Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengacu pada Kurikulum Pendidikan Progam Studi Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta, mahasiswa Teknik Pertambangan yang
menempuh semester IV diwajibkan untuk mengikuti matakuliah Ekskursi
Industri Tambang atau Kuliah Lapangan II dengan agenda kegiatan utama
adalah kunjungan ke beberapa industri berbasis pertambangan yang ada di
Indonesia. Kegiatan Ekskursi Industri Tambang ini mempunyai bobot I sks.
Seiring dengan industri pertambangan yang selalu berkembang, Program
Studi Teknik Pertambangan, berupaya memberikan bekal kepada mahasiswa
sesuai dengan kebutuhan industri, sehingga dapat menghasilkan sarjana
Teknik Pertambangan yang unggul, berkualitas, dan profesional.
Di dalam kegiatan ini, mahasiswa diperkenalkan secara langsung kegiatan
pertambangan, sehingga diharapkan dapat membantu pemahaman lebih lanjut
dalam matakuliah Pengantar Teknologi Mineral (PTM) dan mata kuliah yang
lain yang telah di tempuh pada semester sebelumnya.\

1.2 Maksud dan Tujuan


Ekskursi Industri Tambang ini dimaksudkan untuk mengenalkan secara
langsung kepada mahasiswa tentang macam pekerjaan di perusahaanperusahaan tambang, sehingga mahasiswa mengetahui cara penggalian,
pemuatan, pengangkutan, pengolahan, pemasaran beberapa jenis bahan galian,
serta pengolahan lingkungan tambang.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran secara langsung
kepada mahasiswa tentang pekerjaan sarjana tambang di lapangan, sehingga
mereka dapat menentukan sikap dalam menekuni pendidikan di bidang
pertambangan dan dapat ketika sudah bekerja di lingkungan tambang. Dengan
adanya ekskursi ini diharapkan mahasiswa dapat membandingkan antara teori
dalam perkuliahan yang di peroleh dari proses perkuliahan dengan keadaan
langsung sebenarnya di lapangan.

Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <1>

1.3 Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan Ekskursi Industri Tambang (Kuliah Lapangan 2) ini diadakan
pada tanggal 23-25 Maret 2015 pada gelombang pertama dengan obyek yang
dikunjingi meliputi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Barat.
Kegitan Ekskursi Industri Tambang TA. 2014/2015 (tahun 2015) ini
dilaksanakan dengan kunjungan ke PT. Jogja Magasa Iron (PT. JMI) terletak
di Kulon Progo yang akan melakukan penambangan dan pengolahan Pasir
Besi di Kecamatan Temon Kulon Progo. Di daerah Jawa Barat yang
dikunjungi Pusat Penelitian dan Pengembangan Mineral dan Batubara
(tekMIRA) yang beralamat di jalan jendral sudriman 625 Bandung, tekMIRA
Cimahi dan tekMIRA Cirebon. Kita juga mengunjungi juga obyek
penambangan dan pengolahan batu andesit di PT. Penghegar yang terletak di
Desa Lagadar Kecamatan Leuwi Gajah Kabupaten Bandung Propinsi Jawa
Barat.

Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <2>

BAB II
PENAMBANGAN PASIR BESI PT. JMI
2.1 Profile Perusahaan
PT. Jogja Magasa Iron (JMI) merupakan industri pertambangan pasir besi
yang terintegrasi dengan pengolahannya sampai menjadi produknya, yaitu Pig
Iron. Pig iron adalah produk menengah peleburan bijih besi dengan bahan
bakar yang tinggi-karbon seperti coke, biasanya dengan kapur sebagai fluks.
Ini adalah besi cair dari tanur, yang merupakan tungku berbentuk silinder
besar dan didakwa dengan bijih besi, kokas, dan batu kapur. PT. JMI
mempunyai kantor di dekat stadion mandala krida, sedangkan pabriknya
berlokasi kurang lebih 55 km di selatan kota Yogyakarta di Desa Karangwuni
Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo, dengan luas konsesi 2,977 Ha.
PT. JMI pada tahun 2005 melakukan Prospeksi dengan studi literatur dari
penyelidikan sebelumnya oleh Government of Australia, May 1973; AMDEL
Aneka Tambang, Oct 1973; Davy Mickey Ltd & Lurgi. Lalu dilanjutkan
eksplorasi pada tahun 2006 dengan pemboran eksplorsi; Pengambilan conto
per meter kedalaman; analisa parameter kualitas; pemetaan topografi & collar
bor; kajian hidrologi & hidrologi awal. Saat ini PT. Jogja Magasa Iron (JMI)
mencapai tahap konstruksi sesuai SK Mentri ESDM No: 899.K/30/DJB/2012
tanggal 18 Oktober 2012 berlaku surut sejak tanggal 26 April 2012 tentang
permulaan Tahap Kegiatan Konstruksi Wilayah Kontrak Karya PT. Jogja
Magasa Iron.
Visi dan Misi PT. Jogja Magasa Iron
VISI :
Menjadi produsen pig iron dan produk turunan pasir besi lainnya yang
terbesar di Indonesia yang membawa nilai tambah dan kemakmuran bagi dunia
usaha, komunitas sekitarnya serta bangsa dan negara.
MISI :
Melakukan eksplorasi, akusisi dan pengembangan usaha yang membuka
potensi pasir besi serta mendirikan industri besi baja dan logam dengan biaya
produksi rendah

Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <3>

2.2 Genesa Pasir Besi


Pasir besi adalah pasir yang mengandung konsentrasi besi cukup
signifikan. Pasir ini biasanya berwarna abu-abu gelap atau berwarna
kehitaman. Pasir ini terdiri dari magnetit, Fe3O4, dan juga mengandung
sejumlah kecil titanium, silika, mangan, kalsium, vanadium serta mineral yang
lain. Pasir besi memiliki kemampuan untuk menyerap banyak kalor di bawah
sinar matahari langsung, karena kandungan dan warnanya sehingga dapat
menyebabkan suhu yang cukup tinggi untuk menyebabkan luka bakar ringan.
Komposisi Kimia Pasir Besi
Pasir besi mengandung mineral besi utama yaitu titanomagnetite dengan
sedikit magnetite dan hematite yang disertai dengan mineral pengotor yang
memiliki unsur dominan Alumunium, silicon dan vanadium. Unsur-unsur ini
biasa ditulis di sertifikat dengan Al2O3, SiO2 dan V2O5. Pengotor lainnya yang
biasa terdapat dalam pasir besi adalah fosfor dan sulfur.

Tabel 1. Komposisi Kimia Pasir Besi


Diagram Alir Pengolahan Pasir Besi

Mineral besi utama dalam pasir besi memiliki sifat kemagnetan yang
tinggi sedangkan mineral pengotornya memiliki sifat kemagnetan yang rendah
sehingga mineral besi dan pengotornya memiliki selisih kemagnetan yang tinggi.
Perbedaan sifat kemagnetan inilah yang menjadikan magnetic separator menjadi
alat konsentrasi yang cocok, efektif, dan efisien.
Beberapa alat konsentrator lain yang biasa digunakan dalam pengolahan
pasir besi adalah spiral konsentrator atau palong, sluice box. Alat ini
memanfaatkan perbedaan sifat fisik densitas. Prinsip pemisahannya berdasarkan
pada perilaku partikel dalam aliran fluida tipis. Konsentrasi dengan alat ini
biasanya dilakukan diawal pengolahan.
Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <4>

Sifat kemagnetan mineral besi dalam pasir besi sangat kuat, sehingga
operasi konsentrasinya dapat menggunakan magnetic separator dengan intensitas
rendah, kurang dari 1200 gauss. Sebagian pasir besi terdapat di daerah pesisir atau
pantai, oleh karenanya pengolahan selalu dilakukan dengan metoda basah,
ditambahkan air dengan perbandingan tertentu.

Gambar 1. Diagram Alir Konsentrasi Pasir Besi

Gambar 1 menunjukkan salah satu contoh pengolahan pasir besi dengan kadar Fe
awal 37 persen. Pengolahan menggunakan dua tahap pemisahan dengan magnetic
separator tipe double drum. Dari pengolahan ini diperoleh Konsentrat akhir yang
mengandung Fe sebesar 56 persen.
Pengaruh Jumlah Tahapan Konsentrasi Terhadap Kadar Konsentrat
Peningkatan Kadar Fe dengan menggunakan magnetic separator dilakukan
dengan melalui beberapa tahapan. Pada tahapan awal, biasanya menggunakan
magnetic separator dengan intensitas tinggi. Hal ini untuk mendapatkan atau
mengambil Fe dalam mineral besi setinggi mungkin. Pada tahap berikutnya
digunakan intesitas magnet yang lebih rendah, agar mendapatkan kadar yang
tinggi.

Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <5>

Gambar 2. Pengaruh Jumlah Tahap Konsentrasi Pada Kadar Fe Di Konsentrat,


MS.1 = Magnetic Separator Ke Satu, MS.4 = Magnetic Separator Ke Empat

Pada Gambar 2 ditunjukkan pengaruh jumlah tahapan konsentrasi yang


menggunakan magnetic separator, mulai dari satu tahap, artinya pengolahan hanya
menggunakan satu magnetic separator. Sampai konsentrasi menggunakan empat
tahap, artinya pengolahan menggunakan empat magnetic separator secara seri.
Dari gambar dapat diketahui jika pemisahan hanya mengunakan satu magnetic
separator, maka konsentrat akan mengandung Fe sebesar 36 persen. Namun jika
pemisahan menggunakan empat magnetic separator, maka konsentrat akan
memiliki kandungan Fe sekitar 56 persen. Pasir besi sebagai umpan memiliki
kandungan Fe awal sekitar 21 persen.
Mineral Besi Dan Kandungan Unsur Ti
Unsur logam yang terikat dalam mineral besi adalah Titan, yang membentuk
mineral titanomagnetite. Dengan demikian operasi konsentrasi, selain menaikkan
unsure Fe, secara alami unsur Ti juga ikut naik. Kehadiran Ti dalam mineral besi
ini tentunya akan membatasi kandungan maksimum dari unsur Fe. Setiap
kenaikan Fe akan diikuti oleh kenaikan unsurTi. Setelah operasi konsentrasi Fe
dapat naik menjadi sekitar 58 sampai 61 persen dengan kandungan Ti sekitar 3
sampai 5 persen.
Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <6>

Gambar 3. Hubungan Kandungan Ti dan Fe Pada Pasir Besi


Mikroskopik Pasir Besi.
Keberhasilan pemisahan pasir besi sangat ditentukan oleh derajat liberasi dari
mineral besi dan gangue-nya. Derajat liberasi partikel mineral besi tergantung
pada ukuran partikelnya. Observasi mikroskop menunjukkan pada ukuran kasar
derajat liberasi mineral besi sangat rendah. Pada ukuran kasar Partikel mineral
besi dan gangue masih terikat dalam satu partikel. Parikel-partikel yang
mengadung mineral besi dan gangue disebut mineral middling. Kehadiran Mineral
middling akan berdampak pada kualitas pengolahan.

Gambar 4. Mineral Besi Pada Pasir Besi

Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <7>

Gambar 5 menunjukkan hubungan derajat liberasi dengan ukuran partikel pasir


besi. Pada ukuran kasar, 500 mikron pasir besi hanya memiliki derajat leberasi 54
persen. Artinnya hanya 54 persen mineral besi yang terbebas dari ikatan dengan
gangue mineral. Ada sekitar 46 persen mineral besi yang terikat dengan gangue
membentuk mineral middling. Derajat liberasi relatif tinggi pada pasir besi yang
berukuran kurang daripada 125 mikron. Hanya sekitar 8 persen mineral besi yang
terikat dengan gangue membentuk mineral middling.

Gambar 5. Hubungan Derajat Liberasi Dengan Ukuran Pasir Besi


Pengaruh Middling Mineral Terhadap Recovery Dan Kadar Fe Di
Konsentrat
Ketika pengolahan harus menghasilkan kadar Fe yang tinggi, maka middling
mineral harus masuk dalam jalur tailing. Hal ini akan menyebabkan sebagian
mineral besi, yaitu mineral besi yang terikat dengan gangue atau middling masuk
dalam jalur tailing. Hasil akhirnya adalah recovery Fe menjadi turun atau rendah.
Ketika pengolahan harus mendapatkan recovery Fe yang tinggi, maka mineral
middling akan masuk dalam konssentrat. Karena middling mineral mengikat
gangue mineral, maka konsentrat yang dihasilkan akan memiliki kadar Fe rendah.
Di sini sangat jelas bahwa middling mineral menjadi sangat kompromis dalam
pengolahan. Artinya jika mineral middling tetap seperti apa adanya maka, kadar
dan recovery akan menjadi saling berlawanan seperti yang ditunjukkan pada
Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <8>

Gambar 6. Dari Gambar 6 dapat dijelaskan, jika pengolahan pasir besi


mentargetkan kadar Fe sekitar 59 persen, maka Fe yang dapat direcover atau
diambil hanya sekitar 52 persen. Artinya sekitar 48 persen Fe akan masuk jalur
tailing. Sebaliknya, jika pengolahan pasir besi mentargetkan recoveri Fe sekitar 80
persen, maka konsentrat hanya akan memiliki kadar Fe sekitar 54 persen. Artinya
sejumlah mineral gangue, biasaanya dalam middling masuk jalur konsentrat.

Gambar 6. Hubungan Recovery Fe Dengan Kadar Fe Di Konsentrat


Hubungan Kadar Fe Konsentrat Dengan Ukuran Partikel Pasir Besi
Pengaruh ukuran partikel pasir besi terhadap kandungan Fe setelah dilakukan
konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah. Pada ukuran yang kasar sekitar
500 mikron, kandungan Fe adalah antara 38 48 persen. Sedangkan kandungan
Fe dapat mencapai 59 61 persen jika ukuran pasir besi yang diolah kurang dari
125 mikron.

Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <9>

Gambar 7. Pengaruh Ukuran Pasir Besi Terhadap Kadar Fe Dalam Konsentrat

Dari gambar diketahui, jika pasir besi yang diolah memiliki ukuran 100 sampai
500 mikron, maka kandungan Fe dalam konsentrat tidak akan pernah mencapai 61
persen. Kandungan Fe hanya akan mencapai angka 59 -61 persen, jika pasir besi
yang berukuran lebih besar daripada 125 mikron dikeluarkan dari proses
pengolahan dengan cara diayak. Tentu saja hal ini akan menyebabkan recovery
menjadi sangat rendah.
Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam pemanfaatannya
masih belum optimal. Di Indonesia pasir besi sampai saat ini masih terbatas hanya
digunakan sebagai bahan tambahan pada pabrik semen. Sedangkan pemanfaatan
pasir besi di luar negeri seperti di Negara Selandia Baru sudah digunakan sebagai
bahan baku pembuatan besi baja. Begitu juga dengan Negara Cina yang sudah
sejak lama menggunakan pasir besi sebagai bahan baku pembuatan besi baja.

Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <10>

BAB III

tekMIRA
3.1 Profile Perusahaan
tekMIRA merupakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Mineral dan
Batubara yang berada dibawah kementrian Sumberdaya Mineral Republik
Indonesia. tekMIRA memiliki kantor pusat di Jalan Jendral Sudirman 623
Bandung. tekMIRA memiliki Sentra Percontohan Pengolahan/Pemanfaatan
Mineral di Desa Citatah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat .
Sedangkan untuk peningkatan dan pengolahan Batubara tertletak di Palimanan
Cirebon Jawa Barat. Pada sentra pengolahan mineral dapat dilakukan
peningkatan kadar dan pemanfaatan dari berbagai mineral seperti terlihat pada
brosur-brosur berikut.
Tempat ini didirikan yang bertujuan untuk meneliti dan mengembangkan,
perekayasaan teknologi, penngkajian dan survey serta pelayanan jasa di
bidang mineral dan batu bara. Latar belakang didirikannya karena di Indonesia
bahan galian masih berkadar rendah, makan deprlukan teknologi untuk
memaksimalkan nilai jual. Juga diberlakukannya Undang-Undang Minerba
tahun No. 4, 2009 bahwa tidak boleh menjual bahan mentah.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara atau
dikenal dengan nama Puslitbang tekMIRA telah mengalami perjalanan yang
cukup panjang yang dimulai dari sebuah biro di bawah naungan Pusat
Djawatan Geologi dengan nama Balai Penyelidikan Mineral (1956).
Institusi tersebut kemudian berkembang dan mengalami beberapa kali
perubahan seperti yang terjadi pada 1976 menjadi Pusat Pengembangan
Teknologi Mineral (PPTM) sebagai penggabungan dari Balai Penelitian
Tambang dan Pengolahan Bahan Galian dengan Akademi Geologi dan
Pertambangan.
Pada 1992, Pusat Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM) berubah
menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral (P3TM).
Ketika Departemen Pertambangan dan Energi berubah menjadi Departemen
Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <11>

Energi dan Sumber Daya Mineral pada 2001, organisasi ini berubah menjadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara yang
berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber
Daya Mineral.
DR. Lobo Balia, M.Sc. yang menjabat sebagai kepala pusat pada waktu itu
memperkenalkan istilah tekMIRA untuk menyebut institusi ini, nama
tekMIRA diharapkan dapat menjadi identitas atau ikon lembaga yang
profesional dalam melakukan litbang dan pelayanan jasa teknologi mineral
dan batubara.
Puslitbang tekMIRA mempunyai visi dan misi sebagai berikut :
Visi : Menjadi Puslitbang yang terdepan, unggul, dan terpercaya dalam
pemanfaatan mineral dan batubara.
Misi : Untuk mewujudkan visi tersebut, Puslitbang tekMIRA memiliki empat
misi utama, yaitu :
1.

Melakukan penelitian dan pengembangan, perekayasaan dan rancang


bangun di bidang teknologi pengolahan dan pemanfaatan mineral dan
batubara yang up to date, efektif, efisien dan berwawasan lingkungan;

2. Melakukan penelitian dan pengembangan, perekayasaan dan rancang


bangun di bidang teknologi penambangan mineral dan batubara yang
sesuai dengan kaidah good mining practices;
3. Melaksanakan pengkajian tekno ekonomi dan kebijakan mineral dan
batubara terkini;
4. Melaksanakan pengelolaan keuangan, sumber daya manusia, sarana
prasarana, program, kerjasama dan sistem informasi yang sesuai dengan
kaidah kepemerintahan/kelembagaan yang baik (good governance).
Tujuan : Terdapat lima tujuan pokok yang ingin dicapai oleh Puslitbang
tekMIRA, yaitu:
1. Tercapainya penguasaan teknologi, nilai tambah dan diversifikasi
pemanfaatan mineral dan batubara;
2. Tercapainya penguasaan teknologi pertambangan yang bermanfaat bagi
industri pertambangan;
Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <12>

3. Tersedianya hasil kajian tekno ekonomi mnineral dan batubara;


4. Tersedianya masukan kebijakan dan peraturan bidang mineral dan
batubara;
5. Tercapainya pengelolaan keuangan, sumber daya manusia, sarana
prasarana, program, kerjasama dan sistem informasi untuk mewujudkan
kepemerintahan/kelembagaan yang baik.
Kelima tujuan tersebut mendukung misi Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral yang berkaitan dengan kebijakan mineral dan energi
nasional melalui hasil kegiatan litbang yang berguna untuk
kesinambungan penyediaan energi khususnya yang berasal dari batubara
dan bahan baku serta produk mineral dan batubara yang memiliki nilai
tambah untuk keperluan sektor industri dan sektor pengguna lainnya.

Jumlah karyawan Puslitbang tekMIRA sampai 1 Januari 2014 tercatat 281 orang,
terdiri atas 221 fungsional, antara lain:
62 orang peneliti, 45 orang perekayasa, 111 orang teknisi litkayasa, 9 orang
pranata komputer, 6 orang penyelidik bumi, 3 orang arsiparis, 3 orang analis
Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <13>

kepegawaian, 2 orang surveyor, 5 orang perencana, 1 orang penerjemah dan 34


orang fungsional umum.

Puslitbang tekMIRA telah berpengalaman dalam menghasilkan litbang di bidang


teknologi mineral dan batubara yang diakui oleh para pemangku kepentingan
berkat dukungan tenaga yang profesional, laboratorium pengujian yang
terakreditasi oleh KAN, serta sistem pengelolaan manajemen yang telah
mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008. Selama ini pola litbang yang dilakukan
Puslitbang tekMIRA lebih ditekankan kepada penelitian terapan dibandingkan
dengan penelitian dasar. Hal ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan industri
dalam menghadapi perkembangan global. Untuk menjaga kualitas kelitbangan dan
pelayanan jasa teknologi, Puslitbang tekMIRA dilengkapi oleh standar mutu yang
diterapkan secara konsisten.
Dalam pelaksanaan kegiatan litbang dan pelayanan jasa teknologi,
PuslitbangtekMIRA
didukung
oleh
:
Laboratorium Pengujian :

Laboratorium Kimia Mineral dan Lingkungan

Laboratorium Fisika Mineral


Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <14>

Laboratorium Batubara

Laboratorium Geomekanika

Laboratorium Penelitian :

Laboratorium Pengolahan Mineral

Laboratorium Piro/Hidro/Elektrometalurgi

Laboratorium Teknologi Bahan

Laboratorium Batubara

Laboratorium SIG dan Remote Sensing

Laboratorium Penelitian Lingkungan Pertambangan

Laboratorium Penelitian Swabakar Batubara

Laboratorium Desain dan Permodelan Penambangan

Laboratorium Otomatisasi Peralatan Eksplorasi dan Penambangan

Sentra percontohan dan peralatan penunjang yang dimiliki antara lain :

Sentra Teknologi Pemanfaatan Batubara di Palimanan Cirebon;

Sentra Percontohan Pengolahan Mineral di Cipatat Bandung Barat;

Peralatan Pemboran canggih dan mutakhir;

Peralatan litbang Penambangan dan Air Tanah;

Perangkat Teknologi Informasi.

Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <15>

Puslitbang tekMIRA bergerak di bidang penelitian dan pengembangan


teknologi mineral dan batubara
PRODUK
- Geoteknologi Tambang
- Teknologi Penambangan
- Lingkungan Pertambangan
- Teknologi Pengolahan Mineral
- Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batu Bara
- Tekno-Ekonomi Mineral dan Batu Bara
- Teknologi Informasi Pertambangan
JASA
Jasa teknologi merupakan salah satu bentuk pelayanan kepada masyarakat
yang dilakukan oleh tekMIRA.
Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <16>

Kegiatan ini merupakan penunjang yang sangat penting untuk mendukung


mandirinya institusi.
Banyaknya pelayanan jasa yang dikerjakan merupakan salah satu tolok
ukur kepercayaan masyarakat terhadap kredibilitas tekMIRA.
Jenis pelayanan jasa yang dapat diberikan tekMIRA kepada masyarakat
meliputi :
- JASA PENGUJIAN KOMPOSISI KIMIA MINERAL
- JASA PENGUJIAN KIMIA LINGKUNGAN
- JASA PENGUJIAN X-RAY
- JASA PENGUJIAN MINERALOGI
- JASA PENGUJIAN FISIKA MINERAL
- JASA PENGUJIAN EKSTRAKTIF METALURGI
- JASA PENGUJIAN KIMIA DAN FISIKA BATUBARA
- JASA PENGUJIAN ANALISIS PROKSIMAT
- JASA PENGUJIAN ANALISIS ULTIMAT
- JASA PENGUJIAN ANALISIS BENTUK BELERANG
- JASA PENGUJIAN LAINNYA
- JASA ANALISIS GAS DAN CAIRAN BATU
3.2 Underground Coal Gascification (UCG)
Underground Coal Gascification adalah metode pemanfaatan batubara
pada kedalaman 200 meter yang sudah tidak ekonomis lagi jika ditambang
dengan cara konvensional.

Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <17>

Tahapan UCG adalat terdapat deposit batu bara dengan luas sekitar 2 km
dengan kedalamna sekitar 200 meter. Lalu membuat lubang sumur
menggunakan alat bor sampai menyentuh batu bara tersebut. Setelah itu
membuat lubang lain dengan jarak sekita 1 km dari lubang pertama dan
dihubungkan dalam batu bara.
Setelah itu dilubang kedua (lubang injeksi) dilakukan pembakaran batubara
dengan cara menatik api pada kedalaman batubara lalu ditambahkan Oksigen
agar api tetap konsisten. Setelah batubra terbakar makan akan menghasilkan
gas yang akan dialirkan ke lubuang sumur pertama (lubang produksi) yang
berguna untuk power plan dan lain-lain
Keuntungan menggunakan metode UCG adalah lebih aman, lebih
ekonomis, tidak perlu membuka open pit, peralatan yang digunakan sedikit,
dan tidak menyebabkan lubang-lubang seperti penambangan pada umumnya.

Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <18>

BAB IV
PERTAMBANGAN ANDESIT PT. PANGHEGAR

4.1 Profile Perusahaan


Kuari Andesit PT. Panghegar Bandung berdiri tahun 1986. PT. Panghegar
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan dan
pengolahan batu andesit yang nantinya akan dijadikan produk untuk bahan
baku pembuatan jalan raya, jembatan, dan untuk campuran hotmix. Lokasi
pertambangan dan pengolahan PT. Panghegar terletak di Desa Lagadar
Kecamatan Leuwi Gajah Kabupaten Bandung. PT. Panghegar Bandung
mempunyai cadangan batu andesit 5 - 7 tahun.
4.2 Genesa Batu Andesit
Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik dengan komposisi antara
dan
tekstur
spesifik
yang
umumnya
ditemukan
pada
lingkungan subduksi tektonik di wilayah perbatasan lautan seperti di pantai
barat Amerika Selatan atau daerah-daerah dengan aktivitas vulkanik yang
tinggi seperti Indonesia. Nama andesit berasal dari nama Pegunungan Andes.
Andesit berasal dari magma yang biasanya meletus dari stratovolcanoes
pada lahar tebal yang mengalir beberapa diantaranya penyebarannya dapat
mencapai beberapa kilometer. Magma andesti dapat juga menghasilkan
letusan seperti bahan peledak yang kuat yang kemudian membentuk arus
pyroclastic dan surges dan suatu kolom letusan yang sangat besar. Andesit
terbentuk pada temperatur antara 900 dan 1100 derajat celcius. Di dalamnya
andesitterdapat sekitar 52 dan 63 persen kandungan silika (SiO2). Mineral
mineral penyusun andesit yang utama terdiri dari plagioclase feldspar dan juga
terdapat mineral pyroxene (clinopyroxene dan orthopyroxene) dan hornblende
dalam jumlah yang kecil.

Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <19>

Sebaran batuan ini banyak dijumpai di daerah kaki perbukitan maupun


lembah-lembah sungai. Keterdapatan batuan ini terdapat hampir disemua
tempat di indonesia terutama di Indonesia bagian timur.
4.3 Eksplorasi
Eksplorasi batu andesit yang umum dikerjakn adalah untuk menghitung
volume cadangan dan mengetahui kualitas cadangan, sedangkan kegiatan awal
berupa pencarian endapan (prospeksi) umumnya dilakukan dengan nmempelajari
peta geologi kemudian dilakukan survey tinjau di daerah yang mengandung
batuan beku. Batu andesit termasuk dalam batun beku luar yang bersifat
intermediet, batu andesit mempunyai resistensi yang tinggi sehingga biasanya di
jumpai dalam bentuk bukit-bukit. Tahapan kegiatan eksplorasi antara lain dapat
dilakukan sebagai berikut :

Pemetaan topografi

Pengambilan conto bongkah

Pemboran inti

Analisa conto (sifat fisik, dan mekanik)

Perhitungan cadangan

Eksplorasi geofisika kadang-kadang juga dilakukan untuk menentukan


geometri endapan batugamping sebelum dilakukan pemboran inti.
4.4 Penambangan
Kegiatan awal penambangan meliputi kegiatan pembersihan lahan,
pengupasan lapisan penutup, batu kegiatan utama penambangan yang terdiri
dari pembongkaran, pemuatan dan pengankutan.
4.4.1

Pembersihan Lahan (Land Clearing)


Pembersihan Lahan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
sebelum pengupasan lapisan penutup. Kegiatan ini dikerjakan bila pada
Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <20>

suatu lahan yang akan ditambang terdapat pohon-pohon besar atau semaksemak, sehingga jika tidak dilakukan pembersihan lahan akan
mengganggu kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup.
4.4.2

Pengupasan Lapisan Penutup (Stripping Over Burden)


Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengupas lapisan tanah penutup
sehingga andesit yang memenuhi syarat dapat ditambang dengan mudah.
Lapisan penutup ini dapat berupa tanah, batuan lapuk atau batuan yang
menutupi bahan galian yang akan ditambang

4.4.3

Pembongkaran (Loosening)
Pembongkaran merupakan kegiatan untuk melepaskan material
dari batuan asalnya agar material tersebut dapat lepas atau terbongkar
sehingga mudah untuk dilakukan penangannya selanjutnya.Pembongkaran
untuk andesit yang umumnya keras dilakukan dengan pemboran dan
peledakan.
Dalam pemboran PT. Panghegar menggunakan alah CRD dan
Rock breaker. Serta dalam peledakan PT. Panghegar menggunakan satu set
alat peledak yang terdiri dari ammonium nitrate, solar, detonator, dan
power gel 90.

4.4.4

Pemuatan (loading)
Pemuatan merupakan kegiatan pemindahan material hasil
pembongkaran ke alat angkut. Alat muat yang dapat digunakan antara lain
backhoe dan wheel loader. Hasil bongkaran biasanya dikumpulkan
terlebih dahulu sebelum dimuat ke alat angkut.
Dalam pemuatan material ini PT. Panghegar menggunakan
backhoe merk Komatsu DC 300 dan backhoe merk Kobelco

4.4.5

Pengangkutan

Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <21>

Alat angkut yang digunakan berupa dump truck, yang berfungsi


mengangkut material hasil bongkaran ke tempat penimbunan sementara
ata ke tempat peremuk batuan.
Dalam pengangkutan material ini PT. Panghegar menggunakan
dump truck merk Hyno.
4.5 Pengolahan
Pengolahan andesit dilakukan dengan cara peremukan batuan kemudian
dilakukan pengayakan untuk mendapatkan ukurang yang diinginkan. Batu
andesit merupakan batuan beku yang sangat banyak terdapat di Indonesia.
Batu andesit yang masih segar berwarna abu-abu.
Sifat-sifat
1. Batu andesit mempunyai warna abu-abu keputihan, dengan kilap tanah.
2. Densitas 1,93 ton / m3
3. Kuat tekan sekitar 1259 kg / cm2
4. Tidak mudah larut dalam asam maupun biasa.
Berdasarkan sifat-sifat batuan andesit tersebut maka batuan ini banyak
digunakan dalam pembanguna sarana dan prasarana infra struktur sipil, seperti
bahan bangunan, bahan baku pembuatan jalan raya (baik untuk sub grade
maupun lapisan atasnya, serta untuk campuran hot mix) maupun jembatan,
bahan baku beton bertulang, tiang listrik, untuk dinding (eksterior) dan lainlain.
Tujuan pengolahan terhadap batu andesit adalah:
1) Untuk memisahkan tanah yang terikut saat kegiatan penambangan.
2) Untuk memperkecil ukuran bongkah batuan hasil penambangan sehingga
diperoleh fraksi-fraksi yang mempunyai ukuran butir (sebagai contoh)

Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <22>

Fraksi kasar ukuran butir -30 +20 mm

Fraksi sedang ukuran butir -20 +10 mm

Fraksi halus ukuran butir -10 + 5mm

Fraksi sangat halus ukuran butir -5 mm

3) Melakukan pemisahan ukuran butir dari hasil proses peremukan sesuai


dengan ukuran yang diinginkan oleh konumen.
Untuk memperkecil ukuran bongkah hasil kegiatan penambangan
dilakukan dengan cara peremukan, sedangkan tahapan peremukan yang
digunakan sangat tergantung dari ukuran bongkah hasil tambang serta ukuran
produk yang diinginkan.
Alat yang bisa digunakan dalam peremukan adalah Jaw crusher. Setelah
dilakukan peremukan maka dilakukan penyaringan / ayak untuk mendapatkan
ukuran tertentu. Alat yang digunakan untuk tahap sizing adalah vibrating
screen.
Adapun salah satu contoh diagram alir pengolahan andesit untuk mendapatkan
ukuran fraksi tertentu. Ukuran fraksi ini sangat tergantung dari pemanfaatan
fraksi batu andesit tersebut. Contoh fraksi batu andesit yang akan digunakan
untuk campuran beton (bahan bangunan) akan mempunyai ukuran berbeda
dengan fraksi batu andesit untuk bahan baku hot mix (untuk pengaspalan jalan
raya)
Sedangkan bila batu andesit akan digunakan sebagai dinding eksterior
(dimensional stone), maka sejak dari tahap penambangan sudah dilakukan
proses pembongkaran batuan supaya menghasilkan batuan dengan bentuk
kubus. Dan untuk proses pengolahannya dengan cara dilakukan penggergajian
(dipotong-potong) menjadi ukuran sesuai keinginan konsumen.
4.6 Reklamasi

Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <23>

Penambangan dapat mengubah lingkungan fisik, kimia dan biologi, seperti


pada bentuk lahan, kondisi tanah, kualitas air, debu, geteran, perubahan,
vegetasi dan fauna, dan lain sebagainya. Reklamasi antara lain bertujuan untuk
mencegah dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat adanya
kegiatan pertambangan.
Reklamasi bekas lahan penambangan dilakukan dengan membuat lubang
lubang galian ukuran 1 x 1 x 1 meter, yang selanjutnya diisi dengan tanah
yang mengandung humus agar dapat ditanami dengan pohon-pohonan.
Sedangkan cekungan-cekungan yang cukup dalam ditimbun dengan lapisan
penutup.
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 PT. Jogja Magasa Iron (JMI)


PT. Jogja Magasa Iron melakukan kegiatan prospeksi pada tahun 2005.
Dilanjutkan dengan kegiatan pemetaan geologi lokal dan pengambilan conto.
Pada tahun 2006 melakukan Eksplorasi pemboran dengan metode aircore
yang pola mengikuti Penyebaran Kadar. Dilanjutkan dengan pengambilan
conto per meter kedalaman, analisis parameter kualitas, pemetaan topografi &
collar bor, sertakajian hidrologi & hidrogeologi awal. Saat ini PT Jogja
Magasa Iron dalam tahapan konstruksimenurut SK Meneteri ESDM No.
899.K/30/DJB/2012 tanggal 18 Oktober 2012 berlaku sejak tanggal 26 April
2012 tentang permulaan tahap konstruksi wilayah kontrak karya PT. Jogja
Magasa Iron.
5.2 tekMIRA
Puslitbang tekMIRA adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral dan Batubara. Disini kita dijelaskan beberapa
Laboratorium yang ada di tekMIRA dan cara pengujian yang ada pada
Laboratorium dan SOP nya.
Dalam sentra percontohan teknologi pengolahan & pemanfaatan mineral
untuk meningkatkan mutu & nilai tambah mineral, yang produknya dapat
dipenuhi syarat sebagai bahan baku industri berbasi mineral. Disini kita diajak
oleh pengelola untuk berkeliling gudang, antara lain gudang pupu, gudang
Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <24>

emas, dan gudang bauksit. Kita juga jelaskan cara pengolahan pada masingmasing gudang tersebut.
Saat ini tekMIRA sedang mengembangkan teknologi untuk batubara
dengan kedalaman 200 meter yang tidak lagi ekonomis jika ditambang
menggunakan metode konvensional. Teknologi itu adalah Undergroun Coal
Gascification (UCG), teknologi yang sudah diterapkan diberbagai negara.
Teknologi ini pengoprasiannnya dengan cara membuat 2 lubang sumur yang
saling terhubung dibagian bawah. Lalu pada salah satu lubang dilakukan
pembakaran yang mengahsilkan gas yang akan diproduksi pada lubang yang
lain.
5.3 PT. Panghegar
Pada kunjungan di PT. Panghegar kita diperkenalkan tentang tahapan
penambangan yaitu bongkar muat dan angkut. Disini kita juga diperlihatkan
satu set bahan peledak yang terdiri dari ammonium nitrate, solar, power gel
90, dan detonator sebagai metode pembongkaran. Kita juga diperlihatkan
blasting itu sendiri dengan 3 kali blasting. Selain dengan peledakan, dalam
pembongkaran material PT. Panghegar juga menggunakan alat seperti rock
breaker dan CRD.
Dalam tahapan pemuatan PT. Panghegar menggunakan backhoe dengan
merk Komatsu DC 300 dan Kobelco. Setelah itu dalam proses pengangkutan
PT. Panghegar menggunakan dump truck merk hyno. Kita juga diprlihatkan
cycle time yang lumayan bagus yang dilakukan oleh PT. Panghegar.
Dalam pengolahannya PT. Panghegar menggunakan Jaw crusher dan Cone
crusher serta bantuan belt conveyor dalam pendistribusian material. Produk
yang dihasilkan adalah fraksi kasar, fraksi sedang, dan fraksi halus yang
digunakan untuk campuran hot mix dan bahan bangunan. Tapi sayang saat kita
berkunjung disini proses pengolahan sedang tidak beroperasi.

Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <25>

BAB VI
KESIMPULAN

6.1 PT. Jogja Magasa Iron (JMI)


PT. Jogja Magasa Iron (JMI) merupakan penambangan pasir besi yang
terintegrasi dengan pengolahannya sampai dengan Pig Iron. PT. JMI
mempunyai pabrik yang berlokasi -+ 55 km di selatan kota Yogyakarta di
Desa Karangwuni Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo. dengan luas
konsesi 2,977 Ha.
Setelah melakukan prospeksi pada tahun 2005 dan eksplorasi tahun 2006
sampai saat ini PT. Jogja Magasa Iron sampai saat ini baru mancapai pada
tahap konstruksi sesuia dengan SK Menteri ESDM No: 899.K/30/DJB/2012
tanggal 18 Oktober 2012 berlaku surut sejak tanggal 26 April 2012 tentang
Permulaan Tahap Kegiatan Konstruksi Wilayah Kontrak Karya PT. Jogja
Magasa Iron, karena bmasih merupakan tahapan investasi dan tidak ada
pemasukan bagi perusahaan.
6.2 tekMIRA
tekMIRA merupakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Mineral dan
Batubara yang berada dibawah kementrian Sumberdaya Mineral Republik
Indonesia. tekMIRA memiliki kantor pusat di Jalan Jendral Sudirman 623
Bandung. tekMIRA memiliki Sentra Percontohan Pengolahan/Pemanfaatan
Mineral di Desa Citatah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat .
Sedangkan untuk peningkatan dan pengolahan Batubara tertletak di Palimanan
Cirebon Jawa Barat. Pada sentra pengolahan mineral dapat dilakukan
peningkatan kadar dan pemanfaatan dari berbagai mineral seperti terlihat pada
brosur-brosur berikut.
Di tekMIRA terdapat banyak laboratorium antara lain Laboratorium
Mekanika Batuan, Laboratorium Mekanika Tanah, Laboratorium Mineral, dan
Laboratorium Batubara. Serta mempunyai beberapa Gudang di sentra
percontohan Pengolahan / Pemanfaatan Mineral.

Saat ini tekMIRA sedang mengembangkan teknologi batubara yaitu


Underground Coal Gascification (UCG). Dengan cara membuat 2 pipa yang
Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <26>

saling terhubung, lalu membakar batubara dengan kedalaman 200 meter yang
tidak ekonomis lagi jika ditambang, sehingga dimanfaatkan hasil gas
pembakaran batubara tersebut yg dialirkan pada pipa produksi.

6.3 PT. Panghegar


Kuari Andesit PT. Panghegar Bandung berdiri tahun 1986. PT. Panghegar
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan dan
pengolahan batu andesit yang nantinya akan dijadikan produk untuk bahan
baku pembuatan jalan raya, jembatan, dan untuk campuran hotmix. Lokasi
pertambangan dan pengolahan PT. Panghegar terletak di Desa Lagadar
Kecamatan Leuwi Gajah Kabupaten Bandung. PT. Jara Silika Tuban
mempunyai cadangan batu andesit 5 - 7 tahun.
Dalam proses penambangan bongkar muat dan angkut PT. Panghegar
menggunakan berbagai macam alat. Saat pembongkaran menggunakan CRD,
Rock breaker dan peledakan. Satu set alat peledakan terdiri dari ammonium
nitrate, solar, power gel, dan detonator yang dimasukkan dalam lubang dengan
kedalaman 9 meter. Saat pengangkutan material PT. Panghegar menggunakan
backhoe merk Komatsu DC 600 dan Kobelco. Sedangakan saat pengangkutan
menggunakan dump truck merk hyno.
Dalam pengolahannya PT. Panghegar menggukan Jaw Crusher dan Cone
Crusher yang akan menghasilkan 3 produk yaitu fraksi kasar, fraksi sedang,
dan fraksi halus.

Johan Aru Prayogo, Ekskursi Industri Tambang-2015 <27>

Anda mungkin juga menyukai