Bab 3
Bab 3
3.1
Hindcasting
= 1 mil laut/jam
= 0.515 meter/detik
Data angin yang digunakan untuk melakukan peramalan gelombang (hindcasting) di lokasi
proyek adalah data angin selama 14 tahun antara 1991-2004 dari stasiun pengamat cuaca
Makassar.
Distribusi kecepatan angin di Makassar dapat dilihat pada Tabel 3.1. Data angin maksimum
tahunan di Makassar dapat dilihat pada Tabel 3.2, sedangkan nilai kecepatan angin ekstrim
disajikan dalam Tabel 3.3.
3-1
Tabel 3.1 Distribusi Kecepatan Angin Makassar Rentang Tahun 1991 2004
Arah
<5
5074
4790
11072
19622
6014
3142
5088
6995
5-10
1964
1261
1888
1363
514
997
5320
5789
Jumlah Jam
10-15 15-20
237
19
174
23
243
55
73
7
42
5
156
11
1123
133
830
73
Utara
Timur Laut
Timur
Tenggara
Selatan
Barat Daya
Barat
Barat Laut
Berangin
Tidak Berangin
Tidak Tercatat
Total
Kecepatan angin dalam knot.
> 20
Total
<5
14
7308
4,13
14
6262
3,90
17
13275
9,02
4
21069 15,99
2
6577
4,90
11
4317
2,56
16
11680
4,15
12
13699
5,70
= 84187
= 32006
=
6544
= 122737
Persentase
5-10 10-15 15-20
1,60
0,19
0,02
1,03
0,14
0,02
1,54
0,20
0,04
1,11
0,06
0,01
0,42
0,03
0,00
0,81
0,13
0,01
4,33
0,91
0,11
4,72
0,68
0,06
> 20
Total
0,01
5,95
0,01
5,10
0,01
10,82
0,00
17,17
0,00
5,36
0,01
3,52
0,01
9,52
0,01
11,16
= 68,59
= 26,08
=
5,33
= 100,00
Tabel 3.2 Data Angin Maksimum Tahunan di Makassar Rentang Tahun 1991 2004
No.
Tahun
Kecepatan
Knot
m/s
1
2
3
4
5
1991
1992
1993
1994
1995
21
26
40
23
22
10.80
13.38
20.58
11.83
11.32
1996
20
10.29
7
8
1997
1998
55
16
28.29
08.23
9
10
1999
2000
50
32
25.72
16.46
11
12
13
14
2001
2002
2003
2004
40
31
33
34
20.58
15.95
16.98
17.49
Arah
090
200
240
270
270
290
210
290
330
300
350
060
360
290
340
150
090
030
003
210
290
Tanggal Kejadian
Bulan
Tanggal
Jam
Mei
Apr
Jun
Feb
Feb
Mar
Apr
Sep
Des
Jun
Jun
Okt
Nov
Des
Sep
Nov
Nov
Des
Mei
Mei
Mar
16
12
19
26
17
03
18
30
25
19
27
21
21
19
08
05
22
25
28
16
18
16
23
06
00
09
05
07
06
10
07
06
20
20
04
09
15
10
01
05
11
04
3-2
(tahun)
(knot)
(m/dt)
23,95
12,33425
30,02
15,4603
36,09
18,58635
42,83
22,05745
10
51,31
26,42465
25
62,02
31,9403
50
69,96
36,0294
100
77,85
40,09275
200
85,71
44,14065
Angka-angka statistik pada Tabel 3.1 dapat disajikan secara visual dalam bentuk windrose
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.
3-3
3-4
Lfi .cos i
cos i
Dimana:
Lfi
Jumlah pengukuran i untuk tiap arah mata angin tersebut meliputi pengukuran-pengukuran
dalam wilayah pengaruh fetch (22,50 searah jarum jam dan 22,50 berlawanan arah jarum
jam).
B. Perhitungan Wind Stress Factor
Wind stress factor merupakan parameter yang digunakan untuk menghitung tinggi
gelombang yang dibangkitkan dalam proses hindcasting. Parameter ini intinya adalah
kecepatan angin yang dimodifikasi.
Sebelum merubah kecepatan angin menjadi wind stress faktor, koreksi dan konversi
terdahap data kecepatan angin perlu dilakukan. Berikut ini adalah koreksi dan konversi yang
perlu dilakukan pada data angin untuk mendapatkan nilai wind stress factor.
1. Koreksi ketinggian
Wind stress factor dihitung dari kecepatan angin yang diukur dari ketinggian 10 m di atas
permukaan. Bila data angin diukur tidak dalam ketinggian ini, koreksi perlu dilakukan
dengan persamaan berikut ini (persamaan ini dapat dipakai untuk z <20m):
1/ 7
10
U (10) = U ( z )
z
Dimana:
U(10)
U(z)
3-5
2. Koreksi stabilitas
Koreksi stabilitas ini berkaitan dengan perbedaan temperatur udara tempat bertiaupnya
angin dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah
sebagai berikut:
U = RT U (10)
Dimana:
U
U(10)
RT
= Koefisien stabilitas, nilai nya didapat dari grafik pada SPM (Vol. I, Figure 314), atau pada laporan ini disajikan pada Gambar 3.2
Jika data temperatur udara dan air (sebagai data untuk membaca grafik) tidak dimiliki,
maka dianjurkan memakai nilai RT =1.10.
3. Koreksi efek lokasi
Koreksi ini diperlukan bila data angin yang diperoleh berasal dari stasiun darat, bukan
diukur langsung di atas permukaan laut, ataupun di tepi pantai. Untuk merubah
kecepatan angin yang bertiup di atas daratan menjadi kecepatan angin yang bertiup di
atas air, digunakan grafik yang ada pada SPM (Vol I, Figure 3-15), atau pada Gambar
3.3 di laporan ini.
4. Konversi ke wind stress factor
Setelah koreksi dan konversi kecepatan di atas dilakukan, tahap selanjutnya adalah
mengkonversi kecepatan angin tersebut menjadi wind stress factor, dengan
menggunakan persamaan berikut ini.
U A = 0.71U 1.23
Dimana:
UA = Wind stress factor (m/s)
U = Kecepatan angin (m/s)
3-6
gTp
UA
gF
= 0.0016 2
U
A
gF
= 0.2857 2
U
A
gF
gt d
= 68.8 2
U
UA
A
1.23
= 0.243
= 8.13
gt d
= 7.15 10 4
UA
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0)
Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
3-7
Di mana:
Hmo
Tp
Distribusi arah dan tinggi gelombang hasil peramalan gelombang disajikan dalam bentuk
waverose seperti pada Gambar 3.5.
Start
gF
t c = 68.8 2
U
A
23
gF
gt
= 68.8 2
U
UA
A
Yes
(Non Fully
Developed)
UA
t
g
23
7.15 x 10 4
No
(Fully
Developed)
No
(Duration Limited)
Yes
(Fetch Limited)
gt
Fmin =
68.8 U A
H m0
U
= 0.0016 A
g
T p = 0.2857
UA
g
gF
U 2
A
gF
U 2
A
Finish
12
32
UA
g
F = Fmin
H m0 = 0.2433
13
T p = 8.134
UA
g
UA
g
Finish
Gambar 3.4 Diagram Alir Proses Peramalan Gelombang Berdasarkan Data Angin.
3-8
Fetch Efektif
(m)
95461
36518
0
0
Selatan
217230
Barat Daya
558688
Barat
796191
Barat Laut
401238
3-9
Dari proses hindcasting ini didapatkan data gelombang signifikan beserta periodanya
sebanyak data angin yang dimiliki. Distribusi tinggi gelombang dapat dilihat pada Tabel 3.5
sedangkan data tinggi maksimum tahunan di lepas pantai Garongkong dapat dilihat pada
Tabel 3.6.
Tabel 3.5 Distribusi Tinggi Gelombang (%) di Lepas Pantai Garongkong
Arah
< 0,5
6,251
3,778
0,000
0,000
4,425
2,376
6,550
5,469
Utara
Timur Laut
Timur
Tenggara
Selatan
Barat Daya
Barat
Barat Laut
Bergelombang
Tidak Bergelombang (calm )
Tidak Tercatat
Total
0,5-1.0
2,439
0,348
0,000
0,000
0,064
0,168
2,914
1,726
> 2,5
0,009
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,005
0,019
=
=
=
=
Total
9,39
4,19
0,00
0,00
4,49
2,60
9,95
7,66
38,28
58,13
3,59
100,00
Tabel 3.6 Data Tinggi Gelombang Maksimum Per Tahun Per Arah di Lepas Pantai Garongkong
(1991-2004)
No.
Tahun
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
10
2000
11
2001
12
2002
13
2003
14
2004
Per Arah
TG
S
TL
0,56
(3,28)
1,61
(6,09)
0,69
(3,79)
1,30
(5,76)
1,20
(5,55)
1,13
(4,81)
1,09
(3,43)
0,94
(4,64)
3,49
(6,82)
1,16
(4,86)
2,10
(5,57)
2,36
(6,46)
1,48
(5,56)
1,29
(5,07)
0,69
(3,79)
1,06
(4,58)
0,65
(3,85)
0,80
(4,02)
1,09
(4,54)
1,06
(4,58)
1,09
(3,43)
0,69
(3,79)
0,98
(4,35)
0,98
(4,35)
2,47
(5,95)
0,94
(4,40)
1,27
(4,83)
2,09
(5,75)
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
Calm
0,23
(2,45)
0,67
(2,82)
0,94
(4,64)
1,27
(5,68)
0,56
(3,28)
0,41
(2,68)
0,41
(2,68)
0,55
(3,44)
0,59
(3,97)
0,40
(2,86)
0,59
(3,97)
0,76
(3,41)
1,28
(4,21)
0,65
(3,85)
BD
BL
Terbesar
Absolut
0,34
(2,15)
0,49
(3,30)
1,09
(3,43)
1,94
(7,24)
0,76
(3,41)
0,56
(3,28)
0,58
(3,69)
0,50
(2,90)
0,93
(3,71)
0,44
(2,98)
0,95
(4,49)
1,09
(4,92)
1,47
(4,45)
1,19
(4,09)
1,27
(5,68)
1,49
(5,75)
2,47
(7,56)
1,00
(4,90)
1,45
(5,70)
1,80
(6,53)
1,16
(4,86)
1,00
(4,58)
1,29
(5,42)
1,00
(4,58)
1,06
(5,01)
2,15
(5,95)
2,33
(7,06)
2,75
(7,89)
1,13
(4,61)
0,94
(4,64)
1,03
(4,18)
1,68
(6,83)
1,27
(5,68)
2,00
(6,81)
4,04
(7,23)
1,68
(6,83)
1,48
(4,85)
1,38
(5,99)
2,24
(7,53)
1,34
(5,15)
3,15
(8,65)
3,54
(9,34)
1,27
(5,68)
1,61
(6,09)
2,47
(7,56)
1,94
(7,24)
1,45
(5,70)
2,00
(6,81)
4,04
(7,23)
1,68
(6,83)
3,49
(6,82)
1,38
(5,99)
2,47
(5,95)
2,36
(6,46)
3,15
(8,65)
3,54
(9,34)
Bln
Tanggal Kejadian
Tgl
Jam Durasi (jam)
Sep
12
03
09
Apr
10
03
08
Des
22
18
10
Okt
07
08
13
Sep
27
02
07
Feb
25
02
09
Des
25
09
03
Jan
23
02
13
Sep
08
09
03
Des
06
09
10
Des
25
00
03
Mei
14
09
05
Feb
23
01
12
Feb
11
01
14
Angka-angka statistik pada Tabel 3.5 dapat disajikan secara visual dalam bentuk windrose
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.6.
3-10
3.2
Dari hasil peramalan gelombang, diambil tinggi gelombang yang terbesar dengan
periodanya untuk tiap arah yang mendatangkan gelombang, tiap tahun.
Dari tabel tersebut untuk tiap tahun diambil gelombang terbesar, tidak peduli arahnya.
Hasil inventarisasi gelombang terbesar ini disajikan dalam bentuk tabel dengan informasi
mengenai arah gelombang sudah hilang dalam analisis selanjutnya.
Dilakukan analisis harga ekstrim berdasarkan data gelombang terbesar tahunan yang
telah tersusun dari langkah sebelumnya. Dengan cara analisis harga ekstrim yang
didasarkan pada tinggi gelombang ini, maka informasi mengenai perioda gelombang
hilang dalam langkah selanjutnya.
3-11
Analisis frekuensi gelombang rencana dengan metode yang digunakan terdiri dari
beberapa distribusi yaitu Log Normal, Log Pearson III, Pearson III dan Gumbell. Analisis
frekuensi adalah kejadian yang diharapkan terjadi, rata-rata sekali setiap N tahun atau
dengan perkataan lain tahun berulangnya N tahun. Kejadian pada suatu kurun waktu
tertentu tidak berarti akan terjadi sekali setiap 10 tahun akan tetapi terdapat suatu
kemungkinan dalam 1000 tahun akan terjadi 100 kali kejadian 10 tahunan.
Pemilihan distribusi yang sesuai dari beberapa distribusi tersebut untuk memberikan nilai
gelombang rencana.
Berikut ini adalah penjelasan untuk masing-masing distribusi frekuensi yang digunakan pada
tahap (iv) diatas:
A. Distribusi Log Normal
Suatu nilai acak X memiliki fungsi distribusi Log Normal apabila nilai dari fungsi probabilitas
denstitasnya seperti persamaan dibawah ini (Ochi 1992).
f ( x) =
(ln x )2
exp
;
x 2
22
0x<
Distribusi Log Normal memiliki 2 parameter statistik yaitu dan 2. Nilai dari parameter
dalah suatu nilai logaritmik dari variabel acak X yang terdistribusi sebagai rata-rata
dan 2a
dan varian 2. Persamaan dari nilai rata-rata dan varian dari distribusi Log Normal adalah
sebagai berikut:
2
E[x ] = exp +
){ ( ) }
Distribusi Pearson Tipe III adalah suatu distribusi gamma (memiliki 3 parameter gamma)
yang diturunkan dari suatu fungsi gamma. Persamaan tersebut diberikan di bawah ini (Ochi
1992):
exp[ (x )]
( )
f (x) =
(x )
dimana nilai dari ( ) adalah suatu fungsi gamma dengan , dan merupakan
parameters yang diberikan oleh persamaan berikut ini :
sx
2
=
Cs
= x sx
3-12
exp[ (x )]
,
( )
f (x) =
(x )
y = log(x )
Dimana:
sx
=
C s (y)
= y sx
D. Distribusi Gumbel
Distribusi Gumbel berasal dari Distribusi Nilai Asimtot Ekstrim Tipe I dan merupakan fungsi
distribusi kumulatif sebagai berikut (Ochi 1992):
x u
F ( x) = P( X x) = exp
x u
f ( x ) = 1 exp exp
;
- x
Dimana:
s 6
u = x 0.5772
s = standar deviasi
x = rata-rata
Keempat distribusi yang telah dijelaskan di atas diterapkan ke dalam nilai tinggi gelombang
maksimum seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Nilai dari gelombang maksimum hasil
prediksi berdasarkan masing-masing distribusi diplot berdasarkan nilai gelombang hasil
pengamatan. Data pengamatan diplot berdasarkan nilai probabilitas Weibull yang
terlampaui. Persamaan probabilitas Weibull adalah sebagai berikut :
P( X x m ) =
m
n 1
3-13
Dimana:
P ( X x m ) = probabilitas dari suatu nilai X yang berada di bawah suatu nilai di bawah xm.
Fungsi distribusi yang paling sesuai dapat dipilih berdasarkan: (1) pengamatan visual, dan
(2) nilai error (= perbedaan antara data dan perhitungan). Definisi dari rata-rata error
adalah sebagai berikut:
Error rata-rata =
(XDistribution XData )2
N1
Dimana:
XDistribustion = tinggi gelombang hasil perhitungan.
XData
= jumlah data.
Selanjutnya dengan menggunakan metoda error terkecil akan ditemukan distribusi teroritis
mana yang memiliki error terkecil. Distribusi teoritis tersebut yang akan digunakan dalam
analisis pada pekerjaan ini.
Setelah mendapatkan tinggi gelombang rencana untuk periode ulang tertentu kemudian
dianalisis periode gelombang yang sesuai melalui sebuah grafik hubungan antara tinggi
gelombang dengan periode gelombang seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.7.
H s = 0.059(Ts )1.883
Hasil tinggi gelombang signifikan rencana di laut dalam ini disajikan dalam Tabel 3.7
3-14
3-15
Gambar
Gambar
3.7 2.7
Grafik
Grafik
hubungan
hubungan
antara
antara
tinggi
tinggi
gelombang
gelombang
signifikan
signifikan
(Hs)(H
dengan
periodanya
periodanya
(Ts).(Ts).
s) dengan
3.3
Periode Ulang
Nilai Ekstrim
(tahun)
1,75
2,22
2,69
3,22
10
3,88
25
4,71
50
5,33
100
5,94
200
6,56
Pasang Surut
3.3.1 Umum
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda langit,
terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Bumi berotasi mengelilingi
matahari dalam waktu 24 jam,sedangkan bulan berotasi mengelilingi bumi pada saat yang
bersamaan dalam waktu 24 jam 50 menit. Selisih waktu berotasi sebesar 50 menit ini
menyebabkan besar gaya tarik bulan bergeser terlambat 50 menit dari tinggi air yang
ditimbulkan oleh gaya tarik matahari.
Gerak rotasi bumi mengelilingi matahari melalui suatu lintasan yang mempunyai bentuk
elliptis yang disebut bidang elliptis. Sudut inklinasi bumi terhadap bidang elliptis adalah
sebesar 66.5o, sedangkan sudut inklinasi bulan terhadap bidang rotasi bumi adalah 5o9.
Jarak terdekat antara posisi bulan dan bumi disebut perigee dan jarak terjauh disebut
apogee. Keadaan pasang pada saat perigee dan keadaan surut pada saat apogee.
Besar pengaruh bulan dan matahari terhadap permukaan permukaan air laut di bumi
disesuaikan dengan gaya-gaya yang bekerja satu sama lainnya. Adanya gaya tarik bulan
dan matahari menyebabkan lapisan air yang semula berbentuk bola menjadi ellips.
Peredaran bumi dan bulan pada orbitnya menyebabkan posisi bumi, bulan, dan matahari
selalu berubah setiap saat. Revolusi bulan terhadap bumi ditempuh dalam waktu 29.5 hari
(jumlah hari dalam satu bulan menurut kalender tahun komariyah,yaitu tahun yang
didasarkan peredaran bulan). Pada sekitar tanggal 1 dan 15 (bulan muda dan bulan
purnama) posisi bumi-bulan-matahari kira-kira berada pada satu garis lurus, sehingga gaya
tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling memperkuat. Dalam keadaan ini terjadi
pasang purnama (pasang besar, sprin gtide), dimana tinggi pasang surut sangat besar
dibandingkan pada hari-hari yang lain. Sedangkan sekitar tanggal 7 dan 21 (seperempat dan
tigaperempat revolusi bulan terhadap bumi) dimana bulan dan matahari membentuk sudut
siku-siku terhadap bumi, maka gaya tarik bulan terhadap bumi saling mengurangi. Dalam
keadaan ini terjadi pasang surut perbani (pasang kecil,neap tide) di mana tinggi pasang
surut kecil dibandingkan hari-hari yang lain.
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0)
Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
3-16
Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama, di suatu daerah dalam satu hari dapat
terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara umum tipe pasang surut di berbagai
daerah dapat dibedakan menjadi empat tipe yaitu pasang surut harian tunggal (diurnal tide),
pasang surut harian ganda (semidiurnal tide), pasang surut campuran condong ke harian
ganda (mixed tide prevailing semidiurnal), dan pasang surut campuran condong ke harian
tunggal (mixed tide prevailing diurnal). Penjelasan untuk masing-masing tipe pasang surut
dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini.
Tabel 3.8 Tipe Pasang Surut
Tipe Pasang Surut
Pasang Surut Harian Tunggal
(Diurnal Tide)
Keterangan
Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air
surut.Periode pasang surut rata-rata adalah 24
jam 50 menit.
Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air
surut dengan ketinggian yang hampir samadan
terjadi berurutan secara teratur. Periode Pasang
surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.
Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air
surut dengan ketinggian dan periode yang
berbeda.
Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air
surut dengan ketinggian yang berbeda. Kadangkadang terjadi 2 kali air pasang dalam 1 hari
dengan perbedaan yang besar pada tinggi dan
waktu.
Perubahan elevasi muka air laut di suatu lokasi dapat diramalkan dengan hasil yang baik.
Untuk mengetahui pasang surut yang terjadi pada suatu lokasi, terlebih dahulu dilakukan
pengukuran elevasi muka air laut di lapangan. Pengukuran dilakukan sekurang-kurangnya
selama 15 hari secara kontinu dengan interval pengukuran adalah 1 jam. Setelah didapatkan
data hasil pengukuran pasang surut lapangan, data kemudian dianalisa untuk mendapatkan
komponen-komponen pasang surut, sesudah itu baru dapat dilakukan peramalan pasang
surut untuk jangka waktu yang diinginkan.
Komponen pasang surut merupakan penjabaran pengaruh benda-benda langit terhadap
terjadinya pasang surut. Ada sembilan komponen pasang surut yang utama. Kesembilan
komponen tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.9
3-17
S
A
Dengan i ialah nomor pengamatan dan m adalah jumlah pengamatan, maka persamaan
modelnya dapat ditulis, sebagai berikut :
m
z ( t ) = So +
cos( i t i )
i =1
n!
r ! ( n r )!
z (t ) = So + Ai cos i t + Bi sin i t
i =1
3-18
J =
z t (i ) z (i ) = 0
z ( i ) = So + A cos t + B sin t
m
i =1
Untuk mendapatkan harga minimum, maka persamaan diatas diturunkan secara parsial
untuk setiap variabel atau parameternya :
J
=0
( parameter)
m
J
= 0 = ( 2 sint (i)){zt (i) So A cost (i) B sint (i)}
B
i =1
m
J
= 0 = ( 2 ){z t (i ) So A cos t (i ) B sin t (i )}
So
i =1
m
J
= 0 = ( 2 cost (i)){zt (i) So A cost (i) B sint (i)}
A
i =1
Ketiga persamaan diatas bila ditampilkan dalam bentuk matriks akan seperti dibawah ini :
m
zt (i)
i =1
i =1
i =1
So
m
m
m
m
2
cost (i)
cos t (i)
sin t (i) cost (i) A = zt (i) cost (i)
i =1
i =1
i =1
B i =m1
m
m
m
2
sin t (i) cost (i) sin t (i)
sin t (i)
zt (i) sin t (i)
i =1
i =1
i =1
i =1
cost (i)
sin t (i)
Atau
So
[D ] A = {z }
B
So
1
A = [D ] {z }
B
3-19
Matriks di atas dapat diselesaikan dengan Eliminasi Gauss sehingga nilai S0, A, B dapat
diketahui. A dan B ialah komponen pasang surut.
Selanjutnya untuk mendapatkan nilai amplitudo dan beda fasa dari kesembilankomponen
pasut (m = 9) digunakan persamaan berikut :
Amplitudo :
C=
A2 + B 2
Fasa :
B
= tan 1
A
Keterangan
Air tertinggi pada saat purnama atau bulan mati
Rata-rata muka air tinggi saat purnama
Muka air rata-rata antara muka air tiggi rerata dan muka air rendah rerata
Rata-rata muka air rendah saat purnama
Air terendah pada saat surut purnama
3-20
75
50
25
-25
-50
-75
02/Feb 00:00
05/Feb 00:00
08/Feb 00:00
11/Feb 00:00
14/Feb 00:00
17/Feb 00:00
20/Feb 00:00
23/Feb 00:00
26/Feb 00:00
Waktu (2005)
Gambar 3.9 Time Series Elevasi Pasut Hasil Peramalan dengan RMA2 di Lokasi Garongkong
No
KONSTITUEN
AMPLITUDO (cm)
BEDA FASA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
M2
S2
N2
K2
K1
O1
P1
M4
MS4
SO
19,5
17,4
4,4
5,0
29,9
20,8
8,3
1,5
0,8
-0,1
-46,4
176,1
63,6
216,5
209,0
211,8
153,1
83,8
23,9
3-21
Di mana:
M2
S2
N2
K2
K1
O1
P1
M4
MS4
= komponen matahari-bulan
Elevasi (m)
1,8
1,63
0,98
0,22
0
1,8
Dari tabel diatas diketahui tunggang pasang di lokasi sebesar 1,80 meter dengan muka air muka air
tertinggi (HWS) 1,80 meter diatas LWS. Informasi ini diperlukan untuk menentukan elevasi dermaga.
3-22
Lantai Dermaga
HHWL = +1,8 m
HWS = +1,8 m
MSL = +0,98 m
LLWL = +0,0 m
LWS = 0,0 m
3.4
3-23
Arah
%Kejadian
Utara
9,39
Timur Laut
4,19
Timur
0
Tenggara
0
Selatan
4,49
Barat Daya
2,6
Barat
9,95
Barat Laut
7,66
Dari tabel 3.13 diatas bahwa kejadian dengan durasi lama adalah gelombang dari arah barat
(1,2 bulan) sehingga akan dipakai gelombang datang dari arah barat sebagai acuan desain
orientasi dermaga.
Dari hasil vektor arah gelombang seperti terlihat pada gambar 3.17, kita akan menyesuaikan
arah orientasi dermaga searah dengan arah gelombang datang pada lokasi dermaga.
3-24
Arah Orientasi
Dermaga
Arah Datang
Gelombang
Apabila orientasi dermaga tegak lurus arah datang gelombang, maka akan terjadi hempasan
gelombang pada lambung kapal yang juga akan menghempas dermaga.
3-25