Anda di halaman 1dari 10

KEKACAUAN MENTAL AKUT

(DELIRIUM)

DELIRIUM (KEKACAUAN MENTAL AKUT)

Delirium merupakan sindroma mental organik akut yang berakibat


hendaya kognitif yang menyeluruh.

Delirium dianggap satu pertanda disfungsi otak akut dan oleh sebab itu
suatu kedaruratan medik. Gangguan fungsi atau metabolisme otak secara
umum atau karena keracunan yang menghambat metabolisme otak
menyebabkan timbulnya keluhan utama berupa penurunan kesadaran,
sehingga penderita tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi
dengan baik, bicaranya inkoheren, bingung, cemas, gelisah dan panik.
Kondisi ini dapat terjadi pada semua usia namun yang paling sering pada
usia diatas 60 tahun

ETIOLOGI
1.

Penyebab Intrakranial

2.

Penyebab Ekstrakranial
.

Obat-obatan (meggunakan atau putus obat)

Racun

Disfungsi Endokrin (hipofungsi atau hiperfungsi)

Penyakit organ non endokron (HATI, PARU, SISTEM


KARDIAVASKULAR)
Penyakit Defisiensi Tiamin, asam nikotinik, vit B12 atau asam
folat

Infeksi sistemik dengan demam dan sepsis

Keadaan pascaoperatif

Trauma (kepala atau seluruh tubuh)

TANDA DAN GEJALA


1. Gangguan kesadaran (clouding of conciousness)
2.

Gangguan persepsi (ilusi, halusinasi terutama halusinasi


penglihatan).

3.

Gangguan orientasi, mula-mula disorientasi waktu.

4. Gangguan proses pikir dan pembicaraan (gangguan


konsentrasi, perseverasi, flight of ideas, inkoherensi,
delusi).
5. Gangguan memori.
6. Gangguan afek.
7. Gangguan psikomotor.
8. Disfungsi otonomik, sulit kontrol BAK.
9. Gangguan siklus tidur bangun.

DIAGNOSA BANDING

Delirium harus dibedakan dari penyakit atau


sindrom mental organik lainnya seperti :
1.

Demensia

2.

Gangguan psikotik/skizofrenia

3.

Depresi

4.

Keadaan putus zat dengan delirium

ASKEP PADA LANSIA DENGAN


KEKACAUAN MENTAL AKUT
(DELIRIUM)
A.

Pengkajian
1.

Identitas

2.

Keluhan utama

3.

Faktor predisposisi

4.

Pemeriksaan fisik

5.

Psikososial (genogram, konsep diri, hubungan sosial


dan spiritual)

6.

Status mental

7.

Kebutuhan klien sehari hari

8.

Mekanisme koping

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan


lingkungan berhubungan dengan berespon pada pikiran delusi dan
halusinasi.

2.

Koping individu yang tidak efektif berhubungan dengan


ketidakmampuan cara mengekspresikan secara konstruktif.

3.

Perubahahn proses berpikir berhubungan dengan ketidakmampuan


untuk mempercayai orang

4.

Risiko terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake yang kurang, status emosional yang
meningkat.

LANJUTAN ...
5. Kesukaran komunikasi verbal berhubungan dengan pola komunikasi
yang tak logis atau inkohern dan efek samping obat-obatan, tekanan
bicara dan hiperaktivitas.
6. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem
penbdukung yang tidak adequat.
7. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang
menurun
8. Perubahan pola tidur berhubungan dengan hiperaktivitas, respon tubuh
pada halusinasi.
9. Ketidaktahuan keluarga dan klien tentang efek samping obat
antipsikotik berhubungan dengan kurangnya informasi.

INTERVENSI
1.

Ciptakan lingkungan psikososial : sikap perawat yang bersahabat, penuh


perhatian, lembuh dan hangat) Bina hubungan saling percaya (menyapa
klien dengan rama memanggil nama klien, jujur , tepat janji, empati dan
menghargai. Tunjukkan perwat yang bertanggung jawab.

2.

Amati klien akan adanya EPS, Pantau keluaran urine,dan glukosa urin

3.

Dukung klien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai dengan


tingkat kemampuan kien.

4.

Kolaborasi pemberian obat-obatan antipsikotik sesuai dengan program


terapi (pantau keefektifan dan efek samping obat).

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai