Anda di halaman 1dari 7

DASAR TEORI TAMBAHAN

Bahan bakar nabati (BBN) - bioethanol dan biodiesel - merupakan dua


kandidat kuat pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai
bahan bakar mesin Otto dan Diesel. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan
pengembangan dan implementasi dua macam bahan bakar tersebut, bukan hanya
untuk menanggulangi krisis energi yang mendera bangsa namun juga sebagai
salah satu solusi kebangkitan ekonomi masyarakat.
Saat ini pengembangan bahan bakar nabati untuk menggantikan bahan
bakar fosil terus dilakukan. Biofuel akan menggantikan premium, solar, maupun
kerosin atau minyak tanah. Pemerintah mentargetkan antara tahun 2009-2010
komposisi biofuel dan bahan bakar fosil mencapai 15 persen berbanding 85
persen. Kebutuhan nasional untuk bahan bakar nabati sedikitnya 18 miliar liter per
tahun. Akan tetapi keterbatasan bahan baku menjadi kendala utama karena harus
berbagi dengan berbagai industri lain
Biodiesel adalah sebuah alternatif untuk bahan bakar diesel berbasis
minyak bumi yang terbuat dari sumber daya terbarukan seperti minyak nabati,
lemak hewan, atau alga. Ia memiliki sifat pembakaran yang sangat mirip dengan
diesel petroleum, dan dapat menggantikannya dalam menggunakan saat ini.
Namun, yang paling sering digunakan sebagai aditif untuk minyak diesel,
meningkatkan pelumasan dinyatakan rendah bahan bakar solar murni ultra rendah
belerang. Ini adalah salah satu kandidat yang mungkin untuk menggantikan bahan
bakar fosil sebagai sumber energi utama dunia transportasi, karena merupakan
bahan bakar terbarukan yang dapat menggantikan solar pada mesin saat ini dan
dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur sekarang ini.
Semakin banyak stasiun bahan bakar yang membuat biodiesel tersedia bagi
konsumen, dan semakin banyak armada transportasi yang besar menggunakan
beberapa proporsi biodiesel dalam bahan bakar mereka.
Biodiesel terdiri dari asam lemak rantai panjang dengan alkohol terpasang,
sering berasal dari minyak nabati. Hal ini dihasilkan melalui reaksi minyak nabati
dengan alkohol metil atau etil alkohol dengan adanya katalis. Lemak hewani
adalah sumber potensial. Umumnya katalis digunakan adalah kalium hidroksida
(KOH) atau sodium hidroksida (NaOH). Proses kimia yang disebut
transesterifikasi yang menghasilkan biodiesel dan gliserin. Kimia, biodiesel
disebut ester metil jika alkohol yang digunakan adalah metanol. Jika etanol yang
digunakan, disebut ester etil.

Metil ester merupakan monoalkil ester dari asam asam lemak rantai
panjang yang terkandung dalam minyak nabati atau lemak hewani untuk
digunakan sebagi alternatif yang tepat untuk bahan bakar mesin diesel. Alternatif
bahan bakar terdiri dari metil ester hasil trans esterifikasi baik trialkil gliserida
atau esterifikasi dari asam lemak bebas.
Pembuatan biodiesel dari minyak tanaman memiliki kasus yang berbedabeda sesuai dengan kandungan FFA. Pada kasus minyak tanaman dengan ALB
tinggi, dilakukan dua jenis proses, yaitu esterifikasi dan transesterifikasi. Proses
esterifikasi dan transesterifikasi bertujuan untuk mengubah asam lemak bebas dan
trigliserida dalam minyak menjadi metil ester (biodiesel) dan gliserol.
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asalm lemak bebas menjadi ester.
Esterifikasi adalah tahap mereaksikan lemak dengan alkohol.

RCOOH
Asam lemak

CH3OH
metanol

RCOOH3

metil ester

H2O
air

Transesterifikasi (alkoholis) adalah tahap konversi dari trigliserida menjadi


alkil ester melalui reaski dengan alkohol dengan produk samping gliserol.
Metil ester dapat diperoleh dari hasil pengolahan bermacam-macam
minyak nabati, misalnya di jerman diperoleh dari minyak rapessed, di Eropa
diperoleh dari minyak biji bunga mataharprni dan minyak rapessed, di prancis dari
itali diperoleh dari minyak biji bunga matahari, di Amerika Serikat dan Brazil
diperoleh dari minyak kedelai, di Malaysia diperoleh dari minyak kelapa sawit,
dan di Indonesia diperoleh dari minyak kelapa sawit, minyak jarak pagar, minyak
kelapa, dan minyak kedelai (2,3,4). Selain minyak-minyak tersebut, minyak
safflower, minyak linsedd, dan minyak zaitun juga dapat digunakan dalam
pembuatan senyawa metal ester (4,5). Pada pengolahan minyak nabati di atas juga
di hasilkan gliserol sebagai hasil sampingnya.
Metil ester yang diperoleh dari reaksi transesterifikasi dapat dimurnikan dan
ditetapkan kadarnya. Ada tiga metode analisis untuk menetapkan kadar metil ester
yaitu kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi, dan kromatografi lapis
tipis.

Reaksi Transesterifikasi dengan Katalis


Biodiesel dibuat melalui proses kimia yang disebut transesterifikasi.
Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil esters (biodiesel)/monoalkyl esters dan gliserin yang merupakan produk samping. Bahan baku utama
untuk pembuatan biodiesel antara lain minyak nabati, lemak hewani, lemak
bekas/lemak daur ulang.
Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol. Pada pembuatan
biodiesel dibutuhkan katalis untuk prosesesterifikasi. Produk biodiesel tergantung
pada minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku serta pengolahan
pendahuluan dari bahan baku tersebut.Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi
untuk minyak nabati adalah methanol, namun dapat pula digunakan ethanol,
isopropanol atau butyl, tetapi perlu diperhatikan juga kandungan air dalam alcohol
tersebut. Bila kandungan air tinggi akan mempengaruhi hasil biodiesel kualitasnya
rendah, karena kandungan sabun, ALB dan trigiserida tinggi. Disamping itu hasil
biodiesel juga dipengaruhi oleh tingginya suhu operasi proses produksi, lamanya
waktu pencampuran atau kecepatan pencampuran alkohol. Katalisator dibutuhkan
pula guna meningkatkan daya larut pada saat reaksi berlangsung, umumnya
katalis yang digunakan bersifat basa kuat yaitu NaOH atau KOH atau natrium
metoksida. Katalis yang akan dipilih tergantung minyak nabati yang digunakan,
apabila digunakan minyak mentah dengan kandungan ALB kurang dari 2 %,
disamping terbentuk sabun dan juga gliserin. Katalis tersebut pada umumnya
sangat higroskopis dan bereaksi membentuk larutan kimia yang akan dihancurkan
oleh reaktan alkohol. Jika banyak air yang diserap oleh katalis maka kerja katalis
kurang baik sehingga produk biodiesel kurang baik. Setelah reaksi selesai, katalis
harus di netralkan dengan penambahan asam mineral kuat. Setelah biodiesel
dicuci proses netralisasi juga dapat dilakukan dengan penambahan air pencuci,
HCl juga dapat dipakai untuk proses netralisasi katalis basa, bila digunakan asam
phosphate akan menghasil pupuk phosphat (K3PO4)
Teori Transesterifikasi
Pembutan biodesel relatif sederhana dan mudah dikuasai dengan produk
berupa Fatty Acid Metyl Ester (FAME) yang melalui proses Transesterifikasi.
Proses Transesterifikasi adalah proses pertukaran antara gugus alkyl dari
trigliserida dengan gugus alkil dari Methanol (alcohol), sehingga terbentuk FAME
dan gliserin.
CH2 O C R1 CH3 O C R1 CH2 OH
KOH
CH O C R2+3 CH3OH CH3 O C R2 + CH OH
Methanol
CH2 O C R3 CH3 O C R3 CH2 OH
Triglyserida Fatty Acyd Metyl Gliserin

Ester (FAME)
Proses Uji Mutu
Beberapa jenis proses Analisa Uji Mutu dilakukan secara Kimia dan Fisika
adalah sebagai berikut:
Proses Uji Mutu secara Kimia
Analisa secara Kimia adalah sebagai berikut:
a.
Kadar Air
b.
FFA (Free Faty Acid)
c.
Rancidity
d.
Kandungan Logam
Proses Uji Mutu secara Fisika
Analisa secara Fisika adalah sebagai berikut :
a. Analisa Density (Massa Jenis)
b. Analisa Viscosity (Kekentalan)
Tabel biodisel dari minyak bekas

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jenis Analisa

Standar

Kadar Air
FFA
Rancidity
Kandungan logam
Viskositas
Density

0,3 %
0,3 %
10 %
Negatif
2,3 6,0 mm2/s
0,85 0,89 gr/cm3

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan transesterifikasi :


1.

Suhu

Kecepatan reaksi secara kuat dipengaruhi oleh temperatur reaksi pada


ummnya reaksi ini dapat dijalankan pada suhu mendekati titik didih metanol
(65oC) pada tekanan atmosfer. Kecepatan reksi akan meningkat sejalan dengan
kenaikan temperatur semakin tinggi temperatur berarti semakin banyak yang
dapat digunakan oleh reaktan untuk mencapai energi aktivasi.
2.

Waktu reaksi

Semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak produk yang dihasilkan
karena ini akan memberikan kesempatan rektan untuk bertumbukan satu sama
lain. Namun setelah kesetimbangan tercapai tambahan waktu reaksi tidak akan

mempengaruhi reaksi. Penelitian yang menggunakan lama reaksi 3 jam (Azis.,


2005 )
3.

Katalis

Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan menurunkan energi


aktivasi reaksi namun tidak menggeser letak kesetimbangan. Tanpa katalis rekasi
transesterifikasi baru dapat berjalan pada suhu sekitar 250C. Penambahan katalis
bertujuan untuk mempercepat reaksi dan menurunkan kondisi operasi. Katalis
yang dapat digunakan adalah katalis asam, katalis basa ataupu penukar ion.
Dengan katalis basa reaksi dapat berjalan pada suhu kamar sedangkan katalis.
4.

Pengadukan

Pada reaksi transesterifikasi reaktan-reaktan awalnya membentuk sistim


cairan dua fasa. Reaksi dikendalikan oleh difusi diantara diantara fase-fase yang
berlangsung lambat. Seiring dengan terbentuknya metil ester ia bertindak sebagai
pelarut tunggal yang dipakai bersama oleh reaktan-reaktan dan sistim dengan fase
tunggalpun terbentuk. Dampak pengadukan ini sangat signifikan selama reaksi.
Setelah sistim tunggal terbentuk maka pengudukan menjadi tidak lagi mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap reaksi. Pengadukan dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan campuran reaksi yang bagus. Pengadukan yang tepat akan
mengurangi hambatan antar massa. Pengadukan transesterifikasi 1500 rpm.
5.

Perbandingan reaktan

Variabel penting lain yang mempengaruhi hasil ester adalah rasio molar
antara alkohol dan minyak nabati. Stoikiometri reaksi transesterifikasi
memerlukan 1 mol minyak trigliserida memerlukan 6 mol metanol menggunakan
rasio molar alkohol-minyak = 1 : 6. Terlalu banyak alkohol yang dipakai
menyebabkan biodiesel mempnyai viskositas yang rendah dibandingkan
viskositas solar juga akan menurunkan titik nyala (flas point). Hal ini disebabkan
karena pengaruh sifat-sifat alkohol yang mudah terbakar. Perbandingan alkohol
minyak = 1 : 2,2 (etanol : minyak).

Metanol
Metanol dalam keadaan atmosfer berbentuk cairan yang ringan, mudah
menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bauk yang khas
(berbau lebih ringan daripada etanol). ,etanol banyak digunakan sebagai pendingin
anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan aditid bagi etanol industri.

Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri.


Hasil proses tersebut adalah upa metanol (dalam jumlah kecil) diudara. Setelah
beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi dan oksigen dengan bantuan
sinar matahari menjadi karbon dioksida dalam air. Reaksi kimia metanol yang
terbakar diudara dan membentuk karbon dioksida dan air:
2CH3OH + 3O2 2CO2 + 4H2O
Api dari metanol tidak berwarna, metanol sering digunakan sebagai bhan
aditif bagi pembuatn alkohol untuk penggunaan industri karena sifatnya yang
beracun.

Sifat fisik dan kimia Methyl ester (Biodisel)


Sifat fisis :
1. Nama : Methyl Ester (Biodiesel)
2. Rumus Molekul : R-COOCH3
3. Berat Molekul : 283,77 g/gmol
4. Wujud : cair
5. Warna : Jernih kekuningan
6. Densitas : 810 kg/m3
7. Viskositas : 7.3 cp
8. Specific grafity : 0,87 0,89
9. Cetane number : 46 70
10. Cloud point : (-11 s/d 16) oC
11. Boiling point : (182 338) oC
12. Pour point : (-15 s/d 135) oC
13. Kemurnian : 98 %

Kegunaan produk :
1. Methyl ester (Biodisel)

a. Methyl ester (Biodisel) berfungsi sebagai bahan bakar alternative


pengganti minyak bumi khusus untuk mesin disel otomotif dan industri
b. Menanggulangi pencemaran lingkungan akibat pembakaran bahan bakar
fosil.
2. Glycerol
a. Untuk obat
Digunakan di dalam medis dan persiapan farmasi misalnya sebagai
pelumas peralatan kedokteran
Digunakan sebagai obat pencuci perut
Sebagai sirup obat batuk
Digunakan sebagai pengganti alkohol, untuk bahan pelarut dalam
pengambilan herbal dan antiseptic.
b. Untuk perawatan pribadi
Pasta gigi
Obat kumur
Produk Perawatan kulit
Cream cukur rambut
Sabun
c. Makanan dan minuman
Sebagai bahan pelarut dan bahan pemanis, mengawetkan makanan
Pewarna makanan
Dipakai untuk membuat polyglycerol esters dalam industri margarine

Anda mungkin juga menyukai