Laporan Kakao Bagus 2lapora
Laporan Kakao Bagus 2lapora
1.2 Tujuan
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Ordo
: Malvales
Famili
: Sterculiaceae
Genus
: Theobroma
Spesies
: Theobroma cacao L.
Kakao merupakan tanaman perkebunan
di
lahan kering,
dan
jika
Jenis Criollo, yang terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo
Amerika Selatan. Jenis ini menghasikan biji kakao yang mutunya sangat baik dan
dikenal sebagai kakao mulia. Jenis kakao ini terutama untuk
blending
dan
digunakan karena produksinya tinggi serta cepat sekali mengalami fase generatif.
2. Jenis Forastero, banyak diusahakan diberbagai negara produsen cokelat
dan menghasilkan cokelat yang mutunya sedang atau bulk cacao, atau dikenal
juga sebagai ordinary cacao. Jenis Forastero sering juga disebut sebagai kakao
lindak. Kakao lindak memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih baik, relatif
lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit dibandingkan kakao mulia.
Endospermanya berwarna ungu tua dan berbentuk bulat sampai gepeng, proses
fermentasinya lebih lama dan rasanya lebih pahit dari pada kakao mulia.
3. Jenis Trinitario, merupakan campuran atau hibrida dari jenis Criollo dan
Forastero
termasuk bulk cacao. Jenis Trinitario antara lain hybride Djati Runggo (DR)
dan Uppertimazone Hybride (kakao lindak). Kakao ini memiliki keunggulan
pertumbuhannya cepat, berbuah setelah berumur 2 tahun, masa panen sepanjang
tahun, tahan terhadap penyakit VSD (Vascular
agronominya mudah.
Jenis tanaman kakao ada 2 yaitu kakao lindak dan kakao mulia (Mulato et
al., 2005). Jenis tanaman kakao yang dibudidayakan dan juga digunakan sebagai
bahan baku pengolahan kakao adalah jenis kakao mulia, karena produksinya
tinggi dan biji kakao kering memiliki aroma yang sangat baik. Menurut Susanto
(1994) dan Sunanto (2000) tanaman kakao yang paling banyak ditanam untuk
produksi kakao secara besar-besaran dapat dibagi menjadi tiga jenis (varietas),
yaitu Criollo, Forastero, dan Trinitario.
1.
Jenis Criollo, menghasikan biji kakao yang mutunya sangat baik dan dikenal
sebagai kakao mulia. Saat ini bahan tanam kakao mulia banyak digunakan
2.
3.
mulia.
Jenis Trinitario, merupakan campuran atau hibrida dari jenis Criollo dan Forastero
secara alami, sehingga kakao ini sangat heterogen. Kakao ini memiliki keunggulan
pertumbuhannya cepat, berbuah setelah berumur 2 tahun, masa panen sepanjang
tahun, tahan terhadap penyakit VSD (Vascular streak dieback) serta aspek
agronominya mudah.
Ukuran biji buah kakao berdasarkan posisi pada pohon dan posisi dalam
buah itu berbeda. Pada umumnya jumlah buah pada cabang lebih banyak
dibandingkan pada batang. Hal ini disebabkan karena banyaknya tangkai pada
cabang yang ditumbuhi oleh buah dibandingkan pada batang. Akan tetapi, ukuran
buah pada batang lebih besar dan lebih berat dibandingkan buah yang berada pada
cabang. Hal ini disebabkan karena persaingan untuk memperoleh makanan pada
pada cabang lebih besar disbanding persaingan untuk memperoleh makanan pada
batang (Atjeng,1988).
Biji kakao terdiri atas keping biji (nib) yang dilindungi oleh kulit (shell).
Kadar kulit dihitung atas dasar perbandingan berat kulit dan berat total biji kakao
(kulit + keping) pada kadar air 6 - 7 %. Standar kadar kulit biji kakao yang umum
adalah antara 11 - 13 %. Namun, nilai kadar kulit umumnya tergantung pada
permintaan konsumen. Beberapa konsumen bersedia membeli biji kakao dengan
kadar kulit di atas nilai tersebut. Mereka akan memperhitungkan koreksi harga
jika kadar kulit lebih tinggi dari ketentuan karena seperti halnya ukuran biji, kadar
kulit berpengaruh pada randemen hasil lemak (Anonim, 2012).
Biji kakao dengan kadar kulit yang tinggi cenderung lebih kuat atau tidak
rapuh saat ditumpuk di dalam gudang sehingga biji tersebut dapat disimpan dalam
waktu yang lebih lama. Sebaliknya, jika kadar kulit terlalu rendah, maka penjual
(eksportir) biji kakao akan mengalami kerugian dalam bentuk kehilangan bobot .
Jika kuantum pengiriman sangat besar, maka biji kakao dipengaruhi oleh jenis
bahan tanaman dan cara pengolahan (fermentasi dan pencucian). Makin singkat
waktu fermentasi, kadar kulit biji kakao makin tinggi karena sebagian besar sisa
lendir (pulp) masih menempel pada biji. Namun demikian, kandungan kulit biji
tersebut dapat dikurangi dengan proses pencucian (Anonim, 2012).
Ukuran biji buah kakao berdasarkan posisi pada pohon dan posisi dalam
buah itu berbeda. Pada umumnya jumlah buah pada cabang lebih banyak
dibandingkan pada batang. Hal ini disebabkan karena banyaknya tangkai pada
cabang yang ditumbuhi oleh buah dibandingkan pada batang. Akan tetapi, ukuran
buah pada batang lebih besar dan lebih berat dibandingkan buah yang berada pada
cabang. Hal ini disebabkan karena persaingan untuk memperoleh makanan pada
cabang lebih besar dibandingkan persaingan untuk memperoleh makanan pada
batang (Hasbawati, 2006).
2.4 Pengolahan Biji Kakao
2.1.1. Waktu Panen
Biasanya kakao yang dipanen telah berumur 6 bulan. Pemanenan dilakukan
sekali dalam 1 minggu (Mulato et al., 2005). Menurut Susanto (1994) buah yang siap
dipanen adalah buah yang saat muda berwarna hijau dan bila masak berwarna kuning,
sedangkan buah yang berwarna merah bila masak akan berwarna jingga dan buah
yang siap dipanen. Selain itu apabila buah digoncang-goncang akan berbunyi karena
bijinya sudah terlepas dari kulit buah.
Buah yang dipanen jika melewati masa panennya akan menambah persentase biji
cacat serta berat yang tidak ideal, sedangkan jika dipanen muda atau sebelum
waktunya maka buah tersebut belum memiliki kandungan pulp yang ideal, sehingga
sangat menggangu pada saat proses selanjutnya (Iek,2009).
Biji buah yang masak mempunyai pulp yang merupakan medium yang baik bagi
pertumbuhan mikrooraganisme pada saat fermentasi. Hal ini disebabkan pulp dan
asam yang cocok bagi pertumbuhan mikroorganisme. Kandungan kimia pulp yang
melingkupi biji coklat sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil adalah gula
yang sangat berperan selama proses fermentasi biji (Susanto, 1994).
2.1.2. Sortasi Buah
Sortasi bertujuan untuk memisahkan buah yang sehat dari buah kakao yang rusak,
terkena penyakit atau cacat. Sortasi buah merupakan salah satu tahapan proses
produksi yang penting untuk menghasilkan biji kakao yang baik (Iek,2009).
2.1.3. Pembelahan Buah dan Sortasi Biji
Tujuan pembelaan buah adalah untuk mengeluarkan dan memisahkan biji kakao
dari kulit buah dan plasentanya. Biji yang telah dikeluarkan dari buah selanjutnya
disortasi dengan tujuan untuk memisahkan biji kempes dan biji yang baik serta sisa
plasenta yang masih menempel (Mulato et al., 2005).
Menurut Widyotomo et al., (2004). Pemecahan buah adalah suatu proses
mengeluarkan dan memisahkan bjij kakao dari kulit buah dan plasentanya. Proses
pemecahan buah ini dapat dilakukan secara manual dan mekanik. Pemecahan buah
secara manual dilakukan dengan secara langsung oleh para pekerja (memanfaatkan
tenaga manusia) dan alat yang digunakan dalam proses pemecahan buah adalah sabit.
Pemecahan manual harus dilakukan secara hati-hati agar biji kakao tidak terluka atau
terpotong oleh alat pemecah. Jika bagian dari biji terluka atau terpotong sangat mudah
terinfeksi oleh jamur.
2.1.4. Fermentasi
Fermentasi bertujuan untuk membentuk citra rasa khas coklat serta mengurangi
rasa pahit dan sepat yang ada dalam biji kakao. Beberapa aspek penting dalam
kesempurnaan proses fermentasi adalah berat biji yang akan difermentasikan,
pengandukan (pembalikan), lama fermentasi dan rancangan peti/kotak fermentasi
(Iek,2009).
Menurut Mulato et al (2005), Waktu fermentasi 5 hari dan proses pembalikan
dilakukan pada hari ketiga. Tinggi tumpukan kakao dalam peti fermentasi minimum
40 cm. Proses fermentasi berlangsung secara alami dengan bantuan mikroba akan
memanfaatkan senyawa gula yang ada dalam pulp sebagai media tumbuh sehingga
cairan pulp terurai menjadi cairan yang encer dan keluar lewat lubang-lubang dinding
peti fermentasi, oksigen yang mulai terhalang oleh lapisan pulp dapat masuk dalam
tumpukan biji. Kondisi aerob dapat dimanfaatkan oleh bakteri aseta-bakteri untuk
mengubah alkohol menjadi asam asetat dengan mengeluarkan bau khas yang
menyengat. Proses oksidasi juga menghasilkan panas yang menyebabkan suhu
tumpukan biji berangsur naik dan mencapai maksimum 45-48C setelah hari ketiga.
Setelah fermentasi kandungan air dalam biji kakao 50-55%.
Ciri- ciri buah yang dapat diakhiri dalam proses fermentasi yaitu biji kakao sudah
tampak kering/lembab, berwarna cokelat dan berbau asam cuka, lendir yang melekat
pada biji sudah muda dikupas, bila dipotong melintang, penampang biji tampak seperti
cincin berwarna cokelat untuk kakao mulia, dan warna ungu sudah hilang bagi kakao
lindak (Iek,2009).
Menurut Susanto (1994) titik berat pengolahan biji kakao terletak pada proses
fermentasi. Pada proses ini akan terjadi pembentukan citra rasa khas kakao,
pengurangan rasa pahit sepat, dan perbaikan kenampakan fisik biji kakao. Kegagalan
dalam proses fermentasi tidak dapat diperbaiki pada proses lain. Salah satu tolak ukur
tidak sempurnanya fermentasi adalah dihasilkannya biji slaty yaitu biji yang memiliki
tekstur seperti keju. Biji kakao yang tidak terfermentasi warnanya lebih pucat,
sedangkan yang terfermentasi sempurna warnanya coklat dan bukan ungu. Disamping
itu fermentasi juga akan mempermudah pengeringan dan menghancurkan lapisan pulp
yang melekat pada biji kakao.
2.1.5. Perendaman dan Pencucian
jika kadar kulit lebih tinggi dari ketentuan karena seperti halnya ukuran biji, kadar
kulit berpengaruh pada randemen hasil lemak (Anonim, 2012).
Biji kakao dengan kadar kulit yang tinggi cenderung lebih kuat atau tidak
rapuh saat ditumpuk di dalam gudang sehingga biji tersebut dapat disimpan dalam
waktu yang lebih lama. Sebaliknya, jika kadar kulit terlalu rendah, maka penjual
(eksportir) biji kakao akan mengalami kerugian dalam bentuk kehilangan bobot .
Jika kuantum pengiriman sangat besar, maka biji kakao dipengaruhi oleh jenis
bahan tanaman dan cara pengolahan (fermentasi dan pencucian). Makin singkat
waktu fermentasi, kadar kulit biji kakao makin tinggi karena sebagian besar sisa
lendir (pulp) masih menempel pada biji. Namun demikian, kandungan kulit biji
tersebut dapat dikurangi dengan proses pencucian (Anonim, 2012).
Ukuran biji buah kakao berdasarkan posisi pada pohon dan posisi dalam
buah itu berbeda. Pada umumnya jumlah buah pada cabang lebih banyak
dibandingkan pada batang. Hal ini disebabkan karena banyaknya tangkai pada
cabang yang ditumbuhi oleh buah dibandingkan pada batang. Akan tetapi, ukuran
buah pada batang lebih besar dan lebih berat dibandingkan buah yang berada pada
cabang. Hal ini disebabkan karena persaingan untuk memperoleh makanan pada
cabang lebih besar dibandingkan persaingan untuk memperoleh makanan pada
batang (Hasbawati, 2006).
2.5 Analisa Mutu Biji Kakao
2.3.1. Penggolongan biji kakao
Kualitas biji kakao kering sangat bergantung pada proses awal seperti
proses panen, sortasi buah, pembelahan buah, fermentasi, pengeringan biji kakao
dan proses penggudangan. Menurut jenis mutunya, biji kakao digolongkan ke
dalam 3 jenis mutu yaitu : mutu I, mutu II dan mutu III sedangkan menurut
ukuran berat bijinya yang dinyatakan dalam jumlah biji per 100 gram contoh,
biji kakao digolongkan dalam 5 golongan ukuran dengan penandaan :
AA
B
= 101-110 biji per 100 gram
C
= 111-120 biji per 100 gram
S
= > 120 biji per 100 gram
Dari kategori tersebut menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah biji per 100 g
menunjukkan semakin besar ukuran biji kakao tersebut yang berarti semakin baik
mutunya.
2.3.2. Syarat mutu biji kakao
Syarat mutu umum biji kakao dapat dilihat pada Tabel 1. dan syarat mutu khusus
biji kakao dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Persyaratan umum mutu biji kakao
No.
Jenis uji
1.
Serangga hidup
2.
Kadar air
3.
Biji berbau asap dan atau hammy
atau berbau asing
4.
Kadar benda asing
Satuan
% fraksi massa
-
Persyaratan
Tidak ada
Maks 7,5
Tidak ada
Tidak ada
Kakao Kakao
mulia lindak
IF
IIF
IIIF
IB
IIB
IIIB
Maks. 2
Maks. 4
Maks. 4
Maks. 3
Maks. 8
Maks. 20
Maks. 1
Maks. 2
Maks. 2
Kadar
Kadar biji
kotoran
berkecambah
waste
(%biji/biji)
(%biji/biji)
Maks. 1,5
Maks. 2
Maks. 2
Maks. 3
Maks. 3
Maks. 3
) atau
berkecambah.
Biji berjamur
apapun
atau
terdapat
bagian-bagian
tubuh
serangga,
atau
yang
h. Biji pipih
i.
j.
pertumbuhan lembaga.
Biji tidak terfermentasi (slaty)
l.
hammy atau bau asing lainnya yang ditentukan dengan metode uji.
Serangga hidup : serangga pada stadia apapun yang ditemukan hidup pada partai
barang
s. Biji dempet (cluster)
t.
c. Benda asing
d. Biji berjamur
e. Biji Slaty
f. Biji berserangga
g. Kotoran
i.Pecahan biji
j. Pecahan kulit
k. Biji pipih
l. Biji berkecambah
Kelas
: THP-B
Kakao
: Rakyat
No.
Pengamatan
1
2
Serangga hidup
Benda asing
Kadar air
Plasenta
Biji dempet
Hasil (g)
1:
2:
Tidak
ada
Bau
asing
1: 0
2: 26,01
1: 13,08
2: 7,92
Total (g)
Persentase
(%)
26,01
2,601
21
2,1
Mutu
Pecahan biji
Pecahan kulit
10
Biji pipih
11
Ranting
12
13
Biji berjamur
14
Biji slaty
15
Biji berserangga
16
Biji berkecambah
1: 10,35
2: 4,29
1: 3,53
2: 0,40
1: 46,81
2: 51,36
1: 1,3
2: 0
1: 104
2: 131
1: 17
2: 0
1: 28
2: 42
1: 0
2: 0
1: 14
2: 5
14,64
1,464
3,93
0,393
98,17
9,817
1,3
0,13
17
5,67
70
23,33
Mutu III B
19
6,33
: THP B
ACARA
Pengamatan
Serangga hidup
Benda asing
Kadar air
Hasil
Ada
1. 4,253%
2. 3,946%
1: mutu B
2: mutu S
3,239%
0,747%
4,764%
0,055%
89 biji (Grade A)
22
21
1
-
BAB 4 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali menggunakan dua macam bahan kakao yang berbeda,
yaitu kakao rakyat dan kakao lindak. Perbedaan keduanya yaitu pada biji kakao
rakyat terjadinya fermentasi pada biji kakao tidak sempurna atau terjadi karena
fermentasi sempontan dan kualitas pada biji kakao rakyat cenderung lebih rendah/
jelek. Sedangkan pada kakao lindak biji kakao terfementasi secara sempurna dan
mempunyai kualitas biji kakao yang baik.
4.1 Syarat Mutu Umum
Berdasarkan SNI 2323:2008 tentang Biji Kakao, persyaratan umum
mutu biji kakao meliputi tidak adanya serangga hidup, tidak adanya biji
berbau asap atau hammy atau berbau asing, tidak adanya kadar
benda asing, dan kadar air sebanyak maksimal 7,5%,pada praktikum
yang dilakukan, ditemukan adanya serangga hidup. Hal ini tidak sesuai
dengan syarat mutu pada SNI 2323:2008 yang seharusnya mutu kakao yang
baik menurut standar mutu adalah tidak adanya serangga, dan pada biji kakao yang
dilakukan pada praktikum merupakan penyimpangan. Biji kakao yang disimpan terlalu
lama dapat menyebabkan penjamuran pada biji kakao dan dapat menyebabkan
pengundang tumbuhnya serangga.hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan
bahwa biji kakao dapat disimpan untuk beberapa hari umumnya tidak
lebih dari 3 bulan karena serangan jamur dan hama pada biji kakao
pengamatan
dapat
dilihat
bahwa
tidak
Hal ini
dan 3, 946 % keadaan air pada biji kakao ini sudah memenuhi standart yang
ditetapkan oleh SNI yaitu sebesar 7,5 %. Tingginya kandungan air biji kakao
biasanya diakibatkan oleh proses pengeringan yang kurang sempurna dan tempat
penyimpanan biji kakao yang kurang memadai.
4.2 Syarat Khusus Biji Kakao
Berdasarkan SNI 2323:2008 tentang Biji Kakao, persyaratan khusus
mutu biji kakao meliputi kadar biji berjamur, kadar biji slaty, kadar biji
berserangga, kadar kotoran waste, dan kadar biji berkecambah. Untuk
biji dempet, pecahan kulit, pecahan biji, biji pipih, dan ranting
termasuk kedalam kotoran.
Pada praktikum biji kakao pada biji berjamur ditemukan sebanyak 22 pada biji
kako pulsuit sedangkan pada biji kakao rakyat ditemukan sebanyak 17 dan untuk
biji kakao slaty pada biji kakao rakyat ditemukan sebanyak 70 dan pada biji kakao
slaty ditemukan sebanyak 21, pada biji berserangga pada biji kakao lindak
ditemukan sebanyak 0 dan pada kaao rakyat ditemukan adanya serangga.
Sedangkan pada kotoran atau waste pada biji kakao lindak dn kako rakyat tidak
ditemukan adanya wast ( kotoran ) sedangkan untuk biji kakao berkecambah pada
biji kakao lindak ditemukan sebanyak 0 dan pada biji kakao rakyat sebanyak 19,
untuk biji dempet pada biji lindak ditemukan sebanyak 0 dan pada kakao rakyat
ditemukan sebanyak 21 sedangkan untuk pecahan kulit pada biji kakao rakyat
ditemukan sebanyak 0,393 % sedangkan pada biji kakao lindak ditemukan
sebnyak 0,323 % , untuk pecahan biji pada biji kakao lindak ditemukan sebanyak
14,64 % dan pada kakao rakyat ditemukan sebanyak 3,23 %, sedangkan untuk biji
kakao pipih pada kakao lindak ditemukan sebanyak 4, 75 % dan pada kakao
rakyat ditemukan sebanyak 9,18 % dan yang terakhir yaitu pada ranting atau
kotoran yaitu pada kakao lindak didapatakan hasil sebesar 0 % dan pada kakao
rakyat sebesar 0 %.
Dapat dikatakan kakao puslit masuk kedalam mutu III B untuk
persyaratan khusus berdasarkan SNI 2323:2008 karena persyaratan
khusus mutu biji kakao meliputi kadar biji berjamur maksimal 4%,
kadar biji slaty maksimal 8%, kadar biji berserangga maksimal 2%,
kadar kotoran maksimal 2%, dan kadar biji berkecambah maksimal 3%.
Untuk kakao rakyat yang digunakan pada praktikum telah memenuhi
syarat maksimal pada setiap biji dalam persyaratan khusus kecuali
kotoran
karena
mempunyai
kadar
sebanyak
lebih
dari
yang
LAMPIRAN PERHITUNGAN
a.
X 100%
X 100%
X 100%
= 7,680 %
2.
X 100%
X 100%
= 7,776 %
Kadar Air Kakao Fermentasi Shift 2 (botol timbang 2)
=
X 100%
X 100%
= 7,604 %
= 7,69 %
3.
X 100%
X 100%
= 8,529 %
4.
X 100%
X 100%
= 5,122 %
b.