuk menahan nilai tekan HOLD
Untuk merekam data menekan MAX/MIN, untuk melihat nilai maksimum data terekam,
menekan MAX/MIN.Untuk melihat nilai minimum data terekam menekanMAX/MIN.
Setelah mendapatkan data, memekan POWER OFF/ONuntuk mematikan.
Melepaskan PROBE PLUG dari PROBE INPUT TERMINAL kemudian menempatkan pada
penyimpanan.
Sebelum disimpan, mengeluarkan baterai dari tempatnya.

Anda mungkin juga menyukai