Anda di halaman 1dari 24

BAB I

STATUS PASIEN
I.1 Identitas Pasien
Nama

: Tn. S

Umur

: 71 tahun

Alamat

: Kemanggisan

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Guru Agama

Agama

: Islam

Tanggal periksa

: 30 April 2015

No RM

: 803924

I.2 Anamnesa (Auto-anamnesis)


-

Keluhan Utama : Penglihatan pada kedua mata buram tanpa disertai mata merah.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan kedua mata buram sejak 1 tahun yang lalu.
Penglihatan mata kiri lebih buram dibandingkan yang kanan. Buram dirasa perlahanlahan dan semakin lama semakin memburuk. Awal mulanya pasien seperti melihat
kabut pada kedua matanya, lebih tebal di sebelah kiri, tidak disertai silau dan mata
merah. Pasien mengaku penglihatan lebih buram terutama di malam hari. Pasien
merasa lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan
sebelumnya. Pasien mengatakan buram dimatanya mengganggu aktivitas pasien
sehari-hari. Pasien menyangkal adanya nyeri kepala dan muntah. Pasien juga
menyangkal adanya trauma pada kedua matanya. Pada tanggal 23 April 2015 pasien
operasi katarak mata kiri dengan teknik phaeco dan disertai penanaman lensa IOL.
Saat ini pasien datang kontrol post operasi kataeak mata kiri. Saat ini mata kiri pasien
terasa lebih terang dari mata kanan pasien. Pada mata kanan, pasien masih
mengeluhkan adanya kabut namun tidak setebal mata kiri, tidak disertai mata silau,
dan mata merah. Pasien menyangkal keluhan penglihatan buramnya ini menyebabkan
1

ia sampai menabrak-nabrak saat berjalan. Pasien juga menyangkal seperti melihat


lingkaran pelangi saat melihat lampu. Pasien mengatakan bahwa ia masih bisa
mengenal warna. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti penyakit gula,
hipertensi, dan penyakit jantung. Pasien tidak memiliki riwayat merokok dan minum
alkohol.
-

Riwayat Penyakit Terdahulu :


Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Pasien menggunakan kacamata
dengan koreksi untuk rabun jauh. Riwayat alergi, trauma disangkal. Hipertensi
disangkal. Diabetes disangkal. Riwayat trauma pada mata di sangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan
serupa.

Riwayat Sosial : Pasien sehari-harinya merupakan seorang guru agama.

I.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda-tanda vital

Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernapasan

: 120/70
: 80 x/menit
: 36 oC
: 18 x/menit

I.4 Pemeriksaan Fisik Khusus / Status Oftalmologi


KETERANGAN

OD

OS

Tajam Penglihatan

6/10

6/15

Koreksi

S+ 2.75 1

S-2.00 C-0.50 x 80o 0.4

Distansia Pupil

60

60

Kaca mata lama

1. VISUS

Addisi

2. KEDUDUKAN BOLA MATA


Eksoftalmus

Tidak ada

Tidak ada

Endoftalmus

Tidak ada

Tidak ada

Deviasi

Tidak ada

Tidak ada

Gerakan mata

Baik kesegala arah

Baik kesegala arah

Warna

Hitam

Hitam

Letak

Simetris

Simetris

3. SUPRA SILIA

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR


Edema

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri tekan

Tidak ada

Tidak ada

Ektropion

Tidak ada

Tidak ada

Entropion

Tidak ada

Tidak ada

Blefarospasme

Tidak ada

Tidak ada

Trikiasis

Tidak ada

Tidak ada

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Fisura palpebra

Tidak ada

Tidak ada

Hordeolum

Tidak ada

Tidak ada

Kalazion

Tidak ada

Tidak ada

Ptosis

Tidak ada

Tidak ada

5. KONJUNGTIVA TARSAL SUPERIOR DAN INFERIOR


Hiperemis

Tidak ada

Tidak ada

Folikel

Tidak ada

Tidak ada

Papil

Tidak ada

Tidak ada

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Anemia

Tidak ada

Tidak ada

Kemosis

Tidak ada

Tidak ada

6. KONJUNGTIVA BULBI
3

Injeksi konjungtiva

Tidak ada

Tidak ada

Injeksi siliar

Tidak ada

Tidak ada

Perdarahan sub-konjungtiva

Tidak ada

Tidak ada

Pterigium

Tidak ada

Tidak ada

Pinguekula

Tidak ada

Tidak ada

Nervus pigmentosus

Tidak ada

Tidak ada

Punctum lakrimal

Terbuka

Terbuka

Tes Anel

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Warna

Putih

Putih

Ikterik

Tidak ada

Tidak ada

Kejernihan

Jernih

Jernih

Permukaan

Licin

Licin

Ukuran

12

12

Sensibilitas

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Ilnfiltrat

Tidak ada

Tidak ada

Ulkus

Tidak ada

Tidak ada

Perforasi

Tidak ada

Tidak ada

Arkus senilis

Tidak ada

Tidak ada

Edema

Tidak ada

Tidak ada

Tes Plasido

Tidak dilakukan

TidaK dilakukan

Kedalaman

Dalam

Dalam

Kejernihan

Jernih

Jernih

Hifema

Tidak ada

Tidak ada

Hipopion

Tidak ada

Tidak ada

7. SISTEM LAKRIMALIS

8. SKLERA

9. KORNEA

10. BILIK MATA DEPAN

Efek Tyndall

Negative

Negative

Warna

Coklat

Coklat

Kripte

Jelas

Jelas

Bentuk

Bulat

Bulat

Sinekia

Tidak Ada

Tidak Ada

Kolobomo

Tidak Ada

Tidak Ada

Letak

Ditengah

Ditengah

Bentuk

Bulat

Bulat

Ukuran

3 mm

3 mm

Refleks cahaya langung

Refleks cahaya tidak langsung

Kejernihan

Keruh

Jernih

Letak

Central

Central

Shadow Test

Positif

Negatif

Jernih

Jernh

Positif

Positif

Batas

Bulat

Tidak dapat dinilai

Bentuk

Bulat

Tidak dapat dinilai

Warna

Kuning kemerahan

Tidak dapat dinilai

CD ratio

0,4

Tidak dapat dinilai

b. Arteri Vena

Normal, rasio 2/3

Tidak dapat dinilai

11. IRIS

12. PUPIL

13. LENSA

14. BADAN KACA


Kejernihan
15. FUNDUS OKULI
Refleks fundus
a. Papil

c. Retina
5

Perdarahan

Tak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai

Sikatrik

Tak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai

Neovaskularisasi

Tidak Ada

Tidak dapat dinilai

Nyeri tekan

Tidak Ada

Tidak Ada

Massa tumor

Tidak Ada

Tidak Ada

Tensi okuli

Perpalpasi normal

Perpalpasi normal

Tonometer Schiotz

15.6 mmHg

17.0 mmHg

Sama dengan pemeriksa

Sama dengan pemeriksa

16. PALPASI

17. KAMPUS VISI


Tes konfrontasi

I.5 Resume
Pasien laki-laki 56 tahun, datang dengan keluhan penglihatan mata kiri buram tanpa mata
merah. Keluhan ini dirasa perlahan-lahan sejak 3 bulan lalu dan penglihatannya semakin
lama semakin memburuk. Pasien mengaku penglihatan lebih buram di malam hari dan juga
merasa lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh. Pasien juga mengeluh silau dan
ngeres pada mata kirinya serta seperti melihat kabut atau asap walaupun saat tetap
menggunakan kacamata. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan Diabetes Mellitus sejak 1
tahun lalu. Riwayat alergi dan trauma pada mata disangkal oleh pasien. Keluarga pasien tidak
ada yang mengalami hal yang serupa.
Pemeriksaan mata di dapatkan kedua bilik mata dalam, terdapat kekeruhan merata di
lensa mata kiri dengan Shadow Test (+). Tekanan bola mata kanan dan kiri di bawah batas
normal.
I.6 Diagnosis Banding
I.7 Diagnosis Kerja
Pseudo fakia OS
Katarak senilis imatur OD

I.8 Pemeriksaan Anjuran


-

Biometri OD

I.9 Penatalaksanaan
OD : Kacamata
OS : Phacoemulsifikasi + IOL OS
I.10 Prognosis
Quo ad Vitam

: Dubia ad bonam

Quo ad Functionam

: Dubia ad bonam

Quo ad Sanantionam

: Dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 LENSA MATA
II. 1.1 Anatomi lensa8

Lensa berasal dari lapisan ektoderm, merupakan struktur yang transparan berbentuk
cakram bikonveks yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadi akomodasi.

Lensa tidak memiliki suplai darah (avaskular) atau inervasi setelah perkembangan janin
dan hal ini bergantung pada aquos humor untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya serta
membuang sisa metabolismenya.

Lensa terletak posterior dari iris dan anterior dari korpus vitreous. Posisinya
dipertahankan oleh zonula zinnii yang terdiri dari serat-serat yang kuat yang menyokong
dan melekatkannya pada korpus siliar.

Gambar 1. Lensa

Gambar 2. Struktur Lensa

Lensa terdiri dari kapsula, epitelium lensa, korteks dan nukleus.

Lensa terus bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Saat lahir, ukurannya sekitar
6,4 mm pada bidang ekuator, dan 3,5 mm anteroposterior serta memiliki berat 90 mg.

Pada lensa dewasa berukuran 9 mm ekuator dan 5 mm anteroposterior serta memiliki


berat sekitar 255 mg. Ketebalan relatif dari korteks meningkat seiring usia. Pada saat
yang sama, kelengkungan lensa juga ikut bertambah, sehingga semakin tua usia lensa
memiliki kekuatan refraksi yang semakin bertambah. Namun, indeks refraksi semakin
menurun juga seiring usia, hal ini mungkin dikarenakan adanya partikel-partikel protein
yang tidak larut. Maka, lensa yang menua dapat menjadi lebih hiperopik atau miopik
tergantung pada keseimbangan faktor-faktor yang berperan.

Struktur lensa terdiri dari:


o Kapsula

Kapsula lensa memiliki sifat yang elastis, membran basalisnya yang


transparan terbentuk dari kolagen tipe IV yang ditaruh di bawah oleh selsel epitelial. Kapsula terdiri dari substansi lensa yang dapat mengkerut
selama perubahan akomodatif.

Lapis terluar dari kapsula lensa adalah lamela zonularis yang berperan
dalam melekatnya serat-serat zonula.

Kapsul lensa tertebal pada bagian anterior dan posterior preekuatorial dan
tertipis pada daerah kutub posterior sentral di mana memiliki ketipisan
sekitar 2-4 mKapsul lensa anterior lebih tebal dari kapsul posterior dan
terus meningkat ketebalannya selama kehidupan.

Pinggie lateral lensa disebut ekuator , yaitu bagian yang dibentuk oleh
gabungan capsule anterior dan posterior yang merupakan insersi dari
zonula.

o Serat zonula
Lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari lamina basalis dari
epitelium non-pigmentosa pars plana dan pars plikata korpus siliar. Serat-serat
9

zonula ini memasuki kapsula lensa pada regio ekuatorial secara kontinu. Seiring
usia, serat-serat zonula ekuatorial ini beregresi, meninggalkan lapis anterior dan
posterior yang tampak sebagai bentuk segitiga pada potongan melintang dari
cincin zonula
o Epitel Lensa

Terletak tepat di belakang kapsula anterior lensa

terdiri dari sel-sel epithelial yang mengandung banyak organel sehingga


Sel-sel ini secara metabolik ia aktif dan dapat melakukan semua aktivitas
sel normal termasuk biosintesis DNA, RNA, protein dan lipid . sehingga
dapat menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan energi dari lensa.

Sel epitel akan menggalami perubahan morfologis ketika sel-sel epitelial


memanjang membentuk sel serat lensa. yang sering disertai dengan
peningkatan masa protein dan pada waktu yang sama, sel-sel kehilangan
organel-organelnya, termasuk inti sel, mitokondria, dan ribosom.

Hilangnya organel-organel ini sangat menguntungkan, karena cahaya


dapat melalui lensa tanpa tersebar atau terserap oleh organel-organel ini.

Tetapi dengan hilangnya organel maka fungsi metabolik akan hilang


sehingga serat lensa bergantung pada energi yang dihasilkan glikolisis.

Ket :
- CZ : sentral lensa
- PZ: preequator
- EZ : equator

Gambar 3. Pembagian Lensa


10

o Korteks dan Nukleus


Tidak ada sel yang hilang dari lensa sebagaimana serat-serat baru diletakkan, selsel ini akan memadat dan merapat kepada serat yang baru saja dibentuk dengan
lapisan tertua menjadi bagian yang paling tengah. Bagian tertua dari ini adalah
nukleus fetal dan embrional yang dihasilkan selama kehidupan embrional dan
terdapat pada bagian tengah lensa. Bagian terluar dari serat adalah yang pertama
kali terbentuk dan membentuk korteks dari lensa.
II.1.2 Fisiologi Lensa8
o Lensa sebagai media refraksi
Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara normal sekitar
1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda dari aqueous
humor dan vitreous yang mengelilinginya. Pada keadaan tidak berakomodasi, lensa
memberikan kontribusi 15-20 dioptri (D) dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi
bola mata manusia. Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksinya diberikan oleh udara
dan kornea.
o Akomodasi lensa
Kemampuan mata untuk melihat jauh dan dekat dipengaruhi oleh lkelenturan lensa ,
kontraksi otot otot siliaris dan ketegangan zonula zinn.

\
Gambar 4. Akomodasi Lensa
11

II.1.3 Metabolisme lensa1


o Transparansi lensa

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation ( Na,


K).kedua kation ini berasal dari humor aqueus dan vitreus .

Kadar kalium dibagian anterior lebih tinggi dibandingkan posterior


sedangkan Kadar natrium lebih tinggi di posterior.

Ion K bergerak kebagian posterior dan keluar ke humour aqueus , dan ion
Na bergerak keantreior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui
pompa aktif Na- K ATPase

Transport aktif asam-asam amino mengambil tempat pada epitel lensa


dengan mekanisme tergantung pada gradien natrium yang dibawa oleh
pompa natrium.

Aspek fisiologi terpenting dari lensa adalah mekanisme yang mengatur


keseimbangan air dan elektrolit lensa yang sangat penting untuk menjaga
kejernihan lensa. Karena kejernihan lensa sangat tergantung pada
komponen struktural dan makromolekular, gangguan dari hidrasi lensa
dapat menyebabkan kekeruhan lensa.

Telah ditentukan bahwa gangguan keseimbangan air dan elektrolit sering


terjadi pada

katarak kortikal, dimana kadar air meningkat secara

bermakna

Lensa manusia normal mengandung sekitar 66% air dan 33% protein dan
perubahan ini terjadi sedikit demi sedikit dengan bertambahnya usia.
Korteks lensa menjadi lebih terhidrasi daripada nukleus lensa.

Sekitar 5% volume lensa adalah air yang ditemukan diantara serat-serat


lensa

di

ruang

ekstraselular.

Konsentrasi

natrium

dalam

lensa

dipertahankan pada 20mM dan konsentrasi kalium sekitar 120 mM.


o Epitelium Lensa sebagai Tempat Transport Aktif

12

Lensa bersifat dehidrasi dan memiliki kadar ion kalium (K +) dan asam
amino yang lebih tinggi dari aqueous dan vitreus di sekelilingnya.

Sebaliknya, lensa mengandung kadar ion natrium (Na+) ion klorida (Cl)
dan air yang lebih sedikit dari lingkungan sekitarnya.

Keseimbangan kation antara di dalam dan di luar lensa adalah hasil dari
kemampuan permeabilitas membran sel-sel lensa dan aktifitas dari pompa
(Na+, K+-ATPase) yang terdapat pada membran sel dari epitelium lensa
dan setiap serat lensa.

Fungsi pompa natrium bekerja dengan cara memompa ion natrium keluar
dari dan menarik ion kalium ke dalam. Mekanisme ini tergantung dari
pemecahan ATP dan diatur oleh enzim Na+, K+-ATPase. Keseimbangan ini
mudah sekali terganggu oleh inhibitor spesifik ATPase ouabain.

Inhibisi dari Na+, K+-ATPase akan menyebabkan hilangnya keseimbangan


kation dan meningkatnya kadar air dalam lensa.

pada perkembangan katarak kortikal beberapa studi telah menunjukkan


bahwa terjadi

penurunan aktifitas Na+, K+-ATPase, sedangkan yang

lainnya tidak menunjukkan perubahan apa pun. Dan studi-studi lain telah
memperkirakan bahwa permeabilitas membran meningkat seiring dengan
perkembangan katarak
o Peranan Kalsium

Membran sel lensa juga secara relatif tidak permeabel terhadap kalsium.

Hilangnya homeostasis kalsium akan sangat mengganggu metabolisme


lensa.

Peningkatan kadar kalsium dapat berakibat pada beberapa perubahan


meliputi ;
tertekannya metabolisme glukosa,
pembentukan agregat protein dengan berat molekul tinggi dan
aktivasi protease yang destruktif

13

Glukosa memasuki lensa melalui sebuah proses difusi terfasilitasi


yang tidak secara langsung terhubung oleh sistem transport aktif.
Hasil buangan metabolisme meninggalkan lensa melalui difusi
sederhana. Berbagai macam substansi seperti asam askorbat, myoinositol dan kolin memiliki mekanisme transport yang khusus pada
lensa.
o Metabolisme Karbohidrat pada Lensa

Pada lensa, energi yang diperoleh bergantung pada metabolisme glukosa.

Glukosa memasuki lensa dari aqueous baik melalui difusi sederhana dan
melalui difusi terfasilitasi.

Kebanyakan glukosa ditranportasi ke dalam lensa dalam bentuk terfosforilasi


(Glukosa 6 fosfat =G6P) oleh enzim heksokinase. Reaksi ini adalah 70-1000
kali lebih lambat dari enzim-enzim lainnya yang terlibat dalam proses
glikolisis lensa dan kecepatan terbatas pada lensa.

Ketika terbentuk, G6P memasuki satu dari dua jalur metabolisme:


1. Jalur glikolisis anaerob ( 95%)
2. HMP shunt ( 5 %)

Jalur glikolisis anaerob ( 95%)


Kadar tekanan oksigen dalam lensa sangat rendah , tetapi walaupun
tanpa oksigen , lensa mampu mengahasilkan energi paling banyak
melalui jalur glikolisis dari pada jalur HMP shunt.

Hal ini membuktikan bahwa lensa tidak tergantung pada oksigen


tetapi dipengaruhi oleh kadar glukosa hal ini telah didemonstrasikan
dengan kemampuannya untuk menjaga metabolisme normal dalam
lingkungan nitrogen. Dengan diberikan sejumlah glukosa, lensa in
vitro yang anoksik tetap jernih dan utuh, memiliki kadar normal dari
ATP serta mempertahankan aktivitas pompa asam amino dan ion.
Bagaimana pun, ketika glukosa menurun atau kekurangan, lensa tidak

14

dapat mempertahankan fungsi-fungsi ini dan menjadi keruh pada


beberapa jam sekalipun terdapat oksigen

HMP shunt
Jalur yang kurang aktif untuk utilisasi G6P dalam lensa adalah heksosa
monofosfat shunt (HMP shunt), yang dikenal juga dengan istilah jalur
pentosa monofosfat.
Sekitar 5% dari glukosa lensa dimetabolisme melalui jalur ini
sekalipun jalur ini distimulasi oleh peningkatan kadar glukosa.
Aktifitas HMP shunt lebih tinggi pada lensa dibandingkan dengan
jaringan lain dalam tubuh namun perannya masih belum bisa
ditetapkan.
Jalur HMP shunt ini menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam
lemak dan biosintesis ribosa untuk nukleotida. Juga untuk aktifitas
glutation reduktase dan aldose reduktase dalam lensa.
Aldose reduktase adalah enzim kunci pada jalur lain metabolisme
karbohidrat pada lensa, yaitu jalur sorbitol.

Enzim ini telah ditemukan memainkan peranan yang penting


dalam pembentukan katarak gula.

ketika kadar glukosa meningkat dalam lensa sebagaimana


terjadi pada keadaan hiperglikemia, jalur sorbitol teraktifasi
lebih daripada glikolisis dan terjadi akumulasi dari sorbitol.

Sorbitol dimetabolisme menjadi fruktosa oleh enzim polyol


dehidrogenase.

Sayangnya enzim polyol dehidrogenase memiliki affinitas yang


rendah yang berarti sorbitol akan terakumulasi sebelum
mengalami metabolisme labih lanjut.

Karakteristik

ini,

dikombinasikan

dengan

kurangnya

permeabilitas lensa terhadap sorbitol berakhir dengan retensi


sorbitol dalam lensa.
Sejalan dengan sorbitol, fruktosa juga terbentuk pada lensa dengan kadar tinggi glukosa.
Bersamaan, kedua gula tersebut meningkatkan tekanan osmotik di dalam lensa dan menarik air.
15

Pada mulanya pompa tergantung energi pada lensa mampu mengkompensasi, tetapi akhirnya
kemampuan tersebut terlewati. Hasilnya adalah pembengkakan serat, rusaknya arsitektur
sitoskeletal normal dan kekeruhan lensa
II.2

KATARAK SENILIS IMATUR

II.2.1 Definisi
Katarak senilis imatur merupakan salah satu stadium katarak senilis, dimana pada
stadium ini kekeruhan lensa belum terjadi disemua bagian lensa. Kekeruhan pada stadium ini
utamanya terjadi di bagian posterior dan belakang nukleus lensa. Pada katarak imatur,
volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif
lensa. Pada keadaan ini, lensa akan mencembung dan dapat menimbulkan hambatan pupil
sehingga terjadi glaukoma sekunder.1,2
II.2.2 Etiologi
Penyebab katarak senilis sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti dan diduga
multifaktorial. Beberapa penyebab katarak diantaranya adalah:5
-

Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik


Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat sehingga mempunyai efek

buruk terhadap serabu-serabut lensa


Faktor imunologik
Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan

permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.


Gangguan metabolisme umum

II.2.3 Patofisiologi
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa. Dengan
bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara daya akomodasinya
akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan
mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu
terjadi pula proses kristalisasi pada lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi
protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba
ini mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya menyebar
dan penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa juga menghasilkan
pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa menjadi keruh. Perubaha lain pada
16

katarak terkait usia juga menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta
meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.2
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi lensa. Sel
epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga densitasnya akan berkurang
dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang
hilang akan meningkatkan pembentukan serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan
transparasi lensa. Selain itu, proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan
permeabilitas lensa terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga transportasi air,
nutrisi dan antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan
penurunan antioksidan seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki peran penting
pada proses pembentukan katarak.6
II.2.4 Gejala Klinis
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat kemunduran
secara progesif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan penglihatan bervariasi, tergantung
pada jenis dari katarak ketika pasien datang.2
-

Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien dengan

katarak senilis.
Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas kontras
terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika

mendekat ke lampu pada malam hari.


Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik lensa
yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien
presbiopi

melaporkan

peningkatan

penglihatan

dekat

mereka

dan

kurang

membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas,
perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior
atau anterior.
-

Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi pada


bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari
lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan
retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan

17

diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa
kontak.
-

Noda, berkabut pada lapangan pandang.

Ukuran kaca mata sering berubah

II.2.5 Diagnosis
Diagnosis katarak senilis imatur dapat diperoleh dari gejala-gejala klinis yang dialami
serta pemeriksaan oftalmologi. Pasien pada katarak senilis imatur biasanya datang dengan
keluhan mata kabur serta silau. Sementara pemeriksaan oftalmologi dapat dilakukan dengan
menggunakan senter, slit lamp dan funduskopi. Berikut merupakan hasil temuan pemeriksaan
oftalmologi pada katarak senilis dan katarak stadium lainnya.

Kekeruhan lensa
Cairan Lensa

Insipien
Ringan
Normal

Imatur
Matur
Sebagian
Komplit
Bertambah (air Normal

Hipermatur
Masif
Berkurang (air+masa

Iris
Bilik

Normal
Mata Normal

masuk)
Terdorong
Dangkal

Normal
Normal

lensa keluar)
Tremulans
Dalam

Depan
Sudut

Bilik Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Positif
<
Glaukoma

Negatif
<<
-

Pseudopos
<<<
Uveitis+glaucoma

Mata
Shadow Test
Visus
Penyulit

Negatif
(+)
-

Pada katarak senilis imatur, terdapat kekeruhan pada sebagaian lensa yang dapat
menimbulkan gangguan visus. Dengan koreksi, visus masih dapat mencapai 1/60-6/6. Pada
stadium ini, kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Pada lensa normal yang tidak
terdapat kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh
karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang
keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah
yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang
gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test
(+).
18

II.2.6 Diagnosis Banding


Diagnosis Banding Katarak Senillis Imatur :

Kekeruhan badan kaca


Endopthalmitis
Glaukoma kronis

II.2.7 Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak
tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti
kacamata sehingga didapatkan penglihatan maksimal. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang
dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat
menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol dan sudah memperlihatkan hasil yang
menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang
diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen
glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Terdapat 2 tipe
ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract
ekstraksi (ECCE). ECCE sendiri terdiri dari dua teknik yaitu Small Incision Cataract
Surgery (SICS) dan Phakoemulsifikasi.7
-

Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)


Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari
mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan
hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi
katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.
ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40
tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi
pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

19

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek
lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak
muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa
intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk
terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca
bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak
seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu
dapat terjadinya katarak sekunder.
-

Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan memecah dan
memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil
(sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan
katarak, selanjutnya mesin phako akan menyedot massa katarak yang telah hancur
sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui
irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan
pulih dengan sendirinya sehingga memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital,
traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak
senilis padat.

Small Incision Cataract Surgery SICS


Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih murah dan proses
penyembuhannya lebih cepat.

II.2.8 Komplikasi
-

Komplikasi Intra Operatif

20

Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi suprakoroid,
pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam luka serta retinal
light toxicity.1,6,7
-

Komplikasi dini pasca operatif

COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan yang
keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema stroma
dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea perifer dengan
daerah sentral yang bersih paling sering)

Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus

Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak
adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang
tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.

Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi

Komplikasi lambat pasca operatif

Ablasio retina

Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi rendah


yang terperangkap dalam kantong kapsuler

Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah Malformasi lensa
intraokuler, jarang terjadi.

II.2.9 Prognosis
Dengan teknik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang.
Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan
jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada
pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.

21

BAB III
ANALISA KASUS
Pasien laki-laki berumur 56 tahun dengan keluhan utama pasien adalah penglihatan mata
kiri buram secara perlahan-lahan, tanpa disertai mata merah sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan
dirasakan semakin memburuk hingga mengganggu aktivitasnya. Penglihatan lebih buram saat
malam, lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya.
Pasien juga mengeluh silau dan ngeres pada kedua mata serta seperti melihat kabut atau asap.
Pasien menyangkal adanya nyeri kepala, muntah, menabrak-nabrak saat berjalan ataupun melihat
pelangi pada lampu. Gejala-gejala yang dialami pasien ini sesuai dengan kepustakaan yang
menuju kearah katarak. Katarak merupakan kekeruhan pada lensa sehingga mengakibatkan
penurunan tajam penglihatan. Tingkat kekaburan yang dialami pasien bervariasi tergantung dari
tingkat kekeruhan lensa. Lensa pasien katarak akan semakin cembung akibat proses sklerosis
nucleus yang meningkatkan ketebalan lensa. Hal ini menyebabkan kekuatan dioptri lensa pasien
menjadi semakin kuat sehingga pasien menjadi lebih jelas melihat dekat dibandingkan melihat
jauh. Berbeda dengan pasien pasien usia tua yang umumnya mengalami presbiopi sehingga lebih
jelas ketika melihat jauh dibandingkan dengan melihat dekat. Usia pasien yang lebih dari 50
tahun merupakan salah satu penentu jenis katarak akibat pergeseran peningkatan absorbsi
transmisi spectrum warna sinar oleh lensa yang mengurangi kejernihan lensa dan meningkatkan
stress oksidatif. Serta pada pasien terdapat faktor pencetus yakni Diabetes Mellitus yang
mempercepat terjadinya kekeruhan lensa akibat stress oksidatif dan proses mikroangiopati yang
mengenai pembuluh darah arteriola, kapiler dan vena retina. Jenis katarak yang sesuai adalah
katarak senilis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus pasien kurang dari 6/6, terutama pada mata kiri
dengan koreksi kacamata biasa masih buram. Pada pemeriksaan mata terdapat kekeruhan pada
lensa kiri yang jika disinari dengan menggunakan senter pada kemiringan 45o menimbulkan
bayangan iris pada sisi nasal. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa pada
lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam mata tanpa ada yang
dipantulkan. Jika kekeruhan lensa hanya sebagian saja, maka sinar obliq yang mengenai bagian
yang keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah
yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang
22

gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut bayangan iris atau
Shadow Test (+). Pada pemeriksaan opthalmologi, tidak ditemukan adanya hiperemi pada
konjungtiva serta rasa nyeri pada mata (-). Pada pemeriksaan tekanan kedua bola mata masih
dalam batas normal. Pada funduskopi, didapatkan reflex fundus yang (+). Adanya bayangan iris
pada mata kiri dan reflek fundus yang sulit dinilai karena tertutup kekeruhan menyeluruh pada
lensa mengarah kepada katarak senilis imatur. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik,
didapatkan diagnosis yang sesuai adalah katarak senilis imatur.
Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan biometri
sebelum tindakan operasi untuk mengukur kekuatan lensa tanam serta integritas kornea (jumlah
sel endotel kornea, bila jumlahnya <2000, kemungkinan edema kornea setelah operasi).
Penatalaksanaan pada katarak imatur adalah penggunaan kacamata sehingga pasien
mampu beraktivitas dengan baik. Namun jika hal ini masih dirasa mengganggu oleh pasien,
dapat dilakukan ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa dapat dilakukan dengan metode ECCE + IOL
atau Fakoemulsifikasi + IOL. Dimana pemilihan teknik operasi ini juga diserahkan pada pasien,
namun sebelumnya kita harus memberikan edukasi mengenai kelebihan ataupun kekurangan dari
masing-masing teknik tersebut. Pada ECCE + IOL, pembedahan yang dilakukan lebih lebar
dibandingkan dengan teknik fakoemulsifikasi sehingga proses penyembuhan akan berlangsung
lebih lama dan kemungkinan terjadinya astigmatisma juga lebih besar. Sementara teknik
fakoemulsifikasi memiliki komplikasi astigmatisma yang lebih kecil hanya saja biayanya lebih
mahal dibandingkan dengan ECCE.
Prognosis kesembuhan (ad vitam) dan fungsi (ad functionam) pasien ini baik, hal ini
disebabkan karena katarak merepukan suatu kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki.
Sehingga tajam penglihatan pasien setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan dengan
sebelum dioperasi. Namun, dengan riwayat diabetes mellitus dan hipertensi yang diderita,
terutama jika tidak terkontrol dan pola hidup sehat tidak dijaga dapat mengakibatkan kekeruhan
lensa pada mata sisi sebelahnya.

23

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3 rd ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Khalilullah, Said Alvin. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis.
3. Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000. Oftalmologi Umum.
14th ed. Jakarta : Widya Medika.
4. Victor, Vicente. 2012. Senile Cataract. Available from : www.medscape.com.
5. Faradila, Nova. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas Kedokteran
Universitas Riau
6. Zulkifli, MS. 2009. Katarak Senilis. Available from : www.blogsehat.com
7. Riordan-Eva, P, Whitcher, J P : Vaughan & Asburys General Ophthalmology, Sixteenth
edition, Mc Graw Hill Companies, Inc, Boston, Singapore, International Edition 2004.
8. Ilyas S, Mailangkay HHB, Saman RR, et al. 2002. Ilmu Penyakit Mata: Ilmu Urai-Faal
Mata-Embriologi dan Imunologi Mata. Jakarta. Sagung Seto.

24

Anda mungkin juga menyukai