Anda di halaman 1dari 5

1.

Tujuan Percobaan

Menentukan daerah anomali berdasarkan hasil pengukuran radioaktif.

Melakukan analisis hubungan anomali radioaktif dengan kondisi geologi


daerah penyelidikan.

2.

Dasar Teori

Eksplorasi radioaktif adalah pengukuran energi yang dilepas selama proses


peluruhan radioaktif. Alat yang digunakan umumnya adalah: Geiger Counter,
Scintillometer, dan Gamma-ray Spectrometer yang umumnya lebih memiliki
tingkat sensitivitas yang tinggi. Pengukuran dapat dilakukan di darat maupun
udara. Pengukuran darat umumnya untuk mengidentifikasi mineral radioaktif
secara langsung, sedangkan pengukuran melalui udara lebih bertujuan untuk
pemetaan geologi. Down-hole probe juga sering digunakan untuk mengukur
radiasi dari unit-unit batuan yang ditemukan pada suatu lubang bor.
Semua sifat fisik yang teramati di atas permukaan bumi seperti magnetic
susceptibility, electric conductivity, dan lain-lain, disebabkan oleh struktur
elektron yang ada di dalam bahan (material). Radioaktif merupakan sifat yang
sangat signifikan dalam eksplorasi geofisika. Namun demikian, sifat fisik ini
jarang sekali muncul sehingga metode radioaktif jarang digunakan
penerapannya.
Metoda radioaktif dapat digunakan dalam pemetaan geologi untuk menghasilkan
sebaran batuan, lapisan, dan facies yang memiliki perbedaan radioaktif cukup
signifikan.
Keradioaktifan dari batuan bergantung pada kandungan unsur uranium, thorium,
radium, polonium, radon, dan lain-lain. Uranium terdapat pada batuan pegmatite
dan granit, kadang juga terdapat pada vein-vein yang mengandung timah,
tembaga, timbal, perak, dan pada batuan lava termetamorfosakan, serta dalam
batuan sedimen. Thorium terdapat dalam endapan placer seperti pasir monazite
maupun sebagai mineral primer dalam granit dan gneiss. Oleh karena itu, batuan
seperti pegmatite, granit, dan gneiss akan menunjukkan nilai keradioaktifan
yang tinggi.
Mineral radioaktif dapat memancarkan sinar radiasi. Ada tiga jenis sinar radiasi
yang dapat dipancarkan oleh zat radioaktif, yakni :

1.

Sinar alfa ( )

Sinar alfa merupakan radiasi partikel yang bermuatan positif. Partikel sinar alfa
sama dengan inti helium -4, bermuatan +2e dan bermassa 4 sma. Partikel alfa
adalah partikel terberat yang dihasilkan oleh zat radioaktif. Sinar alfa
dipancarkan dari inti dengan kecepatan sekitar 1/10 kecepatan cahaya. Karena

memiliki massa yang besar, daya tembus sinar alfa paling lemah diantara
diantara sinar-sinar radioaktif. Diudara hanya dapat menembus beberapa cm
saja dan tidak dapat menembus kulit. Sinar alfa dapat dihentikan oleh selembar
kertas biasa. Sinar alfa segera kehilangan energinya ketika bertabrakan dengan
molekul media yang dilaluinya. Tabrakan itu mengakibatkan media yang
dilaluinya mengalami ionisasi. Akhirnya partikel alfa akan menangkap dua (2)
elektron dan berubah menjadi atom helium.
2.

Sinar beta ()

Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan negatif. Sinar beta merupakan
berkas elektron yang berasal dari inti atom. Partikel beta yang bemuatan-l e dan
bermassa 1/836 sma. Karena sangat kecil, partikel beta dianggap tidak bermassa
sehingga dinyatakan dengan notasi (_-1^0)e. Energi sinar beta sangat
bervariasi, mempunyai daya tembus lebih besar dari sinar alfa tetapi daya
pengionnya lebih lemah. Sinar beta paling energetik dapat menempuh sampai
300 cm dalam uadara kering dan dapat menembus kulit.

3.

Sinar gamma ( )

Sinar gamma adalah radiasi elektromagnetek berenergi tinggi, tidak bermuatan


dan tidak bermassa. Sinar gamma dinyatakan dengan notasi (_0^0)y. Sinar
gamma mempunyai daya tembus. Selain sinar alfa, beta, gamma, zat radioaktif
buatan juga ada yang memancarkan sinar X dan sinar Positron. Sinar X adalah
radiasi sinar elektromagnetik. Radioaktivitas merupakan Salah satu gejala yang
sangat penting dari inti atom. Meskipun nuklida-nuklida diikat oleh gaya inti yang
cukup kuat, banyak nuklida yang tidak mantap secara spontan meluruh menjadi
nuklida lain melalui pemancaran partikel alpha, beta dan gamma. Energi gamma
lebih besar dibandingkan dengan energi beta dan alfa. Sedangkan radiasi yang
energinya terkecil adalah partikel alfha.

PRINSIP PENGUKURAN
Sensor radioaktif terdiri dari 2 Geiger-Mller (tabung gamma dan beta) serta
rangkaian pencetak. Interaksi antara radiasi dan material pada dinding tabung
menyebabkan ionisasi gas dalam tabung, sehingga akan terdeteksi suatu pulsa
arus pendek. Jumlah pulsa per detik atau count rate (c/s), proporsional terhadap
intensitas radiasi. Radioaktif alami sering meningkat pada zona patahan atau
rekahan menuju ke dekat permukaan, umumnya disebabkan oleh emisi 214Bi
sejenis dengan atom 222Rn yang naik ke atas melalui rekahan dari zona yang
lebih dalam. Sehingga akan memungkinkan untuk memperkirakan posisi
patahan atau rekahan; juga untuk pengukuran pada mata air panas melalui
pengukuran intensitas radioaktif dengan gamma-ray spectrometer. Pengukuran
radioaktif umumnya dilakukan menggunakan heli-borne dan car-borne untuk
studi pendahuluan pada area yang luas. Tapi untuk pengukuran detail pada area
yang kecil digunakan back-packing light-weight spectrometers (man-borne,

paling murah dan efektif). Lintasan pengukuran diposisikan pada sudut yang
sesuai terhadap patahan yang diperkirakan, dengan interval 5 m. Pengukuran
dilakukan pada kondisi cuaca yang bagus, mengingat peningkatan kadar air
pada saat hujan akan mengubah absorpsi gas Radon dan mempengaruhi nilai
pengukuran.

3.

Prosedur Percobaan

Mencetak peta kontur nilai radioaktif hasil pengukuran pada kertas kalkir

Mencetak peta geologi daerah penyelidikan dengan menggunakan skala


yang sama dengan peta kontur nilai radioaktif pada kertas HVS biasa.

Melakukan overlay kedua peta tersebut (peta geologi dan peta kontur nilai
radioaktif daerah penyelidikan)

Menandai daerah yang memiliki anomali nilai radioaktif

Melakukan analisis pada area yang telah ditandai untuk mengetahui


hubungan anomali radioaktif dengan kondisi geologi daerah penyelidikan

4.

Pengolahan Data

Berikut merupakan data peta geologi dan peta kontur radioaktif daerah
penyelidikan dan hasil overlay kedua peta tersebut.

5.

Analisis

nama batuan

anomali (count/s)

granit > 1750


syenit 1500-1750
prophiritic, biotit, granit

1500-1750

gabro 1000-1500
gneiss dan skiss

< 1250

batuan sedimen dan vulkanik

<1000

Berdasarkan hasil overlay kedua peta kontur anomali radioaktif dan peta geologi
daerah hasil dari pengamatan maka akan diperoleh nilai-nilai anomalinya dari
tiap lithologinya yaitu:

Berdasarkan overlay tersebut bauan branit memiliki nilai anomali yang paling
tertinggi dibandingkan dengan batuan lainnya. Dengan menyelaraskan dengan
tabel kadar uranium dan thorium maka diperoleh nilai uranium dan thorium dai
batuan granit adalah 15 dan 4.5.

6.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil diatas bahwa nilai radioaktif paling tinggi terdapat pada
batuan granit. Sehingga pada batuan granit banyak terdapat unsur-unsur
radioaktif. Unsur yang terdapatnya adalah uranium dan thorium dengan nilai 15
dan 4.5. Batuan metamorf schist & gneiss, serta batuan sedimen dan vulkanik
memiliki nilai radioaktifitas terendah. Dalam batuan tersebut jumlah unsur
radioaktif yang terkandung sangat terbatas (sedikit).

7.

Daftar pustaka

Sulistijo, Budi, Darmawan Sumardi, M. Nur Heriawan, Yana Rahmat Riyanto.


2012. Catatan Kuliah TA 415 Geofisika Cebakan Mineral II. Bandung: Penerbit ITB.

Anda mungkin juga menyukai