Anda di halaman 1dari 15

REVIEW JURNAL

Family Structure and Mental Health :


The Mediating Effects of Socioeconomic
Status, Family Process, and Social Stress

Oleh :
ELITA HALIMSETIONO

NIM. 101314453021

PENELITIAN TERDAHULU

(1991) dampak dari struktur keluarga


tidak terbatas di masa kanak2 saja tetapi juga
mempengaruhi kesejahteraan psikologis selama
hidup seseorang.
Fawzey et.al., (1987) keluarga ibu-ayah
mampu memberi perlindungan terhadap
masalah kesehatan mental.
Adlaf and Ivis (1996) masalah kesehatan
mental lebih banyak dijumpai pada keluarga
orang tua tunggal daripada keluarga tiri.
Amato

TUJUAN PENELITIAN
Untuk

memastikan adanya hubungan antara


struktur keluarga (ayah ibu, OT tunggal, OT
dengan kerabat lain, OT tiri ) dan kesehatan
mental (depresi) dalam kelompok dewasa muda
yang jumlahnya besar dan berbeda secara
etnis.
Untuk menilai kebermaknaan dari tiga faktor
pemediasi, yaitu : perbedaan status sosial
ekonomi, proses keluarga, dan paparan stres
sosial.

LATAR BELAKANG PENELITIAN


Adanya bukti bahwa buruknya pertalian
keluarga, buruknya status sosial ekonomi dan
stres sosial yang bervariasi dalam struktur
keluarga, dapat merupakan faktor risiko untuk
timbulnya masalah kesehatan mental di masa
remaja dan dewasa.

METODE PENELITIAN
Pengambilan Data :
1. Sampel 1.803 orang dewasa muda di sebuah
komunitas di Florida Selatan, berusia 18-23 tahun
(92% antara 19-21 tahun), berasal dari : sekitar 25%
orang Kuba, 25% orang Karibia Hispanik, 25% orang
Afrika-Amerika, dan 25% orang kulit putih bukan
Hispanik.
2. Teknik pengumpulan data wawancara face to
face di tempat kediaman responden, sedang 30%
wawancara dilakukan per telepon dengan dibantu
oleh brosur jawaban yang dikirimkan.

Pengukuran Data :
1. Struktur keluarga responden menunjukkan
mana dari anggota keluarga yang tinggal bersama
mereka pada usia 13-18 tahun (ibu, ayah, ibu tiri,
ayah tiri, nenek, kakek, bibi, paman, dll.)
2. Gejala depresi modifikasi dari 20 item Skala
Pusat untuk Studi Epidemiologi Depresi. Jawaban
diberi kode 0 jika tidak sama sekali atau kadangkadang, 1 jika sering, dan 2 jika hampir setiap
waktu.
3. Status sosial ekonomi nilai gabungan
berdasarkan tingkat penghasilan rumah tangga,
status/kategori pekerjaan & tingkat pendidikan OT.

4. Proses keluarga diukur dalam 3 dimensi :


a. Positivitas dukungan keluarga skala 8 item yang
mengukur tingkat dimana responden merasa dicintai
dan diperhatikan oleh keluarganya.
b. Negativitas keluarga skala 5 item yang mengukur
apakah responden merasakan bahwa keluarganya
mengkritik atau memberi tuntutan berlebih padanya.
c. Keterpaduan keluarga skala 5 item yang mengukur
pandangan responden mengenai bagaimana anggota
keluarga membagi nilai-nilai, kesetiaan, dan
penghargaan.

5. Paparan stres diukur dengan menggunakan :


a. Peristiwa-peristiwa besar dan berpotensi
traumatis seumur hidup, misal : mengalami atau
menyaksikan kekerasan.
b. Peristiwa kehidupan baru-baru ini, misal :
gangguan ekonomi.
c. Stres yang lama, dan
d. Perlakuan diskriminasi, misal : diperlakukan
kurang hormat oleh orang lain.

Strategi Analisis :
1. Menggunakan regresi kuadrat biasa untuk
menjelaskan model hubungan antara struktur
keluarga dan gejala depresi.
2. Faktor-faktor yang terbukti berkorelasi dengan
struktur keluarga dan depresi mediator.

HASIL PENELITIAN

1. Responden dari keluarga OT tunggal dengan


kerabat lainnya tingkat rata-rata tertinggi
gejala depresi sedang responden dari keluarga
ibu-ayah tingkat rata-rata terendah gejala
depresi.
2. Responden orang kulit putih & Kuba proporsi
untuk tinggal pd keluarga ibu-ayah slm masa
remaja sedang Orang Afrika-Amerika
proporsi untuk tinggal pd kedua tipe keluarga
orang tua tunggal.

3. Adanya perbedaan yang bermakna pd jenis


kelamin dlm tipe keluarga % terbesar dari
responden asal keluarga OT tunggal / tiri
adalah wanita.
4. Dibandingkan keluarga ibu-ayah, tipe
keluarga yang lain cenderung diperburuk oleh
tingginya tingkat stres sosial dan kurangnya
dukungan anggota keluarga.
5. Terkecuali pd keluarga OT tiri, perbedaan
depresi dlm struktur keluarga timbul dari
variasi keadaan ekonomi.

6. Gejala depresi lebih banyak dijumpai pada


dewasa muda wanita dan bukan kulit putih
dari keluarga OT tunggal (termasuk yang
tinggal dengan kerabat lain) dan OT tiri.
7. Makin rendah status sosial ekonomi, makin
rendah tingkat dukungan keluarga dan
makin tinggi paparan stres makin tinggi
gejala depresi.

KESIMPULAN

1. nya tingkat gejala depresi pada mereka yang


berasal dari keluarga OT tiri dan OT tunggal
perbedaan2 yang terkait dengan sumber daya
sosial ekonomi, proses keluarga, dan stres
sosial.
2. Tipe keluarga mempunyai sedikit / tidak adanya
hubungan langsung yang bermakna dengan
kesehatan mental tipe keluarga merupakan
penanda untuk perbedaan2 di ketiga faktor risiko
yang diteliti.

3. Tindakan intervensi pencegahan sebaiknya


dilakukan dengan berfokus pada usaha untuk
memperkuat proses keluarga dan
mengembangkan strategi praktis dalam
mengurangi tingkat stres yang tinggi.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai