Karen Pseudofakia
Karen Pseudofakia
STATUS PASIEN
I.1 Identitas Pasien
Nama
: Tn. S
Umur
: 71 tahun
Alamat
: Kemanggisan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Guru Agama
Agama
: Islam
Tanggal periksa
: 30 April 2015
No RM
: 803924
Keluhan Utama : Penglihatan pada kedua mata buram tanpa disertai mata merah.
Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan
serupa.
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernapasan
: 120/70
: 80 x/menit
: 36 oC
: 18 x/menit
OD
OS
Tajam Penglihatan
6/10
6/15
Koreksi
S+ 2.75 1
Distansia Pupil
60
60
1. VISUS
Addisi
Tidak ada
Tidak ada
Endoftalmus
Tidak ada
Tidak ada
Deviasi
Tidak ada
Tidak ada
Gerakan mata
Warna
Hitam
Hitam
Letak
Simetris
Simetris
3. SUPRA SILIA
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Ektropion
Tidak ada
Tidak ada
Entropion
Tidak ada
Tidak ada
Blefarospasme
Tidak ada
Tidak ada
Trikiasis
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Fisura palpebra
Tidak ada
Tidak ada
Hordeolum
Tidak ada
Tidak ada
Kalazion
Tidak ada
Tidak ada
Ptosis
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Folikel
Tidak ada
Tidak ada
Papil
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Anemia
Tidak ada
Tidak ada
Kemosis
Tidak ada
Tidak ada
6. KONJUNGTIVA BULBI
3
Injeksi konjungtiva
Tidak ada
Tidak ada
Injeksi siliar
Tidak ada
Tidak ada
Perdarahan sub-konjungtiva
Tidak ada
Tidak ada
Pterigium
Tidak ada
Tidak ada
Pinguekula
Tidak ada
Tidak ada
Nervus pigmentosus
Tidak ada
Tidak ada
Punctum lakrimal
Terbuka
Terbuka
Tes Anel
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Warna
Putih
Putih
Ikterik
Tidak ada
Tidak ada
Kejernihan
Jernih
Jernih
Permukaan
Licin
Licin
Ukuran
12
12
Sensibilitas
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Ilnfiltrat
Tidak ada
Tidak ada
Ulkus
Tidak ada
Tidak ada
Perforasi
Tidak ada
Tidak ada
Arkus senilis
Tidak ada
Tidak ada
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Tes Plasido
Tidak dilakukan
TidaK dilakukan
Kedalaman
Dalam
Dalam
Kejernihan
Jernih
Jernih
Hifema
Tidak ada
Tidak ada
Hipopion
Tidak ada
Tidak ada
7. SISTEM LAKRIMALIS
8. SKLERA
9. KORNEA
Efek Tyndall
Negative
Negative
Warna
Coklat
Coklat
Kripte
Jelas
Jelas
Bentuk
Bulat
Bulat
Sinekia
Tidak Ada
Tidak Ada
Kolobomo
Tidak Ada
Tidak Ada
Letak
Ditengah
Ditengah
Bentuk
Bulat
Bulat
Ukuran
3 mm
3 mm
Kejernihan
Keruh
Jernih
Letak
Central
Central
Shadow Test
Positif
Negatif
Jernih
Jernh
Positif
Positif
Batas
Bulat
Bentuk
Bulat
Warna
Kuning kemerahan
CD ratio
0,4
b. Arteri Vena
11. IRIS
12. PUPIL
13. LENSA
c. Retina
5
Perdarahan
Sikatrik
Neovaskularisasi
Tidak Ada
Nyeri tekan
Tidak Ada
Tidak Ada
Massa tumor
Tidak Ada
Tidak Ada
Tensi okuli
Perpalpasi normal
Perpalpasi normal
Tonometer Schiotz
15.6 mmHg
17.0 mmHg
16. PALPASI
I.5 Resume
Pasien laki-laki 56 tahun, datang dengan keluhan penglihatan mata kiri buram tanpa mata
merah. Keluhan ini dirasa perlahan-lahan sejak 3 bulan lalu dan penglihatannya semakin
lama semakin memburuk. Pasien mengaku penglihatan lebih buram di malam hari dan juga
merasa lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh. Pasien juga mengeluh silau dan
ngeres pada mata kirinya serta seperti melihat kabut atau asap walaupun saat tetap
menggunakan kacamata. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan Diabetes Mellitus sejak 1
tahun lalu. Riwayat alergi dan trauma pada mata disangkal oleh pasien. Keluarga pasien tidak
ada yang mengalami hal yang serupa.
Pemeriksaan mata di dapatkan kedua bilik mata dalam, terdapat kekeruhan merata di
lensa mata kiri dengan Shadow Test (+). Tekanan bola mata kanan dan kiri di bawah batas
normal.
I.6 Diagnosis Banding
I.7 Diagnosis Kerja
Pseudo fakia OS
Katarak senilis imatur OD
Biometri OD
I.9 Penatalaksanaan
OD : Kacamata
OS : Phacoemulsifikasi + IOL OS
I.10 Prognosis
Quo ad Vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad Functionam
: Dubia ad bonam
Quo ad Sanantionam
: Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 LENSA MATA
II. 1.1 Anatomi lensa8
Lensa berasal dari lapisan ektoderm, merupakan struktur yang transparan berbentuk
cakram bikonveks yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadi akomodasi.
Lensa tidak memiliki suplai darah (avaskular) atau inervasi setelah perkembangan janin
dan hal ini bergantung pada aquos humor untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya serta
membuang sisa metabolismenya.
Lensa terletak posterior dari iris dan anterior dari korpus vitreous. Posisinya
dipertahankan oleh zonula zinnii yang terdiri dari serat-serat yang kuat yang menyokong
dan melekatkannya pada korpus siliar.
Gambar 1. Lensa
Lensa terus bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Saat lahir, ukurannya sekitar
6,4 mm pada bidang ekuator, dan 3,5 mm anteroposterior serta memiliki berat 90 mg.
Lapis terluar dari kapsula lensa adalah lamela zonularis yang berperan
dalam melekatnya serat-serat zonula.
Kapsul lensa tertebal pada bagian anterior dan posterior preekuatorial dan
tertipis pada daerah kutub posterior sentral di mana memiliki ketipisan
sekitar 2-4 mKapsul lensa anterior lebih tebal dari kapsul posterior dan
terus meningkat ketebalannya selama kehidupan.
Pinggie lateral lensa disebut ekuator , yaitu bagian yang dibentuk oleh
gabungan capsule anterior dan posterior yang merupakan insersi dari
zonula.
o Serat zonula
Lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari lamina basalis dari
epitelium non-pigmentosa pars plana dan pars plikata korpus siliar. Serat-serat
9
zonula ini memasuki kapsula lensa pada regio ekuatorial secara kontinu. Seiring
usia, serat-serat zonula ekuatorial ini beregresi, meninggalkan lapis anterior dan
posterior yang tampak sebagai bentuk segitiga pada potongan melintang dari
cincin zonula
o Epitel Lensa
Ket :
- CZ : sentral lensa
- PZ: preequator
- EZ : equator
\
Gambar 4. Akomodasi Lensa
11
Ion K bergerak kebagian posterior dan keluar ke humour aqueus , dan ion
Na bergerak keantreior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui
pompa aktif Na- K ATPase
bermakna
Lensa manusia normal mengandung sekitar 66% air dan 33% protein dan
perubahan ini terjadi sedikit demi sedikit dengan bertambahnya usia.
Korteks lensa menjadi lebih terhidrasi daripada nukleus lensa.
di
ruang
ekstraselular.
Konsentrasi
natrium
dalam
lensa
12
Lensa bersifat dehidrasi dan memiliki kadar ion kalium (K +) dan asam
amino yang lebih tinggi dari aqueous dan vitreus di sekelilingnya.
Sebaliknya, lensa mengandung kadar ion natrium (Na+) ion klorida (Cl)
dan air yang lebih sedikit dari lingkungan sekitarnya.
Keseimbangan kation antara di dalam dan di luar lensa adalah hasil dari
kemampuan permeabilitas membran sel-sel lensa dan aktifitas dari pompa
(Na+, K+-ATPase) yang terdapat pada membran sel dari epitelium lensa
dan setiap serat lensa.
Fungsi pompa natrium bekerja dengan cara memompa ion natrium keluar
dari dan menarik ion kalium ke dalam. Mekanisme ini tergantung dari
pemecahan ATP dan diatur oleh enzim Na+, K+-ATPase. Keseimbangan ini
mudah sekali terganggu oleh inhibitor spesifik ATPase ouabain.
lainnya tidak menunjukkan perubahan apa pun. Dan studi-studi lain telah
memperkirakan bahwa permeabilitas membran meningkat seiring dengan
perkembangan katarak
o Peranan Kalsium
Membran sel lensa juga secara relatif tidak permeabel terhadap kalsium.
13
Glukosa memasuki lensa dari aqueous baik melalui difusi sederhana dan
melalui difusi terfasilitasi.
14
HMP shunt
Jalur yang kurang aktif untuk utilisasi G6P dalam lensa adalah heksosa
monofosfat shunt (HMP shunt), yang dikenal juga dengan istilah jalur
pentosa monofosfat.
Sekitar 5% dari glukosa lensa dimetabolisme melalui jalur ini
sekalipun jalur ini distimulasi oleh peningkatan kadar glukosa.
Aktifitas HMP shunt lebih tinggi pada lensa dibandingkan dengan
jaringan lain dalam tubuh namun perannya masih belum bisa
ditetapkan.
Jalur HMP shunt ini menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam
lemak dan biosintesis ribosa untuk nukleotida. Juga untuk aktifitas
glutation reduktase dan aldose reduktase dalam lensa.
Aldose reduktase adalah enzim kunci pada jalur lain metabolisme
karbohidrat pada lensa, yaitu jalur sorbitol.
Karakteristik
ini,
dikombinasikan
dengan
kurangnya
Pada mulanya pompa tergantung energi pada lensa mampu mengkompensasi, tetapi akhirnya
kemampuan tersebut terlewati. Hasilnya adalah pembengkakan serat, rusaknya arsitektur
sitoskeletal normal dan kekeruhan lensa
II.2
II.2.1 Definisi
Katarak senilis imatur merupakan salah satu stadium katarak senilis, dimana pada
stadium ini kekeruhan lensa belum terjadi disemua bagian lensa. Kekeruhan pada stadium ini
utamanya terjadi di bagian posterior dan belakang nukleus lensa. Pada katarak imatur,
volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif
lensa. Pada keadaan ini, lensa akan mencembung dan dapat menimbulkan hambatan pupil
sehingga terjadi glaukoma sekunder.1,2
II.2.2 Etiologi
Penyebab katarak senilis sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti dan diduga
multifaktorial. Beberapa penyebab katarak diantaranya adalah:5
-
II.2.3 Patofisiologi
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa. Dengan
bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara daya akomodasinya
akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan
mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu
terjadi pula proses kristalisasi pada lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi
protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba
ini mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya menyebar
dan penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa juga menghasilkan
pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa menjadi keruh. Perubaha lain pada
16
katarak terkait usia juga menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta
meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.2
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi lensa. Sel
epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga densitasnya akan berkurang
dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang
hilang akan meningkatkan pembentukan serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan
transparasi lensa. Selain itu, proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan
permeabilitas lensa terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga transportasi air,
nutrisi dan antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan
penurunan antioksidan seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki peran penting
pada proses pembentukan katarak.6
II.2.4 Gejala Klinis
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat kemunduran
secara progesif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan penglihatan bervariasi, tergantung
pada jenis dari katarak ketika pasien datang.2
-
Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien dengan
katarak senilis.
Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas kontras
terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika
melaporkan
peningkatan
penglihatan
dekat
mereka
dan
kurang
membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas,
perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior
atau anterior.
-
17
diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa
kontak.
-
II.2.5 Diagnosis
Diagnosis katarak senilis imatur dapat diperoleh dari gejala-gejala klinis yang dialami
serta pemeriksaan oftalmologi. Pasien pada katarak senilis imatur biasanya datang dengan
keluhan mata kabur serta silau. Sementara pemeriksaan oftalmologi dapat dilakukan dengan
menggunakan senter, slit lamp dan funduskopi. Berikut merupakan hasil temuan pemeriksaan
oftalmologi pada katarak senilis dan katarak stadium lainnya.
Kekeruhan lensa
Cairan Lensa
Insipien
Ringan
Normal
Imatur
Matur
Sebagian
Komplit
Bertambah (air Normal
Hipermatur
Masif
Berkurang (air+masa
Iris
Bilik
Normal
Mata Normal
masuk)
Terdorong
Dangkal
Normal
Normal
lensa keluar)
Tremulans
Dalam
Depan
Sudut
Bilik Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Positif
<
Glaukoma
Negatif
<<
-
Pseudopos
<<<
Uveitis+glaucoma
Mata
Shadow Test
Visus
Penyulit
Negatif
(+)
-
Pada katarak senilis imatur, terdapat kekeruhan pada sebagaian lensa yang dapat
menimbulkan gangguan visus. Dengan koreksi, visus masih dapat mencapai 1/60-6/6. Pada
stadium ini, kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Pada lensa normal yang tidak
terdapat kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh
karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang
keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah
yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang
gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test
(+).
18
II.2.7 Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak
tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti
kacamata sehingga didapatkan penglihatan maksimal. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang
dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat
menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol dan sudah memperlihatkan hasil yang
menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang
diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen
glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Terdapat 2 tipe
ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract
ekstraksi (ECCE). ECCE sendiri terdiri dari dua teknik yaitu Small Incision Cataract
Surgery (SICS) dan Phakoemulsifikasi.7
-
19
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek
lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak
muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa
intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk
terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca
bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak
seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu
dapat terjadinya katarak sekunder.
-
Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan memecah dan
memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil
(sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan
katarak, selanjutnya mesin phako akan menyedot massa katarak yang telah hancur
sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui
irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan
pulih dengan sendirinya sehingga memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital,
traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak
senilis padat.
II.2.8 Komplikasi
-
20
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi suprakoroid,
pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam luka serta retinal
light toxicity.1,6,7
-
COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan yang
keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema stroma
dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea perifer dengan
daerah sentral yang bersih paling sering)
Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak
adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang
tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
Ablasio retina
Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah Malformasi lensa
intraokuler, jarang terjadi.
II.2.9 Prognosis
Dengan teknik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang.
Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan
jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada
pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.
21
BAB III
ANALISA KASUS
Pasien laki-laki berumur 56 tahun dengan keluhan utama pasien adalah penglihatan mata
kiri buram secara perlahan-lahan, tanpa disertai mata merah sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan
dirasakan semakin memburuk hingga mengganggu aktivitasnya. Penglihatan lebih buram saat
malam, lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya.
Pasien juga mengeluh silau dan ngeres pada kedua mata serta seperti melihat kabut atau asap.
Pasien menyangkal adanya nyeri kepala, muntah, menabrak-nabrak saat berjalan ataupun melihat
pelangi pada lampu. Gejala-gejala yang dialami pasien ini sesuai dengan kepustakaan yang
menuju kearah katarak. Katarak merupakan kekeruhan pada lensa sehingga mengakibatkan
penurunan tajam penglihatan. Tingkat kekaburan yang dialami pasien bervariasi tergantung dari
tingkat kekeruhan lensa. Lensa pasien katarak akan semakin cembung akibat proses sklerosis
nucleus yang meningkatkan ketebalan lensa. Hal ini menyebabkan kekuatan dioptri lensa pasien
menjadi semakin kuat sehingga pasien menjadi lebih jelas melihat dekat dibandingkan melihat
jauh. Berbeda dengan pasien pasien usia tua yang umumnya mengalami presbiopi sehingga lebih
jelas ketika melihat jauh dibandingkan dengan melihat dekat. Usia pasien yang lebih dari 50
tahun merupakan salah satu penentu jenis katarak akibat pergeseran peningkatan absorbsi
transmisi spectrum warna sinar oleh lensa yang mengurangi kejernihan lensa dan meningkatkan
stress oksidatif. Serta pada pasien terdapat faktor pencetus yakni Diabetes Mellitus yang
mempercepat terjadinya kekeruhan lensa akibat stress oksidatif dan proses mikroangiopati yang
mengenai pembuluh darah arteriola, kapiler dan vena retina. Jenis katarak yang sesuai adalah
katarak senilis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus pasien kurang dari 6/6, terutama pada mata kiri
dengan koreksi kacamata biasa masih buram. Pada pemeriksaan mata terdapat kekeruhan pada
lensa kiri yang jika disinari dengan menggunakan senter pada kemiringan 45o menimbulkan
bayangan iris pada sisi nasal. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa pada
lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam mata tanpa ada yang
dipantulkan. Jika kekeruhan lensa hanya sebagian saja, maka sinar obliq yang mengenai bagian
yang keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah
yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang
22
gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut bayangan iris atau
Shadow Test (+). Pada pemeriksaan opthalmologi, tidak ditemukan adanya hiperemi pada
konjungtiva serta rasa nyeri pada mata (-). Pada pemeriksaan tekanan kedua bola mata masih
dalam batas normal. Pada funduskopi, didapatkan reflex fundus yang (+). Adanya bayangan iris
pada mata kiri dan reflek fundus yang sulit dinilai karena tertutup kekeruhan menyeluruh pada
lensa mengarah kepada katarak senilis imatur. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik,
didapatkan diagnosis yang sesuai adalah katarak senilis imatur.
Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan biometri
sebelum tindakan operasi untuk mengukur kekuatan lensa tanam serta integritas kornea (jumlah
sel endotel kornea, bila jumlahnya <2000, kemungkinan edema kornea setelah operasi).
Penatalaksanaan pada katarak imatur adalah penggunaan kacamata sehingga pasien
mampu beraktivitas dengan baik. Namun jika hal ini masih dirasa mengganggu oleh pasien,
dapat dilakukan ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa dapat dilakukan dengan metode ECCE + IOL
atau Fakoemulsifikasi + IOL. Dimana pemilihan teknik operasi ini juga diserahkan pada pasien,
namun sebelumnya kita harus memberikan edukasi mengenai kelebihan ataupun kekurangan dari
masing-masing teknik tersebut. Pada ECCE + IOL, pembedahan yang dilakukan lebih lebar
dibandingkan dengan teknik fakoemulsifikasi sehingga proses penyembuhan akan berlangsung
lebih lama dan kemungkinan terjadinya astigmatisma juga lebih besar. Sementara teknik
fakoemulsifikasi memiliki komplikasi astigmatisma yang lebih kecil hanya saja biayanya lebih
mahal dibandingkan dengan ECCE.
Prognosis kesembuhan (ad vitam) dan fungsi (ad functionam) pasien ini baik, hal ini
disebabkan karena katarak merepukan suatu kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki.
Sehingga tajam penglihatan pasien setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan dengan
sebelum dioperasi. Namun, dengan riwayat diabetes mellitus dan hipertensi yang diderita,
terutama jika tidak terkontrol dan pola hidup sehat tidak dijaga dapat mengakibatkan kekeruhan
lensa pada mata sisi sebelahnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3 rd ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Khalilullah, Said Alvin. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis.
3. Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000. Oftalmologi Umum.
14th ed. Jakarta : Widya Medika.
4. Victor, Vicente. 2012. Senile Cataract. Available from : www.medscape.com.
5. Faradila, Nova. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas Kedokteran
Universitas Riau
6. Zulkifli, MS. 2009. Katarak Senilis. Available from : www.blogsehat.com
7. Riordan-Eva, P, Whitcher, J P : Vaughan & Asburys General Ophthalmology, Sixteenth
edition, Mc Graw Hill Companies, Inc, Boston, Singapore, International Edition 2004.
8. Ilyas S, Mailangkay HHB, Saman RR, et al. 2002. Ilmu Penyakit Mata: Ilmu Urai-Faal
Mata-Embriologi dan Imunologi Mata. Jakarta. Sagung Seto.
24