Anda di halaman 1dari 6

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 060949 kelurahan Pekan Labuhan, kecamatan Medan
Labuan. yang merupakan suatu unit pelayanan Pendidikan tingkat sekolah dasar, milik
Pemerintah Kota Medan yang berada di Jalan KL.Yos Sudarso Km 17.5.
5.1.2. Karakteristik Individu
Berdasarkan pengukuran langsung, subjek penelitian yang dinilai adalah siswa dan
siswi kelas I SD. Dari 72 sampel seluruhnya sesuai dengan kriteria inklusi, dengan usia
siswa-siswi berkisar antara 6-8 tahun .
Usia (Tahun)
6
7
8

N (%)
53 (73.61)
17 (23.61)
2 (2.78)

Jenis Kelamin
Laki - Laki
Perempuan

N (%)
44 (61.1)
28 (38.9)

5.1.3. Hasil Analisis Data


Dari keseluruhan sampel yang ada, diperoleh distribusi tinggi badan dan berat badan
siswa-siswi SD 060949 berdasarkan hasil pengukuran antropometri secara langsung.
Tinggi
Badan
107
108
109
110
111
112
113
114
115

1
3
3
3
1
4
4
5
3

(1,4)
(4,2)
(4,2)
(4,2)
(1,4)
(5,6)
(5,6)
(6,9)
(4,2)

116
117

2
7

(2,8)
(9,7)

N (%)

118

(2,8)

119

(2,8)

120

(11,1)

121

(2,8)

122

(8,3)

123

(4,2)

124

(4,2)

125

(2,8)

126

(2,8)

127

(1,4)

129

(1,4)

130

(1,4)

132

(1,4)

133

(1,4)

136
Total

1
72

(1,4)
(100,0)

Dari tabel di atas terlihat bahwa 8 orang (11.1%) memiliki tinggi badan sebanyak 120
cm, memiliki persentase yang paling besar.

Berat Badan
15,0
16,0
17,0

N (%)
2 (2,8)
6 (8,3)
8 (11,1)

17,5
18,0
19,0
20,0
20,5
21,0
22,0
23,0
24,0
25,0
26,0
27,0
33,0
39,0
Total

1
11
12
7
2
8
4
2
2
2
1
2
1
1
72

(1,4)
(15,3)
(16,7)
(9,7)
(2,8)
(11,1)
(5,6)
(2,8)
(2,8)
(2,8)
(1,4)
(2,8)
(1,4)
(1,4)
(100,0)

Dari 72 responden disimpulkan bahwa, sebanyak 12 orang (16.7%) mempunyai berat


badan 19 kg, mencatat persentase yang paling tinggi.

Karakteristik
Gizi baik
Gizi kurang
Obesitas
Overweight
Total

N (%)
28 (38,9)
38 (52,8)
4 (5,6)
2 (2,8)
72 (100,0)

Dari 72 responden disimpulkan bahwa , siswa dan siswi yang mengalami status gizi
kurang berjumlah 38 orang (52,8%), siswa dan siswi yang memiliki status gizi baik sebanyak
28 orang (38,90%), balita yang mengalami obesitas sebanyak 4 orang (5,6%) dan 2 orang
(2,8%) balita yang mengalami overweight.

5.1.4 Pembahasan
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu. Pada penelitian ini
status gizi anak dilakukan dengan pengukuran cara antopometri dengan indeks berat badan

menurut umur (BB/U) yang diukur pada penimbangan di posyandu. Penentuan klasifikasi
status gizi menggunakan Standard Havard sebagai batas ambang dengan kategori dibagi
menjadi kategori status gizi baik, status gizi kurang, dan status gizi buruk. Dari hasil
penelitian didapati bahwa sebagian besar status gizi anak berada pada kategori kurang yaitu
berjumlah 38 responden (52,8%), balita yang berada dalam kategori obesitas berjumlah 4
responden (5,6%) dan hanya 2 responden (2,8%) mengalami overweight.
Status gizi anak dipengaruhi oleh faktor seperti jumlah anak, mutu makanan,
kesehatan anak, tingkat ekonomi, pendidikan, perilaku, dan sosial tingkat ekonomi,
pendidikan dan perilaku dan sosial budaya (Depkes RI 2000). Menurut Sediaoetama, (2006)
bahwa gizi kurang disebabkan karena susunan hidangan yang tidak seimbang maupun
komsumsi keseluruhannya yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Sementara menurut
Almatsier (2009), masalah gizi umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya
ketersediaan pangan, kurang baiknya sanitasi, kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu
seimbang dan kesehatan. Sedangkan berdasarkan tingkatan penyebab gizi buruk, dapat dibagi
kedalam penyebab langsung, penyebab tidak langsung dan penyebab mendasar.
Kemiskinan sebagai penyebab kurang gizi menduduki posisi pertama pada kondisi
yang umum. Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin paling rentan terhadap
kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling
terpengaruh oleh kekurangan pangan. Jumlah keluarga juga mempengaruhi keadaan gizi.
(Suhardjo, 2003). Hal ini harus mendapat perhatian yang serius karena keadaan ekonomi ini
relatif mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan. Golongan miskin
menggunakan bagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan makanan.
Pendapatan keluarga merupakan penghasilan dalam jumlah keluarga yang akan dibelanjakan
oleh keluarga dalam bentuk makanan. Ketidakstabilan ekonomi dapat berakibat pada
rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat yang antara lain tercermin pada maraknya masalah
gizi kurang dan gizi buruk di masyarakat. Masalah kurang gizi memperlambat pertumbuhan
ekonomi dan mendorong proses kemiskinan melalui tiga cara. Pertama, kurang gizi secara
langsung menyebabkan hilangnya produktivitas karena kelemahan fisik. Kedua, kurang gizi
secara tidak langsung menurunkan kemampuan fungsi kognitif dan berakibat pada rendahnya
tingkat pendidikan. Ketiga, kurang gizi dapat menurunkan tingkat ekonomi keluarga karena
meningkatnya pengeluaran untuk berobat. Hal ini didukung oleh data-data yang didapati di

Puskesmas bahwa penduduk Kecamatan Medan Labuhan (Puskesmas Medan Labuhan 2015),
mayoritas bekerja pada sector pertanian.
Selain itu, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam kesehatan terutama pada
pola asuh anak, alokasi sumber zat gizi serta utilisasi informasi lainnya. Tingkat pendidikan
merupakan salah satu indikator sosial dalam masyarakat karena melalui pendidikan sikap
tingkah laku manusia dapat meningkat dan berubah citra sosialnya. Disamping itu, tingkat
pendidikan dapat juga dijadikan sebagai cermin keadaan sosial ekonomi didalam masyarakat.
Tujuan akhir dari suatu pendidikan pada dasarnya adalah untuk menghilangkan faktor-faktor
perilaku dan sosial budaya yang merupakan hambatan bagi perbaikan kesehatan,
menumbuhkan perilaku dan sosial budaya yang positif sehingga baik individu maupun
masyarakat itu dapat meningkatkan sendiri taraf kesehatan masyarakat.
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap atau
memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Peningkatan tingkat pendidikan akan
meningkatkan pengetahuan kesehatan dan gizi yang selanjutnya menimbulkan sikap dan
perilaku yang positif. Keadaan ini dapat mencegah timbulnya masalah gizi yang tidak
diinginkan. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari Puskesmas Medan Pelabuhan, ternyata
bahwa mayoritas penduduk hanya berpendidikan sampai SD sehingga mereka tidak ada
cukup pengetahuan tentang pengurusan gizi anak mereka.
Jumlah anggota keluarga turut menjadi faktor yang lain yang menyebabkan gizi
kurang pada anak-anak. Anak-anak yang sedang tumbuh dari suatu keluarga miskin, adalah
yang paling rawan terhadap gizi kurang diantara semua anggota keluarga. Anak yang paling
kecil biasanya yang paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Situasi semacam ini sering
terjadi sebab seandainya besar keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak
berkurang dan banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anak-anak yang sedang tumbuh
memerlukan pangan relative lebih tinggi daripada golongan yang lebih tua. Semua keluarga
tanpa memandang pendapatannya, harus mengetahui batas tertinggi persediaan pangan yang
tersedia dihubungkan dengan pertumbuhan penduduk, terutama di negara-negara sedang
berkembang yang laju kelahirannya paling tinggi. Banyak sumber daya yang diperlukan
untuk pengembangan dan pemeliharaan manusia sangat terbatas, yang salah satu pokok
diantaranya adalah pangan.

Pembagian pangan yang tepat kepada setiap anggota keluarga sangat penting untuk
mencapai gizi yang baik. Pangan harus dibagikan untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap
orang dalam keluarga. Anak, wanita hamil dan menyusui harus memperoleh sebagian besar
pangan yang kaya akan protein. Semua anggota keluarga sesuai dengan kebutuhan
perorangan, harus mendapat bagian energi, protein dan zat-zat gizi lain yang cukup setiap
harinya untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Suhardjo, 2003).
Semua keluarga tanpa memandang pendapatannya, harus mengetahui batas tertinggi
persediaan pangan yang tersedia dihubungkan dengan pertumbuhan penduduk. Banyak
sumber daya yang diperlukan untuk pengembangan dan pemeliharaan manusia, salah satunya
adalah pangan, sangat terbatas. Oleh karena itu, semua program masyarakat terutama dalam
pertanian, perlu menekankan pentingnya keluarga berencana dan pembatasan penduduk,
sehingga petani dapat menanam cukup pangan guna menyediakan zat gizi yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan kesehatan keluarganya. Selain itu juga menyediakan kebutuhan
keluarga dan pendapatan melalui tanaman perdagangan yang dihasilkan (Suhardjo, 2003)

Anda mungkin juga menyukai