Ghhvyil, MMLM
Ghhvyil, MMLM
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nutrisi memiliki peran penting dalam proses penyembuhan pasien. Dari
penelitian yang dilakukan, ditemukan jumlah pasien yang mengalami malnutrisi cukup
tinggi, hasil penelitian menunjukkan angka 50% pasien yang akan dirawat sudah
menderita malnutrisi, bahkan 10% diantaranya sudah menderita malnutrisi berat.
Pengalaman di negara maju telah membuktikan bahwa malnutrisi di rumah sakit merupakan
masalah yang kompleks dan dinamik.
Mengingat pemenuhan nutrisi terhadap pasien berpengaruh terhadap proses
penyembuhan suatu penyakit dan berdampak pada lamanya hari rawat, serta kualitas
hidup seseorang, maka pengelolaan nutrisi di RSUD Tanjung Uban menjadi salah satu
hal yang menjadi perhatian serius dan perlu dilakukan tindak lanjut.
Kemajuan IPTEK kedokteran dan gizi menghasilkan kemajuan metode pemberian
nutrisi di. rumah sakit, mulai dari pipa nasogastrik, nasoduodenal, nasojejunal hingga
gotrostomi dan enterostomi, dan dari nutrisi parenteral perifer hingga sentral. Tersedianya
formula enteral dan parenteral memungkinkan pemberian gizi yang adekuat bagi sebagian
besar pasien pada keadaan malnutrisi. Tingginya prevalensi malnutrisi dan komplikasi
pasien dengan malnutrisi menyebabkan perlunya pelayanan gizi melalui pendekatan
multidisiplin dalam tim gizi.
Terapi gizi meliputi beberapa langkah, yaitu asesmen, diagnosis, intervensi dan
monitoring. Proses asesmen didahului dengan proses skrining untuk mengidentifikasi
pasien malnutrisi dan yang berisiko malnutrisi. Asesmen gizi dilakukan untuk pasien
malnutrisi maupun pasien yang berisiko malnutrisi sehingga dapat ditentukan masalah
gizi yang mendasari dan dapat dilakukan intervensi yang sesuai dengan masalah gizi.
menjalankan
Melakukan penyuluhan, informasi dan edukasi tentang pola makan dan makanan yang sehat
dan sesuai kebutuhan menccgah terjadi gangguan gizi dan penyakit akibat gangguan
gizi
2. Upaya preventif
Memberikan edukasi dan penanganan yang tepat pada keadaan sakit untuk mencegah dan
atau meminimalkan gangguan gizi dan komplikasi penyakitnya lebih lanjut.
3. Upaya kuratif
Penatalaksanaan gizi melalui paduan intervensi medik, dan upaya rehabilitatif untuk
mengatasi penyakit/kondisi sakit, atau mempertahankan status gizi
4. Upaya Rehabilitatif
Penatalaksanaan gizi melalui paduan intervensi medik, dan upaya rehabilitatif lainnya
untuk mengatasi penyakit/kondisi sakit
Kegiatan pelayanan gizi klinik RS meliputi pelayanan rawat inap maupun rawat jalan.
Kegiatan pelayanan gizi diawali dengan asesmen awal (skrining gizi), asesmen gizi
(riwayat gizi / makanan, pemeriksaan klinis, antropometri, laboratorium, pemeriksaan
pendukung gizi klinik / komposisi tubuh), diagnosis, intervensi (pemberian makanan
dan zat gizi, edukasi gizi, konseling gizi, koordinasi pelayanan gizi ) dan monitoring
evaluasi.
2
D. Dasar Hukum
1. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. Standar Nasional Pelayanan Gizi Klinik, PDGKI 2009, ISBN 978-979-17611-2-3
4. Pedoman Penyelenggaraan Tim Terapi Gizi di Rumah Sakit Departemen Kesehatan
RI 2009
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 920/Menkes/Per/XII/1986 tahun 1986 tentang
Upaya Pclayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik
6. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159 b/Menkes/Per/II11998 tahun 1998 tentang
Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 1045/Menkes/Per/XI1 2006 tahun 2006 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 512 /Menkes/Per/IV/ 2007 tahun 2007 tentang
Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 436/Menkes/ SK/VI/1993 tahun 1993 tentang
Pelayanan Medik
11. Surat Pengakuan Dokter Spesialis Gizi Klinik Sebagai Dokter Spesialis Penunjang
(MKKI-IDI) No. 181/KI/VII/2003
12. SK Pengesahan Program Studi Dokter Spesialis Ilmu Gizi Klinik (MKKI IDI) No.
191/SK/MKKI/IX/2003
13. Surat Keputusan Kolegium Ilmu Gizi Klinik No. 05/SK/KIGK/IX/2004 tentang
Pengakuan Dokter Spesialis Ilmu Gizi Klinik
14. Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No. 11 K.00.06.3.4.1819
tentang Pembentukan Tim Terapi Gizi di Rumah Sakit tahun 2007
15. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.374/Menkes/SKIII/2007 tentang Standar
Profesi Gizi.
BAB II
KETENTUAN - KETENTUAN UMUM
A. Pengertian
4
setelah 7 hari rawat. Pasien dengan resiko malnutrisi sedang dan berat dimonitor dan
dievaluasi setiap hari kemudian dilakukan assesmen ulang setelah 3 hari.
Pasien rawat jalan
-
(Indeks Masa Tubuh) atau LLA untuk pasien dewasa dan baku WHO NCHS untuk
anak anak usia 0 sampai 14 tahun. Bila ditemukan pasien dengan
resiko
malnutrisi ringan dan sedang dirujuk ke klinik gizi dan ditangani oleh Dietisien,
bila ditemukan pasien dengan resiko malnutrisi berat dirujuk ke klinik gizi dan
ditangani oleh Dietisien.
-
Poliklinik Gizi
Skrining dilakukan oleh Dietisien dengan menggunakan IMT ( Indeks Masa
Tubuh ) atau LLA untuk pasien dewasa dan baku WHO NCHS untuk anak anak
usia 0 sampai 14 tahun. Bila ditemukan pasien dengan resiko malnutrisi dapat
ditangani oleh Dietisien dan dievaluasi setelah pasien kunjungan ulang dan bila
ditemukan pasien dengan malnutrisi berat maka pasien ditangani Dietisien.
C. Pola ketenagaan
1. Kualifikasi staf
-
Kegiatan
SKRINING GIZI
Dokter
Dietisien
INTERVENSI
MONITORING
Catatan: Implementasi terapi gizi dapat berupa pemberian makanan per oral, enteral,
parenteral, dan suplementasi. Pemberian makanan per oral dan makanan enteral standar RS
mengikuti Pedoman Pelayanan Gizi.
Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan asesmen gizi yaitu alat ukur berat badan
(timbangan berdiri, timbangan duduk, timbangan tempat tidur), alat ukur tinggi badan atau
tinggi lutut, alat ukur komposisi tubuh (BIA) dan alat ukur kebutuhan zat gizi (kalorimetri)
BAB III
MATERI / ISI PANDUAN
A.
service) dan pelayanan dietetic (hospital nutrition service). Kedua pelayanan sangat
berkaitan erat. Pelayanan gizi klinik diselenggarakan oleh dr. SpGK (kalau ada) atau
tenaga spesialis penyakit dalam (internis) bersama dengan dietisien dalam Tim Terapi Gizi,
sedangkan pelayanan food service (penyelenggaraan makan) meliputi pengadaan,
produksi, distribusi, dan penyajian makanan diselenggarakan oleh Instalasi Gizi (dietary).
Pelayanan Gizi Klinik dalam Tim Terapi Gizi dilakukan tanpa melalui sistem
konsultasi. Semua pasien baru yang sudah dikelola oleh DPJP diskrining oleh perawat
ruangan atau di rawat inap. Pasien dengan status gizi baik dan berisiko malnutrisi ringan
dan sedang yang ada di ruang rawat inap dikelola oleh Dietisien, sedangkan pasien dengan
resiko malnutrisi berat dikelola oleh Tim Terapi Gizi.
Dalam Tim Terapi Gizi Dr SpGK (atau spesialis lain) bersama Dietisien akan
melakukan asesmen, menentukan diagnosis dan intervensi dalam bentuk preskripsi diet
serta monitoring. Preskripsi diet diterjemahkan ke dalam program diet oleh ahli
gizi/Dietisien dan dikirim ke Instalasi Gizi (Dietary) untuk perubahan/penyesuaian diet
pasien. Preskripsi diet ini diinformasikan kepada perawat agar dapat membantu mengawasi
asupan makan pasien dan memberikan masukan untuk monitoring. Pasien yang
membutuhkan bantuan (pasien dengan penurunan kesadaran dan/atau menggunakan NGT),
perawat akan memberikan makanan sesuai program dalam preskripsi diet. Monitoring
hasil intervensi dan kondisi pasien yang terkait gizi dilakukan sesuai kondisi pasien. Setiap
tahap pelayanan gizi diinformasikan kepada DPJP. Apabila terdapat keberatan/usulan
DPJP dalam hal pengelolaan gizi didiskusikan dengan Tim Terapi Gizi. Berikut ini adalah
alur masuk pasien dalam pelaksanaan assesmen gizi di rumah sakit.
B. Skrining Gizi
Skrining gizi adalah proses identifikasi awal pasien yang berisiko malnutrisi atau yang
dirawat dalam kondisi malnutrisi. Skrining dilakukan dengan menggunakan form
Subjective Global Assessment (SGA). Skrining dengan menggunakan SGA sangat
sederhana, mudah dilakukan dan hanya membutuhkan sedikit waktu untuk
melaksanakannya (form terlampir)
C. Asesmen Gizi
Asesmen gizi adalah kegiatan untuk menentukan status gizi pasien meliputi
a. Anamnesis gizi
i.
ii.
Ketersediaan pangan
iii.
iv.
Aktifitas fisik
i.
Berat badan
ii.
Tinggi badan
iii.
LLA
iv.
Komposisi tubuh
v.
Status fungsional
ii.
Sosial Budaya
iii.
Riwayat Penyakit
iv.
BAB IV
11
PENUTUP
Asesmen gizi merupakan tahap penting dalam proses terapi gizi. Asesmen awal/
skrining gizi dilakukan oleh perawat sementara asesmen gizi / asesmen lanjut dilakukan
oleh dietisien dan bersama-sama dengan Dokter yang bertanggung jawab. Tindak lanjut
dari asesmen adalah penentuan diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring evaluasi
kemudian dilanjutkan asesmen ulang untuk melihat dampak
pasien. Oleh karena tingginya prevalensi malnutrisi di RS, maka skrining gizi dilakukan
pada semua pasien baru dan asesmen gizi / lanjut dilakukan pada pasien baru yang
malnutrisi atau berisiko malnutrisi. Asesmen ulang dilakukan setelah dilakukan intervensi.
Skor A
Skor B
ada, lambat
ada, ringan
ada, cepat
menurun
Skor C
ada, berat
Kategori:
B = Berisiko malnutrisi
C = Malnutrisi berat
Catatan:
3. Kategori status gizi berdasarkan kondisi terberat yang ada.
4. Pasien dengan kategori A dan B dilaporkan ke Dietisien, pasien dengan kategori C
dilaporkan ke Tim Terapi Gizi.
L/P
Dokter :
13
RM :
Usia :
Ruang :
Bed :
- Status Gizi :
- BB :
- Status Metabolik :
- TB :
- Status Cairan :
- IMT :
- LLA :
- Status Gastrointestinal :
B. Biokimia
C. FISIK / KLINIS
- Tekanan Darah :
- Oedema : ya
- Ikterik :
ya
tidak
tidak
- Muscle wasting :
- Kesadaran :
ya
tidak
ya
tidak
- Bentuk Makanan :
makanan cair
- Frekuensi Makan :
makanan lunak
- Asupan Makan :
makanan padat
- Alergi / Pantangan :
F. RIWAYAT PERSONAL
- Riwayat Penyakit :
- Pekerjaan :
- Pendidikan :
14
- Aktifitas :
DIAGNOSIS GIZI
INTERVENSI GIZI
A. PRESKRIPSI DIET
- Tujuan Diet :
B. EDUKASI / KONSELING
GIZI
gr
- Jenis Diet :
- Bentuk Makanan :
- Jalur Makanan :
- Frekuensi Makan :
TANGGAL
TANGGAL
AHLI GIZI
PARAF
PETUGAS
15
L/P
RM :
Usia :
Dokter Pengirim:
ASSESMENT GIZI
A. Antropometri
- Status Gizi :
- BB :
- Status Metabolik :
- TB :
- Status Cairan :
- IMT :
- LLA :
- Status Gastrointestinal :
B. Biokimia
C. FISIK / KLINIS
- Tekanan Darah :
- Oedema : ya
- Ikterik :
ya
tidak
tidak
- Muscle wasting :
ya
tidak
- Kesadaran :
ya
tidak
makanan cair
- Frekuensi Makan :
makanan lunak
- Asupan Makan :
makanan padat
- Alergi / Pantangan :
F. RIWAYAT PERSONAL
- Riwayat Penyakit :
- Pekerjaan :
- Pendidikan :
- Aktifitas :
DIAGNOSIS GIZI
17
INTERVENSI GIZI
A. PRESKRIPSI DIET
- Tujuan Diet :
Kebutuhan
kkal
Energi
- Kebutuhan
gr
Protein
gr
Lemak
KH
gr
Kebutuhan
Kebutuhan
B. EDUKASI / KONSELING
GIZI
- Jenis Diet :
- Bentuk Makanan :
- Jalur Makanan :
- Frekuensi Makan :
TANGGAL
TANGGAL
AHLI GIZI
PARAF
PETUGAS
18
19