Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 4

TA 3212 GEOFISIKA CEBAKAN MINERAL I

PENGARUH TOPOGRAFI DAN LAPISAN


DENGAN NILAI TAHAN JENIS YANG
BERBEDA PADA INTERPRETASI

Oleh :

Trie Prasetyo Wibowo


12112087

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015

A. Teori Dasar
Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada
tahun 1912. Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk
mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah
dengan cara mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang mempunyai
tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah
Elektroda Arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak
tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus
listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.
Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan
listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur
dengan penggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah Elektroda
Tegangan M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak elektroda AB. Bila
posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang
terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan
yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar.
Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus
listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila
digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran
arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2.
Cara Kerja Metode Geolistrik
Umumnya metoda geolistrik yang sering digunakan adalah yang menggunakan 4
buah elektroda yang terletak dalamsatu garis lurus serta simetris terhadap titik
tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah elektroda
ntegangan (MN) di bagian dalam.
Kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan serta
tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis semu
(Apparent Resistivity). Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis yang
terhitung tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah
permukaan yang dilalui arus listrik.
Bila satu set hasil pengukuran tahanan jenis semu dari jarak AB terpendek
sampai yang terpanjang tersebut digambarkan pada grafik logaritma ganda
dengan jarak AB/2 sebagai sumbu-X dan tahanan jenis semu sebagai sumbu Y,
maka akan didapat suatu bentuk kurva data geolistrik. Dari kurva data tersebut
bisa dihitung dan diduga sifat lapisan batuan di bawah permukaan.
Kegunaan Geolistrik
Mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman
sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan
akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air. Umumnya
yang dicari adalah confined aquifer yaitu lapisan akifer yang diapit oleh lapisan
batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian

atas. Confined akifer ini mempunyai recharge yang relatif jauh, sehingga
ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan
cuaca setempat.
Geolistrik ini bisa untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang mempunyai
kontras resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya. Bisa
juga untuk mengetahui perkiraan kedalaman bedrock untuk fondasi bangunan.
Metoda geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi (geotermal) di
bawah permukaan. Hanya saja metoda ini merupakan salah satu metoda bantu
dari metoda geofisika yang lain untuk mengetahui secara pasti keberadaan
sumber panas bumi di bawah permukaan.
Konfigurasi
Metoda geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah
elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN
yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan
Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metoda perhitungan tersendiri
untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah
permukaan. Metoda geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metoda
favorit yang banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan
bawah permukaan dengan biaya survei yang relatif murah.
Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna, seperti
yang dipersyaratkan pada pengukuran geolistrik. Untuk posisi lapisan batuan
yang terletak dekat dengan permukaan tanah akan sangat berpengaruh
terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan membuat data geolistrik
menjadi menyimpang dari nilai sebenarnya. Yang dapat mempengaruhi
homogenitas lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada
lapisan, faktor ketidakseragaman dari pelapukan batuan induk, material yang
terkandung pada jalan, genangan air setempat, perpipaan dari bahan logam
yang bisa menghantar arus listrik, pagar kawat yang terhubung ke tanah dsbnya.
Spontaneous Potential yaitu tegangan listrik alami yang umumnya terdapat
pada lapisan batuan disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang secara
kimiawi menimbulkan perbedaan tegangan pada mineral-mineral dari lapisan
batuan yang berbeda juga akan menyebabkan ketidak-homogenan lapisan
batuan. Perbedaan tegangan listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi bila
digunakan konfigurasi Schlumberger dengan jarak elektroda AB yang panjang
dan jarak MN yang relatif pendek, maka ada kemungkinan tegangan listrik alami
tersebut ikut menyumbang pada hasil pengukuran tegangan listrik pada
elektroda MN, sehingga data yang terukur menjadi kurang benar.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum dilakukan
pengaliran arus listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami tersebut dan
kedudukan awal dari multimeter dibuat menjadi nol. Dengan demikian alat ukur
multimeter akan menunjukkan tegangan listrik yang benar-benar diakibatkan

oleh pengiriman arus pada elektroda AB. Multimeter yang mempunyai fasilitas
seperti ini hanya terdapat pada multimeter dengan akurasi tinggi

Konfigurasi Wenner

Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan


pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda
MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat ukur
multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil Sedangkan kelemahannya
adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa
berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi
Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan factor non homogenitas batuan,
sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat.

Konfigurasi Wenner

Konfigurasi Schlumberger

Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya,


sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan
kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN
hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5
jarak AB.

Konfigurasi Schlumberger
Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan pada
elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh,
sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik high
impedance dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay tegangan minimal
4 digit atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain diperlukan peralatan
pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk
mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu

dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak


elektroda MN/2.
Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika jarak
AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan
perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak elektroda AB yaitu ketika
pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah demikian kecil, misalnya 1.0
milliVolt.
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai perbandingan
antara jarak MN berbanding jarak AB = 1 : 20. Perbandingan yang lebih kecil
misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila mempunyai alat utama pengirim arus yang
mempunyai keluaran tegangan listrik DC sangat besar, katakanlah 1000 Volt
atau lebih, sehingga beda tegangan yang terukur pada elektroda MN tidak lebih
kecil dari 1.0 milliVolt.

B. Tujuan
Mampu mengidentifikasi kesalahan data akibat kondisi geologi atau
topografi dan mengerti timbulnya kesalahan interpretasu akibat kemiripan
nilai tahanan jenis perlapisan
C. Data dan Pengolahan Data
Tugas 1
Dari suatu survey resistivity di dapat kondisi dibawah ini :
Kondisi 1
Pasir Kering
= 500 m
t=3m
Bijih Aluvial
= 10 m
t = 10 m
Batupasir
= 300 m
Batupasir
= 300 m
Setelah diolah oleh software RES :
kondisi 1

Kondisi 2
Pasir Kering
= 500 m
t=3m
Bijih Aluvial
= 10 m
t = 10 m
Lempung
= 5 m
t = 10 m

kondisi 2

Electrode
Spacing (m)

Apparent Resistivity (m)


Kondisi 1

Kondisi 2

1
1.468
2.154
3.162
4.642
6.813
10
14.678
21.544
31.623
46.416
68.129
100

496.151
488.421
466.954
414.645
313.568
177.926
68.574
24.543
21.125
28.833
40.59
56.422
76.992

496.149
488.414
466.929
414.566
313.323
177.197
66.548
19.545
10.808
11.371
14.972
21.223
30.215

Dari hasil plotan data, kedua konndisi di atas memiliki pola grafik yang sama yaitu
pola grafik naik turun. Pada kondisi 1 memiliki pola grafik yang penurunan resistivitas
yang tidak lebih curam dibandingkan dengan kondisi 2. Hal ini Menunjukkan
jumlah lapisan di bawah permukaan sebanyak 3 lapisan dimana 1 >
2 < 3. Padahal, kenyataannya pada kondisi 1 terdapat 3 lapisan dan
pada kondisi 2 terdapat 4 lapisan dengan salah satu lapisannya
merupakan endapan bijih aluvial.
Pada kondisi 2 yang berdasarkan pada grafik memiliki jumalah
lapisan sebanyak 3 lapisan, tetapi pada data memiliki 4 lapisan,
berarti terdapat nilai resistivitas yang tidak terdeteksi, sehingga hanya
terbaca 3lapis saja. Hal ini disebabkan oleh perbedaan resistivitas
antara endapan bijih aluvial dengan lempung yang hanya sedikit
perbedaannya. Survei tahanan jenis ini memiliki keterbatasan pada
pendeteksian lapisan dengan tahanan jenis yang hanya berbeda
sedikit. Jadi kemampuan kita untuk menganalisis jumlah lapisan tidak
bisa hanya mengandalkan data lapangan saja melainkan harus tahu
juga kondisi geologinya seperti apa.
Tugas 2
Dengan memasukkan nilia resistivitas yang cukup kontras (10 dan 1000)
maka dihasilkan data seperti ini :

Station
(m)

Offset =
10 m

Apparent Resistivity (m)


Offset =
Offset =
Offset =
100 m
1000 m
2000 m

Pada grafik hasil pengeplotan data pengukuran lapangan dari program


faultsch.exe tersebut, terlihat adanya kurva yang naik, yaitu pada jarak offset 10
meter dan 100 meter. Pada jarak 1000 m dan 2000 m berdasarkan data diatas
menunjukkan kenaikakn nilai resistivitas tetapi tidak menunjukkan kenaikkan
yang signifikan sehingga pada saat diplot pada grafik log-log akan menghasilkan
kurva yang datar. Maka perhitungan hanya dilakukan pada distance 10 dan 100
m.
Pada distance 10 m dengan nilai resistivtas 10 dan 1000 lapisan pertama
memiliki ketebalan 10 m. Sedangkan pada distance 100 m memiliki ketebalan 64
m. Dari hasil tersebut jika jarak semakin jauh dengan nilai resistivitas yang sama
maka akan mengidikasikan bahwa lapisan terseut akan semakin homogen dan
isotrop.
Sehingga hal ini menunjukan bahwa tahanan jenis semu yang
sebelumnya mengindikasikan keterdapatan lebih dari satu lapisan sebenarnya
merupakan efek yang ditimbulkan dari adanya struktur geologi seperti sesar.
Untuk menghindari efek dari keterdapatan sesar ini, maka untuk jarak elektroda
1000 meter, maka bentang lintasan harus memiliki offset (jarak dari sesar)
sejauh 2000 meter.

Perhitungan untuk x = 10 meter


a
=1
1
a= 1=10 m
AB/2
=1
h

AB
=h=10,2 m
2
2
=2
1
2=2 1 =2 10=20 m

Perhitungan untuk x = 100 meter


a
=1
1
a= 1=10 m
AB/2
=1
h
AB
=h=65 m
2
2
=1,5
1
2=2,5 1=2,5 10=25 m

Tugas 3

Dari hasil data berikut :


MN/2
( Met
er)

AB/2
(met
er)

0.5

1.5

0.5

2.5

0.5

0.5

0.5

0.5

10

0.5
0.5

12
15

a (m)
GL-03
161.83
64
180.67
88
354.74
92
295.59
11
367.48
03
408.03
59
440.13
38
427.91

GL-04
157.25
224.43
4
400.95
406.90
05
548.12
49
529.47
02
421.65
56
534.22

GL-05
323.67
27
361.35
76
709.49
84
591.18
21
734.96
06
816.07
19
880.26
76
855.82

GL-07
101.05
95
50.120
45
40.189
05
30.101
24
37.447
28
34.234
2
35.736
59
40.262

15

20

25

30

15

30

15

40

15

50

15

60

15

75

20

75

20

100

20

125

20

150

20

175

20

200

20

250

40

250

40

300

29
2241.7
13
2281.8
29
2551.9
18
2614.4
25
6828.8
89
8409.4
23
9176.8
97
8704.7
17
9253.6
01
15987.
25
7351.3
1
6720.5
33
6018.4
66
5851.5
56
5084.0
77

01
216.68
47
225.40
73
227.84
91
220
222.02
94
254.49
31
222.43
34
238.65
98
282.85
5
215.53
35
196.11
54
224.29
69
211.14
99
219.67
09
244.86
95
256.16
27
231.11
55
264.97
92

58
448.34
27
456.36
57
510.38
36
522.88
5
455.25
93
560.62
82
611.79
31
580.31
44
616.90
68
799.36
24
367.56
55
336.02
66
300.92
33
292.57
78
254.20
38
286.90
23
184.94
03
187.88
17

52
12.572
11.786
11.295
34
17.297
5
7.0285
74
14.405
21.020
71
27.189
53
51.819
04
156.70
31
269.35
7
256.35
64
263.06
91
354.56
06
302.11
99
283.48
67
414.85
95
289.28
92

Dilakukan pengolahan data dengan cara mengeplot data hasil


survey pada grafik log-log. Kemudian untuk mendapatkan nilai
tahanan jenis sebenarnya dan kedalamannya dilakukan pengolahan
data dengan metode curve matching menggunakan Kurva Standart
Dua Lapis dan Kurva Bantu Tipe A, H, K serta Q. Sehingga,
berdasarkan perhitungan secara manual dengan menggunakan
metode curve matching tersebut didapatkan hasil perhitungan
sebagai berikut :
Lapisa
n
1
2

GL-03
d

1,5
27
17,5
4,8
5

GL-04
d

1,5
155
108
3,75
5

GL-05
H

1,5 300
3,75

750

GL-06
h

1,5 100
9

20

3
4

12,5

760
490

25,9
6

105
0
750

56

120
0
360

67,5

140
0
200

Dari hasil tersebut di dapat bahwa pada GL-03 Sampai GL-06 memiliki
jumlah lapisan yang sama yaitu 4 lapisan. Dari semua hasil tersebut
memiliki hasil yang bervariasi, mulai dari 27 sampai dengan 1400.
Variasi tahanan jenis ini disebabkan oleh adanya perbedaan kadar
garam yang terkandung. Sehingga hal ini menunjukkan adanya
perbedaan kandungan mineral pada akuifer. Dari data tersebut
litologinya banyak berupa gamping yang dimana gamping di indonesia
dapat terendapkan dengan baik. Gamping sendiri merupkana hasil dari
pelapukan kimiawi maupun secara organik. Dengan adanya batu
gamping tersbut maka
D. Simpulan

Perbedaan tahanan jenis yang kecil antara satu lapisan dengan


lapisan di atas atau di bawahnya, dapat menyebabkan lapisan
tersebut tidak terdeteksi dengan jelas pada pengukuran tahanan
jenis semu di lapangan. Dapat menyebabkan terjadinya kesalahan
interpretasi.
Topografi dan/atau struktur geologi seperti sesar dapat
mempengaruhi hasil pengukuran tahanan jenis semu di lapangan.
Sehingga untuk menghindari efek dari pengaruh tersebut, perlu
dilakukan optimalisasi pengukuran seperti memperbesar jarak
lintasan pengukuran dengan sesar ataupun topografi curam seperti
tebing yang ada.
Pengukuran tahanan jenis pada lokasi pengukuran seperti di atas,
memungkinkan terjadinya kesalahan interpretasi akibat adanya
pengaruh dari air laut yang mengandung garam. Air laut
menyebabkan tahanan jenis material menjadi lebih rendah karena
bersifat lebih konduktif.

E. Pustaka

Sulistijo, Budi. 2003. Catatan Kuliah TE-6222 Geofisika Cebakan


Mineral I. Bandung: Penerbit ITB.
Telford, William Murray. 1990. Applied Geophysics. Cambridge:
Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai