Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktikum


Hidung tenggorokan manusia terdapat banyak dan beragam organisme sebagai
bagian dari flora normal, baik aerob dan anaerob berkembang dalam lingkungan yang
hangat dan lembab. Hampir setiap jenis mikroorganisme dapat ditemukan di dalam
mulut. Yang paling menonjol adalah Streptokokus viridans yang bersifat alfa hemolitik.
Selain cocci Gram positif ini, organisme aerobic yang tumbuh dari usapan teggorokan
Antara lain : Staphylococcus Neisseria, Branhamella dan anaerob Veillonella yang terdiri
dari mayoritas cocci Gram negative juga ditemukan di dalam mulut.
Berbagai hasil Gram negative, seperti spesies Haemophilus dan Klebsiella
pneumonia, juga dijumpai onpathogenic Corynebacterium atau diptheroid yang juga
bersifat alfa hemolitik. Diptheroid adalah basil pleomorphic Gram positif. Spirochetes
dan beberapa fungi dan kadang-kadang protozoa juga ditemukan sebagai flora normal
mulut yang normal. Organisme ini mungkin melindungi kita dari organisme lain yang
mungkin memasuki mulut kita. Meskipun flora normal mulut melindungi kita dari
penyakit tertentu, mereka juga berpotensi menyebabkan karies gigi. Organisme tertentu
melekat pada gigi membentuk jaringan organisme dan menghasilkan plak gigi.
Contoh organisme yang menimbulkan penyakit di tenggorokan adalah
Streptococcus pyogenes atau Group A Strep. Organisme ini adalah bersifat beta-hemolitik
dan bukan bagian dari flora normal tenggorokan. Media Darah domba segar memberikan
nutrisi yang diperlukan untuk menyuburkan pertumbuhan spesies Streptococcus dan juga
bertindak sebagai media differensial, hemolysis, dimana pada media agar darah domba
membantu memisahkan organisme alfa hemolitik (umunya flora normal) dari organisme
beta hemolitik yang pathogen seperti Streptococcus pyogenes. Beta hemolitik.
Organisme yang tumbuh di tenggorkan juga perlu kondisi atmosfer khusus untuk
tumbuh dalam media buatan. Organisme ini bias terpapar karbon dioksida yang relative
lebih tinggih yang berasal dari hembusan nafas. Oleh karena itu untuk menumbuhkan
organisme ini perlu dikondisikan dengan penambahan karbon dioksida.
Faringitis biasanya akan menyebabkan kemerahan (radang) dan mungkin
terdapat kantong nanah pada bagian belakang tenggorokan. Bagian tersebut harus di swab
untuk sampel/specimen kultur usap tenggorkan. Biasanya sampel diambil menggunakan
lidi kapas steril dalam tabung plastic.

BAB II

STUDI PUSTAKA

1. STREPTOCOCCUS
Streptococcus adalah bakteri spheris Gram positif yang khasnya berpasangan atau membentuk rantai
selama pertumbuhannya. Beberapa kelompok streptococcus adalah flora normal manusia. Streptococcus
menghasilkan berbagai enzim dan substansi ekstraseluler.
Streptococcus merupakan kelompok bakteri yang heterogen, dan tidak ada system yang dapat
mengklasifikasikannya. Dua puluh spesies, termasuk Streptococcus pyogenes (Group A), Streptococcus
agalctie (Group B), dan Enterococci (Group D) memiliki ciri-ciri dengan kombinasi gambaran: sifat
pertumbuhan koloni, pola hemolysis pada agar darah ( hemolysis, hemolysis, atau tidak ada
hemolysis), komposisi antigenic pada substansi dinding sel grup-spesifik, dan reaksi biokimia. Tipe
Streptococcus pneumonia (pneumococcus) diklasifikasikan lebih lanjut berdasarkan komposisi antigenic
polisakarida kapsuler (Quelung Tes)
2. Corynobacterium diphteriae
Corynebacterium diphteriae adalah bakteri pathogen yang menyebabkan difteri. Bakteri ini dikenal
juga sebagai basillus-loffler karena ditemukan pada 1884 oleh bakteriologi Jerman. Edwin Klebs (183419120 dan Friedrich Loffler (1852-1915)
C . diptheriae adalah makhluk anaerobic fakultatif dan Gram posisitf ditandai dengan tidak berkapsul,
tidak berspora, tidak bergerak, dan berbentuk batang 1 hingga 8m dan lebar 0,3 hingga 0,8m
Terdapat tiga subspecies yang dikenal yakni : C. diphteriae mitis, C. diphteriae intermedius, dan C.
diphteriae gravis, ketiganya berbeda pada kemampuan untuk mengolah zat gizi tertentu.

BAB III
METODE PENELITIAN

PRAKTIKUM 1
1. PENGAMBILAN SAMPEL USAP TENGGOROKAN DAN HIDUNG
A. USAP TENGGOROK
A.1. Alat dan bahan
1. Swab steril
2. Spatel lidah steril
3. Senter
4. Plat agar darah
5. BHI
A.2 Prosedur kerja
1. Siapkan swab steril dan spatel lidah steril, kemudian jelaskan tujuan pengambilan sampel
pada pasien.
2. Pasien diminta untuk membuka mulut selebar mungkin dan mengucapkan kata Aaaagh..
sambil menekan lidah dengan spatel hingga uvula dan tonsil terlihat jelas.
3. Usapkan swab steril di bagian posterior faring dan bagian Antara uvula dan tonsil.
4. Usapkan swab tersebut dengan cara digulirkan diatas permukaan agar darah dan isolasi
dengan metode streak menggunakan ose. Simpan diinkubator. Swab yang telah dipakai lalu
di masukkan ke dalam BHI dan disimpan diinkubator untuk dibiakkan.

B. USAP HIDUNG
B.1. Alat dan bahan
1. Swab steril

2. Senter
3. Plat agar darah
4. BHI
B.2. Prosedur kerja
1. Siapkan swab steril dan senter, kemudian jelaskan tujuan pengambilan sampel pada
pasien.
2. Pasien diminta untuk mengangkat sedikit kepalanya sehingga cavum nasi interna
lebih terlihat jelas.
3. Minta pasien untuk menahan nafas sebentar, lalau usapkan swab steril tersebut di
daerah nasofaring.
4. Usapkan swab tersebut dengan cara digulirkan diatas permukaan agar darah dan
isolasi dengan metode streak menggunakan ose. Simpan diinkubator. Swab yang
telah dipakai dimasukkan ke dlaam BHI dan disimpan diinkubator untuk dibiakkan..

Anda mungkin juga menyukai