Anda di halaman 1dari 86

MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI

POKOK BAHASAN:

Sistem
kegiatan

JARINGAN TRANSPORTASI

Sistem
Jaringan (jalan)

sitem
pergerakan

SistemKelembagaan

02

MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI


POKOK BAHASAN:

JARINGAN TRANSPORTASI

02

PENGERTIAN JARINGAN TRANSPORTASI


Defenisi Jaringan: suatu konsep
matematis yang dapat digunakan
untuk menerangkan secara kuantitatif suatu sistem yang mempunyai karakteristik ruang
Transportasi Adalah: suatu kegiatan untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat
lain dan termasuk di dalamnya sarana dan prasarana
yang digunakan untuk memindahkannya

Transporta
si

MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI


POKOK BAHASAN:

Jaringan Transportasi

JARINGAN TRANSPORTASI

02

MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI


POKOK BAHASAN:

Contoh Jaringan dalam bentuk grafis:


1

2
3

Busur
(satu
arah)
5

Ruas (dua
arah)
4

JARINGAN TRANSPORTASI

02

Simpul
(node)
dapat
mencer-minkan
persimpangan, kota dan
fasilitas-fasilitas
tetap
lainnya seperti terminal
kereta (stasion), pelabuhan
dan bandar udara
Ruas (link) mencerminkan ruas
jalan antar persimpangan atau
ruas jalan antar kota, jalan rel
antar kota maupun antar stasiun,
alur penerbangan antara bandara
yang satu dengan bandara
lainnya serta pelabuhan laut yang
satu dengan pelabuhan laut
lainnya.

Untuk mengefesienkan pergerakan yang terjadi di dalam jaringan transportasi


maka, sistem jaringan perlu didesain secara terhirarki sesuai dengan besarnya
arus lalu-lintas yang melalui jaringan tersebut

MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI


POKOK BAHASAN:

JARINGA
N GRID

JARINGAN TRANSPORTASI

JARINGA
N
RADIAL

JARINGAN
MODIFIKAS
I RADIAL

02

JARINGAN
POLA
HEXAGONA
L

MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI


POKOK BAHASAN:

02

JARINGAN TRANSPORTASI

Konsep Fungsi Klasifikasi Jalan Hirarki Pergerakan dan Komponennya


Ada enam (6) pergerakan dalam hubungannya dengan konsep fungsi klasifikasi jalan
yaitu, pergerakan utama, transisi, distribusi, koleksi dan pergerakan akses ke
terminal:

Hubungan Fungsi Klasifikasi Jalan

Rumah/ terminal/
kantor

Desa

Jalan
lokal

Desa

Jalan bebas
hambatan

R
am

Kecamatan

Jalan
kolektor

Jalan
Akses

Ibukota
Propinsi

Ibukota
Propinsi

Jalan
Arteri

Gambar Hirarki pergerakan kendaraan di jalan

Ibukota
Kabupaten

Gambar Garis Perjalanan (Desire lines)

MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI


POKOK BAHASAN:

JARINGAN TRANSPORTASI

02

Jalan lokal
Desa

Desa
Jalan
kolektor

Ibukota Propinsi

Kecamatan
Jalan
kolektor

Jalan arteri

Ibukota Propinsi

Jalan arteri
Ibukota Kabupaten

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam konsep dasar hirarki
sistem jaringan jalan antara lain adalah: jarak antar simpang, penentuan
jaringan yang baik dan efesien

MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI


POKOK BAHASAN:

Clearly serve traffic


movement

JARINGAN TRANSPORTASI

Intermediate Roads traffic &


Theoritical balance between traffic
and land service

Clearly serve
adjacent Land

100 %

100 %
Service only a
Network function

% traffic
Function

Access only for


Land service

Land service
Function

Traffic Function

No network
function

% Land
Function

No Access
Arterials

Kollektor

Local Street

Road Type

Gambar Klasifikasi jalan sesuai fungsinya sebagai Media


arus lalu lintas dan pelayanan daerah.
Dengan demikian setidaknya terdapat dua pertimbangan dasar dalam
menentukan fungsi klasifikasi jalan dan jaringan jalan yaitu,
aksesibilitas dan mobilitas

02

MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI


POKOK BAHASAN:

JARINGAN TRANSPORTASI

02

Gambar Sistem Klasifikasi peran fungsional Jalan menurut pergerakan dan Akses

MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI


POKOK BAHASAN:

JARINGAN TRANSPORTASI

Karakteristik Pergerakan di Setiap Kelas Jalan


Klasifikasi jaringan jalan
juga sangat ditentukan
oleh karakteristik pergerakan (lalu lintas) yg
menggunakan jaringan
jalan tersebut. Perjalanan jarak jauh yang sifat
pergerakannya memerlukan kecepatan yang
tinggi perlu dipisahkan
dengan perjalanan lokal
jarak pendek yang tipikal penggunannya akan
memerlukan kemudahan
dan keselamatan dalam
aksesnya ke lingkungan
sekitar

Ped. Trips
And access

Local traffic
distribution

District
Traffic distribution

Long distance and through traffic


distribution

1,0

Proportion of
Trips (Tij) with
journey
Distance, (d)

Pedes. Streets
And
Access Roads
Local
distribution

0,5

District
Distribution
Primary
Distribution

(A)
0

(L)
dA

(D)
dL

(P)
dD

Journey distance, d

Gambar Karakteristik Pergerakan Pada Masingmasing Kelas Jalan

02

MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI


POKOK BAHASAN:

JARINGAN TRANSPORTASI

02

Sistem Jaringan Jalan yang Ada di Indonesia


Jalan dan Peranannya

Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk


apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap
dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu-lintas (UU
No.38/2004)
Ruang Pengawasan Jalan
Batas
pinggir

Ruang Milik Jalan


Ruang Manfaat Jalan
Bahu
Jalan

Bahu
Jalan

Batis
pinggir

Jalur Lalu-lintas

Jalur
pejalan

Jalur
pejalan

Halaman
rumah

Gambar Bagian-bagian (unsur) Jalan


Bagian-bagian jalan adalah:
Ruang manfaat jalan (RUMAJA). Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan,dan ambang pengamannya serta
bangunan utilitas.
Ruang Milik Jalan (RUMIJA). Meliputi Daerah Manfaat Jalan dan sejalur tanah tertentu di luar Daerah
Manfaat Jalan
Ruang Pengawasan Jalan (RUWASJA). Merupakan sejalur tanah tertentu di luar Daerah Milik Jalan yang ada
dibawah pengawasan pembina jalan

MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI


POKOK BAHASAN:

JARINGAN TRANSPORTASI

02

Sistem Jaringan Jalan


Sistem Jaringan Jalan Primer meliputi:
Jalan Arteri Primer, yaitu ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan
kota jenjang kesatu yang berdampingan atau ruas jalan yang menghubungkan kota
jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua yang berada di bawah pengaruhnya.
Jalan Kolektor Primer, yaitu ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua
dengan kota jenjang kedua lainnya atau ruas yang menghubungkan kota jenjang kedua
dengan kota jenjang ketiga yang ada di bawah pengaruhnya.
Jalan Lokal Primer, yaitu ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang ketiga dengan
kota jenjang ketiga lainnya, kota jenjang kesatu dengan persil, kota jenjang kedua
dengan persil serta ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota
jenjang yang ada di bawah pengaruhnya sampai persil.

Sistem Jaringan Jalan Sekunder meliputi:


Jalan Arteri Sekunder, yaitu ruas jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kedua.
Jalan Kolektor Sekunder, yaitu ruas jalan menghubungkan kawasan-kawasan sekunder
kedua, yang satu dengan lainnya, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder ketiga.
Jalan Lokal Sekunder, yaitu ruas jalan yang menghubungkan kawasan-kawasan
sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, atau
menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga dan
seterusnya sampai ke perumahan

MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI


POKOK BAHASAN:
Jalan Arteri
Primer

Kota
Jenjang
I

Jalan Arteri
Primer

Kota
Jenjang
II

JARINGAN TRANSPORTASI
F1
Kawasa
n
Primer

Kota
Jenjang
I

Jalan Arteri/
Sekunder

Jalan Arteri
Primer

Jalan Kolektor
Primer

Jalan Kolektor Primer

Jalan Lokal Primer


Kota
Jenjang
III

F12
Kawasa
n
Sekund
er

Kota
Jenjang
II

Jalan Kolektor Primer

Jalan Lokal Primer

Jalan Sekunder

Kota
Jenjang
III

F22
Kawasan
Sekunde
r II

Jalan Lokal
Sekunder

Jalan Lokal Primer


Jalan Lokal Primer

Jalan
Lokal
Primer

Kota di
Jenjang II

Jalan Lokal Primer

02

Jalan Arteri

Jalan Arteri
Sekunder

F21
Kawasa
n
Sekunde
rI

Jalan Arteri Sekunder

Jalan Kolektor
Sekunder

F22
Kawasan
Sekunde
r II

Jalan Kolektor
Sekunder

Jalan
Lokal
Sekunder

F23
Kawasan
Sekunder
III

Jalan Lokal
Sekunder

PERSIL

Perumah
an

Gambar Sistem Jaringan Jalan Primer

Gambar Sistem Jaringan Jalan Sekunder

MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI


POKOK BAHASAN:

JARINGAN TRANSPORTASI

Klasifikasi Jalan Berdasarkan Status/Wewenang Pembinaan


Jalan dapat dikelompokkan berdasarkan status pembinaannya yaitu:
Jalan Nasional, Jalan Nasional dibawah pembinaan Pemerintah Pusat (Menteri
Pemukiman dan Prasarana Wilayah atau Pejabat yang ditunjuk)
Jalan Propinsi, Jalan Propinsi dibawah pembinaan Pemda
Instansi yang ditunjuk

Tingkat I atau

JalanKabupaten/Kotamadya/Kota, Jalan Kabupaten/Kotamadya (Kota) dibawah


pembinaan Pemda Tingkat II/ Kota atau Instansi yang ditunjuk
Jalan Desa, Jalan Desa dibawah pembinaan Pemerintah Desa/Kelurahan
Jalan Khusus, Jalan Khusus dibawah pembinaan Pejabat atau orang yang ditunjuk

02

MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI


POKOK BAHASAN:

Ruas Jalan yang termasuk


ke dalam klasifikasi jalan
nasional adalah:

Yang
termasuk
dalam
klasifikasi Jalan Propinsi

JARINGAN TRANSPORTASI

02

Jalan Arteri primer


Jalan kolektor primer yang
menghubungkan
ibukota propinsi

Jalan lainnya yang mempunyai nilai


strategis terhadap kepentingan nasional

Jalan kolektor primer yang menghubungkan


ibukota
propinsi
dengan
ibukota
kabupaten/kotamadya (kota).
Jalan kolektor primer yang menghubungkan
ibukota
kabupaten/kota
dengan
ibukota
kabupaten/kota lainnya.
Jalan lainnya yang mempunyai nilai strategis
ditinjau dari segi kepentingan propinsi.
Jalan yang ada di dalam Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, kecuali yang ditetapkan sebagai jalan
nasional.

MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI


POKOK BAHASAN:

Jalan Kabupaten/
Kotamadya/Kota

JARINGAN TRANSPORTASI

02

Jalan kolektor primer yang tidak termasuk ke


dalam baik jalan nasional maupun jalan
propinsi.
Jalan lokal primer
Jalan sekunder yang tidak masuk ke dalam baik
jalan nasional maupun jalan propinsi.
Jalan lainnya yang mempunyai nilai strategis
ditinjau dari segi kepentingan kabupaten atau
kotamadya/kota.

Angkutan massal
Angkutan masal pada umumnya
merupakan angkutan umum
Defenisi angkutan umum adalah
sistim transportasi yang dapat
dipergunakan oleh umum dengan
syarat-syarat tertentu
Misalnya ; bis kota , Trans Jakarta ,
kereta api , bis antar kota dll

Angkutan umum berdasarkan sifat


operasinya dapat dibagi dua jenis :
Demand fix ; Angkutan umum yang harus
beroperasi pada waktu yang telah ditentukan,
ada atau tidaknya penumpang.: trns jakarta
Demand Responsif ; angktan umum yang
beroperasi sesuai dengan demand yang ada :
angkot , bis kota.
Para transit : angkutan umum yang tidak punya
jadwal dan rute yang pasti
Misalnya Taxi, Ojek, .

Rekayasa transportasi
massal
Bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang angkutan masal
dan kebutuhannya serta
operasionalnya untuk dapat dikelola
dan direncanakan sarana dan
prasarana penunjangnya dengan baik
Umumnya merupakan angkutan
umum diperkotaan

Hubungan sistem kota dengan


angkutan umum
Kota berkembang apabila suatu
wilayah berkembang pesat
penduduknya maupun industrinya
dll..
Angkutan umum merupakan suatu
kebutuhan untuk dapat
menghidupkan kota tersebut.

Penduduk kota sebagai pengguna


transportasi massal
Penduduk kota dibagi dua kelompok
Kelompok Choice
Kelompok masyarakat yang mempungai
pilihan untuk melakukan pergerakan dalam
memnuhi kebutuhannya dan umumnya
punya kendaraan pribadi

Kelompok captive
Kelompok masyarakat yang hanya punya
satu pilihan dalam mobilisasi

Pelaku Perjalanan

Trip Maker

Transit-captive

Modal Choice

Private Modes

Public Modes
(Choice Riders)

Sistim Jaringan Angkutan


Umum
Jaringan terdiri dari ;
Rute/trayek
Terminal/Interchange
Stopan/halte

Proses terbentukknya jaringan adalah


evaluative dan/atau simultan
Jaringan dipengaruhi oleh jenis kendaraan
dan rencana operasi
Untuk menentukan jaringan memungkinkan
perlu trial and error atau simulasi

Prosedur Perencanaan
Lihat pola pergerakan dan prasarana
yang ada
Rancang alternatif jaringan dan
rencana operasi
Lakukan evaluasi dan iterasi sampai
equilibrium

Aspek Perencanaan Sarana angkutan


Umum
Aspek fisik
perencanaan Prasarana :
Jalan, Terminal , halte dll
Aspek Manajerial/operasional
Organisasi, Kapasitas, jadual, dll

Faktor yang berpengaruh perencanaan


rute
Persentase daerah yang dapat
dilayani oleh sistim angkutan umum
Jumlah pergantian lintasan (transfer)
yang diperlukan dalam pergerakan
penumpang dari asal ke tujuan
Pengaturan frekwensi
Jarak halte/stopan/shelter

K a r a k t e r is t ik
S o s ia l E k o n o m i
Penduduk

P o la A k t iv ita s /
T a ta R u a n g K o ta

K e b u tu h a n
P e r ja la n a n

J u m la h d a n P o la
P e r ja la n a n
d e n g a n A n g k u ta n
Um um

P o le & K o n fig u r a s i
S t r u k tu r J a r in g a n

In te ra k s i a n ta r
ru te & M o d a
A n g k u ta n

J u m la h d a n P o la
P e r ja la n a n
d e n g a n A n g k u ta n
P rib a d i

K a p a s it a s R u t e

B e s a r d a n S is t im
T a r if

J u n la h d a n p o la
o p e r a s io n a l k e n d a r a a n
P r ib a d i d i J a r in g a n J a la n

J u m la h d a n o p e r a s i
A n g k u ta n U m u m d i
J a r in g a n J a la n

K e b u t u h a n s is it m
ja r in g a n t e r m in a l d a n
f a s ilit a s P e n u n ja n g
L a in n y a

Pemindahan Penumpang

Load Factor

Variasi Frekuensi

Jumlah Armada Yang Beroperasi

Tabel Indikator Kualitas Pelayanan Angkutan Umum


.
No. Kriteria
1.
Waktu Menunggu :
-Rata-rata
-Maksimum
2.
Jarak jalan kaki ke shelter :
-Wilayah padat
-Wilayah kurang padat
3.
Jumlah penggantian moda :
-Rata-rata
-Maksimum
4.
Waktu perjalanan :
-Rata rata
-Maksimum
5.
Kecepatan perjalanan :
-Daerah padat dan mix traffic
-Dengan lajur khusus bus
-Daerah kurang padat
6.
Biaya perjalanan :
-Dari pendapatan rumah tangga
Sumber : Iskandar Abubakar Dkk, Dirjen Hubdar, 1996

Ukuran
5 10 menit
10 20 menit
300 500 m
500 1000 m
0 1 kali
3 kali
1 1,50 jam
23
jam
10 12 km/jam
15 18 km/jam
25 km/jam
10 %

SEKIAN TERIMA KASIH


SAMPAI JUMPA
PADA KULIAH-3

KULIAH-3

ANALISIS
TRANSPORTASI

Land Use - Transportation


Land Use

Land Value

Accessibility

Trips

Transportation
Needs
Transportation
Facility

Kenapa transportasi harus


direncanakan ?
1. Adanya peningkatan aktivitas

interaksi manusia.
2. Terbatasnya jaringan jalan dan moda
transportasi.
3. Kebutuhan aksebilitas, efektivitas,
efisiensi dan kenyamanan
perjalanan, serta keselamatan
perjalanan.
4. Aspek sumber daya energi dan
lingkungan.
Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi

Peningkatan Aktivitas
Manusia
Kondisi ini dimulai dari
perubahan dan
perkembangan tata
guna lahan.
Kebutuhan
transportasi menjadi
berhubungan langsung
dengan penyebaran
dan intensitas tata
guna lahan

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi

Terbatasnya Jaringan Jalan


Pertambahan
jaringan jalan
dalam aspek
kuantitas maupun
kualitas tidak akan
dapat mengikuti
pertumbuhan
aktivitas manusia.
Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi

Kebutuhan perjalanan yang


efektif, efisien, aman &
nyaman

Perjalanan
orang/barang harus
memiliki standar
kualitas dan kuantitas
untuk mencapai kondisi
yang ketersediaan,
aman, lancar, nyaman
dan ekonomis.

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi

Aspek Sumber Daya Energi


dan Lingkungan
Menipisnya persediaan
sumber BBM,
meningkatnya harga
minyak dunia dan
memburuknya kualitas
lingkungan telah
menjadi problem
global.
Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi

Konsumsi BBM antar Moda

Kebutuhan BBM
Berbagai Industri

Energy Share Outlook for


Transportation (Indonesia)

Tujuan Perencanaan
Transportasi
Mencegah masalah transportasi di
masa depan (kemacetan, tundaan,
kecelakaan)
Problem Solving untuk masalah
transportasi
Melayani kebutuhan transportasi
Mempersiapkan kebijakan
transportasi masa depan
Menoptimalkan sumber daya untuk
pencapaian tujuan transportasi.
Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi

Posisi Perencanaan
Transportasi dalam Kebijakan
Transportasi

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi

Signifikasi Perencanaan
Transportasi
Adanya kesenjangan antara harapan
dengan kondisi sekarang dalam
kinerja suatu sistem transportasi yang
menjadi masalah transportasi.
Perlunya alternatif kebijakan solusi
untuk pencapaian harapan.
Peran model (model fisik, model
matematis dan model grafis) sebagai
alat bantu pendekat untuk menjawab
kesenjangan dalam sistem transportasi.
Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi

Klasifikasi Perencanaan
Transportasi
PERENCANAAN JANGKA PENDEK :
Perencanaan Operasional (denah
persimpangan, penyeberangan jalan,
lokasi parkir, dll.).
PERENCANAAN JANGKA MENENGAH :
Perencanaan Taktis (manajemen lalu
lintas, organisasi angkutan umum, dll.)
PERENCANAAN JANGKA PANJANG :
Perencanaan Strategis (struktur dan
kapasitas jaringan jalan, keterkaitan
transportasi dan tata guna lahan, dll.)
Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi

Lingkup Perencanaan
STUDI PERENCANAAN PRASARANA
TRANSPORTASI : masterplan pengembangan
jaringan dan terminal, disain trase jalan, dll.
STUDI KEBIJAKAN TRANSPORTASI : sistem
sirkulasi lalu lintas, strategi pelayanan
angkutan umum, dll.
STUDI PERENCANAAN TRANSPORTASI YANG
KOMPREHENSIF : studi kebutuhan
prasarana, studi pengembangan sistem
transportasi regional dan nasional.
Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi

Tahapan Perencanaan
Transportasi
Formulasi Tujuan, Sasaran dan
Lingkup Perencanaan.
Prediksi Kondisi di Masa yang
Akan Datang.
Analisis Prediksi Kondisi di Masa
yang Akan Datang.

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi

Model Perencanaan
Transportasi
Definisi Model
Peranan Model dalam

Perencanaan Transportasi
Konsep Pemodelan dalam
Transportasi
Model Tata Guna Lahan

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi

Definisi Model
Model adalah representasi ringkas dari
kondisi riil dan berwujud suatu bentuk
rancangan yang dapat menjelaskan atau
mewakili kondisi riil tersebut untuk
suatu tujuan tertentu (Black, 1981)
Model adalah suatu kerangka utama
atau formulasi informasi atau data
tentang kondisi nyata yang dikumpulkan
untuk mempelajari atau menganalisis
sistem nyata teresebut (Gordon, 1978)

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi

Peranan Model dalam


Perencanaan Transportasi
Model sebagai alat bantu (media) untuk

memahami cara kerja sistem (Tamin, 1997)


Untuk memudahkan dan memungkinkan
dilakukannya perkiraan terhadap hasilhasil atau akibat-akibat dari langkahlangkah/alternatif yang diambil dalam
proses perencanaan dan pemecahan
masalah pada masa yang akan datang.
Untuk memudahkan menggambarkan dan
menganalisis realita
Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi

Konsep Pemodelan
Model Fisik : model miniatur bersekala
atau prototipe suatu kondisi tertentu.
Model Foto : model berbentuk gambar.
Model Diagram : model deskripsi
diagram.
Model Matematika : model hubungan
fungsional kuantitatif.

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi

INTERAKSI SPASIAL TATA GUNA LAHAN


SISTEM TRANSPORTASI
Pendekatan hubungan tata guna lahan dan sistem
transportasi didekati secara kuantitatif dengan pemodelan
sistem.
Tujuan model adalah memperkirakan besarnya pergerakan
menggunakan moda tertentu pada segmen jaringan
transportasi.
Model transportasi didasarkan konsep pelaku perjalanan
dalam melakukan rangkaian keputusan dalam melakukan
perjalanan, memilih tujuan, memilih jenis moda dan
memilih rute.
Model yang digunakan sebagai model kebutuhan
transportasi bertahap (sequential transport demand
model)

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi

Land Use - Transportation


Land Use

Land Value

Accessibility

Trips

Transportation
Needs
Transportation
Facility

Land Use

PEMILIHAN MODA

Variasi Four-Step Model

G-MS

D-MS

MS

MS

G:Trip Generation
MS : Modal Split
D : Trip Distribution
A : Trip Assignment

Trip End /
Trip Interchange /
Pre Distribution Model Post Distribution Model

Model Pemilihan Moda:


Terkait dengan perilaku pelaku perjalanan
dalam memilih moda perjalanannya
Variabel Terikat (Dependent Variable) dalam
Model Pemilihan Moda :
pelaku perjalanan yang diharapkan akan
menggunakan tiap-tiap moda yang tersedia

Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan


moda (sebagai variabel bebas dalam
Model Pemilihan Moda):
Karakteristik sistem transportasi (misalnya durasi
waktu mengemudi, tingkat pelayanan , biaya )
Karakteristik perjalanan (misalnya jarak
perjalanan, waktu perjalanan)
Karakteristik pelaku perjalanan (misalnya
pendapatan keluarga, jumlah kepemilikan
kendaraan, kepadatan daerah pemukiman)

Pelaku Perjalanan

Trip Maker

Transit-captive

Modal Choice

Private Modes

Public Modes
(Choice Riders)

Transit-captive subgroup :
Orang-orang yang tidak memiliki akses terhadap
kendaraan pribadi dan mobilitas mereka sangat
tergantung pada sistem angkutan umum
(diidentifikasi pada basis zona sebagai
persentase dari Bangkitan perjalanan)
Choice Riders subgroup :
Orang-orang yang akhirnya memilih untuk
menggunakan sistem angkutan umum, dalam
kompetisinya dengan kendaraan pribadi di dalam
Model Pemilihan Moda
The total ridership of public transit =
Transit captive + Choice Riders

Moda Transportasi dan pemilihan


Sarana (moda)

Persamaan regresi Bangkitan Perjalanan untuk


Trip End Model :
T (auto)

= a + b1 (Pop) + b2 (Auto) ,

where :
: Trips (by mode) produced per household
T
Pop : Number of population
Auto : Auto ownership

Postdistribution
(trip-interchange) model
Trip-interchange models digunakan
setelah tahapan Distribusi Perjalanan
Model ini digunakan di wilayah yang
memiliki sistem angkutan umum yang
bervariasi di setiap pasang O-D-nya.
Sehingga pelaku perjalanan perlu tau
terlebih dahulu tujuan perjalanannya
baru dapat menentukan pilihan modanya.

Modal Split Models :


The Simple Diversion-Curve Model
Model yang telah dikalibrasi ini menggunakan
Kurva Logit Bentuk-S yang menggambarkan
persentase orang memilih angkutan umum.

Example of Diversion Curve

The Multinomial Logit Model


Multinomial Logit Model (untuk pemilihan
moda) menghitung proporsi perjalanan yang
akan memilih moda K :
p (K) =

eU
e
K

Ux

where
p (K) : Probabilitas menggunakan moda - K
UK : Utilitas moda K
Ux : Utilitas moda x

Fungsi Utilitas dan Disutilitas


Fungsi Utilitas merupakan ukuran derajat
kepuasan orang yang diperoleh dalam memilih
suatu pilihan (dalam hal ini pilihan moda)
Fungsi Disutilitas menggambarkan biaya yang
terkait dengan pilihan moda tertentu.

Contoh fungsi utilitas :


U private auto = 6.2 + 2.4 X1-PA + 3.5 X2-PA
U local bus
= 3.4 + 3.1 X1-LB + 2.9 X3-LB
U express bus = 4.3 + 2.9 X1-EB + 3.2 X3-EB
dimana :
X1 : Cost
X2 : Convenience
X3 : Level of service, associated with a mode
PA : Private Auto
LB : Local Bus
EB : Express Bus

Example of Multinomial Logit Model


A calibrated study resulted in the following utility
function :
UK = aK 0.25 X1 0.032 X2 - 0.015 X3
where :
X1 : Access plus egress time (minutes)
X2 : Waiting time (minutes)
X3 : Line-haul time (minutes)
X4 : Out-of-pocket cost (cents)
aK : Mode-spesific constant

- 0.002 X4

During the target year, 5000 person-trips/day interchange


between i and j will have a choice between private
automobile (A) and a local bus system (B).
The target year service attributes of the two competing
modes have been estimated to be :
Attribute

X1

X2

X3

X4

Automobile

20

100

Local Bus

10

15

40

50

Assuming that the calibrated mode-spesific constant are 0.12 for the automobile mode and -0.56 for the bus mode,
apply the Logit model to estimate the target year market
share of the two modes.

Solution :
UA = 0.12 - 0.25 (5) - 0.032 (0) - 0.015 (20) - 0.002 (100) = - 0.745
UB = - 0.56 - 0.25 (10) - 0.032 (15) - 0.015 (40) - 0.002 (50) = - 1.990
p (A) =
p (B) =

e -0.745
e -0.745 + e -1.990
e

= 0.22

-1.990

e -0.745 + e

= 0.78

-1.990

The market share of each mode is :


Qij (A) = (0.78) (5000) = 3900 trips/day
Qij (B) = (0.22) (5000) = 1100 trips/day

Anda mungkin juga menyukai