Anda di halaman 1dari 24

CASE REPORT SESSION

HEMOPTISIS E.C TUBERCULOSIS PARU

Oleh:
Elsy Selvia Rahma Putri, S. Ked
G1A213063
Pembimbing:
dr. Makrup Effendy, Sp.P
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
SMF/BAGIAN PARU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
PROVINSI JAMBI
2014

Pendahuluan
Diseluruh dunia tahun 1990 WHO : 3,8 juta
kasus baru TB dengan 49% kasus terjadi di
Asia Tenggara.
Periode 1984 1991 tercatat peningkatan
jumlah kasus TB diseluruh dunia, kecuali
Amerika dan Eropa.
Tahun 1990 diperkirakan 7,5 juta kasus TB
dan 2,5 juta kematian akibat TB diseluruh
dunia.2

BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Tn. E
Umur : 35 tahun
Suku/bangsa : Melayu/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Petaling
MRS : Jumat, 24 Oktober 2014 (dari IGD)
Anamnesis
Keluhan Utama : Batuk berdarah sejak + 1 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Os mengeluh batuk berdahak sejak 5 bulan yang lalu, dahak
berwarna kuning dan kental, Os meminum obat komix namun tidak
ada perubahan. Kemudian sejak 1 bulan yang lalu batuk semakin
parah dan disertai dengan darah, darah yang keluar adalah darah
segar yang berwarna merah, sejak timbul batuk berdarah Os langsung
dibawa ke Rumah Sakit Umum Raden Mattaher selama 4 hari, lalu Os
pulang selama 2 hari dan batuk berdarahnya timbul lagi kemudian Os
dirawat lagi di RS selama 11 hari dan pulang lagi kerumah namun
baru 5 hari di rumah Os mengalami batuk darah lagi.
Keluhan lain yang dirasakan os adalah demam hilang timbul, disertai
menggigil dan berkeringat terutama saat malam hari. Sejak timbulnya
keluhan-keluhan tersebut nafsu makan os mulai agak menurun.
3 tahun yang lalu Os pernah mengeluh batuk berdahak dan di
diagnosis menderita TB paru, Os menjalani pengobatan selama 6
bulan dan minum obat dengan teratur namun ketika pengobatan
selesai Os tidak memeriksakan dahaknya ke laboratorium karena Os
merasa keluhannya sudah hilang.

Riwayat Penyakit Dahulu


TB paru (+), Asma (-), Malaria (-), alergi obat (-)
Riwayat penyakit Keluarga
TB Paru (-), Hipertensi (-) DM (-), Asma (-), PJK (-), Malaria (-)
Riwayat Pekerjaan dan Sosial
Sehari-harinya os bekerja sebagai buruh, menurut Os tidak
ada keluarga
dan orang sekitar yang menderita keluhan
seperti Os
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
TD
: 100/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 25x/menit teratur
Suhu
: 36,90C

Pemeriksaan Kepala
Bentuk Kepala : Normochepal
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut,
distribusi rata.

Pemeriksaan Mata
Konjungtiva: Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Pupil : Isokor kanan-kiri, reflek cahaya ( + / + )
Palpebra : Tak tampak edema kanan-kiri, simetris
Gerakan bola mata : Simetris
Pemeriksaan Hidung
Bentuk : Normal , deviasi (-)
Nafas cuping hidung: tidak ada
Sekret : tidak terdapat sekret hidung

Pemeriksaan Mulut
Bibir : tidak sianosis, tidak kering
Lidah
: tidak kotor, tepi tidak hiperemi
Pemeriksaan Telinga
Bentuk : Normal
Sekret : Tidak ada
Nyeri tekan mastoideus: tidak ada
Fungsional : pendengaran baik
Pemeriksaa Leher
JVP : normal (5-2 cm H2O)
Kelenjar tiroid : tidak membesar
Kelenjar limfonodi : tidak membesar
Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak, letak di ICS 5
Palpasi : Thrill (-)
Perkusi : Batas jantung dbn
Auskultasi : BJ I dan II regular , Gallop (-), Murmur (-)

Pulmo
Inspeksi: Simetris kanan-kiri, pergerakan dinding dada
tidak ada yang tertinggal.
Palpasi : NT (-), taktil fremitus kanan meningkat
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/), ronkhi (+/-), wheezing (-/-)

Abdomen
Inspeksi : Datar dan supel
Palpasi : NT (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas
Edema (-/-), akral hangat, sianosis (-)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Rutin
WBC : 7,8 x 103/mm3
RBC
: 4,61 x 106/mm3
HB : 12,3 g/dl
HT : 37,4 %
PLT : 404 x 103/mm3
PCT
: 0,279
MCV : 81
MCH : 26,7
MCHC: 32,9
RDW : 15,5
MPV : 6,9
PDW : 13,1

Pemeriksaan sputum BTA


Sewaktu : +3
Pagi
: +3
Diagnosis
Hemoptisis ec. TB Paru

Penatalaksanaan
IVFD RL 20 gtt/m
Inj. Ceftriaxone 1x1 gram
Inj. Ranitidin 2x 1 amp
RHEZS 2x1 tab

Follow Up
Tanggal
Follow up
Keterangan
30-10- S : Batuk berdahak (+), Batuk darah (+), WBC : 6,8
2014

sesak (+)

O : TD : 100/70 mmHg

RBC : 4,04
N : 80 x/i

HB : 11,1
HT : 32,4

RR : 25 x/i

T : 36,7 C

Vesikuler (+/+) Ronkhi (+/-),


Wheezing (-/-)
A : Hemoptisis ec. TB Paru
P:

- IVFD RL 20 gtt/m

PLT : 33,3
PCT : 0,23
MCV : 80
MCH : 27,6

Inj. Ceftriaxone 1x1 gram

MCHC : 34,4

Inj. Ranitidin 2x 1 amp

RDW : 14,6

RHEZS 2 x 1 tab

MPV : 7,1
PDW : 14,2

31-10-2014

S : Sesak (+), Batuk berdahak (+), Batuk darah


(+)

O : TD : 110/70 mmHg

N : 94 x/i
T : 36,5 C

RR : 25 x/i
Vesikuler (+/+)

Ronkhi (+/-), Wheezing

(-/-)
A : Hemoptisis ec. TB Paru
P:

1-11-2014

IVFD RL 20 gtt/m

Inj. Ceftriaxone 1x1 gram

Inj. Ranitidin 2x 1 amp

RHEZS 2 x 1 tab

Vit. C 1 x 1 amp
S : Sesak (+), Batuk darah (+) dan sudah berkurang,
Batuk berdahak (+)
O : TD : 100/70 mmHg
RR : 20 x/i

N : 78 x/i
T : 36,8 C

Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)


A : Hemoptisis ec. TB Paru
P:

IVFD RL 20 gtt/m

Inj. Ceftriaxone 1x1 gram

Inj. Ranitidin 2x 1 amp

RHEZS 2 x 1 tab

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
HEMOPTISIS
Batuk darah atau hemoptisis : ekspektorasi darah
akibat perdarahan pada saluran napas di bawah
laring, atau perdarahan yang keluar melalui
saluran napas bawah laring.
Volume darah yang dibatukkan bervariasi dan
dahak bercampur darah dalam jumlah minimal
hingga masif, tergantung laju perdarahan dan
lokasi perdarahan.

Penyebab batuk darah sangat beragam antara lain :


Infeksi : tuberkulosis, staphylococcus, klebsiella,
jamur, virus
Kelainan paru seperti bronchitis, bronkiektasis, emboli
paru, kistik fibrosis, emfisema bulosa
Neoplasma : kanker paru, adenoma bronchial, tumor
metastasis
Kelainan hematologi : disfungsi trombosit,
trombositopenia,
Kelainan jantung : mitral stenosis, endokarditis
tricuspid
Kelainan pembuluh darah : hipertensi pulmoner,
malformasi arterivena, aneurisma aorta
Trauma : jejas toraks, ruptur bronkus, emboli lemak

Iatrogenik : akibat tindakan bronkoskopi, biopsi


paru, kateterisasi
Kelainan sistemik : systemic lupus erytematosus,
vaskulitis
Obat / toksin : aspirin, antikoagulan,
penisilamin,kokain
Lain-lain : endometriosis, bronkiolitiasis, fistula
bronkopleura, benda asing

TUBERKULOSIS PARU
Tuberkulosis paru atau yang biasa disebut TB paru
adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan
oleh mycobacterium tuberculosis (atau kadang-kadang
oleh M. bovis dan africanum).
Gejala Klinis
Gejala Respiratorik
Batuk,
Batuk darah.
Sesak napas.
Nyeri dada.
Gejala Sistemik
Demam.
Malaise.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : pucatnya konjungtiva mata atau kulit
pucat karena anemia, suhu demam subfebril, badan
kurus atau berat badan menurun.
Tempat kelainan lesi tuberkulosis paru yang paling
dicurigai di bagian apeks paru. Bila adanya infiltrat yang
agak luas didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi
suara napas bronkial.
Ditemukan suara napas tambahan berupa ronki basah,
kasar,.
Bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara
napasnya menjadi vesikular melemah, bila terjadi
kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara
hipersonor atau timpani
Bila tuberkulosis mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura. Paru
yang sakit akan terlihat tertinggal dalam pernapasan.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Darah
Uji Tuberkulin (Mantoux Test)

Penegakan diagnosis

Pengobatan TB
Tujuan dari pengobatan TB paru:
Menyembuhkan pasien dan mengembalikan kualitas serta
produktivitas hidup.
Mencegah kematian karena penyakit TB aktif atau efek
lanjutnya.
Mencegah kekambuhan.
Mengurangi transimisi atau penularan kepada orang lain.
Mencegah terjadinya resistensi obat serta penularannya
Pengobatan TB paru terbagi atas dua fase:
Fase intensif/initial/awal (2 bulan)
Fase lanjutan (4-6 bulan)

WHO dan IUATLD (international Union Againts Tuberculosis


and Lung Disease) merekomendasikan panduan OAT standar:
Kategori I. Untuk pasien TB paru baru.
2HRZE/4H3R3
2HRZE/4HR
2HRZE/6HE
Kategori II. Untuk pasien ulangan ( gagal kategori I/kambuh)
2HRZES/HRZE/5H3R3E3
2HRZES/HRZE/5HRE
Kategori III. Untuk pasien dengan BTA (-) dan Ro (+)
2HRZ/4H3R3
2HRZ/4H

BAB IV
ANALISA KASUS
Anamnesis : Tn. E. laki-laki 35 tahun, mengeluh batuk berdahak sejak
5 bulan yang lalu, dahak berwarna kuning dan kental, Kemudian sejak 1
bulan yang lalu batuk semakin parah dan disertai dengan darah, darah
yang keluar adalah darah segar yang berwarna merah, sejak
Keluhan lain yang dirasakan os adalah demam hilang timbul, disertai
menggigil dan berkeringat terutama saat malam hari. Sejak timbulnya
keluhan-keluhan tersebut nafsu makan os mulai agak menurun.
3 tahun yang lalu Os pernah mengeluh batuk berdahak dan di diagnosis
menderita TB paru, Os menjalani pengobatan selama 6 bulan dan
minum obat dengan teratur namun ketika pengobatan selesai Os tidak
memeriksakan dahaknya ke laboratorium.
Pemeriksaan fisik: keadaan umum: sakit sedang, kesadaran: Compos
Mentis, TD 100/70 mmHg, nadi 80x/menit, RR 25x/menit teratur, dan
suhu 36,9 0C. Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
Pemeriksaan kepala, hidung, mulut, telinga, leher, jantung, abdomen,
dan ektremitas dalam batas normal. Sedangkan pada pemeriksaan paru
didapatkan hasil suara napas vesikuler +/+, rhonki +/-, wheezing -/-.

BAB V
KESIMPULAN
Hemoptisis: suatu gejala atau tanda dari suatu penyakit infeksi.
Volume darah yang dibatukkan bervariasi dan dahak bercampur
darah dalam jumlah minimal hingga masif, tergantung laju
perdarahan dan lokasi perdarahan.
Penyebab hemoptisis: Kelainan paru, Infeksi , Neoplasma, Kelainan
hematologi, Kelainan jantung, Kelainan pembuluh darah, Trauma,
Iatrogenik, Kelainan sistemik, Obat / toksin.
Tuberkulosis paru : suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan
oleh mycobacterium tuberculosis .
Gejala klinis TB paru dibagi dua kelompok,: gejala respiratori berupa
batuk berdahak dengan atau tanpa disertai darah, sesak napas, nyeri
dada dan gejala sistemik berupa demam, malaise, anorexia,
penurunan berat badan, serta berkeringat di malam hari.
Prinsip pengobatan TB paru : dengan pemberian obat anti
tuberkulosis, terbagi atas dua fase: fase intensif/initial/awal (2 bulan)
dan fase lanjutan (4-6 bulan)

DAFTAR PUSTAKA
1. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta; 2007
2. Widoyono. Penyakit tropis, epidemiologi, penularan, pencegahan, dan pemberantasannya. Jakarta : EMS; 2008. hal. 13-19.
3. Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata Marcellus K, Setiati Siti. Buku ajar ilmu penyakit dalam, vol I. Edisi V.
Jakarta : Internal publishing FKUI; 2009.
4. Pedoman nasional penanggulangan Tuberculosis. Edisi kedua. Jakarta : Depkes RI; 2008.
5. Wibisono, Jusuf, Winarni, Hariadi Slamet. Buku ajar ilmu penyakit paru, cetakan ketiga. Surabaya : Departemen ilmu penyakit paru
FK UNAIR RSUD dr. Soetomo; 2011. hal. 27-36.
6. Gandasoebrata, R. Penuntun laboratorium klinik. Cetakan ke-15. Jakarta : Dian Rakyat; 2009. hal.179.
7. Rasmin, Menaldi. Diagnosis dan terapi. Jakarta : Bagian pulmonology FKUI; 2007. hal. 99-100.
8. Hudoyo, Ahmad. Tuberculosis mudah diobati. Jakarta : FKUI; 2008. hal. 10-20.
9. Ditjen PP dan PL Kemenkes RI. Laporan situasi terkini perkembangan Tuberkulosis di Indonesia (online). Jakarta : Kemenkes RI;
2011(diakses 30 Oktober 2014). Diunduh dari URL : http://www.Kemenkes-RI.go.id/
10. Perkumpulan pemberantasan tuberculosis di Indonesia (PPTI). Buku saku PPTI (online). Jakarta : PPTI;2010 (diakses 30 Oktober
2014). Diunduh dari URL : http://www.PPTI.info
11. Tim kelompok kerja tuberculosis, editor. Tuberkulosis- Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta : PDPI; 2011.
12. Varaine F, Henkens M, Grouzard V, editor. Tuberculosis practical guide for clinicans, nurses, lab technicians, and medical
auxiliaries (online). 5th revised ed. 2010 (diakses 30 Oktober 2014). Diunduh dari URL : http://www.msf.org
13. Jawetz, Melnick, and Adelberg. Mikrobiologi kedokteran. Edisi ke-23. Jakarta : EGC; 2008.
14. Djojodibroto, Darmanto. Respirologi. Jakarta : EGC; 2009.
15. Danusanto, Halim. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates. 2000. hal. 93-143.
16. Fauci AS, Braunwald E, Isselbacher KJ, Wilson JB, Kasper DI, et al., editors. Harrisons principle of Internal Medicine, 17th ed. New
York : McGarw-Hills, Health Professions Division; 2008. p. 1006-1020.
17. Todar, K. Mycobacterium tuberculosis dan tuberculosis (online). University of Wisconsin; 2009 (diakses 30 Oktober 2014). Diunduh
dari URL : http://www.textbookofbacteriology.net/Tb.html
18. Price. Sylvia A dan Wilson. Lorraine M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Jakarta: EGC; 2005.
19. Alsagaff H, Amin M. Buku ajar ilmu penyakit paru. Jakarta : Bagian ilmu penyakit paru FK UNAIR; 2009.
20. World Health Organisation. Quality assurance of sputum microscopy in DOTS programmes regional guidelines for countries in the
western pacific (online). United Nation Avenue : WHO; 2003 (diakses 30 Oktober 2014). Diunduh dari URL : http://
www.wpro.who.int

21. Setiono, Aris. Uji Diagnostik Pemeriksaan ICT TB dibandingkan dengan Pemeriksaan Sputum BTA pada tersangka penderita TB
Patu di RSUP dr.Kariadi.Semarang : Undip; 2011
22. Jianzhao H, Susan V, Lin Xu, yubang Q, Jinglong H, Marieke J. Risk factors for non-cure among new sputum smear positive
tuberculosis patients treated in tuberculosis dispensaries in Yunnan, China (serial online) 2011(diakses 30 Oktober 2014); (7
layar). Diunduh dari URL : http://www.biomedcentral.com
23. Mahoney A, weetjens BJ, Cox C, Beyene N,Reither K, Makingi J, et al., Pouched rats detection of TB in human sputum :
comparison to culturing and PCR (serial online) 2012 (diakses 30 Oktober 2014); 1 (716989): (5 layar). Diunduh dari URL :
http://www.NEJM.org
24. Pajankar S, Khandekar R, Al Amri MA, Redha AL. Factors influencing sputum smear conversin at one and two months of TB
treatment (serial online) 2008 (diakses 30 Oktober 2014); 23 (4): (6 layar). Diunduh dari URL http://www.Oman-Medjournal.org
25. Michael D, Iseman MD, Leonid B. Rapid detection of Tuberculosis and drugs-resistant tuberculosis (serial online) 2008 (diakses
30 Oktober 2014); 335(15): (3 layar). Diunduh dari URL : http://www.NEJM.org
26. World Health Organization. Stop tb partnership retooling task force, stop tb partnership new diagnostics working group, new
laboratory diagnostic tools for tuberculosis control (serial online) 2009 (diakses 30 Oktober 2014); (7 layar). Diunduh dari URL:
http://www.stoptb.org/retooling
27. Mulyadi, Mudatsir, Nurlina. Hubungan tingkat kepositifan pemeriksaan BTA dengan gambaran luas lesi radiologi toraks pada
penderita TB paru yang dirawat di SMF Pulmonologi RSUDZA Banda Aceh (serial online) 2011; 31(3); (5 layar). Diunduh dari
URL : http://www.Jrespirologiindo.com
28. Joshi YP, Mishra PN, Joshi DD. Diagnosis of tuberculosis under directly observed treatment for short-course (DOTS) :
examination of two or three sputum specimens (serial online) 2007; 3(3); (3 layar). Diunduh dari URL :
http://www.scientificworld.org
29. WHO. Treatment of tuberculosis guidelines (serial online) 2009; 4(160 layar). Diunduh dari URL :
http://www.wholibdoc.who.int/publication
30. Rasmin, Menaldi. Hemoptisis. Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-SMF Paru RSUP Persahabatan.

Anda mungkin juga menyukai