Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari anestesi


dan berbagai aspek yang berhubungan dengannya. Anestesiologi ilmu tentang ;
Pengelolaan masalah terapi nyeri, stres emosional selama pembedahan,
pengelolaan medik pada penderita yang tidak sadar apapun sebabnya, resusitasi
jantung paru, dan pengelolaan mengenai gangguan cairan, elektrolit dan metabolit
tubuh.
Sedangkan Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak,
tanpa" dan aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti
suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Trias anestesi
adalah hilangnya rasa nyeri, relaksasi otot dan hilangnya kesadaran. Jenis Anestesi
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu anestesi umum dan anestesi lokal.
Kerja obat anastesi, yaitu apabilaobat anestesi inhalasi, dihirup bersamasama udara inspirasi masuk kedalam saluran pernafasan, didalam alveoli paru
akan berdifusi masuk kedalam sirculasid arah. Demikian pula yang disuntikkan
secara intramuskular, obat tersebut akan diabsorbsi masuk kedalam sirkulasi
darah. Setelah masuk kedalam sirkulasi darah obat tersebut akan menyebar
kedalam jaringan. Dengan sendirinya jaringan yang kaya pembuluh darah
sepertiotak atau organ vital akan menerima obat lebih banyak dibandingkan
jaringan yang pembuluh darahnya sedikit seperti tulang atau jaringan lemak
.Kerja

obat

anastesi

juga

tergantung

jenis

obatnya,

dimana

didalam

jaringansebagian akan mengalami metabolisme, ada yang terjadi di hepar , ginjal


atau jaringan lain. Eksresi bisa melalui ginjal ,hepar, kulit, atau paru-paru. Eksresi
bisa dalam bentuk asli atau hasil metabolismenya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

ANESTESI SPINAL
Anestesi spinal adalah salah satu metode anestesi yang diinduksi dengan
menyuntikkan sejumlah kecil obat anestesi lokal ke dalam cairan cerebrospinal (CSF). Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga sebagai analgesi/blok
spinal intradural atau blok intratekal. Anestesi spinal dihasilkan bila kita
menyuntikkan obat analgesik lokal ke dalam ruang sub arachnoid di daerah
antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5.
Spinal anestesi mudah untuk dilakukan dan memiliki potensi untuk
memberikan kondisi operasi yang sangat baik untuk operasi di bawah
umbilikus. Spinal anestesi dianjurkan untuk operasi di bawah umbilikus
misalnya hernia, ginekologi dan operasi urologis dan setiap operasi pada
perineum atau alat kelamin. Semua operasi pada kaki, tapi amputasi meskipun
tidak sakit, mungkin merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan untuk
pasien yang dalam kondisi terjaga. Dalam situasi ini dapat menggabungkan
tehnik spinal anestesi dengan anestesi umum.
Teknik anestesi secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu
anestesi umum dan anestesi regional. Anestesi umum bekerja untuk menekan
aksis hipotalamus-pituitari adrenal, sementara anestesi regional berfungsi
untuk menekan transmisi impuls nyeri dan menekan saraf otonom eferen ke
adrenal. Teknik anestesia yang lazim digunakan dalam seksio sesarea adalah
anestesi regional, tapi tidak selalu dapat dilakukan berhubung dengan sikap
mental pasien.
Anestesi spinal sangat cocok untuk pasien yang berusia tua dan orangorang dengan penyakit sistemik seperti penyakit pernapasan kronis, hati,
ginjal dan gangguan endokrin seperti diabetes. Banyak pasien dengan penyakit
jantung ringan mendapat manfaat dari vasodilatasi yang menyertai anestesi
spinal kecuali orang-orang dengan penyakit katub pulmonalis atau hipertensi
tidak terkontrol. Sangat cocok untuk menangani pasien dengan trauma yang
telah mendapatkan resusitasi yang adekuat dan tidak mengalami hipovolemik.

Indikasi:

Bedah ekstremitas bawah


Bedah panggul
Tindakan sekitar rektum perineum
Bedah obstetrik-ginekologi
Bedah urologi
Bedah abdomen bawah
Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan
dengan anesthesia umum ringan.

Kontra indikasi absolut:


Pasien menolak
Infeksi pada tempat suntikan
Hipovolemia berat, syok
Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan
Tekanan intrakranial meningkat
Fasilitas resusitasi minim
Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi.
Kontra indikasi relatif:
Infeksi sistemik
Infeksi sekitar tempat suntikan
Kelainan neurologis
Kelainan psikis
Bedah lama
Penyakit jantung
Hipovolemia ringan
Nyeri punggung kronik
Persiapan analgesia spinal :
Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada
anastesia umum. Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan
menimbulkan kesulitan, misalnya ada kelainan anatomis tulang punggung
atau pasien gemuk sekali sehingga tak teraba tonjolan prosesus spinosus.
Selain itu perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:
Informed consent : tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui
anesthesia spinal
Pemeriksaan fisik : tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan
tulang punggung
Pemeriksaan laboratorium anjuran
: Hb, ht,pt,ptt
Peralatan analgesia spinal :

Peralatan monitor: tekanan darah, pulse oximetri, ekg


Peralatan resusitasi

Jarum spinal
Jarum spinal dengan ujung tajam(ujung bamboo runcing, quinckebacock)
atau jarum spinal dengan ujung pensil (pencil point whitecare).

Teknik analgesia spinal :


- Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis
tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan di
atas meja operasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit
perubahan posisi pasien. Perubahan posisi berlebihan dalam 30 menit
-

pertama akan menyebabkan menyebarnya obat.


Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral dekubitus.
Beri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang
stabil. Buat pasien membungkuk maximal agar processus spinosus mudah

teraba. Posisi lain adalah duduk.


Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis Krista iliaka,
misal L2-L3, L3-L4, L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau diatasnya berisiko
trauma terhadap medulla spinalis.

Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.


Beri anastesi lokal pada tempat tusukan (Bupivacain 20 mg)
Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G,
23G, 25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G
atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum yaitu jarum suntik
biasa semprit 10cc. Tusukkan introduser sedalam kira-kira 2cm agak
sedikit kearah sefal, kemudian masukkan jarum spinal berikut mandrinnya
ke lubang jarum tersebut. Jika menggunakan jarum tajam (QuinckeBabcock) irisan jarum (bevel) harus sejajar dengan serat duramater, yaitu
pada posisi tidur miring bevel mengarah keatas atau kebawah, untuk
menghindari kebocoran likuor yang dapat berakibat timbulnya nyeri
kepala pasca spinal. Setelah resensi menghilang, mandarin jarum spinal
dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat
dimasukkan pelan-pelan (0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya
untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik. Kalau anda yakin ujung jarum

spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak keluar, putar arah jarum 90
biasanya likuor keluar. Untuk analgesia spinal kontinyu dapat dimasukan
-

kateter.
Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah
hemoroid dengan anestetik hiperbarik. Jarak kulit-ligamentum flavum

dewasa 6cm. Posisi:


Posisi Duduk
Pasien duduk di atas meja operasi
Dagu di dada
Tangan istirahat di lutut
Posisi Lateral:
Bahu sejajar dengan meja operasi
Posisikan pinggul di pinggir meja operasi
Memeluk bantal/knee chest position

Tinggi blok analgesia spinal :

Faktor yang mempengaruhi:


Volume obat analgetik lokal: makin besar makin tinggi daerah analgesia
Konsentrasi obat: makin pekat makin tinggi batas daerah analgesia
Barbotase: penyuntikan dan aspirasi berulang-ulang meninggikan batas

daerah analgetik.
Kecepatan: penyuntikan yang cepat menghasilkan batas analgesia yang
tinggi. Kecepatan penyuntikan yang dianjurkan: 3 detik untuk 1 ml
larutan.
Maneuver valsava: mengejan meninggikan tekanan liquor serebrospinal
dengan akibat batas analgesia bertambah tinggi.
Tempat pungsi: pengaruhnya besar pada L4-5 obat hiperbarik cenderung
berkumpul ke kaudal(saddle blok) pungsi L2-3 atau L3-4 obat cenderung
menyebar ke cranial.
Berat jenis larutan: hiper,iso atau hipo barik
Tekanan abdominal yang meningkat: dengan dosis yang sama didapat
batas analgesia yang lebih tinggi.
Tinggi pasien: makin tinggi makin panjang kolumna vertebralis makin
besar dosis yang diperlukan.(BB tidak berpengaruh terhadap dosis obat)

Waktu: setelah 15 menit dari saat penyuntikan,umumnya larutan analgetik


sudah menetap sehingga batas analgesia tidak dapat lagi diubah dengan
posisi pasien.
Anastesi Lokal untuk Anastesi Spinal
Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1.0031.008.

Anastetik lokal dengan berat jenis sama dengan css disebut

isobaric. Anastetik local dengan berat jenis lebih besar dari css disebut
hiperbarik. Anastetik local dengan berat jenis lebih kecil dari css disebut
hipobarik. Anastetik local yang sering digunakan adalah jenis hiperbarik
diperoleh dengan mencampur anastetik local dengan dextrose. Untuk jenis
hipobarik biasanya digunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur
dengan air injeksi.

Anestetik local yang paling sering digunakan:


Lidokaine (xylobain,lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobaric, dosis
20-100 mg (2-5ml)
Lidokaine (xylobain,lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis
1.003, sifat hyperbaric, dose 20-50 mg (1-2 ml)
Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobaric,
dosis 5-20 mg
Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat
hiperbarik, dosis 5-15 mg (1-3 ml)
Bupivacaine
Obat anestetik lokal yang sering digunakan adalah prokain, tetrakain, lidokain,
atau bupivakain. Berat jenis obat anestetik lokal mempengaruhi aliran obat dan
perluasan daerah teranestesi. Pada anestesi spinal jika berat jenis obat lebih besar
dari berat jenis CSS (hiperbarik), maka akan terjadi perpindahan obat ke dasar
akibat gravitasi. Jika lebih kecil (hipobarik), obat akan berpindah dari area
penyuntikan ke atas. Bila sama (isobarik), obat akan berada di tingkat yang sama
di tempat penyuntikan.

Bupivacaine adalah obat anestetik lokal yang termasuk dalam golongan amino
amida. Bupivacaine di indikasi pada penggunaan anestesi lokal termasuk anestesi
infiltrasi, blok serabut saraf, anestesi epidura dan anestesi intratekal. Bupiivacaine
kadang diberikan pada injeksi epidural sebelum melakukan operasi athroplasty
pinggul. Obat tersebut juga biasa digunakan untuk luka bekas operasi untuk
mengurangi rasa nyeri dengan efek obat mencapai 20 jam setelah operasi.
Bupivacaine dapat diberikan bersamaan dengan obat lain untuk memperpanjang
durasi efek obat seperti misalnya epinefrin, glukosa, dan fentanil untuk analgesi
epidural. Kontraindikasi untuk pemberian bupivacaine adalah anestesi regional IV
(IVRA) karena potensi risiko untuk kegagalan tourniket dan adanya absorpsi
sistemik dari obat tersebut. Bupivacaine bekerja dengan cara berikatan secara
intaselular dengan natrium dan memblok influk natrium kedalam inti sel sehingga
mencegah terjadinya depolarisasi. Dikarenakan serabut saraf yang menghantarkan
rasa nyeri mempunyai serabut yang lebih tipis dan tidak memiliki selubung
mielin, maka bupivacaine dapat berdifusi dengan cepat ke dalam serabut saraf
nyeri dibandingkan dengan serabut saraf penghantar rasa proprioseptif yang
mempunyai selubung mielin dan ukuran serabut saraf lebih tebal.
KOMPLIKASI ANESTESI SPINAL
Komplikasi anastesi spinal dibagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi
delayed.
Komplikasi dini / intraoperatif :

Hipotensi
Anestesi spinal tinggi / total.
Henti jantung
Mual dan muntah
Penurunan panas tubuh
Parestesia.

Komplikasi lanjut
o Post dural Puncture Headache (PDPH)
o Nyeri punggung (Backache)
o Cauda equine sindrom

o
o
o
o

Meningitis
Retensi urine
Spinal hematom.
Kehilangan penglihatan pasca operasi

KISTA OVARI
A. Pengertian
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam.Kista yang berada di
dalam maupun permukaan ovarium (indung telur ) disebut kista ovarium atau
tumor ovarium. Kista ovarium adalah bentuk atau jenis yang paling sering terjadi
pada ovarium yang mempunyai struktur dinding yang tipis, mengandung
cairan serosa dan sering terjadi selama masa menopause. Kista ovarium adalah
tumor jinak yang diduga timbul dari bagian ovum yang normalnya
menghilang saat menstruasi, asalnya tidak teridentifikasi dan terdiri atas sel-sel
embrional yang tidak berdiferensiasi, kista

ini

tumbuh

lambat

dan

ditemukan selama pembedahan yang mengandung material sebasea kental


berwarna kuning yang timbul dari lapisan kulit. (Smeltzer, 2001)
Kista Ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau
setengah cair yang tumbuh dalam indung telur. Kista termasuk tumor jinak
yang terbungkus oleh selaput semacam jaringan. Bentuknya kistik dan ada
pula yang berbentuk seperti anggur. Kista dapat berisi udara, cairan kental,
maupun nanah. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal
disekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.

B. Klasifikasi

1. Pembagian kista ovarium berdasarkan non neoplastik dan neoplastik yaitu:


a. Non Neoplastik
1) Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer
yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses
atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Biasanya dapat di
dapati beberapa kista dengan diameter kista 1-1,5 cm. Kista yang berdiri
sendiri sebesar jeruk nipis. Cairan di dalam kista jernih dan mengandung
estrogen, oleh sebab itu jenis kista ini sering mengganggu siklus menstruasi.
Kista folikel ini lambat laun mengacil dan menghilang spontan.

Gambar 1. Kista folikel


2) Kista korpus luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan
menjadi korpus albikans, kadang-kadang korpus luteum mempertahankan
diri (korpus luteum persisten), perdarahan
dalamnya

yang

sering

terjadi

di

menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah

coklat karena darah tua. Frekuensi kista luteum lebih jarang dari pada kista
folikel, dan yang pertama bisa lebih besar dari yang kedua.
3) Kista teka lutein

Biasanya terjadi pada mola hidrosa ,koriokarsinoma, dan kadang


kadang tanpa adanya kelainan tertentu, ovarium dapat membesar menjadi
kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju. Pada pemeriksaan
mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula
menunjukkan luteinisasi, akan
karena

atresia.

koriogonadotropin

Tumbuhnya
yang

tetapi

sering

kista

berlebihan,

ini
dan

kali

sel-sel

adalah
dengan

menghilang

pengaruh
hilangnya

hormon

mola

atau

koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.


4) Kista inklusi germinal
Biasanya terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil
dari epitel germinativum pada permukaan ovarium, besarnya jarang melebihi
diameter 1 cm. Kista ini biasanya kebetulan di temukan pada pemeriksaan
histologi ovarium yang diangkat sewaktu operasi.
5) Kista endometrium
Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium.
6) Kista stein-levental
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan
licin, kapsul ovarium menebal dan tampak tunika yang tebal dan fibrotik pada
pemeriksaan mikroskopis.
b. Neoplastik
1) Kistoma ovarii simpleks
Kista

ini

memiliki

permukaan

rata

dan

halus,

biasanya

bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar, dinding kista tipis
dan cairan dalam kista jernih, terus berwarna kuning.
2) Kistadenoma ovarii musinosum
Kemungkinan

berasal

dari

suatu

teratoma

dimana

didalam

pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen lain. Tumor ini


mempunyai bentuk bulat, ovoid tidak teratur, dengan permukaaan rata
berwarna putih kebiru-biruan.

10

Gambar 2. Kistadenoma ovarii musinosum


3) Kistadenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium, dinding luarnya dapat
menyerupai kista musinosum. Dinding dalam kista sangat licin, sehingga
pada kista yang kecil sukar dibedakan dengan kista folikel biasa.

Gambar 3. Kistadenoma ovarii serosum

4) Kista endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding
dalam

terdapat

satu

lapisan

sel

yang

menyerupai

lapisan epitel

endometrium.
5) Kista dermoid
Suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur ektodermal dengan
diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi, dan produk glandula
sebacea berwarna putih kekuningan menyerupai lemak.

11

Gambar 4. Kista dermoid


2. Pembagian kista ovarium berdasarkan lokasi.
a. Kista bebas ( pedunculata )
1) Gerakan bebas
2) Batas jelas
b. Kista intraligamentair
1) Letaknya diantara 2 ligamentum
2) Gerakan terbatas
3) Tampak pembuluh darah yang bersilangan satu sama lain
c. Kista pseudo intraligamentair
1) Letaknya di luar ligamentum
2) Gerakannya terbatas, karena perlekatan (infeksi, metafase)
3) Gambaran pembuluh darah biasa.
C. Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab dari Kista Ovarium belum sepenuhnya
diketahui,

tetapi beberapa teori menyebutkan

pembentukan

estrogen

dan

dalam

mekanisme

adanya
umpan

gangguan dalam
balik

ovarium-

hipotalamus. Beberapa dari literatur menyebutkan bahwa penyebab


terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk
berovulasi. Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon
dan kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengarui
fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh
wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi

12

ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel. Yang


berbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, karena itu terbentuk kista di dalam
ovarium.
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista
ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan.
Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak
terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam
ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka
saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa
kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang
nantinya akan menjadi kista. Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa
darah yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil
ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal
tubuh seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini disebut dengan Kista
Dermoid.
D. PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 2 cm
dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadangkadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk
karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang

13

berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan


choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes,
HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi
infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH)
atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi
ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian
besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari
area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan
germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel
yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal,
danmesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma
ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik
berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram. Kista-kista itu sendiri
bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit tersebut diluar
cakupan artikel ini.

14

15

E. TANDA DAN GEJALA


Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya
sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang
menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa
dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan
lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau
kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau
perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala
berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium :
1.

Perut terasa penuh, berat, kembung

2.

Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)

3.

Haid tidak teratur

4.

Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar


ke punggung
bawah dan paha.

5.

Nyeri sanggama

6.

Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada


saat hamil.

Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan


segera:
1.

Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba

2.

Nyeri bersamaan dengan demam

3.

Rasa ingin muntah

16

Kista Ovarium

F. Komplikasi
1. Perdarahan ke dalam kista
2. Putaran tangkai
3. Infeksi pada tumor
4. Robek dinding kista
5. Perubahan keganasan
G. Penatalaksanaan
Pengobatan

kista

ovarium

biasanya

adalah

pengangkatan

melaui tindakan bedah bila ukurannya > 5 c m . J i k a kurang dari 5


cm dan tampak terisi oleh cairan/fisiologis pada pasien muda yang
sehat. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium
dan menghilangkan kista. Sekitar 80 % lesi yang terjadi pada wanita berusia
29 tahun dan yang lebih muda adalah jinak, setelah 50 tahun hanya 50 %
yang

jinak.

Perawatan paska

operatif

mengangkat kista ovarium adalah serupa


pembedahan

abdomen

dengan

setelah
dengan

pembedahan

untuk

perawatan

setelah

satu pengecualian. Penurunan tekanan

intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar


biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini
dapat dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen
yang ketat.
Ciri kista yang perlu dioperasi diantaranya dengan indikasi :

17

1. Kista berdiameter lebih dari 5 cm dan telah diobservasi 6-8 minggu dan
tidak ada pengecilan tumor.
2. Ada bagian padat dari dingding tumor
3. Dinding tumor bagian dalam berjonjot
4. Kista lebih besar dari 10 cm. ascites
5. Dugaan terpelintir atau pecah
H. Pemeriksaan penunjang
1. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik
atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut
yang bebas dan yang tidak.
2. Laparoskopi
Dengan laparoskopi, alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil di bawah pusar untuk melihat ovarium, menghisap
cairan dari kista atau mengambil bahan percontohan untuk biopsi.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi
dalam tumor.
4. Parasentesis
Telah disebut bahwa pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab
asites. Perlu diingat bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum
peritonium dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.

18

BAB III
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama

: Ny. P

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 44 tahun

Alamat

: RT 03/RW 07, Ngasiman, Kec.Grabag,

Magelang
Diagnosis Pre Op : Kista Ovarium
Tindakan Op
Tanggal Masuk

: Kistektomi
: 14 Juli 2014

Tanggal Operasi : 4 Juni 2014


Pemeriksaan Pre Anestesi
BB

: 56kg

TB

: 155 cm

IMT

: 23.33 (eutropis)

SUBJEKTIF
B1 : Sesak napas disangkal, sakit tenggorokan disangkal, batuk
lama

disangkal,

pilek

disangkal,

alergi

dingin,

obat serta

makanan juga disangkal


B2 : nyeri dada yg menjalar kepunggung disangkal dan berdebardebar disangkal.
B3 : Sakit kepala (+), lemas (+) pandangan kabur (-), kelemahan
otot (-), kejang disangkal
B4 : BAK dirasakan sulit, BAKsedikit-sedikit, sakit pada saat BAK
disangkal, nyeri pinggang disangkal
B5 : Perut terasa nyeri sejak 3 bulan yll, nyeri dirasakan hilang
timbul, nyeri dirasakan semakin meningkat pada saat jam 18.30 ,
muntah 1x, BAB (+). Saat BAB keluar benjolan dan masuk lagi.
Ukuran benjolan 3x4 cm
B6 : Nyeri pada sendi disangkal
OBJEKTIF
B1 :
RR : 20x/menit
Tonsil : T1- T1
Trakea dalam posisi lurus, dbn
Tiroid : tidak teraba pembesaran, Nyeri tekan (-)
Pulmo :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : FT kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : SDV +/+, Rh-/-, Wh-/B2 :
TD : 110/80 N: 76x/menit
Cor :
Inspeksi

: iktus cordis tidak tampak

Palpasi
Perkusi

: iktus cordis tidak kuat angkat


: tidak ada pelebaran batas jantung

Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop


(-)
R. Hipertensi disangkal, R. Penyakit Jantung disangkal

B3
GCS : E3 V5 M5
Reflek Cahaya +/+, PBI 3
R. Fisiologis sup +/+/ inf +/+
R. Patologis sup -/-/ inf-/KM : sup 5/5 inf/5/5
R. Trauma disangkal
B4 :
BAK(+) DC, produksi urin ditampung +100cc/jam, kuning jernih.
B5 :
Mual muntah (+)
Abdomen :
Inspeksi

: Perut sedikit membesar, jejas (-), sikatrik (-)

Auskultasi : BU (+) normal


Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, nyeri tekan (+), kuadran kiri bawah,


teraba masa
10x10cm,mobile
hepar & lien tidak teraba

B6 :
Ekstremitas
Edema -/-/-/-

Cyanosis -/-/-/-

Deformitas -/-/-/Atrofi otot (-), motorik dan sensorik normal


Assesment
Pasien Ny.P, perempuan, 44 tahun, dengan Kista Ovarium
ASA PS II
Planning
Jenis Pembedahan : Kistektomi
Jenis Anestesi

: Regional Anestesi Spinal

A. PERMASALAH DARI SEGI MEDIK


Kista Ovarium merupakan Kista ovarium merupakan
suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur
atau ovarium. Kebutuhan cairan meningkat yang menyebabkan
penderita mengalami kehilangan banyak cairan sehingga bisa
terjadi dehidrasi atau juga sepsis.
B. PERMASALAHAN DARI SEGI BEDAH
1. Operasi yang jika tidak dilakukan pembedahan, bisa
mengancam jiwa pasien, terutama bila terjadi perdarahan
dalam jumlah banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista
yang menimbulkan nyeri perut mendadak.

2. Kemungkinan

perdarahan

durante

dan

post

operasi,

sehingga perlu dipersiapkan darah.


3. Iatrogenik (resiko kerusakan organ akibat pembedahan)
Dalam

mengantisipasi

hal

tersebut,

maka

perlu

dipersiapkan jenis dan teknik anestesi yang aman untuk


operasi yang lama.

C. PERMASALAHAN DARI SEGI ANESTESI


1. Pemeriksaan pra anestesi
Pada penderita ini telah dilakukan persiapan yang cukup,
antara lain :
a. Puasa lebih dari 6 jam.
b. Pemeriksaan laboratorium darah
Permasalahan yang ada adalah :
Bagaimana

memperbaiki

keadaan

umum

penderita

sebelum dilakukan anestesi dan operasi.


Macam dan dosis obat anestesi yang bagaimana yang
sesuai dengan keadaan umum penderita.
Dalam memperbaiki keadaan umum dan mempersiapkan
operasi pada penderita perlu dilakukan :
Pemasangan infus untuk terapi cairan sejak pasien masuk
RS.
Puasa paling tidak 6 jam untuk mengosongkan lambung,
sehingga bahaya muntah dan aspirasi dapat dihindarkan.
1. Premedikasi
a. Untuk mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
serta mencegah adanya vagal reflek yang ditimbulkan
oleh tindakan bedah itu sendiri maka diberikan sulfas
atropin 0,25 mg IV

b. Untuk mengurangi rasa sakit pra bedah dan pasca


bedah, mengurangi kebutuhan obat anestesi dan
memudahkan induksi digunakan Petidin 60 mg IV.
c. Pada pasien ini diberikan midazolam 5 mg (dosis 0,070,2 mg/kgBB) berfungsi untuk hipnotik sedative, dan
amnesia retrograde.
2. Induksi
a. Digunakan Propofol 120 mg i.v karena memiliki induksi
yang cepat, masa pulih sadar yang cepat, jarang
menimbulkan mual dan muntah, tensi juga kondisi
pernapasan yang normal.
b. Untuk

mengurangi

cedera

karena

pemasangan

ET,

merelaksasikan otot saluran napas untuk sementara


maka digunakan Suksinsil kholin
3. Maintenance
Dipakai N2O dan O2 dengan perbandingan 3 L : 3 L, serta
ethrane 1-2 vol%.
Persiapan Pre-Operasi
Persiapan pasien :
a. Informed Consent
b. Pasien puasa 6 jam pre op
c. Infuse RL 20 tpm
Durante Operasi

Lama operasi
: 09.45 11.15
Lama anestesi
: 09.35 09.45
Medikasi
:
Inj. Petidin 50 mg
Inj. Midazolam 2mg
Inj. Ondansentron 4 mg
Inj. Ketorolac 30 mg
Teknik Anastesi:
1. Pasien duduk pada meja operasi dengan posisi kaki lurus, tangan pada kaki,
kepala menunduk
2. Indentifikasi inter space L3 L4

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Desinfeksi LA dengan menggunakan betadine


Dilakukan penyuntikan Spinocan G 27 S / RSA
GCS (+)
Barbotage (+)
Bupivacain 4 ml
Menempatkan kembali pasien dalam posisi supine dan tanyakan pada pasien
apakah kedua tungkai mengalami parastesi dan sulit untuk digerakkan dan

danyakan juga apakah ada keluhan mual-muntah, nyeri kepala dan sesak.
9. Memastikan kondisi pasien stabil dengan vital sign dalam batas normal
Monitoring
Pernafasan: O2 nasal canule, 3 lpm
Pemantauan selama operasi
Wa
ktu

N
a
di

Sp
O2

Keterangan

09.
35

Teka
nan
dara
h
141/
97

1
0
2

98

09.
40

135/
91

99

09.
45
09.
50
10.
55
11.
00
11.
05
11.
10
11.

117/
72
115/
70
108/
73
105/
75
105/
70
104/
72
105/

1
0
3
9
6
9
0
9
2
8
8
8
6
8
6
8

Premedikasi :
inj.petidin
50mg,
inj.Midazolam
2mg
Anestesi
regional
spinal :
inj.bupivacain
4ml
Mulai operasi
Inj.ondansent
ron 4mg

99
99
99
99
99
99
99

Operasi

15

70

selesai

Post-Operasi
Keluhan: mual (-), muntah (-), pusing (-), nyeri (-)
Pemeriksaan fisik:
o B1: airway paten, nafas spontan, RR 20x/menit, rhonki -|-, wheezing -|o B2: akral hangat, kering, kemerahan, N:90x/menit, TD 110/80 mmHg,
S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
o B3: GCS 456, pupil bulat isokor 3mm, refleks cahaya +|+
o B4: terpasang kateter 16F, urine warna kuning jernih (+), produksi urin
200 cc.
o B5: flat, soefl, bising usus (+), luka operasi bersih.
o B6: mobilitas (-), mampu menggerakkan keempat ekstremitas secara
spontan, edema -|-, sianosis -|-, anemis -|-, ikterik -|-, CRT<2 detik.
Terapi Pasca Bedah:
o O2 nasal canul 2 lpm
o Infus RL/NS 95 cc/jam
o Antibiotika: sesuai TS bedah
o Inj. Ranitidin 2x50 mg
o Inj. Ketorolac 3x30 mg
o Bila mual/muntah: kepala dimiringkan, head down, k/p di suction, Inj.
Ondansentron 4 mg
o Bila kesakitan: Inj. Tramadol 100 mg
o Minum makan: bila tidak ada mual/muntah
Monitoring:
Cek vital sign tiap 15 menit selama 2 jam
o Bila RR <10x/menit, berikan O2 NRBM 10 lpm
o Bila nadi <50x/menit, berikan sulfas atropine 0.5 mg iv
o Jika tekanan darah systole <90mmHg, berikan RL 500 cc dalam 30 menit
(efedrin 5 mg iv)
o Pindah ruangan jika aldrete score >8

Makan dan minum, bertahap bila pasien tidak mual dan muntah
Terapi Cairan
a. Defisit cairan karena puasa 8 jam
2 cc x 55 kg x 8 jam = 880 cc
b. Kebutuhan cairan selama operasi dan karena trauma
operasi selama 1 jam : kebutuhan dasar selama operasi
+ kebutuhan operasi sedang
= (4cc x 55 kg x 1 jam) + (6 cc x 55 kg x 1 jam)
= 220+ 330 cc = 550 cc
c. Perdarahan yang terjadi = 400 cc
EBV = 80 cc x 55 kg = 4400 cc
Jadi kehilangan darah = 400/4400 x 100% = 9 %
Diganti dengan cairan kristaloid 6 x 400 = 2400 cc
a. Kebutuhan cairan total = 880 + 550 + 2400
= 3830 cc
a. Cairan yang sudah diberikan :
1). Pra anestesi = 500 cc
2). Saat operasi = 800 cc
Total cairan yang masuk = 1500 cc
Jadi kurang cairan sebesar 490 cc, maka penambahan
cairan

masih

diperlukan

saat

pasien

di

bangsal

ditambah kebutuhan cairan perhari selama 24 jam.

Anda mungkin juga menyukai