Tujuan Percobaan
2.
Dasar Teori
1.
Sinar alfa ( )
Sinar alfa merupakan radiasi partikel yang bermuatan positif. Partikel sinar alfa
sama dengan inti helium -4, bermuatan +2e dan bermassa 4 sma. Partikel alfa
adalah partikel terberat yang dihasilkan oleh zat radioaktif. Sinar alfa
dipancarkan dari inti dengan kecepatan sekitar 1/10 kecepatan cahaya. Karena
memiliki massa yang besar, daya tembus sinar alfa paling lemah diantara
diantara sinar-sinar radioaktif. Diudara hanya dapat menembus beberapa cm
saja dan tidak dapat menembus kulit. Sinar alfa dapat dihentikan oleh selembar
kertas biasa. Sinar alfa segera kehilangan energinya ketika bertabrakan dengan
molekul media yang dilaluinya. Tabrakan itu mengakibatkan media yang
dilaluinya mengalami ionisasi. Akhirnya partikel alfa akan menangkap dua (2)
elektron dan berubah menjadi atom helium.
2.
Sinar beta ()
Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan negatif. Sinar beta merupakan
berkas elektron yang berasal dari inti atom. Partikel beta yang bemuatan-l e dan
bermassa 1/836 sma. Karena sangat kecil, partikel beta dianggap tidak bermassa
sehingga dinyatakan dengan notasi (_-1^0)e. Energi sinar beta sangat
bervariasi, mempunyai daya tembus lebih besar dari sinar alfa tetapi daya
pengionnya lebih lemah. Sinar beta paling energetik dapat menempuh sampai
300 cm dalam uadara kering dan dapat menembus kulit.
3.
Sinar gamma ( )
PRINSIP PENGUKURAN
Sensor radioaktif terdiri dari 2 Geiger-Mller (tabung gamma dan beta) serta
rangkaian pencetak. Interaksi antara radiasi dan material pada dinding tabung
menyebabkan ionisasi gas dalam tabung, sehingga akan terdeteksi suatu pulsa
arus pendek. Jumlah pulsa per detik atau count rate (c/s), proporsional terhadap
intensitas radiasi. Radioaktif alami sering meningkat pada zona patahan atau
rekahan menuju ke dekat permukaan, umumnya disebabkan oleh emisi 214Bi
sejenis dengan atom 222Rn yang naik ke atas melalui rekahan dari zona yang
lebih dalam. Sehingga akan memungkinkan untuk memperkirakan posisi
patahan atau rekahan; juga untuk pengukuran pada mata air panas melalui
pengukuran intensitas radioaktif dengan gamma-ray spectrometer. Pengukuran
radioaktif umumnya dilakukan menggunakan heli-borne dan car-borne untuk
studi pendahuluan pada area yang luas. Tapi untuk pengukuran detail pada area
yang kecil digunakan back-packing light-weight spectrometers (man-borne,
paling murah dan efektif). Lintasan pengukuran diposisikan pada sudut yang
sesuai terhadap patahan yang diperkirakan, dengan interval 5 m. Pengukuran
dilakukan pada kondisi cuaca yang bagus, mengingat peningkatan kadar air
pada saat hujan akan mengubah absorpsi gas Radon dan mempengaruhi nilai
pengukuran.
3.
Prosedur Percobaan
Mencetak peta kontur nilai radioaktif hasil pengukuran pada kertas kalkir
Melakukan overlay kedua peta tersebut (peta geologi dan peta kontur nilai
radioaktif daerah penyelidikan)
4.
Pengolahan Data
Berikut merupakan data peta geologi dan peta kontur radioaktif daerah
penyelidikan dan hasil overlay kedua peta tersebut.
5.
Analisis
nama batuan
anomali (count/s)
1500-1750
gabro 1000-1500
gneiss dan skiss
< 1250
<1000
Berdasarkan hasil overlay kedua peta kontur anomali radioaktif dan peta geologi
daerah hasil dari pengamatan maka akan diperoleh nilai-nilai anomalinya dari
tiap lithologinya yaitu:
Berdasarkan overlay tersebut bauan branit memiliki nilai anomali yang paling
tertinggi dibandingkan dengan batuan lainnya. Dengan menyelaraskan dengan
tabel kadar uranium dan thorium maka diperoleh nilai uranium dan thorium dai
batuan granit adalah 15 dan 4.5.
6.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil diatas bahwa nilai radioaktif paling tinggi terdapat pada
batuan granit. Sehingga pada batuan granit banyak terdapat unsur-unsur
radioaktif. Unsur yang terdapatnya adalah uranium dan thorium dengan nilai 15
dan 4.5. Batuan metamorf schist & gneiss, serta batuan sedimen dan vulkanik
memiliki nilai radioaktifitas terendah. Dalam batuan tersebut jumlah unsur
radioaktif yang terkandung sangat terbatas (sedikit).
7.
Daftar pustaka