Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

SISTEM GERAK PADA MANUSIA

OLEH :
NAMA

: LUSIANA HERMAN

NIM

: 120210103017

KELAS

:A

KELOMPOK

:5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

I.

JUDUL

Sistem Gerak Pada Manusia


II.

TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami struktur anatomi sistem gerak pada
manusia dan jenis-jenis gerak pada manusia.

III.

DASAR TEORI

Sistem rangka adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menyimpan bahan
mineral, tempat pembentukan sel darah, tempat melekatnya otot rangka,
melindungi tubuh yang lunak dan menunjang tubuh. Terdiri dari tengkorak, tulang
rusuk, tulang belakang, rangka penopang tulang bahu, rangka penopang tulang
pinggul, tulang angota badan atas dan bawah. Tulang-tulang dalam tubuh
membentuk sistem rangka. Kemudian sistem rangka ini bersama-sama menyusun
kerangka tubuh. Sistem rangka membentuk dasar dari tubuh manusia. Semua
organ-organ, daging, darah, otot, cair dan udara semua terkandung dalam tubuh
dan memiliki kestabilan dan kekuatan tertentu karena tulang. The 206 tulang
dalam tubuh membentuk sistem rangka. Tulang-tulang ini didukung oleh sumsum
tulang, yang dihasilkan oleh bentuk energi paling murni di dalam tubuh. Sistem
rangka adalah suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada makhluk
hidup. Sistem rangka umumnya dibagi menjadi tiga tipe: eksternal, internal, dan
basis cairan (rangka hidrostatik), walaupun sistem rangka hidrostatik dapat pula
dikelompokkan secara terpisah dari dua jenis lainnya karena tidak adanya struktur
penunjang. Rangka manusia dibentuk dari tulang tunggal atau gabungan (seperti
tengkorak) yang ditunjang oleh struktur lain seperti ligamen, tendon, otot, dan
organ lainnya. Secara garis besar, rangka (skeleton) manusia dibagi menjadi dua,
yaitu rangka aksial (tumbu tubuh) dan rangka apendikuler (anggota tubuh)
(Irawan, 2013:7).
Tulang adalah bentuk khusus jaringan ikat yang tersusun oleh kristal-kristal
mikroskopik fosfat kalsium, terutama hidroksiapatit, di dalam matriks kolagen.
Kolagen itu sendiri tersusun dalam suatu cara kompleks yang berdimensi tiga.
Karena tingginya kandungan kalsium dan fosfat, tulang berperan penting dalam
homeostasis kalsium. Organ ini meindungi organ-organ vital dan menunjang
beban terhadap gaya tarik bumi. Tulang tu asecar konstan diserap dan dibentuk
tulang baru, sehingga tulang dapat berespons terhadap stress dan regangan yang

menimpanya. Tulang adalah jaringan hidup yang memiliki vaskularisasi baik dan
aliran darah total 200-400 ml/menit pada manusia dewasa (Ganong, 1998:378).
Sebagian besar tulang tersusun dari satu lapissan luar tulang kompak yang
mengililingi tulang trabekular dan, pada umumnya, sebuah rongga sumsum
tulang. Tulang trabekular atau berongga terbentuk dari spikulum-spikulum tulang
yang dipisahkan oleh ruang-ruang. Tulang kompak jauh lebih padat dan secaara
metabolis kurang aktif. Sekitar 75% tulang dalam tubuh adalah tulaang kompak,
dan 25% trabekular. Pada tulang berongga, nutrien berdifusi dari CES tulang ke
dalam trabekula, tetapi pada tulang kompak, nutrien disediakan melalui kanalis
Haversian, yang mengandung pembuluh-pembuluh darah. Di sekeliling tiap
kanalis Haversian, kolagen disusun dalam lapisan kosentris, membentuk silindersilinder yang disebut osteon atau sistem Haversian dewasa (Ganong, 1998:378379).
Sel-sel yang terutama berperan dalam pembentukan dan resorpsi tulang adalah
osteoblas dan osteoklas. Asteoblas adalah sel-sel pembentuk tulang yang berasal
dari prekusor sel stroma di sumsum tulang. Sel-sel ini mensekresikan sejumlah
besar kolagen tipe 1, protein matriks tulang yang lain, dan fosfatase alkali. Sel-sel
iini berdiferensiasi menjadi osteosit, yaitu sel-sel bundar yang dikelilingi oleh
matriks tulang dan ditemukan pada lakuna tulang. Osteosit mengirim prosesusprosesus panjang ke dalam kanalikulus yang bercabang-cabang di seuruh tulang.
Dalam kanalikulus, prosesus berkontak dengan prosesus osteosit lain dan
membentuk Tigh Junction dengannya. Sel-sel ini juga berkontak dengan
endosteum, yaitu lapisan sel-sel yang membatasi permukaan medula tulang.
Fungsi utamanya adalah pertukaran Ca2+ dengan CES (Ganong, 1998:379).
Osteoklas adalah sel multinukleus yang menimbulkan erosi dan menyerap
tulang yang sebelumnya telah terbentuk. Sel-sel ini berasal dari sel bakal (stem
sel) hematopoietik melalui monosit. Sel-sel ini melekat ke tulang melalui
perluasan membran yang mengelilingi suatu daerah terpisah antara tulang dan
bagian osteoklas (Ganong, 1998:379).
Tulang tengkorak dibentuk melalui osifikasi membran (pembentukan tulang
intramembranosa). Tulang-tulang panjang mula-mula dibentuk modelnya dalam

tulang rawan kemudian diubaha menjadi tulang melalui osifikasi yang berawal di
batang tulang (pembentukan tulang enkondral). Selama pertumbuhan, terjadi
pemisahan daerah-daerah khusus di ujung-ujung setiap tulang panjang (epifisis)
dari batang tulang oleh suatu lempeng tulang rawan yang aktif berprolifersi,
lempeng epifisis. Dengan diletakkannya tulang baru pada ujung batang tulang
oleh lempeng ini, tulang memanjang. Lebar lempeng epifisis setara dengan
kecepatan pertumbuhan tulang. Lebar dipengaruhi oleh jumlah hormon tetapi
paling mencolok oleh hormon pertumbhan hipofisis dan IGF-I. Perubahan dalam
lebar lempeng epifisis tibia digunakan sebgai titik akhir pada tibia test, suatu
bioassay yang digunakan untuk mengukur hormon pertumbuhan. Pertumbuhan
tulang linier dapat terjadi selama epifisis terpisah dari batang tulang, tetapi
pertubuhan ini terhenti setelah epifisis menyatu dengan batang (penutupan
epifisis). Epifisis dari berbagai tulang menutup dengan urutan yang teratur,
epifisis yang terakhir menutup setelah pubertas. Usia normal saat masing-masing
epifisis menutup telah diketahui, dan usia tulang seorang yang berusia muda
dapat ditentukan dengan melakukan pemeriksaan sinar-X atas tulang dan
menentukan epifisis mana yang masih terbuka mana yang sudah menutup
(Ganong, 1998:379).
Tulang merupakan bagian tubuh yang memiliki fungsi utama sebagai
pembentuk rangka dan alat gerak tubuh, pelindung organ-organ internal, serta
tempat penyimpanan mineral (kalsium-fosfat). Proses pembentukan tulang disebut
dengan osifikasi. Proses osifikasi terjadi pada masa perkembangan fetus (prenatal)
dan setelah individu lahir (postnatal). Pada tulang panjang perkembangan terjadi
sampai individu mencapai dewasa. Jaringan tulang bersifat dinamis karena secara
konstan mengalami pembaharuan yang dikenal dengan proses remodeling.
Remodeling tulang merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan
resorpsi tulang yang diikuti dengan pembentukan tulang baru. Remodeling tulang
ditujukan untuk pengaturan homeostasis kalsium, memperbaiki jaringan yang
rusak akibat pergerakan fisik, kerusakan minor karena faktor stres dan
pembentukan kerangka pada masa pertumbuhan. Jaringan tulang memiliki tiga
tipe sel yakni osteosit, osteoblas, dan osteoklas. Proses remodeling melibatkan
osteoblas dan osteoklas melalui mekanisme signal parakrin dan endokrin.

Osteoklas merupakan sel dengan beberapa inti sel dan berkembang dari
hematopoetic stem cells serta memiliki fungsi dalam meresorpsi tulang,
sedangkan osteoblas memiliki fungsi sebagai penghasil matriks organik (yang
terdiri atas protein kolagen dan nonkolagen) serta mengatur proses mineralisasi
(kalsium-fosfat) pembentuk osteoid. Osteoblas berkembang dari osteoprogenitor
yang terdapat di bagian dalam periosteum dan sumsum tulang (Djuwita, 2012:7576).
Ketidakseimbangan antara resorpsi dan pembentukan tulang pada proses
remodeling tulang dapat mengakibatkan kepadatan tulang berkurang sehingga
dapat menimbulkan penyakit metabolik tulang. Berkurangnya kepadatan sel
tulang dapat diakibatkan oleh berkurangnya jumlah osteosit atau kurangnya kadar
mineral, namun keduanya dapat mengakibatkan kerapuhan tulang . Proses
diferensiasi osteoblas merupakan salah satu faktor penting dalam proses
remodeling tulang. Proses proliferasi dan diferensiasi osteoblas diatur oleh growth
factor (faktor pertumbuhan) yang dihasilkan oleh osteoblas. Growth factor yang
berperan diantaranya insulin growth factor (IGF I dan II), bone morphogenic
proteins (BMPs), fibroblast growth factor (FGF), dan platelet-derived growth
factor (PDGF) yang bekerja secara autokrin dan parakrin, serta hormon estrogen
(Djuwita, 2012:76).
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan
melindungi beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul.
Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan
permukaan untuk otot-otot kerangka. Kerangka axial (kerangka sumbu) terdiri
atas kepala dan badan, termasuk tulang-tulang tengkorak, tulang belakang, tulang
dada, dan tulang hioid. Kerangka appendikuler terdiri atas anggota gerak dan
gelang panggul yang terdiri dari anggota gerak atas dang anggota gerak bawah
(Pearce, 2002:43).
Tengkorak adalah tulang kerangka dari kepala yang disusun menjadi dua
bagian yakni kranium yang terdiri atas delapan tulang dan kerangka wajah yang
terdiri atas empat belas tulang. Rongga tengkorak mempunyai permukaan atas
yang dikenal sebagai kubah tengkorak, licin pada permukaan luar dan pada

permukaan dalam ditandai dengan gili-gili dan lekukan supaya dapat sesuai
dengan otak dan pembuluh darah. Permukaan bawah dari rongga dikenal sebagai
dasar tengkorak atau basis kranii. Ia ditembusi oleh banyak lubang supaya dapat
dilalui serabut saraf dan pembuluh darah. Tulang tengkorak terdiri dari 1 tulang
oksipital, 2 tulang parietal, 1 tulang frontal, 2 tulang temporal, dan 1 tulang
etmoid (Pearce, 2002:44-45).
Variasi anatomi banyak terdapat pada tubuh manusia, baik pada struktur
pembuluh darah, saraf, otot hingga tulang dan lain-lain, termasuk struktur tulang
tengkorak. Pada tulang tengkorak, variasi dapat terjadi pada sutura, sinus,
foramen, canalis dan struktur lainnya. Variasi anatomi pada tubuh manusia ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab, yakni: jenis kelamin, perubahan usia,
korelasi antara sisi tubuh (kesimetrisan tubuh), lateralitas (ke-cenderungan
munculnya ciri atau sifat yang lebih sering timbul pada satu sisi saja), hubungan
antar sifat atau ciri: kecenderungan munculnya dua atau lebih sifat-sifat atau ciri
secara bersamaan (Oktavian, 2010:47).
Rangka dari dada atau torax terssusun atas tulang dab tulang rawan. Torax
berupa sebuah rongga berbentuk kerucut, di bawah lebih lebar daripada di atas
dan di belakang lebih panjang daripada di depan. Di sebelah belakang torax
dibentuk oleh kedua belas vertebra torakalis, di depan oleh sternum dan di
samping oleh kedua belas pasang iga, yang melingkari badan mulai dari belakang
dari tulang belakang sampai ke sternum di depan. Sternum atau tulang dada
adalah sebuah tulang pipih yang terbagi atas tiga bagian yakni manubrium sternii,
badan sternum, dan tulang xifoid (Pearce, 2002:53).
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah
struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas
tulang belakang. Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat
bantalan tulang rawan. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya
adalah tulang-tulang terpisah dan 9 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang.
Vertebra dikelompokkan dan dinamai sesuai dengan daerah yang ditempatinya.
Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher membentuk daerah tengkuk.
Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung yang membentuk bagian

belakang torax atau dada. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang
memebentuk daerah lumbal atau pinggang. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang
kelangkang membentuk sakrum atau tulang kelangkang. Empet vertebra kosigeus
atau ruas tulang tungging membentuk tulang koksigeus atau tulng tungging
(Pearce, 2002:56).
Gelang panggul adalah penghubung antara badan dan anggota bawah.
Sebagian dari kerangka axial, yaitu tulang sakrum dan tulang koksigeus, yang
letaknya terjepit antara dua tulang koxa, turut membentuk gelang ini. Dua tulang
koxa itu bersendi satu dengan lainnya di tempat simfisis pubis. Pelvis terbagi atas
panggul besar atau pelvis mayor yang merupakan suatu pasu dan terletak di
bawah garis tepi atau linea terminalis, dan panggul kecil dibentuk oleh tulang
ilium yang melebar di atas linea terminalis. Pintu atas panggul yang disebut aditus
pelvis (inlet) dibentuk oleh promontorium dari sakrum, garis ilio-pektinal (di
setiap sisi) dan krista dari tulang-tulang pubis (tulang duduk). Pintu bawah
panggul (outlet) atau exitus pelvis dilingkari oleh os koksigeus dan tuberositas
iskhii (Pearce, 2002:62).
Kerangka anggota atas dikaitkan pada kerangka badan dengan perantaraan
gelang bahu, yang terdiri atas klavikula dan skapula. Di bawahnya terdapat
tulang-tulang yang membentuk kerangka lengan, lengan bawah dan tapak tangan
yang seluruhnya berjumlah 30 buah tulang. Kerangka anggota atas terdiri dari
humerus, ulna, radius, 8 tulang karpal, 5 tulang metakarpal, 14 falanx (Pearce,
2002:66). Tulang dari extremitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan
kepada batang tubuh dengan perantara gelang panggul. Anggota bawah terdiri atas
31 tulang yakni 1 tulang koxa, 1 femur, 1 tibia, 1 fibula, 1 patela, 1 tulang tarsal, 5
tulang metatarsal, dan 14 falanx (Pearce, 2002:75).
Persambungan, sendi atau artikulasio adalah istilah yang digunakan untuk
menunjuk pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka. Demikian
maka artrologi mempelajari persendian. Terdapat tiga jenis utama: sendi yang
fibrus, sendi tulang rawan, dan sendi sinovial. Sendi fibrus atau sinartroses adalah
sendi yang tak dapat bergerak atau merekat ikat, maka tiada mungkin gerakan
antara tulang-tulangnya misalnya sutura atau sela antara tulang pipih tengkorak.

Sendi tulang rawan atau amfiartroses adalah sendi dengan gerakan sedikit, dan
permukaan persendiannya dipisahkan oleh bahan-antara dan hanya mungkin
sedikit gerakan, misalnya simfibis pubis dimana sebuah bantalan tulang rawan
mempersatukan kedua tulang pubis. Sendi sinovial atau diartroses adalah
persendian yang bergerak bebas dan terdapat banyak ragamnya. Terdapat enam
jenis sendi sinorvial yakni sendi datar atau sendi geser, sendi putar, sendi engsel,
sendi kondiloid, sendi berporos, dan sendi pelana (Pearce, 2002:87-89).
IV.

METODE PENELITIAN
IV.1
Alat
- Torso dan praktikan
IV.2
Bahan
IV.3
Cara Kerja
a. Struktur anatomi sistem gerak
Menampilkan torso di depan kelas
Menjelaskan macam-macam jenis tulang pada manusia
Menggambar jenis-jenis tulang pada manusia dan
menggambar torso secara lengkap beserta keterangannya

b. Jenis-jenis gerak pada manusia


Mempraktekan beberapa jenis gerakan pada manusia seperti
abduksi, aduksi, dan lain sebagainya
Menggambar jenis-jenis gerak pada manusia

V.

HASIL PENGAMATAN

VI.

PEMBAHASAN

Pada praktikum anatomi dan fisiologi manusia kali ini kami membahas sistem
gerak pada manusia. Praktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa mampu
memahami struktur anatomi sistem gerak pada manusia dan jenis-jenis gerak pada
manusia. Sistem gerak atau sistem rangka pada manusia adalah sistem yang
memiliki fungsi untuk menyimpan bahan mineral, tempat pembentukan sel darah,
tempat melekatnya otot rangka, melindungi tubuh yang lunak dan menunjang
tubuh. Terdiri dari tengkorak, tulang rusuk, tulang belakang, rangka penopang
tulang bahu, rangka penopang tulang pinggul, tulang angota badan atas dan
bawah. Sistem rangka adalah suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik
pada makhluk hidup. Sistem gerak tersebut terdiri atas tulang, sendi, dan otot.
Ketiganya bekerja sama membentuk sistem gerak.
Tulang, otot, dan sendi, ketiganya bersatu membentuk satu kesatuan dan
memiliki fungsi yang berbeda-beda. Tulang merupakan organ yang sangat keras
yang berfungsi sebagai alat gerak, penyokong tubuh, tempat melekatnya otot, dan
melindungi organ yang lunak. Terdiri atas senyawa kalsium klorida (CaCl 2),
kalsium fosfat (Ca2PO4), magnesium klorida (MgCl2), barium klorida (BaCl2) dan
barium sulfat (BaSO4). Tulang merupakan alat gerak pasif. Tulang tidak dapat
digerakan jika tidak terdapat otot. Hal ini dikarenakan fungsi tulang sebagai
penyokong tubuh sehingga tulang memiliki struktur yang kaku, dengan struktur
yang kaku tersebut sehingga tulang tidak dapat melaakukan gerakannya sendiri.
Otot dikatakan sebagai alat gerak aktif. Hal ini dikarenakan otot memiliki
senyawa kimia yakni protein aktin dan myosin yang bergabung menjadi satu

membentuk aktomiosin. Dengan aktomiosin inilah otot dapat bergerak. Sehingga


pada saat otot menempel pada tulang dan bergerak, secara otomatis tulang juga
akan ikut bergerak. Adapun sendi merupakan penghubung antartulang dalam
tubuh. Persambungan, sendi atau artikulasio adalah istilah yang digunakan untuk
menunjuk pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka. Demikian
maka artrologi mempelajari persendian. Terdapat tiga jenis utama: sendi yang
fibrus, sendi tulang rawan, dan sendi sinovial. Sendi fibrus atau sinartroses adalah
sendi yang tak dapat bergerak atau merekat ikat, maka tiada mungkin gerakan
antara tulang-tulangnya misalnya sutura atau sela antara tulang pipih tengkorak.
Sendi tulang rawan atau amfiartroses adalah sendi dengan gerakan sedikit, dan
permukaan persendiannya dipisahkan oleh bahan-antara dan hanya mungkin
sedikit gerakan, misalnya simfibis pubis dimana sebuah bantalan tulang rawan
mempersatukan kedua tulang pubis. Sendi sinovial atau diartroses adalah
persendian yang bergerak bebas dan terdapat banyak ragamnya. Terdapat enam
jenis sendi sinorvial yakni sendi datar atau sendi geser, sendi putar, sendi engsel,
sendi kondiloid, sendi berporos, dan sendi pelana.
Adapun macam-macam tulang yang kami amati berdasarkan bentuknya
yakni:
1. Tulang pipa (tulang panjang) merupakan tulang yang berbentuk seperti
pipa atau silindris (diafise), dengan kedua ujung tulang membulat
( epifise). Diafise merupakan bagian tengah tulang yang memanjang dan
di tengahnya terdapat rongga, epifise merupakan bagian ujung tulang yang
tersusun dari tulang rawan. Diantara diafise dan epifise terdapat metafise.
Metafise tersusun dari tulang rawan. Pada metafise terdapat cakra epifise,
yaitu bagian tulang pipa yang memiliki kemampuan unutk tumbuh
memanjang.

Bagian tengah tulang pipa memiliki rongga yang di

dalamnya berisi sumsum tulang. Sumsum tulang merupakan kumpulan


pembuluh darah dan saraf. Sumsum tulang pipa berupa sumsum tulang
merah dan kuning. Sumsum tulang merah merupakan tempat pembentukan
sel darah merah, sedangkan sumsum tulang kuning merupakan tempat
pembentukan sel-sel lemak. Tulang pipa berfungsi untuk persendian.

Tulang pipa umumnya ditemukan pada tulang paha, tulang betis, dan
tulang hasta.
2. Tulang pendek merupakan tulang-tulang yang lebih kecil dan tidak ada
perbedaan yang nyata antara ukuran panjang dan lebarnya. Bentuk tulang
pendek seperti kubus, paku, atau berbentuk bulat. Tulang pendek dapat
bergerak bebas. Tulang seperti ini ditemukan pada ruas tulang belakang,
tulang telapak tangan dan kaki.
3. Tulang pipih merupakan tulang-tulang yang berbentuk lempenganlempengan pipih yang lebar. Tulang pipih berfungsi untuk melindungi
struktur tubuh bagian bawahnya. Terdapat pada tulang pinggul, belikat,
dan tempurung kepala.
4. Tulang tidak beraturan merupakan tulang dengan bentuk kompleks yang
berhubungan dengan fungsi khusus. Tulang tidak beraturan ditemukan
pada tulang rahang, tulang-tulang kepala, dan ruas-ruas tulang belakang.
Selain macam-macam tulang berdasarkan bentuknya, tulang manusia dan
vetebrata lainnya tersusun dari tulang rawan atau kartilago dan tulang sejati atau
tulang keras (osteon). Tulang rawan berbeda dengan tulang keras karena, memiliki
perbedaan pada teksturnya, sel penyusunnya, matriks sel dan kelenturannya.
Tulang rawan bersifat lentur dan berwarna lebih terang. Sebaliknya, tulang sejati
bersifat tidak lentur dan berwarna lebih gelap. Tulang sejati dan tulang rawan
merupakan jaringan ikat khusus. Jaringan ikat ini mengandung sel-sel yang
berasal dari mesoderm atau mesenkim (jaringan ikat embrional) dan dikelilingi
oleh suatu matriks yang disekresi oleh sel dari jaringan ikat itu sendiri. Seluruh
sel-sel jaringan ikat membentuk oval dan banyak dari sel tersebut memiliki
tonjolan-tonjolan kecil. Matriks memiliki dua komponen utama yaitu substansi
dasar yang tak terbentuk dan serat-serat.
1. Tulang rawan (kartilago) bersifat lentur (elastis). Pada orang dewasa
tulang rawan terdapat pada telinga, ujung hidung, dan ruas antar tulang
belakang, antar ruas tulang rusuk dan tulang dada, sendi-sendi tulang, dan
pada cakra efifis. Tulang rawan disusun oleh sel-sel tulang yang disebut
kondrosit. Kondrosit yang matang dibentuk dari sel-sel tulang rawan muda
yang disebut kondroblas. Tulang rawan diselubungi oleh selaput yang

disebut perikondrium. Kondrosit merupakan sel-sel bulat yang besar


dengan sebuah nukleus bening dan dua buah atau lebih nukleolus (anak
inti sel). Kondrosit terdapat dalam ruang-ruang di dalam tulang rawan
yang di sebut lakuna. Dinding lacuna menebal membentuk kapsula
rawan. Suatu ruang yang bening terlihat diantara kapsul adan dinding sel
diakibatkan karena adanya penyusutan kondrosit selama hidupnya yang
segera dipecah untuk membentuk kondrosit-kondrosit yang matang. Di
dalan suatu lakuna, pada umumnya terdapat 2 buah atau lebih sel tulang
rawan. Kumpulan sel-sel seperti ini disebut sel isogenik. Tulang rawan
dibedakan menjadi 3 yaitu tulang rawan hialin,tulang rawan elastin, tulang
rawan fibrosa ( serat)
a. Kartilago hyalin: Tulang rawan hialin berwana putih ke biru-biruan atau
bening pada keadaan segar. Tulang rawan hialin terdapat pada semua
rangka janin yang belum menjadi tulang, tulang rawan iga, tulang rawan
sendi dari persendian-persendian, dan tulang-tulang rawan pada saluran
pernapasan.
b. Kartilago Elastin: Tulang rawan elastin berwarna buram kekuningan, serta
bersifat fleksibel dan elastis. Sel-selnya sama dengan sel tulang rawan
hialin dan dapat berdiri sendiri atau berkelompok. Tulang rawan elastin
terdapat pada telinga luar dan epligotis (tulang rawan yang menutup celah
menuju trakea.
c. Kartilago fibrosa: Serat (fibrosa) berwarna buram keputihan dan keras.
Jumlah sel lebih sedikit dan berdiri sendiri atau mengelompok. Tulang
rawan ini dikelilingi oleh sebuah kapsul dari matriks tulang rawan dan
dapat dijumpai pada ruas tulang belakang.
2. Tulang sejati (osteon) sering disebut sebagai tulang, tersusun dari sel-sel
tulang yang sangat kompak pada permukaanya. Sel-sel tulang banyak
menganduk matriks yang terdiri dari senyawa kalsium dan fosfat yang
membuat tulang menjadi keras. Sel-sel tulang merupakan sel-sel penyusun
jaringan ikat khusus yang berasal dari sel-sel mesenkim, sel ini banyak
terdapat karena adanya peningkatan suplai darah dan membentuk calon
sel-sel tulang (osteogenik atau osteoprogenitor). Tulang terdiri dari
osteosit dan matriks. Osteosit merupakan sel-sel tulang matang pembentuk
tulang, osteosit dibentuk oleh osteoblas. Osteoblas merupakan sel-sel

tulang muda. Selain itu terdapat juga osteoklas yang merupakan sel-sel
besar berinti banyak serta berfungsi memindahkan matriks dari tulang
lama dan menyisakan ruang untuk membentuk tulang baru. Matriks
penyusun tulang memiliki berat sekitar 65% berat seluruh tulang. Jenisjenis matriks penyusun tulang yaitu : semen, kolagen dan mineral. Semen :
Tersusun oleh senyawa karbohidrat. Kolagen : Berbentuk seperti serabut.
Kolagen yang diikat oleh sel tulang akan memberikan cirri tulang yang
keras, dan bila tulang tidak memiliki kolagen tulang akan menjadi
rapuh. Mineral : Mineral yang umum terdapat di dalam matriks berupa
kalsium fosfat dan kalsium karbonat yang umumnya terdapat di matriks.
Mineral tersebut akan menentukan kelenturan tulang, namun hanya
konsentrasi kalsium yang menyebabkan tulang menjadi keras.
Selain pengamatan tentang struktur anatomi sistem rangka kami juga
mempelajari tentang sendi dan juga pergerakan atau jenis-jenis yang ditimbulkan
oleh persendian. Sendi merupakan hubungan antar tulang sehingga tulang mampu
digerakkan. Hubungan antara dua tulang atau lebih disebut persendian atau
artikulasi. Komponen Penunjang Sendi,berfungsi untuk memperkuat sendi dan
memudahkan pergerakan, terdiri dari : Ligamen, merupakan jaringan ikat yang
berfungsi mengikat bagian luar ujung tulang yang membentuk persendian dan
mencegah berubahnya posisi tulang (diskolasi). Kapsul sendi, merupakan lapisan
serabut yang berfungsi melapisi sendi dan menghubungkan dua tulang yang
membentuk persendian. Cairan sinovial, merupakan cairan pelumas pada ujungujung tulang yang terdapat pada bagian kapsul sendi. Tulang rawan hialin,
merupakan jaringan tulang rawan yang menutupi kedua ujung tulang yang
membentuk persendian. Perlindungan ini penting untuk menjaga benturan yang
keras. Tipe Persendian, terdiri dari :
1. Diartrosis, merupakan persendian yang memungkinkan terjadinya gerak
yang sangat bebas. Persendian ini memiliki komponen pendukung seperti
kapsul sendi dan cairan sinovial.

Berdasarkan arah pergerakannya

dikelompokkan menjadi lima, yaitu : sendi peluru, putar,pelana, engsel dan


luncur.

a. Sendi putar, merupakan persendian yang memungkinkan gerak


berputar atau rotasi. Sendi putar terdapat diantara tulang tengkorak dan
tulang atlas.
b. Sendi peluru, merupakan persendian yang memungkinkan gerakan ke
segala arah. Sendi peluru dapat ditemukan pada hubungan antara
lengan atas dengan gelang bahu / tulang belikat, dan tulang paha
dengan tulang pinggul.
c. Sendi pelana, merupakan persendian yang memungkinkan beberapa
gerakan rotasi, namun tidak ke semua arah. Sendi pelana dapat
ditemukan pada jari-jari tangan dan telapak tangan
d. Sendi engsel, merupakan persendian yang memungkinkan gerakan satu
arah. Sendi engsel dapat ditemukan pada siku dan lutut
e. Sendi luncur/ sendi geser, merupakan persendian yang memungkinkan
gerakan rotasi pada satu bidang datar saja. Sendi luncur dapat
ditemukan pada pergelangan tangan dan kaki, ruas ruas tulang
belakang dan tulang selangka
2. Sinarthrosis Sinartrosis, merupakan persendian yang tidak memungkinkan
adanya pergerakan. Persendian ini dekelompokkan menjadi dua, yaitu :
sinartrosis sinkondrosis dan sinartrosis sinfibrosis.
a. Sinartrosis sinkondrosis merupakan sinartrosis yang tulangnya
dihubungkan oleh tulang rawan, contohnya : hubungan tulang rusuk
dengan tulang dada.
b. Sinartrosis sinfibrosis

merupakan

sinartrosis

yang

tulangnya

dihubungkan oleh jaringan ikat serabut, contoh : hubungan antar sendi


tulang tengkorak. Hubungan atara tulang tengkorak disebut sutura.
Gerak Yang Muncul Karena Adanya Persendian Adalah :
a. Fleksi dan ekstensi.
Fleksi merupakan gerak menekuk atau membengkokkan.

Ekstensi

merupakan gerak meluruskan. Sehingga merupakan kebalikan gerak


fleksi. Gerak ekstensi lebih lanjut hingga melebihi posisi anatomi tubuh
disebut hiperekstensi.
b. Adduksi dan abduksi.
adduksi

merupakan

gerak

mendekati

merupakan gerakan menjauhi tubuh.

tubuh. Sebaliknya,

abduksi

c. Elevasi dan depresi.


Elevasi merupakan gerak mengangkat. Sebaliknya, depresi merupakan
gerak menurunkan.
d. Supinasi dan pronasi.
Supinasi merupakan gerak menengadahkan tangan. Sebaliknya, gerak
pronasi merupakan gerak menelungkupkan tangan.
e. Inversi dan eversi.
Inversi merupakan gerak memiringkan telapak kaki kearah dalam tubuh.
Eversi merupakan gerak memiringkan telapak kaki kearah luar.
VII.

KESIMPULAN

Struktur anatomi sistem gerak terdiri dari kerangka axial (kerangka sumbu)
terdiri atas kepala dan badan, termasuk tulang-tulang tengkorak, tulang belakang,
tulang dada, dan tulang hioid. Kerangka appendikuler terdiri atas anggota gerak
dan gelang panggul yang terdiri dari anggota gerak atas dan anggota gerak bawah.
Jenis-jenis gerak yang ditimbulkan oleh adanya persendian antara lain fleksi dan
ekstensi, abduksi dan adduksi, supinasi dan pronasi, elevasi dan depresi, inversi
dan eversi.
VIII. SARAN
Sebaiknya pada saat praktikum, praktikan setelah dijelaskan satu persatu
diberi kesempatan untuk menunjuk bagian secara acak sehingga lebih paham

DAFTAR PUSTAKA

Djuwita, Ita dkk. 2012. Proliferasi Dan Diferensiasi Sel Tulang Tikus Dalam
Medium Kultur In Vitro Yang Mengandung Ekstrak Batang Cissus
Quadrangula Salisb. (Sipatah-Patah). Jurnal Kedokteran Hewan , ISSN :
1978-225X Vol. 6 No. 2.
Ganong, Wiliam F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Irawan, Albertus Bobby. 2013. Pembelajaran Biologi Mengenai Sistem Rangka
Manusia. Seminar Riset Unggulan Nasional Informatika dan Komputer FTI
UNSA 2013, Vol 2 No 1.
Oktavian, Antonius dkk. 2010. Variasi Foramen Mentale pada Tulang Mandibula
Tengkorak Manusia Koleksi Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Cenderawasih. JURNAL BIOLOGI PAPUA, ISSN: 2086-3314
Volume 2, Nomor 2.
Pearce, Evelin C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

f. Jenis-jenis gerak pada manusia


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Nama Gerak
Fleksi
Ekstensi
Adduksi
Abduksi
Elevasi
Depresi
Supinasi
Pronasi
Inversi
Eversi

Keterangan
Gerak menekuk atau membengkokkan
Gerak meluruskan
Gerak mendekati tubuh
Gerak menjauhi tubuh
Gerak mengangkat
Gerak menurunkan
Gerak menengadahkan tangan
Gerak menelungkupkan tangan
Gerak memiringkan telapak kaki kearah dalam tubuh
Gerak memiringkan telapak kaki kearah luar tubuh

Anda mungkin juga menyukai