Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

BANK BAGI HASIL


1.

Dasar Hukum

Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang


nomor 7 tahun 1992 tentang perbankann pasal 1 ayat 3 menetapkan bahwa salah satu
bentuk usaha bank adalah : menyediakan atau melakukan kegiatan lain berdsarkan
prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia memuat :
Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip syariah
Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah
Persyaratan bagi pembukaan kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
Bank umum yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dapat juga
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah melalui :
Pendirian kantor cabang atau kantor di bawah cabang
Pengubahan kantor cabang atau kantor di bawah cabang yang melakukan kegiatan
usaha secara konvensional menjadi kantor yang melakukan kegiatan secara syariah
2.

Pengertian

Ditinjau dari segi imbalan dan jasa atas penggunaan dana, baik simpanan maupun
pinjaman, bank dapat dibedakan menjadi :
A. Bank konvensional : bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun
dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan berupa
bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode
tertentu. Persentase tersebut biasanya ditetapkan pertahun
2. Bank Syariah: bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana
maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan
imbalan atas dasar prinsip syariah / Islam yaitu jual beli bagi hasil
3.

Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah


Perbedaan falsafah
Bank Syariah : tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya.
Untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan adalah jual
beli kemitraan.
Bank konvensional : melaksanakan sistem bunga
Konsep pengelolaan Dana Nasabah
Bank Syariah : dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi.
Dana titipan berarti kapan saja nasabah membutuhkan, bank syariah harus
memenuhinya.
Dana investasi : berdasarkan falsafah kemitraan, keuntungan dari pemanfaatan
dana nasabah disalurkan kedalam berbagai kegiatan. Jika hasil usaha semakin

tinggi maka semakin besar pula keuntungan yang dibagikan kepada nasabahnya.
Jika keuntungannya kecil otomatis semakin kecil pula keuntungan yang dibagikan
kepada nasabahnya.
Bank konvensional : dana nasabah dikelola dalam bentuk deposito, upaya
membungakan uang.
Kewajiban mengelola zakat
Bank syariah : bank syariah diwajibkan menjadi pengelola zakat, menghimpun,
mengadministrasikannya dan mendistribusikannya .
Struktur Organisasi
Bank syariah : Diharuskan adanya dewan pengawas syariah (DPS). DPS
bertugas mengawasi segala aktivitas bank agar selalu sesuai dengan prinsipprinsip syariah. Dewan Pengawas Nasional (DPN) membawahi DPS. DSN dapat
memberikan teguran jika lembaga yang bersangkutan menyimpang.

Secara ringkas perbedaan antara bank syariah dengan bank konvenisonal dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
No
1.

Bank Syariah
Berinvestasi pada uasah yang halal

Bank Konvensional
Bebas Nilai

2.

Atas dasar bagi hasil, margin Sistem bunga


keuntungan dan free

3.

Besaran bagi hasil berubah-ubah Besarnya tetap


tergantung kinerja usaha

4.

Profit dan falah oriented

Profit oriented

5.

Pola hubungan kemitraan

Hubungan debitur-kreditur

6.

Ada dewan Pengawas Syariah

Tidak ada lembaga sejenis

Perbandingan sistem bunga pada bank konvensional dan bagi hasil pada bank
konvensional adalah:
NO
1.

2.

Sistem Bunga

Sistem Bagi Hasil

Penentuan suku bunga dibuat pada Penentuan besarnya resiko bagi hasil
waktu akad dengan pedoman harus dibuat pada waktu akad dengan
selalu untung untuk pihak bank
berpedoman pada kemungkinan untung
atau rugi.
Besarnya persentase berdasarkan Besarnya rasio (nisbah) bagi hasil
pada jumlah uang (modal) yang berdasarkan pada jumlah keuntungan yang
dipinjamkan
diperoleh

3.

4.
5.

Tidak tergantung pada kinerja usaha.


Jumlah pembayaran bunga tidak
mengikat
meskipun
jumlah
keuntungan berlipat ganda saat
keadaan ekonomi baik
Eksistensi
bunga
diragukan
kehalalannya oleh semua agama
termasuk Islam
Pembayaran bunga tetap seperti
yang dijanjikan tanpa pertimbangan
proyek yang dijalankan oleh pihak
nasabah untung atau rugi

3.Tergantung pada kinerja usaha. Jumlah


pembagian bagi hasil meningkat sesuai
dengan peningkatan jumlah pendapatan.
4. Tidak ada agama yang meragukan
keabsahan bagi hasil
5. Bagi hasil tergantung kepada
keuntungan proyek yang dijalankan. Jika
proyek itu tidak mendapatkan keuntungan
maka kerugian akan ditanggung bersama
oleh kedua belah pihak.

Dewan Pengawas, Dewan Komisaris dan Direksi


Dewan Pengawas Syariah
: Dewan Yang bersifat independen. Yang dibentuk
oleh Dewan Syariah Nasional dan ditempatkan pada bank yang melakukan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah dengan tugas yang diatur oleh Dewan Syariah
Nasional. Dewan Pengawas Syariah wajib mengikuti fatwa Dewan Syariah Nasional.
Anggota dewan komisaris dan Direksi wajib :
Tidak termasuk dalam daftar orang tercela di bidang perbankan sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia
Memiliki kemampuan dalam menjalankan tugasnya
Menurut penilaian Bank Indonesia yang bersangkutan memiliki integritas yang baik
Integritas yang baik diartikan sbb:
Memilki akhlak dan moral yang baik
Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku
Memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan operasional bank yang
sehat
Dinilai layak dan wajar untuk menjadi anggota dewan komisaris dan direksi bank
WNA sebagai anggota dewan komisaris dan direksi :
Dapat menempatkan warga negara asing sebagai anggota dewan komisaris dan
direksi
Di antara anggota dewan komisaris dan direksi bank, sekurangnya 1 orang anggota
dewan komisaris dan I anggota direksi yang WNI
Jumlah anggota dewan komisaris sekurang-kurangya 2 orang, yang memiliki
pengetahuan di bidang perbankan
4.

Kegiatan Usaha Bank Syariah


Hiwalah
Akad pemindahan piutang nasabah (Muhil) kepada Bank (Muhalalaih) dari nasabah
lain (Muhal). Muhil meminta muhalalaih untuk membayarkan terlabih dahulu piutang

yang timbul dari jual beli. Pada saat piutang tersebut jatuh tempo, muhal akan
membayar kepada Muhalalaih dan Muhalalaih akan memperoleh imbalan sebagai
jasa pemindahan piutang
Ijarah
Akad sewa-menyewa barang antara bank (Muajir) dengan penyewa (Mustajir).
Setelah masa sewa berakhir barang sewaan dikembalikan kepada muaajir
Ijarah Wa iqtina
Akad sewa-menyewa barang antara bank (Muaajir) dengan penyewa (Mustajir) yang
diikuti janji bahwa pada saat yang ditentukan kepemilikan barang sewaan akan
berpindah kepada mustajir
Istishna
Akad jual beli barang (Mashnu) antara pemesan (Mustashni) dengan penerima
pesanan (Shani). Spesifikasi, harga barang disepakati di awal akad dan pembayaran
dilakukan secara bertahap.
Kafalah
Akad pemberian jaminan (Makful alaih) yang diberikan satu pihak kepada pihak lain
di mana pemberi jaminan (Kafil) bertanggungjawab atas pembayaran kembali suatu
utang yang menjadi hak penerima jaminan (Makful)
Mudharabah
Akad antara pemilik modal (Shahibul Maal) dengan pengelola (Mudharib) untuk
memperoleh pendapatan atau keuntungan.Pendapatan atau keuntungan
Murabahah
Akad jual beli antara bank dengan nasabah. Bank memberi barang yang diperlukan
nasabah yang bersangkutan sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan yang
sepakati
Musyarakah
Akad kerja sama usaha patungan antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk
membiayai suatu jenis usaha yang halal dan produktif.
Qardh
Akad pinjaman dari bank (Muqridh) kepada pihak tertentu (Muqtaridh) yang wajib
dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.
Al Qard Ul Hasan
Akad pinjaman dari bank (Muqridh) kepada pihak tertentu (Muqtaridh) untuk tujuan
sosial yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman
Al Rahn
Akad penyerahan barang harta (Marhun) dan nasabah (Rahin) kepada Bank
(Murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh utang
Salam
Akad jual beli barang pesanan (Muslam fiih) antara pembeli (muslam) dengan
penjual (muslamilaih).
Sharf
Akad jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya
Ujr
Imbalan yang diberikan atau yang diminta atas suatu pekerjaan yang dilakukan

Wadiah
Akad penitipan barang/uang antara pihak yang mempunyai barang/uang dengan
pihak
yang
diberi
kepercayaan
dengan
tujuan
untuk
menjaga
keselamatan,keamanan,serta keutuhan barang/uang.
Wakalah
Akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa (muakkil) kepada penerima kuasa (wakil)
untuk melaksanakan suatu tugas (Taukil) atas nama pemberi kuasa.
Kegiatan Usaha
Bank wajib menerapkan prinsip syariah dalam melakukan kegiatan usahanya
yang meliputi :
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi :
Giro berdasarkan prinsip wadiah
Tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah
Bentuk lain berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah

Melakukan penyaluran dana melalui :


Transaksi jual beli berdasarkan prinsip murabahah,istishna,ijarah,salam, dan jual
beli lainnya.
Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip murabahah,istishna,ijarah,salam, dan
bagi hasil lainnya.
Membeli surat-surat berharga pemerintah atau Bank Indonesia

Memberikan jasa
Memindahkan uang untuk kepentingan diri sendiri atau nasabah berdasarkan
prinsip wakalah
Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan
melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip
wakalah
Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga
berdasarkan prinsip wadiah yang amanah
Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk kepentingan
pihaka lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah
Melakukan pemnempatan dana dari nasabah ke nasabah lain dalam bentuk surat
berharga yang tidak tercatat di bursa efek berdasrkan prinsip ujr
Melakukan kegiatan usaha kartu debet berdasarkan prinsip ujr
Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan prinsip wakalah

Melakukan kegiatan lain seperti :


Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan prinsip harf

Melakukan kegiatan penyertaan modal berdasarkan prinsip musyarakah atau


mudharabah pada bank atau pentyertaan lain
Bertindak sebagai pendiri dana pensuin dan pengurus dana pensiun berdasarkan
prinsip syariah sesuai dengan ketentuan dalam perundang-undangan yang berlaku
Bank dapat bertindak sebagai lembaga baitul mal yaitu menerima dana yang
berasal dari zakat,infak,shadaqah,wakaf,hibah dan dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada yang berhak

Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang disetujui oleh Dewan
Syariah Nasional
Kepemilikan Bank Syariah

Modal sendiri bersih :


Penjumlahan dari modal disetor, cadangan dan laba dikurangi penyertaan dan
kerugian bagi badan hukum persereon terbatas / perusahaan daerah
Penjumlahan dari simpanan pokok, simpanan wajib, hibah, modal penyertaan, dana
cadangan, sisa hasil usaha dikurangi penyertaan dan kerugian bagi badan hukum dan
koperasi
Sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan bank berdasarkan prinsip
syariah dilarang :
Berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank atau
pihak lain di Indonesia
Berasal dari sumber yang diharamkan menurut prinsip syariah termasuk dari dana
untuk tujuan pencucian uang (money Laundering)
Yang dapat menjadi pemilik syariah adalah pihak-pihak yang :
Tidak termasuk dalam daftarorang tercela di bidang perbankan sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia
Pemilik bank memiliki integritas yarng baik antara lain: pihak-pihak yang memiliki
akhlak dan moral yang baik, mematuhi perundang-undangan yang berlaku, memiliki
komitmen yang tinggi terhadap pengembangan operasional bank yang sehat serta
dinilai dinilai layak dan wajar untuk menjadi pemegang saham bank

Anda mungkin juga menyukai