Anda di halaman 1dari 4

EVALUASI KONDISI

PENGHASILAN DAN PENGELUARAN


(Bag.1)
Oleh: Mike Rini

Dikutip dari Danareksa.com


Salah satu kenikmatan yang setiap hari kita rasakan adalah nikmat sehat,
namun biasanya sampai sebelum seseorang menderita sakit urusan
kesehatan tidak pernah diperhatikan. Bayangkan betapa tidak enaknya jika
Anda sakit gigi. Jangankan makan, tidur saja tidak bisa, kalau sudah begitu
pelawak selucu apapun tidak akan bisa menghibur. Seorang kawan, juga
kelihatan kesal karena sudah ke tiga kalinya sepanjang tahun 2004 ini,
pengajuan asuransi jiwanya ditolak hanya karena hasil tes kesehatannya
menyimpulkan bahwa pembuluh darah jantungnya mengalami penebalan.
Belakangan baru dia menyesal untuk segala junkfood, malas olahraga,
apalagi ke dokter hanya untuk tes kesehatan. Seandainya secara berkala dia
mengetahui kondisi jantungnya pasti masih ada kesempatan untuk
memperbaikinya. Asuransi jiwa yang diidam-idamkan pasti bisa dimiliki
sehingga dia tidak perlu khawatir tentang masa depan istri dan anaknya.
Masalah kesehatan memang perlu di nomor satukan, namun bukan saja
harus sehat secara fisik, mental tapi kita juga harus sehat secara finansial.
Tubuh sehat penampilan oke tapi hutangnya macet dimana-mana akan
berpengaruh terhadap kesehatan jiwa juga kan? Tidak enak makan, tidak
enak tidur, resah memikirkan biaya sekolah anak atau bingung karena gaji
selalu habis itu adalah gejala gejala dari kondisi keuangan keluarga yang
kurang sehat. Masalahnya orang seringkali tidak tahu apakah secara finansial
dia sudah sehat atau malah sakit. Apakah dari waktu ke waktu kondisi
keuangannya mengalami kemajuan atau kemunduran. Seperti kata pepatah
Lebih baik mencegah daripada mengobati , maka mengetahui kondisi
keuangan keluarga Anda secara berkala akan memberikan arahan kepada
Anda bagaimana menghindarkan diri dari penyakit-penyakit keuangan.
Jika untuk mengetahui kondisi kesehatan tubuh kita, maka dari waktu ke
waktu kita melakukan pemeriksan kesehatan ( general check up ). Demikian
juga kita sebaiknya melakukan pemeriksaan rutin terhadap kondisi keuangan
kita atau dilakukan financial check up secara rutin minimal setahun sekali.
Secara umum pemeriksaan kondisi keuangan dilakukan dengan menghitung
perbandingan-perbandingan tertentu antara harta dengan hutang, antara

pemasukan dengan pengeluaran, dan lain-lain. Selanjutnya hasil perhitungan


tersebut dibandingkan dengan ukuran standar kesehatan keuangan keluarga.
Apakah hasil penilaiannya dibawah atau diatas standar tentunya akan
menjadi dasar kesimpulan kondisi kesehatan keuangan keluarga nya.
Apa saja yang sebaiknya diperiksa?
Pada general check up atau test kesehatan maka darah, jantung, paru-paru,
mata, dan bagian tubuh vital lainnya akan diperiksa kondisinya. Jika hasilnya
sama atau diatas standar ukuran kesehatan kesimpulannya tubuh kita cukup
sehat. Pada financial check up, ada 5 bagian dari keuangan keluarga yang
wajib diperiksa, yaitu penghasilan, pembelanjaan, harta, hutang dan investasi.
Berikut ini adalah berbagai alat, cara, atau standar pengukuran yang bisa
Anda pakai untuk mengetahui tingkat kesehatan keuangan keluarga Anda :
1. Penghasilan
Sejalan dengan siklus kehidupan maka pada usia aktif pengeluaran
seseorang atau sebuah keluarga akan bertambah terus. Bahkan ketika
memasuki masa pensiun pun pengeluaran seseorang akan berjalan
terus. Intinya selama kita hidup kita harus mempunyai penghasilan, dan
bukan cuma itu saja penghasilan kita juga harus naik dari tahun ke
tahun jika kita tetap ingin menikmati gaya hidup seperti sebelumnya atau
lebih tinggi dari sebelumnya. Penghasilan yang jumlahnya sama tidak
akan bisa mengejar inflasi, sehingga jika penghasilan kita tidak
mengalami kenaikan akibatnya Anda harus menurunkan standar hidup
Anda. Yang lebih berbahaya jika penghasilan tersebut berkurang atau
bahkan terhenti karena sesuatu hal. Bisa jadi hidup Anda dan keluarga
bisa lebih menderita dibandingkan sebelumnya. Penghasilan tidak harus
didapatkan dari gaji, sebab jika Anda mempunyai usaha maka
penghasilan usaha tersebut bisa menghidupi Anda bukan? Penghasilan
juga bisa didapat dengan cara berinvestasi dimana dari hasil
investasinya bisa memberikan keuntungan yang menjadi pemasukan
buat Anda. Jadi tinggal usaha dan kreatifitas yang memungkinkan Anda
mendapatkan penghasilan dari banyak sumber, dan tetap mempunyai
penghasilan walaupun sudah pensiun.
Untuk menilai apakah penghasilan kita bertumbuh atau tidak, maka
dibutuhkan pengukuran tingkat pertumbuhan penghasilan. Tujuannya
adalah untuk menilai apakah faktanya penghasilan kita bertumbuh atau
menurun dibandingkan laju inflasi. Pertumbuhan penghasilan minimal
harus sama dengan inflasi agar Anda tetap dapat mempertahankan
standar hidup Anda. Tingkat pertumbuhan penghasilan bisa dihitung
dengan rumusan sebagai berikut :

{(Penghasilan tahun ini - Penghasilan tahun lalu)/ Penghasilan tahun


lalu} X Laju inflasi
Contoh perhitungan :
Misalnya pendapatan tahun ini Rp 100 juta, sedangkan pendapatan
tahun lalu Rp 98 juta, dengan laju inflasi saat ini 7%, maka tingkat
pertumbuhan sesungguhnya =
{(100.000.000 - 98.000.000)/ 98.000.000} X 7% = 0.0014
Jadi pertumbuhan penghasilan dalam waktu satu tahun adalah 0,14%
diatas laju inflasi. Apakah Anda sudah cukup puas dengan tingkat
pertumbuhan sebesar itu? Yang pasti semakin besar nilainya maka
semakin tinggi pula pertumbuhan penghasilan Anda.
Perhatian ! Jika tingkat pertumbuhan nilainya dibawah nol, maka
sesungguhnya terjadi penurunan penghasilan walaupun dalam angka
nominal meningkat, tetapi pertumbuhannya kurang dari laju inflasi.
2. Pengeluaran
Kalau penghasilan mudah sekali berkurang namun susah sekali
bertambah, hal ini disebabkan karena lebih banyak faktor luar yang
mempengaruhi jumlah penghasilan. Sebaliknya yang terjadi dengan
pengeluaran, cara Anda mengeluarkan uang sebenarnya sangat
fleksibel, Anda bisa membuat pengeluaran Anda berkurang atau
bertambah keputusannya ada ditangan Anda. Bahkan tidak seorangpun
yang berhak melarang Anda untuk mempunyai pengeluaran yang lebih
besar daripada penghasilan. Tetapi satu-satunya pihak yang akan
menderita jika pengeluaran lebih besar dari penghasilan adalah Anda
dan keluarga. Sebuah keluarga sebaiknya berusaha agar tidak
menghabiskan seluruh penghasilannya, maksimal sebesar 90% saja
yang digunakan untuk pengeluaran. Pengeluaran yang dimaksud disini
sudah termasuk cicilan hutang, premi asuransi, dan belanja keperluan
rumah tangga. Sehingga masih ada sisa minimal 10% yang bisa
disisihkan untuk tabungan dan investasi. Semakin kecil jumlah
pengeluaran maka semakin besar kesempatan Anda untuk menabung.
Apalagi jika Anda tidak mempunyai kewajiban cicilan hutang,
seharusnya pengeluaran Anda makin kecil, dan lebih banyak sisa
penghasilan yang digunakan untuk ditabung.
Tingkat pengeluaran keluarga yang wajar bisa dihitung dengan rumusan
:
(Jumlah pengeluaran periode tertentu)/ (Jumlah penghasilan periode
tertentu)

Contoh perhitungan :
Misalkan jumlah pengeluaran tahun ini Rp 37 juta, kemudian jumlah
penghasilan tahun ini Rp 36 juta, maka perhitungan tingkat
pengeluarannya sebagai berikut :
(37.000.000/ 36.000.000) = 1.028
Jika batasan tingkat pengeluarannya pengeluaran sebuah keluarga
maksimal 90% dari penghasilannya, maka nilai sebesar 102,8%, artinya
keluarga tersebut memiliki pengeluaran tahun ini lebih besar daripada
penghasilan. Akibatnya, sudah pasti terjadi defisit, mungkin
kekurangannya diambil dengan mencairkan tabungan atau harta tunai
yang lain.
Perhatian ! Berusahalah agar pengeluaran Anda dari waktu ke waktu
selalu lebih kecil dari penghasilan agar tidak defisit. Semakin kecil nilai
tingkat pengeluaran semakin bagus. Namun pada kondisi dimana
sebuah keluarga dengan penghasilan yang kecil namun jumlah
tanggungannya terlalu banyak, maka menekan pengeluaran sekecil
mungkin bisa menjadi tidak realistis. Kebutuhan pokok hidup seperti
belanja sembako bisa terpangkas banyak, hal ini bisa mengorbankan
kesehatan fisik keluarga. Pertimbangkanlah untuk melakukan usahausaha mendapatkan penghasilan tambahan agar penghasilan keluarga
juga meningkat. Sebaliknya jika Anda mempunyai gaya hidup diluar
kemampuan Anda maka, maka jangan heran jika tingkat pengeluaran
Anda bertambah besar dan kondisi keuangan lebih sering defisit
daripada surplus.
( Bersambung)

Salam
Mike Rini
Perencana Keuangan

Anda mungkin juga menyukai