Anda di halaman 1dari 11

ESTIMASI POPULASI GASTROPODA DAN MAKROBENTOS

Hani Mufidah
14/365148/PN/13703
Teknologi Hasil Perikanan

Intisari
Gastropoda adalah mollusca yang memiliki cangkang dengan bentuk tabung yang melingkarlingkar ke kanan searah jarum jam, namun ada pula yang memilin ke kiri. Kepala dan kaki
menjulur keluar bila sedang merayap, dan masuk bila ada bahaya mengancam. Karena
mereka berada pada sebuah ekosistem tertentu bisa jadi mereka dapat tumbuh bebas saling
berkaitan dengan komponen abiotik maupun biotik. Penelitian dilakukan di sungai Tambak
Bayan, Sleman, DIY pada hari Kamis tanggal 12 Maret 2015 pukul 13.30 hingga pukul 17.00
WIB dengan metode plotless. Pada praktikum ini lokasi dibagi menjadi empat stasiun
berbeda yang terletak dari hulu sampai hilir sungai. Di sungai diambil beberapa parameter
fisika seperti suhu air, suhu udara, debit air dan kecepatan arus. Kemudian parameter kimia
meliputi DO, CO2 bebas, alkalinitas dan pH air. Parameter biologi meliputi densitas dan
diversitas biota perairan (plankton dan makrobentos). Kualitas air sungai Tambak Bayan
tidak tercemar sesuai dengan indeks diversitas biota perairannya. Stasiun terbaik adalah
stasiun 4 dengan indeks densitas dan diversitasnya paling besar yaitu 453475,8 indv/m2 dan
96,8 indv/m2.
Kata kunci: Diversitas, Ekosistem, Gastropoda, Mollusca, Plotless
PENDAHULUAN
Gastropoda merupakan hewan yang pergerakannya menggunakan perut, mempunyai
habitat di perairan maupun di darat. Kehidupan mereka sangat beranekaragam. Karena
mereka berada pada sebuah ekosistem tertentu bisa jadi mereka dapat tumbuh bebas saling
berkaitan dengan komponen abiotik maupun biotik. Keseimbangan ekosistem dalam
perkembangan ekosistem perlu diperhatikan untuk menjaga keberadaannya agar tetap
beranekaragam. Gastropoda air tawar adalah salah satu kelas dari phylum Mollusca yang
meliputi keluarga siput. Untuk beberapa daerah hanya mampu dihuni satu atau dua spesies
saja (Pennak, 1978).
Dipulau jawa ditemukan sembilan familia yang kesemuanya merupakan anggota
subkelas

Prosobranchia

(Jutting,

1953).

Faktor-faktor

kondisi

lingkungan

yang

mempengaruhi kehidupan gastropoda yaitu jumlah makanan yang tersedia, kandungan


oksigen terlarut, kuat arus, bentuk substrat, komposisi ion perairan, dan nada tidaknya parasit

atau predator (Natadisastra, 2009). Gastropoda adalah mollusca yang memiliki cangkang
dengan bentuk tabung yang melingkar-lingkar ke kanan searah jarum jam, namun ada pula
yang memilin ke kiri. Kepala dan kaki menjulur keluar bila sedang merayap, dan masuk bila
ada bahaya mengancam (Kuncoro, 2004). Pengaruh temperatur perairan dan lingkungan
disekitarnya memperngaruhi kehidupan gastropoda setiap spesiesnya berbeda-beda. Arus
umum yaitu 3m/s dengan kondisi dasar perairan yang berlumpur serta berbatu, karena ada
beberapa spesies dari gastropoda yang mempunyai kesukaan pada air tenang di belakang batu
atau berlindung dibatu. Gastropoda biasanya berada pada daerah yang memiliki DO cukup
dan CO2 bebas rendah artinya tidak bersaing dengan organisme lain yang lebih banyak
(Effendi, 2003).
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari metode tanpa menggunakan plot (plotless)
untuk mengestimasi populasi gastropoda dan mempelajari korelasi antara beberapa tolok ukur
dengan populasi makrobentos (gastropoda).
METODE
Penelitian dilakukan di sungai Tambak Bayan, Sleman, DIY pada hari Kamis tanggal
12 Maret 2015 pukul 13.30 hingga pukul 17.00 WIB. Pada praktikum ini lokasi dibagi
menjadi empat stasiun berbeda yang terletak dari hulu sampai hilir sungai. Di sungai diambil
beberapa parameter fisika seperti suhu air, suhu udara, debit air dan kecepatan arus.
Kemudian parameter kimia meliputi DO, CO2 bebas, alkalinitas dan pH air. Parameter
biologi meliputi densitas dan diversitas biota perairan (plankton dan makrobentos). Densitas
gastropoda dihitung dengan metode tanpa plot (plotless).
Alat-alat yang digunakan dalam acara praktikum ini adalah bola tenis meja,
stopwatch, roll meter, tongkat, botol cuka, botol air mineral, saringan, ember, penggaris,plot,
saringan, pump bulb, termometer, botol oksigen, erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, pipet
tetes, , kertas label dan alat tulis. Kemudian bahan yang digunakan adalah pH meter, larutan
MnS04 , larutan reagen O2, larutan H2SO4 pekat , larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan 1/44 N
NaOH, larutan 1/50 N H2SO4 , larutan indikator PP, larutan indikator amilum, larutan
indikator MO dan larutan 4% formalin. Pada pengukuran parameter fisika terdiri dari suhu
udara, suhu air, kecepatan air sungai dan debit air. Untuk menghitung kecepatan air
digunakan

bola tenis meja dialirkan dengan jarak 10 meter dan dihitung waktu yang

diperlukan dalam jarak tersebut. Kecepatan aliran air dapat ditentukan dengan jarak dibagi
dengan waktu tempuh bola tenis meja yang dialirkan.

Pada parameter kimia meliputi parameter derajat keasaman (pH), kadar oksigen
terlarut (DO), kadar karbondioksida bebas dan alkalinitas. Kemudia parameter biologinya
meliputi organisme yang ada di lokasi pengamatan. Kerapatan atau densitas gastropoda dapat
dicari dengan estimasi kerapatan gastropoda dibagi jumlah titik cuplikan yang diambil
dikurangi dua. Untuk mencari estimasi kerapatan gastropoda dengan cara estimasi kerapatan
gastropoda dikurangi 1 dan dibagi luas area kajian. Untuk mencari luas area kajian dengan
menjumlahkan semua luas area kajian lalu dirata-rata. Untuk mencari luas area kajian ratarata dengan mengalikan rata-rata jarak terdekat gastropoda dengan titik yang ditentukan
secara acak dikali phi ( .
HASIL DAN PEMBAHASAN
paramet
er
suhu
udara
suhu air
arus air

stasiun
1

25oC

28oC

30 oC

25,5 oC

27 oC

29 oC

28 oC

24,5 oC

0,7 m/s

0,42 m/s

0,995 m/s

1 m/s

debit air

2,4 m /s

1,44 m /s

2,57 m /s

3,2 m3/s

do
co2
alkalinit
as
ph
diversit
as
plankto
n
densitas
plankto
n

3,73 ppm
14,5 ppm

6,58 ppm
11,9 ppm

5,51 ppm
11 ppm

6,04 ppm
13,9 ppm

99 ppm

98 ppm

88 ppm

111 ppm

7,25 ppm

7,25 ppm

7,2 ppm

7,2 ppm

1,930124965

4,02346519

3,880179923

3,653107168

753,0120482

1255,02008

1054,216867

1204,819277

Rimbun
dominasi bambu
dan semaksemak

Pohon pisang,
alang-alang,
semak, bambu

pohon pisang,
semak,
rerumputan,
alang-alang.

Rimbun
(Pisang,
bambu,
semak-semak)

vegetasi

Acara praktikum ekosistem sungai ini dilakukan di sungai Tambak Bayan. Sungai
tersebut umumnya berpasir, sedikit berlumpur dan banyak terdapat kerikil. Stasiun 1 terletak
di hulu sungai dengan suhu yang sejuk karena memiliki vegetasi yang lebat didominasi
pohon bambu, semak-semak dan memilki arus yang cukup deras. Stasiun 1 terletak

dibelakang sebuah restoran yang memiliki penduduk yang tidak ramai terletak di bawah
jembatan dekat jalan raya. Air dari stasiun ini jernih dan berbatu, sungai ini juga digunakan
untuk cuci mobil. Pada stasiun 2 vegetasi terdiri dari pohon pisang, alang alang, semak dan
bambu tetapi suhu nya tidak serendah di stasiun 1. Di stasiun 2 terdapat kandang kambing
dan airnya digunakan untuk menyuci kebutuhan rumah tangga.
Pada stasiun 2 vegetasi tidak terlalu padat menyebabkan suhunya paling tinggi.
Aktivitas penduduk di stasiun 3 tidak terlalu ramai dan sering digunakan untuk area
pemancingan. Air dari stasiun ini jernih dan berbatu seperti stasiun sebelumnya. Untuk
stasiun 4 letaknya di hilir sungai dengan vegetasi yang cukup lebat sehingga suhunya pun
rendah. Di stasiun ini terdapat banyak sampah di pinggiran sungai tetapi airnya tetap jernih.
Kedalaman air di stasiun 4 dangkal dan memilki banyak batu didasarnya.
Vegetasi di suatu sungai sangat dipengaruhi oleh batuan dasar dan ketinggian tempat
(Sandy, 1985). Metode yang digunakan yaitu tanpa menggunaan plot hanya berdasar pada
sebuah tongkat yang ditancapkan secara acak dan mencari gastropoda yang berada paling
dekat dengan tongkat tersebut. Jarak tersebut diukur dan dicatat. Dari keseluruhan data yang
telah didapatkan dari pengamatan, data tersebut dapat digunakan untuk menghitung densitas
gastropoda dengan rumus densitas gastropoda. Kelebihan metode ini mudah dipraktekkan
karena area cuplikan hanya berupa titik, kekurangan metode ini jangkauannya terlalu pendek
dan sulit dilakukan pada perairan dalam.
Stasiun
Parameter

Densitas Gastropoda
(indv/m2)

793131,95
88

57759,38

330,334

453475,8

Densitas Makrobentos
(Indv/m2)

425

20,833333
33

31,25

96,875

Diversitas Makrobentos

0,4689955
94

1,5709505
94

1,0300433
91

Densitas Gastropoda VS STASIUN


900000
800000 793131.96
700000
600000
500000
Densitas Gastropoda (indv/m2) 400000

453475.8

300000
200000
100000
0 1
1

57759.38
2

330.33
3

STASIUN

Densitas Makrobentos VS STASIUN


450
400
350

425

300
250
Densitas Makrobentos (indv/m2) 200
150
100

96.88

50
0 1
1

31.25

20.83
2

STASIUN

Diversitas Makrobentos VS STASIUN


1.8
1.6
1.4

1.57
1.3

1.2
1 1
Diversitas Makrobentos 0.8
0.6
0.4

0.47

0.2
0 0
1

STASIUN

ARUS AIR VS STASIUN


1.2
1 1
0.8
ARUS AIR (m/s)

0.6

0.7
0.42

0.4
0.2
0
1

STASIUN

Densitas gastropoda terhadap kecepatan arus berada pada stasiun 3 hal ini disebabkan
oleh kuat arus yang menjadi faktor kepadatan, tidak semua gastropoda kehidupannya melekat
pada sedimen atau batuan, melainkan mereka hanya berhabitat didalam atau pada sedimen
ataupun bentuk substrat lainnya Arus yang kuat dapat meningkatkan distribusi nutrisi atau
makanan pada daerah tersebut, pada saat nutrisi cukup gastropoda semakin banyak.
Kecepatan arus juga menjamin kesediaan oksigen terlarut untuk kehidupan organisme disuatu
daerah perairan. Pada arus yang kuat biasanya terdapat organisme termasuk gastropoda yang
setelah mengalami adaptasi morfologis atau memang mereka sesuai dengan lingkungan

tersebut (Barus, 2002). Pada stasiun yang berbatu kecil dengan arus deras gastropoda
ditemukan pada dasar perairan yang terbenam di dalam batuan kecil hal ini mereka lakukan
sebagai upaya untuk melindungi diri dari arus deras agar mereka tidak terbawa menuju ke
daerah aliran sungai yang lain.

DO VS STASIUN
7

6.58

6.04

5.51

5
4 3.73
DO (ppm) 3

4
3

1 1
0
1

STASIUN

Densitas pada stasiun 2 menunjukkan yang tertinggi dan apabila dikaitkan dengan DO
( kandungan oksigen terlarut ) juga menunjukkan hasil yang tinggi. Dari grafik DO vs stasiun
menunjukkan kandungan DO dari stasiun I ke IV fluktualif. Teori yang ada menyatakan
bahwa semakin ke hulu (daerah atas) kandungan oksigen terlarutnya semakin tinggi, karena
di daerah hulu lebih banyak dijumpai tumbuhan air sehingga lebih banyak oksigen yang
dihasilkan dari proses fotosintesis (Hutagalung, 2004). Pada stasiun 1 DO nya rendah karena
tingkat densitasnya rendah. Gastropoda cenderung lebih menyukai daerah yang memiliki
kandungan DO tinggi karena dalam pemenuhan kebutuhan oksigen untuk respirasinya lebih
mudah didapatkan tanpa harus bersaing dengan organisme lainnya. Sehingga untuk daerah
yang memiliki kandungan DO tinggi sering ditemukan densitas yang tinggi pula.
Oksigen terlarut digunakan oleh gastropoda untuk melakukan aktivitas biologisnya.
Kehidupan mereka juga berkumpul pada daerah aliran sungai yang mempunyai kandungan
nutrien yang cukup. Kandungan nutrien pada daerah aliran sungai semakin kehilir semakin
banyak karena daerah aliran sungai utama melewati percabangan aliran kecil yang menyatu
pada daerah aliran sungai utama (Ongkosongo, 2010). Kandungan nutrien mempengaruhi
kepadatan dan kebutuhan oksigen, karena semakin seimbangnya nutrient yang ada dalam
perairan tersebut maka akan terjadi kepadatan organisme diperairan tersebut yang membuat

penggunaan oksigen dalam perairan tersebut meningkat. DO dapat dihasilkan oleh tumbuhan
yang berfotosintesis, juga fitoplankton maupun aerasi dari arus yang melalui badan sungai.
Kandungan oksigen terlarut dipengaruhi oleh suhu perairan, pergerakan arus, tekanan, dan
aktivitas biologi perairan.

CO2 BEBAS VS STASIUN


20
15 14.5
CO2 BEBAS (ppm)

13.9

11.9

10

11

5
0 1
1

2
3

STASIUN

Kadar CO2 tertinggi ada pada stasiun 1 yaitu 14,5 ppm dengan tingkat diversitas nol.
Ini menunjukkan bahwa gastropoda lebih suka di tempat yang kadar CO 2 nya rendah. Hasil
ini menggambarkan bahwa gastropoda tidak membutuhkan CO 2 untuk kehidupan
keseluruhannya. CO2 dalam air hanya berikatan (H+) yang akan menghasilkan ion-ion
bikarbonat dan karbonat (Baur, 1987). Hal seperti ini biasanya digambarkan dengan
keseimbangan karbondioksida. Karbondioksida dihasilkan oleh proses respirasi perairan
termasuk organisme yang berada didalam perairan tersebut juga dapat bersumber dari
dekomposisi zat organik. Meningkatnya jumlah karbondioksida dalam perairan hanya
menurunkan populasi biota perairan. Hasil pengukuran kadar CO2 bebas sering dijumpai
berkebalikan dengan kandungan DO nya, apabila CO2 maka DO rendah, begitu pula
sebaliknya. Kadar CO2 bebas yang rendah menjadikan gastropoda lebih mudah dalam proses
respirasi karena kadar CO2 yang tinggi dapat mengganggu proses repirasi dan apabila kadar
CO2 nya sangat tinggi dapat mengakibatkan kematian pada gastropoda. Itu sebabnya kenapa
lebih banyak dijumpai populasi gasatropoda pada daerah yang memiliki kadar CO2 rendah.

ALKALINITAS VS STASIUN
120

111

100 99

98

88

80
ALKALINITAS (ppm)

60
40
20
0 1
1

STASIUN

pH VS STASIUN
7.26
7.24

7.25

7.25

7.22
pH

7.2

7.2

7.2

7.18
7.16
1

STASIUN

Seperti tercantum pada tabel data, dari keempat stasiun, alkalinitas pada stasiun 1
adalah 99 ppm, stasiun 2 98 ppm, stasiun 3 88 ppm, dan stasiun 4 sebesar 111 ppm. Sama
halnya dengan pembahasan sebelumnya, naiknya CO selalu diiringi oleh turunnya kadar DO
(Asmawi, 1983) hal ini terbukti pada stasiun 4. Sementara itu, naiknya CO juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah alkalinitas. Nilai alkalinitas tinggi
maka kadar CO bebas akan rendah. Begitu juga sebaliknya, nilai alkalinitas rendah maka
kadar CO akan tinggi. Parameter kimia yang terakir adalah pH. Nilai pH menunjukkan
banyaknya konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Makin tinggi kadar ion hidrogen dalam air,
semakin masam air tersebut. Pada air yang bersifat alkalis, kandungan OH lebih besar
daripada ion H. Jika kandungan H dan OH sama, maka bersifaat netral. Besarnya pH
pada semua stasiun menunjukkan angka yang sama, yaitu 7. Sehingga memungkinkan

gasthropoda hidup di dalamnya. pH diluar ambang batas dapat menyebabkan turunnya daya
tahan organisme. Kisaran pH yang baik bagi oraganisme perairan adalah antara 6,6-8,5
(Widiastuti,1983). Menurut hasil pengamatan dan teori sudah tepat dan benar. Nilai pH yang
besar akan membuat nilai alkalinitas juga akan besar. Akan tetapi, nilai pH yang besar tidak
selalu membuat kandungan CO2 rendah.
Peran gastropoda dan makrobentos adalah sebagai parameter kualitas perairan
lingkungan sungai. Semakin tinggi diversitasnya serta densitas makrobentos dan gastropoda
maka semakin baik kualitas airnya karena terdapat kehidupan di perairan tersebut. Dari
keempat stasiun dapat disimpulkan bahwa yang kualitas airnya paling baik adalah stasiun 4
karena indeks diversitas dan densitasnya paling besar yaitu 453475,8 indv/m 2 dan 96,8
indv/m2.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa karakteristik
ekosistem sungai dipengaruhi oleh faktor-faktor pembatas berupa parameter fisik
(suhu,kesepatan dan debit), parameter kimia (DO, CO, pH, dan alkalinitas) dan parameter
biologi (plankton,makrobentos, dan gasthropoda). Cara cara pengambilan data parameter
bermacam-macam, contohnya adalah dengan mengukur secara langsung dengan alat ukur,
titrasi (metode winkler dan alkalimetri). Korelasi antara satu parameter dengan parameter
yang lain sangat kuat dan berkaitan ada yang jika parameter yang satu tinggi, maka yang lain
rendah. Ada pula yang jika parameter satu tinggi, parameter yang ikut tinggi. Jika indeks
diversitas suatu perairan tinggi, maka kualitas airnya akan baik. Di sungai Tambak Bayan,
indeks diversitas makrobentos pada stasiun 4 paling besar. Sehingga air di stasiun 4 inilah
yang memiliki kualitas paling baik.
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi, Suhaili. 1983. Pemeliharaan Ikan dalam Karamba. Gramedia. Jakarta
Barus, T.A. 2002. Pengantar Limnologi. Kampus USU. Medan.
Baur, W.H. 1987. Gewassergute Bestimmen Und Beurteilen. Paul Parey Verlag. Hamburg.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
Hutagalung, R.A. 2004. Ekologi Dasar. Erlangga. Jakarta
Jutting, W.S.S.V.B. 1977. Systematic Studies on The Non-Marine Mollusca of The
Indo-Australian Archipelago. Linnaeus Press. Swedia

Kuncoro, E. B., 2004. Akuarium Laut. Kanisius. Yogyakarta.


Natadisastra, D. 2009. Parasitologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Ongkosongo , O.S.R. 2010. Kuala Muara Sungai dan Delta. LIPI. Jakarta.
Pennak, R.W. 1953. Fresh Water Invertebrates of The United States. Ronald Press. New York.
Sandy, IM, 1985. DAS-Ekosistem Penggunaan Tanah. Publikasi Direktorat Taguna Tanah
Departemen Dalam Negeri (Publikasi 437).
Widiastuti, E. 1983. Kualitas Air Kali Talung Rintingan dan Kelimpahan Hewan
Makrozoobentos. Thesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai