Pasal 1
Lingkup Kegiatan
1.1 Uraian Kegiatan
Kegiatan ini meliputi Pembangunan Mesjid Darul Muminin.
1.1.1. Jenis Konstruksi
a. Pondasi
b. Sloof, Kolom dan Balok
c. Lantai
d. Dinding
e. Penutup Atap
:
:
:
:
:
Pasal 2
Pekerjaan Pendahuluan
2.1. Perizinan pembangunan
Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan mengurus Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) ke Instansi yang berwenang dan berkoordinasi dengan Dinas Tata
Kota untuk menentukan dan memastikan tentang batas sepadan bangunan.
2.2. Pembersihan Lokasi
Kontraktor berkewajiban membersihakn lokasi rencana pekerjaan dari sisa-sisa
puing bongkaran maupun bahan material lainnya yang mengganggu pelaksanaan
pekerjaan.
2.3. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
2.2.1. Pembuatan dan pemasangan bowplank harus kokoh dan tidak akan
terganggu oleh cuaca maupun aktivitas kegiatan, Bowplank dibuat dari
papan lebar 20 cm dan tebal 2 cm dengan tiang atau tonggak balok kayu 6
x 8 cm, tinggi bowplang disesuaikan dengan kondisi lapangan, permukaan
atas rata dan datar (waterpas).
2.2.2. Kontraktor diwajibkan menyiapkan bahan dan peralatan pengukuran dan
pemasangan bowplank ini.
2.2.3. Posisi dan letak bangunan harus sesuai Gambar Rencana dan tidak ada
bagian yang menyimpang dari posisi dan poros bangunan. Toleransi
penyimpangan max 10 mm pada arah x dan y.
2.2.4. Sebelum melakukan pengukuran dan pematokan, kontraktor harus
memberitahukan kepada Direksi dan Konsultan Pengawas, minimal 1x24
jam sebelum pekerjaan dimulai.
2.4. Lain-lain
2.4.1. Kontraktor berkewajiban menyediakan peralatan dan perlengkapan
keselamatan, keamanan dan kesepakatan kerja untuk setiap personil yang
terlibat dalam kegiatan pekerjaan, termasuk menyediakan kotak obat
( Kotak P3K) yang berisi obat-obatan dan perlengkapan guna pertolongan
pertama pada kesepakatan kerja.
Perlengkapan tersebut harus memenuhi persyaratan P3K yang telah
ditentukan dan harus selalu dijaga dan dilengkapi setiap saat selama
periode pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
2.4.2. Jika dilingkungan kegiatan belum tersedia fasilitas sanitasi (IMCK), maka
Kontraktor bertanggung jawab menyediakan fasilitas sanitasi tersebut
dilingkungan kegiatan bagi seluruh personil yang terlibat.
2.4.3. Kontraktor bertanggung jawab dalam menyediakan air bersih dan listrik
yang cukup untuk pelaksanaan pekerjaan.
Pasal 3
Pekerjaan Tanah
3.1. Pekerjaan Galian
3.1.1. Galian tanah untuk pondasi dan galian lainnya harus dilakukan menurut
ukuran dalam, lebar dan sesuai dengan elevasi seperti yang tercantum di
dalam gambar rencana.
3.1.2. Akar pohon - pohon yang terdapat dibagian pondasi harus dibongkar dan
dibuang, begitu juga bila terdapat bahan atau benda lain yang akan
mengganggu pekerjaan pondasi.
3.1.3. Penggalian melebihi batas yang ditentukan harus diurug kembali dengan
material yang disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas sehingga
mencapai kerataan yang ditetapkan dan urugan harus dipadatkan secara
mekanis.
3.1.4. Kontraktor harus menjaga agar lubang lubang galian pondasi tersebut
bebas dari longsoranlongsoran tanah dikiri dan kanannya (bila perlu
dilindungi oleh konstruksi penahan tanah ) dan bebas dari genangan air
(bila perlu dipompa) sehingga pekerjaan pondasi dapat dilaksanakan
dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
3.1.5. Tanah sisa galian yang tidak dipakai harus diangkut dan dibuang terutama
ke tempat yang telah disiapkan
atas petunjuk Direksi/Konsultan
Pengawas/Manajemen Konstruksi.
3.1.6. Toleransi yang dapat diterima untuk penggalian adalah kurang lebih 10
mm terhadap kerataan yang ditentukan.
3.1.7. Pekerjaan galian mencakup galian pondasi Foot plate, sloof, dan lainlain
sesuai tercantum dalam gambar rencana.
3.1.8. Kontraktor wajib mempelajari semua gambar Struktur yang berhubungan
dengan pekerjaan-pekerjaan di bawah permukaan tanah.
3.1.9. Elevasi galian pada pondasi dan sarana-sarana lain seperti tercantum
dalam gambar.
2)
3)
4)
Bahan
2)
Alat Pancang
3)
4)
Toleransi untuk ketepatan titik tiang tidak lebih dari 8,00 cm dari
letak titik pada awal pemancangan, dan jarak antara dua buah
5)
Penyambungan Tiang
Tiang beton cetak disambung dengan mengelas plat baja pada kedua
tiang yang akan disambung dengan full buttweld.
Sebelum pengelasan dilakukan potongan tiang yang akan disambung
distel hingga satu garis dengan tiang yang telah terpancang di dalam
tanah. Setelah pengelasan selesai dilaksanakan, sambungan tersebut
diberi lapisan aspal dan pemancangan tiang dilanjutkan.
6)
Pemancangan
7)
8)
Konsultan
Pengawas
menyetujui
bahwa
penghentian
pemancangan terjadi karena hal-hal yang diluar kekuasaan
pemborong.
Pemborong harus membuat catatan pemancangan (tiap
pemasukan 500 mm kecuali sisa 2000 mm terakhir harus dibaca
tiap 250 mm ) atau sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
Bila terjadi karakteristik pemancangan yang berbeda dengan
karakteristik yang diharapkan berdasarkan hasil penyelidikan
tanah maupun penekanan-penekanan sebelumnya, pemborong
harus segera memberitahukan Konsultan Pengawas untuk
meminta petunjuknya.
Urut-urutan pemancangan harus diatur sedemikian rupa sehingga
pengaruh yang jelek dari "heave" dan desakan tanah kesamping
dapat dibatasi sekecil mungkin. Urut-urutan penekanan ini harus
dikonsultasikan dan disetujui secara tertulis oleh Konsultan
Pengawas.
Bila terjadi heave, Pemborong harus melakukan penekanan
ulang pada semua tiang yang terjadi heave.
Toleransi posisi horizontal pondasi tiang pada Level Poer tidak
boleh melebihi 75 mm dalam segala arah.
Toleransi posisi vertikal pondasi tiang tidak boleh melebihi
kemiringan 1:75
Penolakan Tiang
Pasal 4
Pekerjaan Pondasi dan Beton
4.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan seluruh material, tenaga dan peralatan yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan beton yang antara lain meliputi
pekerjaan pondasi (foot plate), sloof, kolom, balok, plat lantai / atap, dinding dan
lain lain bagian pekerjaan beton baik struktur maupun non struktur sesuai
dengan gambar dan syarat syarat yang tercantum dalam dokumen ini.
4.2. Persyaratan Bahan
4.2.1. Semen
(1) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen
Portland yang memenuhi SNI 15-2049-1994 kecuali jenis IA, IIA, IIIA
dan IV. Apabila menggunakan bahan tambahan yang dapat
menghasilkan gelembung udara, maka gelembung udara yang
dihasilkan tidak boleh lebih dari 5 %, dan harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
(2) Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jika di dalam satu
proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka Penyedia Jasa
harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan
merk semen yang digunakan.
4.2.2. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya
harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam,
asam, basa, gula atau organis. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus
memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-2002 Air yang diketahui dapat
diminum dapat digunakan. Jika timbul keraguan atas mutu air yang
diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka
harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan
pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air suling.
Air yang diusulkan dapat digunakan jika kuat tekan mortar dengan air
tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan mortar
dengan air suling pada periode perawatan yang sama.
4.2.3. Agregat
(1) Ketentuan Agradasi Agregat
(a) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
diberikan, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi
tersebut harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat campuran yang
disyaratkan.
(b) Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran
agregat terbesar tidak lebih dari jarak bersih minimum antara
baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celahcelah lainnya di mana beton harus dicor.
(2) Sifat-sifat Agregat
(a) Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh
dari pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan
pencucian (jika perlu) kerikil dan pasir sungai.
(b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan
oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat
lainnya bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan
prosedur yang berhubungan.
4.2.4. Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja
beton dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk
halus sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton.
(1) Bahan Kimia
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran
beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses
pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam
pengecoran beton. Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan
standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2495-1991.
Bahan tambah dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya
sebagai berikut :
(a) Tipe A - bahan pengurang kadar air
Tipe A berfungsi untuk mengurangi air dalam campuran, dan
pengunaannya bertujuan untuk mengurangi water-cement rasio
dalam campuran sesuai dengan workability yang diinginkan, atau
untuk meningkatkan workability ada angka water-cement rasio
yang telah ditetapkan.
(g) Tipe G - campuran bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka
tinggi atau superplasticizer dan bahan memperlambat waktu
pengikatan.
Bahan tambah ini merupakan campuran dari Tipe F dan Tipe B,
tetapi slump loss-nya lebih kecil bila dibandingkan dengan beton
yang menggunakan superplasticizer.
(2) Mineral
Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti Fly Ash,
Pozzolan, silica fume yang ditambahkan ke dalam campuran beton.
Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan standar spesifikasi
yang ditentukan dalam SNI 03-2460-1991.
4.2.5. Baja Tulangan
1) Untuk baja tulangan dengan diameter lebih kecil atau sama dengan 12
mm digunakan baja mutu U 24 ( polos ), sedangkan untuk baja
tulangan dengan diameter lebih besar dari pada 12 mm digunakan baja
mutu U 39 (ulir), kecuali bila ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
2) Untuk membuktikan jaminan dari mutu baja tulangan, harus
dilampirkan sertifikat dari pabrik maupun supplier untuk setiap
pengiriman/penerimaan baja tulangan, Jika dipandang perlu atas
permintaan Direksi/Konsultan Pengawas, Kontraktor diharuskan
mengadakan pengujian mutu besi beton di laboratorium benda uji
yang disetujui / ditunjuk oleh Pengawas.
3) Baja Tulangan harus bebas dari debu, minyak, karat dan kotoran lain
yang mengganggu perletakan tulangan dengan beton.
4) Besi beton harus disimpan secara terpisah menurut kelompok
ukurannya dan diletakkan diatas lantai beton atau balok balok kayu
untuk menghindari kontak dengan tanah, air dan zat zat lain yang
bersifat merusak besi. Penimbunan baja tulangan di udara terbuka
untuk jangka waktu lama tidak diperbolehkan.
5) Kawat pengikat beton harus terbuat dari baja lunak dengan diameter
minimum 1 mm, telah dipijarkan dan tidak tersepuh seng.
4.3. Persyaratan Kerja
4.3.1. Pengajuan Kesiapan Kerja
(1) Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan
digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi
seluruh sifat bahan sesuai dengan Pasal ini.
(2) Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk masingmasing mutu beton yang akan digunakan, 30 hari sebelum pekerjaan
pengecoran beton dimulai.
(3) Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil
pengujian pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan kepada Direksi
Pekerjaan sehingga data tersebut selalu tersedia apabila diperlukan.
(4) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan pada umur 3 hari,
7 hari, 14 hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran.
(5) Penyedia Jasa harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan
terinci untuk seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus
memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap
pekerjaan perancah dimulai.
(6) Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis
mengenai rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap
jenis beton untuk mendapatkan persetujuannya paling sedikit 24 jam
sebelum tanggal pelaksanaan, seperti yang disyaratkan disertai dengan
metode pengecoran, kapasitas peralatan yang digunakan, tanggung
jawab personil dan jadwal pelaksanaannya.
4.3.2. Penyimpanan dan Perlindungan Bahan
(1) Untuk penyimpanan semen, Penyedia Jasa harus menyediakan tempat
yang terlindung dari perubahan cuaca dan diletakkan di atas lantai
kayu dengan ketinggian tidak kurang dari 30 cm dari permukaan tanah
serta ditutup dengan lembaran plastik (polyethylene) selama
penyimpanan dan tidak lebih dari 3 bulan sejak disimpan dalam tempat
penyimpanan di lokasi pekerjaan. Semen tidak boleh ditumpuk
melebihi melebihi 8 sak ke arah atas.
(2) Penyedia Jasa harus menjaga kondisi tempat kerja terutama tempat
penyimpanan agregat, agar terlindung dan tidak langsung terkena sinar
matahari dan hujan sepanjang waktu pengecoran.
(3) Penyimpanan agregat harus dilakukan sedemikian rupa sehingga jenis
agregat atau ukuran yang berbeda tidak tercampur.
4.3.3. Kondisi Tempat Kerja
Setiap pelaksanaan pengecoran beton harus terlindung dari sinar matahari
secara langsung. Sebagai tambahan, Penyedia Jasa tidak boleh melakukan
pengecoran jika:
- Tingkat penguapan melampaui 1,0 mm/jam.
- Selama turun hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.
4.3.4. Pencampuran dan Penakaran
(1) Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan sesuai dengan
SNI 03-2834-2000.
(2) Campuran Percobaan
Penyedia Jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan
dengan rancangan campuran serta bahan yang diusulkan sesuai
dengan SNI 03-2834-2000, dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan,
yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan sebagaimana yang
akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
(3) Permukaan Tampak
(1) Semua permukaan beton yang telah selesai harus terlihat padat
bersih dan tidak keropos.
(2) Semua permukaan yang tampak harus rata atau bulat.
(3) Pekerjaan plesteran pada permukaan beton tidak diijinkan dan
setiap beton yang kelihatan cacat harus dibongkar hingga
kedalaman tertentu dan diganti atau diperbaiki dengan cara seperti
yang diinginkan oleh Direksi Pekerjaan atas biaya Penyedia Jasa.
4.3.6. Blockout
(1) Blockout harus dibuat jika akan memasang bagianbagian bangunan
dari pekerjaan besi. Permukaan dimana beton block (blockout) akan
dibuat, dikasarkan, dibersihkan, dan dijaga agar tetap lembab untuk
paling sedikit 4 jam. Sesudah permukaan demikian disetujui Direksi
Pekerjaan, maka pekerjaan logam dan lainnya seperti tersebut diatas,
dapat dilaksanakan. Penyedia Jasa dapat memasang tulangan (jika
diperlukan) dan adukan beton dengan 500 kg semen atau lebih per
meter kubik, atau beton dari tipe yang sama.
(2) Pada saat pengisian beton blockout, haruslah dilakukan berhatihati,
harus bersatu dengan beton lama, mempunyai ikatan yang baik dengan
beton lama dan semua pekerjaan besinya.
4.4. Pelaksanaan Pekerjaan
4.4.1. Pekerjaan Beton
1) Pembetonan
a) Penyiapan tempat kerja
Nilai
Kuat
Kuat
Ukuran
Perkiraan
faktor
tekan
tekan
agregat
kebutuhan
air semen
umur 7 umur 28 maksimum
semen
maksimum
hari
hari
( mm )
(kg/m)
(%)
(kg/cm) (kg/cm)
147
225
40 (20)
50
330 (350)
fc = 10 MPa (K-125)
82
125
40
57
250
Uraian
AR
Beton, pipa beton pra cetak, tiang beton pra cetak dan sebagainya
Beton tumbuk
Tipe Campuran
Tipe Konstruksi
K-225
12,5 5,0
(2) Penakaran
i. Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang
disetujui Direksi Pekerjaan dan harus memelihara serta
mengoperasikan peralatan seperti yang diperlukan agar
secara tepat mengontrol dan menentukan jumlah dari
masingmasing bahan yang dicampurkan, sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan.
ii. Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1
(satu) hingga 5 (lima) meter kubik atau lebih per jam secara
keseluruhan dengan mencampurkan agregat, semen, bahan
additive (bila perlu), dan air menjadi suatu campuran yang
merata tanpa pemisahanpemisahan. Juga mampu
mengimbangi perubahanperubahan kadar air dari agregat,
serta merubah berat materialmaterial yang ikut tercakup.
iii. Jumlah masingmasing bahan yang membentuk beton
tersebut dapat ditentukan dengan timbangan kecuali
jumlah air yang diukur dengan takaran. Meskipun demikian
material beton dapat juga diukur secara volume, bilamana
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
iv. Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang
standar dan peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek
operasi dan tiap tiap skala pengukuran pengaduk
tersebut, serta melakukan pengujian periodik terhadap
perubahan nilai pengukuran dalam pekerjaan-pekerjaan
adukan.
(3) Mesin Pengaduk Beton
i. Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang
berpenakar dalam waktu yang tidak lebih dari satu setengah
menit, kecuali sejumlah air yang diperlukan sudah ada
dalam alat pengaduk tersebut.
kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 45 cm.
Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15
detik atau permukaan beton sudah mengkilap.
vi. Jumlah minimum alat penggetar mekanis
vii. Apabila kecepatan pengecoran 20 m3/jam, maka harus
digunakan alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar
dari 7,5 cm.
viii.Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai
sebelum terjadi waktu ikat awal (initial setting).
3) Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk
setiap jenis bangunan yang diusulkan beserta lokasi sambungan
pelaksanaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar Rencana untuk
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Sambungan pelaksanaan tidak
boleh ditempatkan pada pertemuan elemenelemen bangunan
kecuali ditentukan demikian.
b) Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan. Semua
sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu
memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan
gaya geser minimum.
c) Jika sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus
melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat
bangunan tetap monolit.
d) Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan
ke dalaman paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat serta antara
dasar pondasi dan dinding. Untuk pelaksanaan pengecoran pelat
yang terletak di atas permukaan dengan cara manual, sambungan
konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga pelat-pelat
mempunyai luas maksimum 40 m2.
e) Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan
tambahan jika pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan
akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau penghentian
pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
f) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat
digunakan untuk pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara
pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
b)
c)
d)
Perawatan Beton
(1) Perawatan dengan Pembasahan
i. Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari
pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan
gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan
kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh
temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan
untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada
semen dan pengerasan beton.
ii. Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton
mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan
menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air.
Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh
dalam waktu paling sedikit 7 hari. Semua bahan perawatan
atau lembaran bahan penyerap air harus menempel pada
permukaan yang dirawat.
iii. Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut harus
dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan
dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungansambungan dan pengeringan beton.
iv. Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis
aus harus dirawat setelah permukaannya mulai mengeras
(sebelum terjadi retak susut basah) dengan ditutupi oleh
Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan
beton segera sesudah air meningggalkan permukaan
(kering), terlebih dahulu setelah beton dibuka cetakannya
dan finishing dilakukan. Jika seandainya hujan turun maka
harus dibuat pelindung sebelum lapisan membran cukup
kering, atau seandainya lapisan membran rusak maka
harus dilakukan pelapisan ulang lagi.
Pencampuran
i.
4) Pengujian Campuran
a) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada
setiap pencampuran beton yang dihasilkan, dan pengujian harus
dianggap belum dikerjakan kecuali disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan atau wakilnya. Nilai slump pada setiap campuran tidak
boleh berada diluar rentang nilai slump ( 2 cm) yang disyaratkan.
b) Pengujian Kuat Tekan
i.
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai
dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak
bersamaan dan diambil dari contoh yang sama dengan benda
uji silinder yang akan dirawat di laboratorium.
iii. Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas
pengecoran atau komponen bangunan yang dicor secara
terpisah dan diambil jumlah terbanyak diantara keduanya.
iv. Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari
pencampuran secara manual, setiap 10 meter kubik beton
harus dibuat 1 set benda uji dan untuk setiap komponen
bangunan yang dicor terpisah minimal diambil 3 set benda uji.
v. Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil
produksi ready mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set
untuk setiap truk). 1set = 3 buah benda uji.
vi. Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat
tekan beton umur 28 hari.
vii. Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat
perbedaan nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda
uji dalam set tersebut, maka benda uji ketiga dalam set
tersebut harus diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan yang
digunakan dalam perhitungan statistik adalah hasil dari 2 buah
benda uji yang berdekatan nilainya.
viii.Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc
karakteristik dari benda uji lebih besar atau sama dengan fc
rencana. fc karakteristik dihitung dengan rumus sebagai berikut
:
fc= fcm k.S , di mana S menyatakan nilai deviasi standar dari
hasil uji tekan, dan k adalah konstanta yang tergantung pada
jumlah hasil kuat tekan dari benda uji (k=1,64 untuk jumlah
hasil kuat tekan benda uji lebih besar atau sama dengan dari
30)
dimana,
fc = Kuat tekan beton karakteristik
Bekisting
Inspeksi 1
Pasang Tulangan
Inspeksi 2
Inspeksi 2
Pengecoran
Quality Control
Curing
Pembukaan Bekisting
Inspeksi 4 dengan
disertai cheklist
Pembersihan
Pasal 5
Pekerjaan Dinding
5.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan pasangan dan plesteran seperti yang tencantum dalam spesifikasi dan
gambar.
5.2. Persyaratan Bahan
1) Semen
Semen harus memenuhi persyaratan sebagaimana pada Pekerjaan Beton.
2) Pasir
Pasir harus memenuhi persyaratan sebagaimana pada Pekerjaan Beton.
3) Air
Air harus memenuhi persyaratan sebagaimana pada Pekerjaan Beton.
4) Batu bata
Batu bata harus batu biasa dari tanah liat melalui proses pembakaran, dapat
digunakan produksi lokal dengan ukuran nominal 6 x 12 x 24 cm dan ukuran
diusahakan tidak jauh menyimpang. Bata yang dipakai harus bata kualitas
nomor satu, tanpa cacat atau mengandung kotoran.
5.3. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Pekerjaan Pasangan Bata
a) Adukan harus diaduk dengan mesin
dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
pengadukan
seperti
yang
b) Sebelum dipasang, batu bata tersebut harus dibasahi dengan air. Bata yang
lebarnya kurang tidak boleh dipergunakan.
c) Benda-benda yang tertanam seperti besi tulangan, baut-baut, angkur
sparing-sparing dan barang-barang yang diperlukan untuk pekerjaan lain
dipasang ditempat yang telah ditentukan.
d) Sebelum diplester pasangan batu bata harus dibasahi terlebih dahulu.
2) Pekerjaan Plesteran
a) Seluruh material kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat
atau dalam alat pencampur adukan yang disetujui, hingga campuran telah
berwarna rata, baru sesudahnya air ditambahkan dan pencampuran
dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus
Pasal 6
Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela
6.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan baik yang kasar maupun yang halus seperti yang tercantum dalam
gambar dan spesifikasi.
6.2. Syarat-Syarat :
1) Pekerjaan harus sesuai kecuali ditentukan lain dalam gambar. Pengukuran,
pekerjaan ini harus diukur setempat dilapangan dengan teliti. Laporkan bila
terdapat perbedaan-perbedaan antara ukuran gambar dan dilapangan.
2) Semua kayu harus yang bermutu baik.
6.3. Bahan-Bahan :
1) Penyerahan dan penyimpanan
Bahan-bahan harus disimpan di bawah atap dengan ventilasi baik dan kering.
Lindungi bahan-bahan dari air dan kelembaban selama pengiriman dan di
lapangan.
Pasal 7
Pekerjaan Kunci dan Alat Penggantung
7.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan kunci dan penggantung dipasang pada semua daun pintu dan jendela,
selanjutnya pada jendela dipasang grendel dan hak angin.
7.2. Persyaratan Bahan
1) Kunci pintu dipasang kunci 2 slaag (dua kali putar) atau yang setaraf.
2) Engsel pintu dan jendela dari kuningan berkualitas baik ukuran 4 dan 3.
3) Grendel, tarikan jendela dan kait angin berkualitas baik.
7.3. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Setiap daun pintu dipasang kunci tanam 2 (dua) slaag, yan berkualitas baik.
2) Engsel untuk pintu dipasang 3 (tiga) buah dan jendela 2 buah. Pemasangan
dilakukan dengan mur khusus untuk pintu, tidak dibenarkan melengketkan
engsel ke pintu dan ke kozen dengan menggunakan paku.
3) Grendel dan kait angin dipasang dua buah untuk setiap daun jendela.
Pasangan harus rapi dan dapat bekerja dengan baik.
Pasal 8
Pekerjaan Cat-catan
8.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua pekerjaan, peralatan bahan-bahan sehubungan dengan
pengecatan sesuai dengan spesifikasi.
8.2. Syarat-Syarat :
Cat dinding harus diaduk dengan baik sebelum digunakan. Permukaan dinding
harus dibersihkan dan bebas dari debu, minyak dan bahan-bahan yang tidak
dapat mengikat dengan cat.
8.3. Bahan-Bahan :
1) Untuk bagian luar pekerjaan harus memakai cat khusus yang tahan terhadap
cuaca.
2) Cat harus dalam bungkus asli dan utuh. Pada label tersebut ada keteranganketerangan tentang nama pabrik, warna, susunan kimia dan aturan pakai.
8.4. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Dinding dan plafond dicat dengan cat tembok, dengan minimal dua kali
pengecatan sampai permukaannya betul-betul rata dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
2) Daun pintu, jendela dan kusen dicat dengan cat kilap/cat minyak, yang
sebelumnya di meni dan dicat dasar Pengecatan dilakukan minimal dua kali
sampai permukaannya betul-betul rata dan disetujui.
3) Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan hasil pekerjaan dan
mengerjakan pengecatan sedemikian rupa sehingga hasilnya baik dan
sempurna. Tidak diperkenankan mengecat bila keadaan permukaan yang akan
di cat masih kotor dan pekerjaan yang berhubungan belum selesai.
Pasal 9
Pekerjaan Lain-Lain
9.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pekerjaan pasangan besi steanless pagar & tangga, pasangan batu alam
dinding, pasangan kubah utama enamel, pasangan kubah kecil enamel, pasangan
kubah menara enamel, pengadaan dan pemasangan penangkal petir, pekerjaan
ornamen.
9.2. Bahan-Bahan :
Semua jenis material yang dipakai harus disetujui oleh Direksi/Pengawas
Lapangan dan sesuai dengan petunjuk gambar rencana.
9.3. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Pekerjaan pasangan besi steanless pagar & tangga, pasangan batu alam
dinding, pasangan kubah dan pemasangan penangkal petir harus sesuai
dengan yang ada digambar rencana atau petunjuk dari Direksi/Pengawas
Lapangan.
2) Ornamen dan motif harus mengikuti seperti yang ada di gambar rencana.
Ukiran harus dikerjakan oleh tenaga ahli dibidangnya dan mampu membaca
gambar rencana dan menuangkannya dalam ukiran. Ukiran timbul ini dicat
dan warna harus disesuaikan dengan warna pada gambar rencana atau
petunjuk dari Direksi/Pengawas Lapangan.
Pasal 10
Penutup
10.1. Sebelum penyerahan pertama, kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan
yang belum sempurna dan harus diperbaiki, semua item pekerjaan harus ditata
rapi dan semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari lokasi
pekerjaan.
10.2. Meskipun telah ada pengawas dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan
dari ketentuan rencana dan gambar menjadi tanggungan pelaksana, untuk itu
pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin.
10.3. Selama masa pemeliharaan, kontraktor wajib merawat, mengamankan
memperbaiki segala cacat yang timbul, sehingga sebelum penyerahan ke II
dilaksanakan, pekerjaan benar-benar telah sempurna.
10.4. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari bangunan ini, tetapi tidak
diuraikan atau dimuat dalam RKS, harus tetap dikerjakan dan diselesaikan oleh
Kontraktor, untuk penyelesaian yang lengkap dan sempurna menurut
pertimbangan Direksi Teknik.
10.5 Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (RKS) akan ditentukan
kemudian dalam rapat penjelasan (Aanwijzing).