Anda di halaman 1dari 20

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

(PMR)

OLEH :
1. AGUS SETYAWAN 2080720050
2. KUKUH RAHMAWATI 2080720040
3. SITI KHATIMATUL KHUSNA 2080720033

UNINERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
APRIL 2010

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullilah atas segala nikmat dan karunia yang telah Engkau
berikan kepada hambaMu hingga akhir penulisan laporan yang berjudul
Pembelajaran Matematika Realistik (CTL). Tanpa bimbingan dan petunjukMu,
tiada mungkin karya ini dapat di selesaikan.
Karya ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen strategi
pembelajaran Matematika kami. Dalam mewujudkan karya yang teramat
sederhana ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak pada kesempatan ini,
penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih pada pihak pihak
berikut ini :
1. Bpk. Drs. Mustangin, M.Pd selaku dosen strategi pembelajaran
Matematika kami yang dengan sabar dan bijak membimbing,
mengarahkan, dan memberi saran demi terwujudnya karya ini.
2. Teman teman yang telah memberikan dukungan kepada kami
sehingga kami bisa menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih sangat jauh dari sempurna. Hal
ini disebabkan keterbatasan dan dangkalnya pengetahuan serta keterampilan
penulis. Karena itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk menigkatkan
wawasan penulis. Akhirnya penulis berharap semoga ini bermanfaat bagi
masyarakat terutama bagi penulis.
Malang, 6 April 2010
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat
abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam
matematika.

Prestasi

matematika

siswa

baik

secara

nasional

maupun

internasional belum menggembirakan. Third International Mathematics and


Science Study (TIMSS) melaporkan bahwa rata-rata skor matematika siswa
tingkat 8 (tingkat II SLTP) Indonesia jauh di bawah rata-rata skor matematika
siswa internasional dan berada pada ranking 34 dari 38 negara (TIMSS,1999).
Rendahnya prestasi matematika siswa disebabkan oleh faktor siswa yaitu
mengalami masalah secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika.
Selain itu, belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian
siswa tentang konsep sangat lemah, kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam
mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real. Hal lain yang
menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran
matematika kurang bermakna. Guru dalam pembelajarannya di kelas tidak
mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang
diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ideide matematika.
Menurut Van de Henvel-Panhuizen (2000), bila anak belajar matematika
terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan tidak
dapat mengaplikasikan matematika Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran
matematika di kelas ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep
matematika dengan pengalaman anak sehari-hari. Selain itu, perlu menerapkan
kembali konsep matematika yang telah dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari
atau pada bidang lain sangat penting dilakukan. Salah satu metode pembelajaran
matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari
(mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam
kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran Matematika Realistik (MR).

Dalam makalah ini kelompok akan membahas lebih lanjut tentang apa
yang dimaksud dengan Pembelajaran matematika realistik beserta dengan
penjabaran penjabaran tentang hal yang terkait dengan Pembelajaran
matematika realistik.
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah adalah untuk mengetahui dan membahas lebih
lanjut apa itu metode Pembelajaran matematika realistik, apa prinsip dari
pembelajaran matematika realistik, karekteristik pembelajaran matematika
realistik, kelebihan kekurangan pembelajaran matematika realistik serta
pengimplementasiannya atau langkah langkah penerapan terhadap pembelajaran
Matematika.
C. RUMUSAN MASALAH
Dalam laporan ini kelompok telah merumuskan berbagai masalah, yaitu :
1. Konsep dasar pembelajaran Matematika Realistik, apa itu
sesungguhnya?
2. Apa sajakah prinsip dalam pembelajaran matematika realistik?
3. Apa sajakah karekteristik pembelajaran matematika realistik itu?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari penerapan metode
pembelajaran matematika realistik?
5. Bagaimana cara mengimplementasikan metode pembelajaran
matematika realistik terhadap kehidupan sehari hari.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Matematika Realistik
Pendidikan matematika realistik atau Realistic Mathematics Education
(RME) mulai berkembang karena adanya keinginan meninjau kembali pendidikan
matematika di Belanda yang dirasakan kurang bermakna bagi pebelajar. Gerakan
ini mula-mula diprakarsai oleh Wijdeveld dan Goffre (1968) melalui proyek
Wiskobas. Selanjutnya bentuk RME yang ada sampai sekarang sebagian besar
ditentukan oleh pandangan Freudenthal

(1977) tentang matematika. Menurut

pandangannya matematika harus dikaitkan dengan kenyataan, dekat dengan


pengalaman anak dan relevan terhadap
masyarakat, dengan tujuan menjadi bagian dari nilai kemanusiaan.

Selain

memandang matematika sebagai subyek yang ditransfer, Freudenthal menekankan


ide matematika sebagai suatu kegiatan kemanusiaan. Pelajaran matematika harus
memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk dibimbing dan menemukan
kembali matematika dengan melakukannya. Artinya dalam pendidikan
matematika dengan sasaran utama matematika sebagai kegiatan dan bukan sistem
tertutup. Jadi fokus pembelajaran matematika harus pada kegiatan bermatematika
atau matematisasi (Freudental,1968).
Kemudian Treffers (1978, 1987) secara eksplisit merumuskan ide tersebut
dalam 2 tipe matematisasi dalam konteks pendidikan, yaitu matematisasi
horisontal dan vertikal. Pada matematisasi horizontal siswa diberi perkakas
matematika yang dapat menolongnya menyusun dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.Matematisasi vertikal di pihak lain merupakan proses
reorganisasi dalam sistem matematis, misalnya menemukan hubungan langsung
dari keterkaitan antar konsep-konsep dan strategi-strategi dan kemudian
menerapkan temuan tersebut. Jadi matematisasi horisontal bertolak dari ranah
nyata menuju ranah simbol, sedangkan matematisasi vertikal bergerak dalam
ranah simbol. Kedua bentuk matematisasi ini sesungguhnya tidak berbeda
maknanya dan sama nilainya (Freudenthal, 1991).

Hal ini disebabkan oleh pemaknaan realistik yang berasal dari bahasa
Belanda realiseren yang artinya bukan berhubungan dengan kenyataan, tetapi
membayangkan. Kegiatan membayangkan ini ternyata akan lebih mudah
dilakukan apabila bertolak dari dunia nyata, tetapi tidak selamanya harus melalui
cara itu.
Berdasarkan matematisasi horizontal dan vertikal, pendekatan dalam
matematika dapat dibedakan menjadi empat yaitu, mekanistik, empiristik,
struturalistik, dan realistik.
Pendekatan mekanistik merupakan pendekatan tradisonal dan didasarkan
pada apa yang diketahui dari pengalamn sendiri (diawali dari yang lebih
sederhana sampai ke kompleks) dalam pendekatan ini siswa dianggap sebagai
mesin.
Pendekatan empiristik adalah suatu pendekatan dimana konsep konsep
matematika tidak diajarkan dan diharapkan siswa mampu menemukan melalui
matematika horizontal. Pendekatan mekanis dan empiris tidak banyak diajarkan di
lingkungan sekolah.
Pendekatan strukturalistik merupakan pendekatan yang menggunakan
sistem formal, misalnya pengajaran penjumlahan cara panjang yang perlu
didahului dengan nilai tempat, sehingga suatu konsep dicapai melalui
matematisasi vertikal.
Pendekatan realistik merupan pendekatan dengan menggunakan metode
matematisasi horizontal dan vertikal dan mendekatan ini sebagai pangkal tolak
pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika realistik adalah metode pembelajaran matematika sekolah yang
dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik
awal pembelajaran. Selanjutnya siswa diberi kesempatan mengpalikasikan konsep
konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari hari atau dalam bidang
yang lainnya. Pembelajaran ini sengat berbeda dengan pembelajaran matematika
selama ini yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi dan memakai
matematika yang siap pakai untuk memecahkan masalah.

B. Prinsip Dalam Pembelajaran Matematika Realistik


Ada tiga unsur prinsip utama dalam pembelajaran Matematika realistik
yaitu : a) guided reinvention and progresive mathematizing , b) didactical
phenomenology dan c) self developed models. Ketiga prinsip tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.

Guided reinvention and progresive mathematizing (penemuan kembali


terbimbing / pematematikaan progresif)
Prinsip ini menghendaki bahwa dalam Pembelajaran Matematika realistik,

dari masalah konstektual yang diberikan oleh guru diawal pembelajaran,


kemudian dalam menyelasaikan masalah siswa diarahkan dan diberi bimbingan
terbatas, sehingga siswa mengalami proses menemukan kembali konsep, prinsip,
sifat sifat dan rumus rumus matematika sebagaimana ketika konsep, prinsip,
sifat sifat dan rumus rumus itu ditemukan. Prinsip ini mengacu pada
pandangan konstruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat
ditransfer atau diajarkan melalui pemberitahuan dari guru, melainkan dari siswa
sendiri.
2.

Didactical phennomenology (fenomena pembelajaran)


Prinsip ini terkait dengan suatu gagasan fenomena pembelajaran, yang

menghendaki bahwa di dalam menentukan masalah konstektual untuk digunakan


dalam pembelajaran dengan pendekatan metode pembelajaran matematika
realistik didasarkan atas dua alasan, yaitu : a) untuk mengungkap berbagai macam
aplikasi suatu topik yang harus diantisipasi dalam pembelajaran, b) untuk
dipertimbangkan pantas tidaknya masalah konstektual itu digunakan sebagai poin
poin untuk suatu proses pematematikaan progresif. Dari penjabaran di atas
menunjukan bahwa prinsip ke 2 Pembelajaran matematika Realistik ini
menekankan pada pentingnya masalah konstektual untuk memperkenalkan topik
topik matematika kepada siswa.

3.

Self development models ( model model dibangun sendiri)


Menurut prinsip ketiga, model model yang dibangun berfungsi sebagai

jembatan pengetahuan informal dan formal matematika. Dalam pemecahan


konstektual siswa diberi kebebasan untuk menemukan sendiri model matematika
terkait dengan masalah kontekstual yang dipecahkan. Sebagai konsekuensinya
sangat dimungkinkan mucul berbagai model matematika yang dibangun siswa.
Berbagai model tersebut pada mulanya mungkin masih mirip dengan masalah
kontekstualnya. Ini merupakan langkah lanjutan dari penemuan ulang dan
sekaligus menunjukan bahwa sifat bottom up( dari bawah ke atas) mulai terjadi.
Model model tersebut diharapkan untuk mampu mengubah kepada bentuk
matematika yang formal.
C. Karakteristik Dalam Pembelajaran Matematika Realistik
Pembelajaran Matematika Realistis mencerminkan pandangan matematika
tertentu mengenai bagaimana anak belajar matematika dan bagiamana matematika
harus diajarkan. Pandangan ini tercermin dalam enam karakteristik yaitu :
kegiatan, nyata, bertahap, saling menjalin, interaksi, dan bimbingan.
1.
Kegiatan
Peserta didik harus diperlakukan sebagai partisipan aktif dalam proses
pengembangan seluruh perangkat perkakas dan wawasan matematis
sendiri. Dalam hal ini peserta didik dihadapkan dalam situasi masalah
yang memungkinkan ia membentuk bagian bagian masalah tersebut dan
2.

dikembangkan secara bertahap


Nyata (kontekstual)
Matematika realistis harus memungkinkan peserta didik dapat menerapkan
pemahaman matematika dan perkakas /alat matematikannya untuk
memecahkan masalah. Hanya dalam pemecahan masalah peserta didik
dapat mengembangkan alat matematis dan pemahaman matematis.

3.

Bertahap
Belajar matematika artinya peserta didik harus melalui berbagai tahapan
pemahaman, yaitu dari kemampuan menemukan pemecahan informal yang

berhubungan dengan konteks, menuju penciptaan berbagai tahap


4.

hubungan langsung dan pembuatan bagan.


Saling menjalin (keterkaitan)
Hal ini ditemukan pada setiap jalur matematika, misalnya antar topik
topik seperti kesadaran akan bilangan, mental aritmetika, perkiraan

5.

(estimasi) dan algoritma.


Interaksi
Dalam matematika realistik belajar matematika dipandang sebagai
kegiatan sosial. Pendidikan harus dapat memberikan kesempatan bagi para
peserta didik untuk saling berbagi dan strategi dan penemuan mereka.
Dengan mendengarkan apa yang ditemukan orang lain dan mendiskusikan

6.

temuan ini, peserta didik mendapat ide untuk memperbaiki strateginya.


Bimbingan
Pengajar maupun program pendidikan mempunyai peranan terpenting
dalam mengarahkan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan.
Mereka

mengendalikan

proses

pembelajaran

yang

lentur

untuk

menunjukkan apa yang harus dipelajari untuk menghindarkan pemahaman


semu melalui proses hafalan.

D. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Matematika realistis


Pembelajaran matematika realistis mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan di antaranya adalah sebagai berikut :
KELEBIHAN :
1. Pembelajaran matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan
kehidupan sehari hari dan kegunaan matematika pada umumnya.
2. Pembelajaran matematika reaslistis memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu kajian yang
dikonstruksi dan dikembangkan oleh siswa .
3. Pembelajaran matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian masalah tidak harus
tunggal dan tidak harus sama antara satu siswa dengan siswa yang lainnya.
4. Pembelajaran matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa untuk menemukan suatu hasil dalam
matematika diperlukan suatu proses.
KEKURANGAN :
1. Upaya penerapan Pembelajaran matematika realistik membutuhkan
perubahan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah
untuk dipraktekan dan juga diperlukan waktu yang lama.
2. Pencarian soal soal kontekstual yang memenuhi syarat syarat yang
dituntut pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap
topik yang akan dipelajari , terlebih lagi soal soal tersebut harus
diselesaikan dengan berbagai macam cara.
3. Upaya mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah juga merupakan
salah satu kerugian pembelajaran matematika realistik.
4. Metode Pembelajaran matematika realistik memperlukan partisipasi siswa
secara aktif baik fisik maupun mental.

E. Langkah langkah Dalam Pembelajaran Matematika realistis


Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan metode Matematika realistik
tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain pembelajarannya, sebagai
pedoman umum sekaligus sebagai alat control dalam pelaksanannya. Pada intinya
komponen pembelajaran matematika realistik dapat dilakukan dengan langkah
langkah berikut :

1. Langkah pertama :
Memahami masalah kontekstual, yaitu guru memberikan masalah
kontekstual dalam kehidupan sehari hari dan meminta siswa untuk
memahami masalah tersebut.
2. Langkah kedua
Menjelaskan masalah kontekstual yaitu jika dalam memahami masalah
siswa mengalami kesulitan, maka guru akan menjelaskan situasi dan
kondisi sosial dengan cara meberikan petunjuk petunjuk yang seperlunya
saja.
3. Langkah ketiga
Menyelesaikan masalah kontekstual, yaitu siswa secara individu atau
kelompok mampu menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka
masing masing. Cara pemecahan masalah yang berbeda beda lebih di
utamakan .
4. Langkah keempat
Membandingkan dan mendiskusikan jawaban, yaitu guru menyediakan
waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawaban dari
permasalahan kontekstual secara berkelompok. Siswa dilatih untuk
mengeluarkan ide ide yang dimiliki.
5. Langkah kelima
Menyimpulkan, yaitu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menarik kesimpulan tentang suatu konsep atau prosedur.

BAB II
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat dismpulkan bahwa metode pembelajaran

matematika realistik adalah metode pembelajaran matematika sekolah yang


dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik
awal pembelajaran. Selanjutnya siswa diberi kesempatan mengpalikasikan konsep
konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari hari atau dalam bidang
yang lainnya. Jadi dengan kata lain guru hanya memfasilitasi saja sedangkan
siswa bekerja sendiri untuk menemukan sebuah penyelesaian dengan melalui
beberapa langkah langkah .
B.

Kritik dan Saran


Bagi para pembaca terutama kepada calon guru untuk melakukan sebuah

metode pembelajaran matematika realistik dibutuhkan segenap tenaga dan


persiapan yang matang untuk mengerjakannya karena apabila tidak, maka metode
tersebut tidak akan berjalan dan akan membuat siswa semakin kebingungan.

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Nama Sekolah

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas/Semester

: VIII / Semester 1

Standar Kompetensi

: Memahami sifat sifat operasi hitung bilangan dan


penggunaannya dalam pemecahan masalah .

Kompetensi Dasar

: Menggunakan sifat sifat operasi hitung bilangan bulat


dan pecahan dalam pemecahan masalah

Indikator

: 1. Menggunakan sifat sifat operasi tambah, hitung, kali


bagi dan pengurangan .
2. menggunakan sifat sifat operasi matematika pecahan
Dan mengkaitkannya dengan kehidupan sehari hari .

Alokasi Waktu

: 2 X 40 menit

A. Tujuan Pembelajaran.

Siswa dapat menemukan sifat-sifat operasi tambah, kurang, kali, bagi pada
bilangan bulat.

Siswa dapat menggunakan sifat-sifat operasi tambah, kurang, kali, bagi pada
bilangan bulat.

Siswa dapat menggunakan sifat-sifat operasi hitung tambah, kurang, kali,


bagi bilangan pecahan serta mengaitkannya dalam kejadian sehari-hari.

B. Materi Ajar.
- Operasi tambah, kurang, kali, bagi pada bilangan bulat.
- Operasi tambah, kurang, kali, bagi pada bilangan pecahan.

C. Metode Pembelajaran
1) Pembelajaran matematika realistic
2) Diskusi Kelompok
3) Penugasan
4) Tanya Jawab
5) Ceramah variatif
D. Langkah langkah kegiatan pembelajaran
1. Pendahuluan

(10 Menit)

a) Mengingat kembali tentang konsep bilangan pecahan dan operasi


b) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dalam aplikasi di
kehidupan sehari hari .
c) Guru menjelaskan prosedur tentang Pembelajaran matematika realistic

Siswa di bagi menjadi 5 kelompok sama rata

Guru memberikan instruksi kepada siswa tentang materi pecahan yang


akan dipelajari.

Guru mulai merangsang siswa dengan memberikan pertanyaan yang


berhubungan dengan penggunaan pecahan dalam kehidupan sehari hari.
Misalnya : Pak Redy menyumbangkan 2/15 dari gaji bulanannya kepada
panti asuhan. Tentukan gaji bulanan Pak Redy jika uang yang
disumbangkan ke panti asuhan adalah Rp. 200.000,00

Guru menjelaskan singkat tentang kasus tersebut di atas.

2. Kegiatan Inti

(60 Menit)

Guru memberikan Lembar kerja siswa kepada masing masing


kelompok yang berisi tentang penggunaan pecahan dalam kehidupan
sehari hari.

Siswa diminta untuk menemukan dan mengembangkan sendiri model


model simbolik secara informal terhadap persoalan yang telah diberikan.

Setelah selesai siswa diminta untuk saling membandingkan jawaban,


memahami jawaban temannya, menyatakan ketidak setujuan, mencari
alternative lain.

3. Penutup

(10 Menit)

Dengan bantuan guru siswa diminta untuk menyimpulkan hasil diskusi


dari materi yang telah dipelajari.

Guru bersama siswa melakukan refleksi .

E. Sumber Belajar
1) Marsigit (2008) . Matematika SMP Kelas VII. Jakarta : Yudhistira
2) LKS ( Lembar Kerja Siswa)
F. Uraian Materi
Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan
Dalam menyelesaikan operasi penjumlahan, kamu harus memerlukan
penyebut dari pecahan pecahan yang akan dijumlahkan. Jika pecahan pecahan
tersebut berpenyebut sama, kamu cukup menjumlahkan pembilangnya, akan tetapi
jika penyebutnya berbeda maka terlebih dahulu mencari KPK dari penyebut

penyebutnya. Contoh :

Hal ini berlaku pula bagi pengurangan. Sementara itu untuk menghitung

perkalian pecahan
Operasi pembagian pada pecahan adalah kebalikan dari operasi perkalian. Untuk
menghitung operasi pembagian pecahan a/b terhadap c/d adalah sebagai berikut

Contoh :
Tono membeli 1 kg jeruk, dijual dengan harga Rp 10.500,00. Jika Ina ingin
membeli 2 Kg jeruk tersebut berapakah uang yang harus dibayar Ina?
Jawab :
Diketahui : 1 Kg jeruk = Rp 10.500,00
2 Kg
Jawab

=..?

: 2 Kg x Rp 10.500,00
Rp 26.250,00

Jadi Uang yang harus dibayar Ina adalah Rp 26.250,00


G. Penilaian
Teknik

: A. Tes tulis

Bentuk Instumen

: Pertanyaan tertulis

1) Berat satu kantung beras

kg. Adapun berat satu kantung terigu adalah

kg. Tentukan berat 3 kantung beras dan 6 kantung tepung terigu.


2) Ibu membeli sebuah Pizza berbentuk lingkaran, kemudian membagi pizza
tersebut menjadi 12 bagian sama besar. Pizza tersebut diberikan kepada
Helmi bagian, Sigit 1/3 bagian dan Agus sebanyak 1/6 bagian. Apakah
sisa Pizza lebih besar daripada sepertiga bagian semula?
3) Hani telah membaca buku 2/3 dari banyak halaman yang ada. Dua perlima
dari banyak halaman buku yang telah dibaca Hani adalah 84 halaman.
Tentukan banyak halaman buku yang belum dibaca oleh Hani.
Teknik

: B. non tulis

Bentuk Instrumen

No Aspek yang dinilai

Skor

Kerja sama

Berinisiatif mencari model model 4


penyelesaian

Berinistaitif mengungkapkan pendapat

Rubrik Penilaian :

Kerja Sama

Berinisiatif
Berinisiatif
Mencari model
mengungkapkan
model
pendapat
penyelesaian

Kerja
sama
antar anggota
satu
dengan
yang
lain
sangat baik

Sangat aktif dan Sangat aktif dan kritis


Kritis
dalam dalam mengungkapkan
mencari model pendapat
model
penyelesaian

Kerja
sama
antar anggota
satu
dengan
yang lain baik

Aktif dan kritis Aktif dan kritis dalam


dalam
mencari mengungkapkan
model model pendapat
penyelesaian

Kerja
sama
antar anggota
satu
dengan
yang
lain
cukup baik

Cukup aktif dalam Cukup aktif dan kritis


mencari model dalam mengungkapkan
model
pendapat
penyelesaian

Kerja
sama
antar anggota
satu
dengan
yang
lain
kurang baik

Kurang aktif dalam Kurang aktif dan kritis


mencari model dalam mengungkapkan
model
pendapat
penyelesaian

Skala
Nilai

Mengetahui,
Kepala Sekolah

Malang , 1 Mei 2010


Guru Mata Pelajaran

Lembar Kerja Siswa


Materi Ajar

: Operasi dalam Pecahan

Tujuan

: Siswa mampu menyelesaikan operasi pecahan dalam


kehidupan sehari hari.

Waktu

: 30 Menit

Petnjuk Umum :
1. Selesaikanlah soal berikut ini dengan cara diskusi pada kelompok
masing masing
2. Setelah selesai, salah seorang wakil kelompok dipersilahkan untuk
mempresentasikannya.

Bahan Diskusi
1) Hotel nyaman memiliki 350 kamar. Adapun hotel sejuk memilik 450
kamar. Sebanyak 3/7 dari total kamar di Hotel Nyaman telah dipesan
untuk akhir pekan. Tentukan banyak kamar yang telah dipesan di Hotel
sejuk untuk akhir pekan jika total kamar yang telah dipesan dikedua hotel
tersebut 400 kamar.
2) Ibu Hesti membeli 5 kue. Kemudian kue kue itu dibagikan kepada
semua anaknya. Setiap anak mendapat 1 kue. Tentukan banyaknya anak
Ibu Hesti!
3) Pada suatu kelas , terdapat 48 siswa. Sebanyak di antara siswa siswa
tersebut pergi ke sekolah naik angkotan kota, 1/3 sisanya naik sepeda
motor, dan sisanya berjalan kaki. Banykanya siswa yang berjalan kaki ke
sekolah ada?
4) Ana sedang mengerjakan soal. Dia membutuhkan waktu 3 1/3 menit untuk
menyelesaikan soal pertama. Ana mengerjakan soal kedua dalam waktu
3/5 dari waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan soal pertama. Total
waktu yang dibutuhkan Ana untuk menyelesaikan soal kedua adalah......
DAFTAR PUSTAKA

1) Tanpa nama (2007). Pemebelajaran Matematika realistic. Dari :


http://www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/PIP/MRE.pdf diakses
tanggal 1 Mei 2010.
2) Tanpa nama (2008). Realistic Mathematich Education (RME) /
Pembelajaran Matematika Realistik. Dari : http://www.edukasionline.info. Di akses tanggal 1 Mei 2010.
3) Marsigit (2008) . Matematika untuk SMP Kelas VII. Jakarta :
Yudisthira

Anda mungkin juga menyukai