Anda di halaman 1dari 9

Premedikasi Anestesi

Yang dimaksud dengan premedikasi yaitu pemberian obat-obatan sebelum anesthesia


yang ada hubungannya dengan anesthesia.Premedikasi adalah salah satu unsure yang penting
yang harus dilaksanakan pre-operatif.
Tujuan dari premedikasi adalah :
1.
2.
3.
4.

Menghilangkan rasa sakit


Menghilangkan / mengurangi rasa takut
Menurunkan metabolisme basal
Mengurangi sekresi kelenjar-kelenjar terutama saliva dan tractus respiraturius bagian

atas
5. Mencegah reflek-reflek yang tidak diharapkan, misalnya cardiac arrhythmia karena
obat anesthesia
6. Menghilangkan side efek dari obat-obatan sebelum premedikasi dan obat-obat
anesthesia sendiri
7. Dengan memberikan obat-obatan premedikasi, dosis obat-obat anesthesia dapat
dikurangi karena efek potensiasi
8. Menciptakan amnesia
9. Mengurangi cairan lambung dan mengurangi muntah pasca bedah
Obat obat yang sering digunakan sebagai premedikasi adalah :
1. Obat antikholinergik
2. Obat sedative
3. Obat analgetik narkotik
1. Obat antikholinergik
Obat golongan antikholinergik adalah obat-obatan yang berkhasiat menekan /
menghambat aktivitas kholinergik atau parasimpatis. Obat antikholinergik digunakan untuk
mencegah salvasi dan sekresi bronkus sebagai respon terhadap objek kering didalam
mulut,seperti pipa nafas atau pipa trakea. Beberapa zat inhalasi juga mengiritasi dan
merangsang aktivitas sekretorik, tetapi zat-zat ini hamper tinggal riwayat saja.Reflek laring

bekerja aktif pada tingkatan ringan anestesi, dan saliva dalam jumlah kecil pun dapat
menyebabkan spasme laring.Pencegahan salvasi pun amat penting sebelum penggunaan
ketamin. Obat ini juga melindungi jantung dari aritmia.
Tujuan utama pemberian obat golongan ini untuk premedikasi adalah:1
a. Mengurasi sekresi kelenjar : saliva, saluran cerna dan saluran nafas
b. Mencegah spasme laring dan bronkus
c. Mengurangi motilitas usus
d. Mencegah bradikardi
e. Melawan efek depresi narkotik terhadap pusat nafas
Obat golongan antikholinergik yang digunakan dalam praktik anesthesia adalah
preparat Alkoloid Belladona, yang turunannya adalah sulfas atropine dan skopolamin.
Mekanisme kerja asetil kolin pada organ yang diinervasi oleh serabut otonom parasimpatis
atau serabut saraf yang mempunyai neurotransmitter asetil kolin.alkaloid belladonna
menghambat muskarinik secara kompetitif yang timbul oleh asetil kolin pada sel efektor
organ utama pada kelenjar eksorin, otot polos dan otot jantung.
Cara pemberian dan dosis yang diberikan :
a. Intramuskular, dosis 0,01 mg/kg BB, diberikan 30-45 menit sebelum induksi.
b. Intravena, dosis 0,005 mg/kg BB, diberikan 5-10 menit sebelum induksi.
Kontraindikasi
Alkaloid belladonna ini tidak diberikan pada pasien yang menderita : demam,
takikardi, glukoma dan tirotoksikosis.
2. Obat golongan sedative
Obat golongan sedative adalah obat-obat yang berkhasiat anti cemas dan
menimbulkan rasa kantuk. Tujuan pemberian obat-obat golongan ini adalah untuk
memberikan susasana nyaman bagi pasien prabedah, bebas dari rasa cemas dan takut,

sehingga pasien menjadi tidak peduli dengan lingkungannya. Untuk keperluan ini, obat
golongan sedative / tranquilizer yang sering digunakan adalah :
a.
b.
c.
d.
e.

Derivat fenothiazin (prometazin)


Derivate benzodiasepin (diazepam dan midazolam)
Derivate butirofenon (dehidrobenzperidol)
Derivate barbiturate (pentobarbital)
Antihistamin (derivate defenhidramin)

3. Obat golongan analgetik narkotik


Berdasarkan struktur kimia, analgetik narkotik atau opioid, dibedakan menjadi 3
kelompok :
a. Alkaloid opium : morfin dan kodein
b. Derivate semisintetik : diasetilmorfin (heroin), hidromorfin, oksimorfon,
hidrokodon dan oksikodon.
c. Derivate sintetik
Fenilpiperidine
Benzmorfans
Morfinans
Propionanilides
Tramadol

: petidin, fentanil, sulfentanil dan alfentanil


: pentazosin, fenazosin dan siklazosin
: lavorvanol
: metadon

Sebagai analgetik, opioid bekerja secara sentral pada reseptor-reseptor opioid yang
diketahui ada 4 reseptor, yaitu:
a. Reseptor Mu
Morpin bekerja secara agonis pada reseptor ini. Stimulasi pada reseptor ini
menyebabkan analgesia, rasa segar, euphoria, dan depresi respirasi.
b. Reseptor Kappa
Stimulasi reseptor ini menyebabkan analgesia, sedasi dan anesthesia.Morpin
bekerja pada reseptor ini.
c. Reseptor Sigma
Stimulasi reseptor ini menimbulkan perasaan disforia, halusinasi, pupil
midriasis dan stimulasi respirasi.
d. Reseptor Beta

Pada manusia peran reseptor ini belum diketahui dengan jelas.Diduga


memperkuat reseptor Mu.
Golongan narkotik yang sering digunakan sebagai obat premedikasi adalah petidin
dan morfin.Sedangkan fentanil digunakan sebagai suplemen anesthesia.Morfin mempunyai
kekuatan 10 kali petidin, yang artinya dosis morpin sepersepuluh petidin, sedangkan fentanil
100 kali dari petidin. Untuk premedikasi, petidin diberikan intramuscular dengan dosis 1
mg/kg BB atau intravena 0,5 mg/kg BB, sedangkan morpin sepersepuluh petidin, sedangkan
fentanil seperseratus petidin.
Pemberian narkotik harus hati-hati pada pasien orang tua atau bayi dan keadaan
umum yang buruk.Tidak boleh diberikan pada pasien yang mendapatkan preparat
penghambat monoamine oksidase, pasien asma dan penderita penyakit hati.
Efek samping dan tanda intoksikasi dari penggunaan narkotik ini adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Memperpanjang masa pulih anesthesia


Depresi pusat nafas
Pupil miosis
Spasme bronkus pada pasien asama terutama akibat morpin
Kolik abdomen akibat spasme sfinter kandung kemih
Mual muntah dan hipersalivasi
Gatal-gatal seluruh tubuh.

Beberapa obat pilihan premedikasi yang paling disukai antara lain:

INDUKSI ANASTESI

Induksi anastesi ialah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak
sadar sehingga memungkinkan dimulainya anesthesia dan pembedahan.
Untuk persiapan indukai anestesia sebaiknya kita ingat kata STATICS :

S = Scope

Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung. LaringoScope. Pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien.
Lampu harus cukup terang.

T = tubes

Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan >
5 tahun dengan balon (cuffed).

A = Airway

Pipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung


faring (naso tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat
pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan
nafas.

T = Tape

Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.

I = Introducer

Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah
dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.

C = Connector

Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia.

S = Suction

Penyedot lendir, ludah dan lain lainnya.

Jenis dan cara pemberian obat anestesi umum:


a. Melalui Intravena
Obat-obat anestesia intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur
intravena, baik obat berkhasiat hipnotik, ataupun analgetik maupun pelumpuh otot.
Setelah masuk kedalam pembuluh darah vena, obat-obat ini akan diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh melalui sirkulasi umum, selanjutnya akan menuju ke target organ masingmasing dan akhirnya dieksresikan, sesuai dengan farmakokinetiknnya masing-masing.

1. Benzodiazepine
Anggota tertentu dalam kelompok obat sedative hypnosis seperti diazepam,
lorazepam, dan midazolam, yang dipergunakan pada prosedur anestesi (dasar-dasar
farmakologi benzodiazepin) diazepam dan lorazepan tidak larut dalam air dan penggunaan
intravenanya memerlukan vehikulum yang tidak encer, sehingga pemberian intravena dapat
menyebabkan iritasi luka. Formulasi mudah larut dalam air dan kurang iritasi tetapi mudah
larut dalam lemak pada pH fisiologis serta mudah melewati pembuluh darah otak.
efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi gamma-aminobutyric acid
(GABA) sebagai neurotransmitter penghambat sistem kanal klorida terbuka dan terjadi
hiperpolarisasi post sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik membrane sel tidak
dapat dieksitasi. hal ini menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi
alkohol, antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal.

2. Anestesi analgesik opioid


Dosis besar analgesik opioid telah digunakan untuk anestetik umum, terutana pada
penderita operasi jantung atau operasi besar lainnya ketika sirkulasi dalam keadaan minimal.
Pemberian morfin, secara intravena dengan dosis 1 sampai 3 per kg digunakan dalam
keadaan sirkulasi yang berat.Diberikan dosis tinggi, tak menggangu kardiovaskular, sehingga
banyak digunakan untuk pasien dengan kelainan jantung.Untuk induksi dosis 2050mg/kgBB, rumatan dosis 0,3-1 mg/kgBB/mnt.

2. Etomidat : Etomidat merupakan imidazol karboksilasi yang digunakan untuk induksi


anestesi dan teknik anestesi secara seimbang yang tidak boleh diberikan untuk jangka
lama. Kelebihan utama dari anestestik ini yaitu depresi kardiovaskular dan respirasi yang
minimal.

3. Ketamin : Ketamin menimbulkan anestesi disosiatif yang ditandai dengan kataton,


amnesia, dan analgesia. Mekanisme kerjanya adalah dengan cara menghambat efek
membrane eksitator neurotrasmiter asam glutamate pada subtype reseptor.Kurang
disenangi karena sering takikardi, HT, hipersalivasi, nyeri kepala. Paska anestesi mual,
muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk. Dosis bolus iv 1-2mg/kgBB, im 310mg/kgBB.Dikemas dalam cairan bening kepekatan 5%, 10%, 1%.
4. Propofol : Merupakan derivate fenol dengan nama kimia di-iso profil fenol.pertama kali
digunakan pada tahun 1977 sebagai obat induksi. Berbentuk cairan berwarna putih seperti
susu, tidak larut dalam air dan bersifat asam. Dikemas dalam bentuk ampul, berisi
20ml/ampul, yang mengandung 10mg/ml. pemberian dosis 2mg/kg BB, pemulihan
kesadaran berlangsung cepat, pasien akan bangun setelah 4-5 menit tanpa efek samping.
Farmakokinetik: Propofol didegradasi di hati melalui metabolisme oksidatif hepatic oleh
cytochrome P-450. namun, metabolismenya tidak hanya dipengaruhi hepatic tetapi juga
ekstrahepatik. Metabolisme hepatic lebih cepat dan lebih banyak menimbulkan inaktivasi
obat dan terlarut air sementara metabolisme asam glukoronat diekskresikan melalui
ginjal. kurang dari 0,3% dosis obat diekskresikan melalui urin.
6. Fentanil : merupakan obat narkotik sintetik yang paling banyak digunakan. Mempunyai
potensi 1000 kali lebih kuat dari petidin atau 50-100 kali lebih kuat dari morpin.Mulai kerja
dan masa kerjanya cepat.Pada awal digunakan sebagai obat analgesia nerolept yang di
kombinasikan dengan droperidol.Untuk analgesia dosis, 1-2ug/kg BB, diberikan IM.Untuk
induksi anesthesia, 100-200ug/kg BB secara intravena, dan untuk suplemen analgesia, 1-2
ug/kg BB, secara intravena.

b. Intramuscular: Tiopental : anestesi injeksi pada pembedahan kecil seperti di mulut, efek
samping menekan pernafasan.

c. Melalui inhalasi
Obat anesthesia inhalasi adalah obat-obat anesthesia yang berupa gas atau cairan
mudah menguap, yang diberikan melalui pernafasan pasien. Campuran gas atau uap obat
anesthesia dan oksigen masuk melalui aliran udara inspirasi, mengisi seluruhrongga paru,
selanjutnya mengalami difusi dari alveoli ke kapiler paru sesuai dengan sifat fisik masingmasing gas.
Berdasarkan kemasannya, obat anesthesia umum inhalasi dibagi atas 2 macam:
1. Obat anesthesia umum inhalasi yang berupa cairan yang mudah menguap, yaitu:
1. Derivat halogen hidro karbon
a. Halotan
b. Trikhloroetilin
c. Chloroform
2. Derivat eter
a. Dietil eter
b. Metoksifluran
c. Enfluran
d. Isofluran
2. Obat anesthesia umum inhalasi yang berupa gas
a. Nitrous oksida
b. Siklopropan
1. Halotan : Merupakan cairan tidak berwarna, berbau harum tidak mudah terbakar atau
meledak, tidak iritatif dan tidak tahan terhadap sinar matahari. Apabila kena sinar
matahari, akan mengalami dekomposisi.Efek sampingnya yaitu dengan menekan
pernafasan, aritmia, dan hipotensi. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara
inspirasi adalah 2,0-3,0% bersama-sama dengan N2O.
2. Isofluran : Merupakan halogenasi eter, dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna,
tidak eksplosif, tidak mengandung zat pengawet dan relative tidak larut dalam darah tepi
cukup iritatif terhadap jalan nafas sehingga pada saat induksi sering menimbulkan batuk
dan tahan nafas. Proses induksi dan pemulihannya relative cepat dibandingkan dengan
obat-obat anesthesia inhalasi yang ada pada saat ini tapi masih lebih lambat

dibandingkan dengan sevofluran. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara
inspirasi adalah 2,0-3,0% bersama N2O.
3. Nitrous Oksida (N2O)
merupakan gas tak berwarna, berbau harum manis, tidak mudah terbakar dan tidak
mudah meledak tetapi membantu proses kebakaran akibat gas lain. Dalam praktek
anesthesia, N2O digunakan sebagai obat dasar dari anesthesia umum inhalasi dan selalu
dikombinasikan dengan oksigen dengan perbandingan antaraN2O : O2= 70:30 (pasien
normal), 60:40 (untuk pasien yang memerlukan tunjangan oksigen lebih banyak), 50:50
(untuk pasien yang beresiko tinggi).
Cara kerja :
- N2O tidak terikat pada Hb tetapi terikat langsung di plasma, tidak bereaksi
-

dengan jaringan ikat tubuh atau kimia


sifat anesthetik yang disebabkannya mungkin karena lepasnya ikatan O 2 dari sel-

sel otak
dengan campuran 20% O2 dan 80% N2O, analgetiknya lebih kuat bila

dibandingkan dengan 20% N2O dan 80% O2


sifat anestheticnya pada umumnya cukup dengan perbandingan O 2 : N2O (masingmasing 50%)

Side efect :
-

mempercepat depresi obat-obat thio pentone terhadap respirasi


dapat terjadi ketulian post operatif karena perbedaan daya larut N 2O dan N2 di

telinga tengah
dapat terjadi anastesi yang lama jika terjadi difusi gas ke dalam rongga usus /
pleura

Anda mungkin juga menyukai