ILMU PENGANTAR
KEHUTANAN
Disusun Oleh :
Tri Ramadhona
20130212047
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN YOGYAKARTA
Jl. Magelang Km. 5.6 Yogyakarta 55284
2014
1.
2.
3.
4.
5.
Pengertian hutan ?
Klasifikasi hutan berdasarkan fungsinya !
Klasifikasi hutan berdasarkan tipe iklimnya !
Kondisi hutan saat ini ?
Pembagian hutan berdasarkan UUD 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
dengan luasnya !
Jawaban :
1.
2.
d) keadaan dan perkembangan masyarakat dan hal lain yang akan ditetapkan
lebih lanjut (PP 33, 1970).
b. Hutan Produksi
Ialah kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan
untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya unuk
pembangunan, industri dan ekspor. Misalnya hutan Jati (Tectona grandis),
hutan Akasia (Acasia auriculiformis), hutan Sengon ( Albizzia falcataria),
hutan Pinus (Pinus merkusii).
Dalam klasifikasi lebih lanjut dikenal adanya hutan produksi terbatas
dan hutan produksi tetap yaitu pada areal hutan alam yang telah diberikan
pada para pemeganang HPH yang menggunakan system TPTI . Perbedaan
antara hutan produksi tetap dengan hutan produksi tidak tetap ialah di hutan
produksi tetap diameter pohon yang boleh dipanen minimal 50 CM, sedangkan
pada areal hutan produksi terbatas hanya pohon dengan diameter 60 CM- up
yang boleh dipanen.
c. Hutan Suaka Alam
Ialah kawasan hutan yang karena sifatnya khas diperuntukkan secara
khusus untuk perlindungan alam hayati dan/atau manfaat-manfaat lainnya.
Dalam hal ini dikenal adanya Cagar Alam dan Suaka Margasatwa.
Cagar Alam ialah hutan Suaka Alam yang berhubungan dengan keadaan
alamnya yang khas termasuk alam hewani dan alam nabati, perlu dilindungi
untuk keperluan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Sedangkan yang
dimaksud dengan Suaka Margasatwa ialah hutan Suaka Alam yang ditetapkan
sebagai tempat hidupnya margasatwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu
pengetahuan dan kebudayaan serta merupakan kekayaan dan kebanggaan
nasional.
d. Hutan Wisata
Ialah kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus untuk dibina
dan dipelihara guna kepentingan pariwisata dan/ atau wisata buru.
Hutan wisata yang memiliki keindahan alam, baik keindahan nabati,
keindahan hewani, maupun keindahan alamnya sendiri mempunyai corak khas
untuk dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan kebudayaan disebut Taman
Wisata.
Hutan Wisata yang di dalamnya terdapat satwa buru yang
memungkinkan diselenggarakan perburuan yang teratur bagi kepentingan
rekreasi disebut Taman Buru.
3.
Yang dimaksud dengan iklim ialah suatu keseluruhan dari keadaan atmosfir
dalam jangka waktu panjang dan empat yang berlainan. Sering kali iklim
dikemukakan sebagai keadaan rata-rata dari cuaca, bahkan lebih luas lagi iklim
meliputi keadaan-keadaan ekstrim dari tiap-tiap unsur cuaca seperti suhu maksimum
dan minimum, kelembaban maksimum dan minimum ( M. Hasan,1970). Sedangkan
yang dinamakan cuaca ialah keadaan fisis dari atmosfir pada suatu saat yang pendek
dan suatu empat tertentu, jadi menunjukkan perubahan jangka pendek dari unsurunsur iklim.
Cuaca dan iklim suatu tempat terbentuk dari ramuan berbagai unsur seperti
suhu, tekanan, kelembaban presipitasi, penguapan, keawanan dan radiasi. Unsur-unsur
itu dinamakan unsur cuaca dan iklim. Cuaca berubah dari hari ke hari dan iklim
berubah dari tempat ketempat yang disebabkan oleh perbedaan besarnya, kekuatannya
dan daerah penyebarannya dari unsur-unsur cuaca dan iklim terutama sekali suhu dan
presipitasi.
Unsur iklim berbeda dari tempat ketempat karena adanya pengendali iklim.
Pengendali iklim tersebut ialah a) lintang bumi, b) penyebaran daratan dan perairan,
c)kekasaran bumi, d) gunung-gunung atau pegunungan, e) pusat-pusat tekanan tinggi
dan tekanan rendah, f) letak ketinggian, g) arus laut, h) berbagai bentuk hujan dan
angin.
Sedangkan unsur-unsur iklim itu sendiri ialah a) suhu, b) tekanan udara, c)
kelembaban, d) presipitasi, e) angin.
Dalam kaitannya dengan vegetasi hutan maka iklim suatu tempat akan
mempengaruhi pembentukan tipe hutan disamping juga dipengaruhi oleh keadaan dan
sifat tanah. Maka dalam klasifikasi huttan berdasarkan iklim digunakan daerah iklim
yang mendasarkan kepada suhu-suhu rata-rata (bulanan), curah hujan (setahun), dan
lamanya bulan basah/kering (setahun).
Yang dimaksud dengan bulan basah ialah apabila jumlah curah hujan lebih
dari 100 mm. Sedangkan yang dimaksud dengan bulan kering ialah bila jumlah curah
hujan dalam bulan tersebut kurang dari 60 mm.
Dalam mengklasifikasikan hutan berdasarkan iklim maka dikenal adanya
a)hutan tropika, b) hutan sub-tropika, c) hutan campuran daerah beriklim sedang, d)
hutan daun jarum daerah beriklim sedang, e) hutan daun jarum daerah boreal (Junus
dkk, 1984).
a. Hutan Tropika
Yang dinamakan daerah tropika ialah daerah di permukaan bumi yang
berada diantara 23o27 LU dan 23O27 LS. Dalam hal ini maka iklim tropika sangat
mempengaruhi zone tropis . Yang menjadi ciri daerah tropika dalam kaitannya
dengan iklim tropis ialah dicirikan dengan adanya suhu rata-rata bulanan yang
lebih besar dari 20O C.
Untuk diketahui bahwa luas hutan di bumi diperkirakan 3.604,7 juta Ha.
Yang terdiri Hutan Boreal 920 juta Ha, Hutan beriklim sedang seluas 746,7 juta
Ha dan hutan Tropika seluas 1.937 juta Ha. Jadi hutan tropika ada sebanyak
53,7% dari total hutan di dunia.
Atas dasar klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Koppen maka hutan
tropika dapat dibagi lagi menjadi :
1) Hutan tropis basah
2) Hutan tropis basah gugur daun
3) Hutan sabana
4) Hutan Belukar dan berduri.
a) Hutan tropis basah
Hutan ini kaya akan jenis. Menurut Junus dkk (1984) dalam l hektar
hutan dijumpai lebih dari 40 jenis, bahkan pohon dengan diameter lebih dari
10 Cm kadang-kadang lebih dari 100 jenis. Keanekaragaman hayati hutan
tropis basah ini tinggi.
Atas dasar perkiraan kasar di Indonesia terdapat 10% dari semua jenis
tumbuhan yang terdapat di Bumi, 12% dari semua jenis hewan menyusui, 16%
dari semua jenis hewan melata dan ampibhi, dan 17% dari semua jenis burung
(Soemarwoto,1992).
Di dunia diketahui ada 3 formasi hutan tropis basah yang luas yaitu :
American Rain Forest, Africa Rain forest, dan Indo Malaya Rain Forest.
Iklim tempat hutan tropis basah terbentuk menurut Koppen adalah Af,
dengan ciri sbb:
suhu bulanan rata-rata 20OC 25OC
curah jujan 2000 mm 5000 mm per tahun.
Jenis pohon utama di Asia Tenggara ialah Diperocarpus spp, dan
Shorea spp; sedangkan di Afrika ialah Terminalia spp., Khaya spp.; dan di
Amerika ialah Swietania spp., Cadrela spp.
Atas dasar letak hutan dari permukaan laut, maka hutan hujan tropika
dibedakan dalam 3 (tiga) zone, yaitu :
Zone I : 0 1000 M dpl merupakan hutan tropis dataran rendah.
Zone II : 1000 3.300 M dpl, hutan tropis basah pegunungan rendah.
Zone III : 3.300 4.100 M dpl, ht tropis basah pegunungan tinggi
1) Hutan Tropis Basah dataran rendah
Di Indonesia hutan ini dijumpai di pulau Sumatra, Kalimantan,
tali Abu, Mangole, Sanana, Obi, Buru, dan Seram. Jenis utama yang
mendominasi hutan ini ialah dari famili Dipterocarpaceae seperti Shorea
spp, Dipterocarpus spp, Hopea spp, Vatica spp, Driobalanops spp, dan
Cotylelobium spp.
Jenis pohon lain yang juga banyak dijumpai dalam zone hutan ini
ialah Agahis spp, Kompassia spp, Dyera spp, Lauraceae, dan jenis-jenis
Myrtaceae , Myristicaceae dan Ebenaceae.
4.
Illegal logging atau pembalakan liar, atau penebangan liar, adalah kegiatan
penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak memiliki
izin dari otoritas setempat.
Walaupun angka penebangan liar yang pasti sulit didapatkan karena
aktivitasnya yang tidak sah, beberapa sumber tepercaya mengindikasikan bahwa lebih
dari setengah semua kegiatan penebangan liar di dunia terjadi di wilayah-wilayah
daerah aliran Amazon, Afika Tengah, Asia Tenggara (terutama Indonesia), Rusia dan
beberapa negara-negara Balkan.
Data yang dikeluarkan Bank Dunia menunjukkan bahwa Indonesia sejak tahun
1985-1997 telah kehilangan hutan sekitar1,5 juta hektar setiap tahun dan diperkirakan
sekitar 20 juta hektar hutan produksi yang tersisa. Penebangan liar berkaitan dengan
meningkatnya kebutuhan kayu di pasar internasional, besarnya kapasitas terpasang
industri kayu dalam negeri, konsumsi lokal, lemahnya penegakan hukum, dan
pemutihan kayu yang terjadi di luar kawasan tebangan.
Penelitian Greenpeace mencatat tingkat kerusakan hutan di Indonesia
mencapai angka 3,8 juta hektar pertahun, sebagian besar disebabkan oleh aktivitas
illegal logging atau penebangan liar (Johnston, 2004). Sedangkan menurut data Badan
Penelitian Departemen Kehutanan, kerugian finansial akibat penebangan liar
menunjukan angka Rp. 83 milyar perhari (Antara, 2004).
Berdasarkan hasil analisis FWI dan GFW dalam kurun waktu 50 tahun, luas
tutupan hutan Indonesia mengalami penurunan sekitar 40% dari total tutupan hutan di
seluruh Indonesia. Dan sebagian besar, kerusakan hutan (deforestasi) di Indonesia
akibat dari sistem politik dan ekonomi yang memperlakukan sumber daya hutan
sebagai sumber pendapatan dan dieksploitasi untuk kepentingan politik serta
keuntungan pribadi.
Menurut data Departemen Kehutanan RI tahun 2006, luas hutan yang rusak
dan tidak dapat berfungsi optimal telah mencapai 59,6 juta hektar dari 120,35 juta
hektar kawasan hutan di Indonesia, dengan laju deforestasi (perusakan hutan /
penggundulan hutan) dalam 5 tahun terakhir mencapai 2,83 juta hektar per tahun. Bila
keadaan seperti ini berjalan terus, dimana Sumatera dan Kalimantan sudah kehilangan
hutannya, maka hutan di Sulawesi dan Papua akan mengalami hal yang sama.
Menurut analisis World Bank, hutan di Sulawesi diperkirakan akan hilang tahun 2010.
(Sumber: Wikipedia).
Hutan Indonesia yang hilang dari tahun 2000 2005. Warna hijau adalah
hutan yang tersisa. Warna merah adalah penggundulan hutan.
Hutan di Kalimantan yang hilang dari tahun 1950 2010. Warna hjiau adalah
hutan yang tersisa.
Penggundulan hutan di Papua dan Papua New Guinea di tahun 1980 dan
perkiraan di tahun 2020.
5.
Kawasan
Kawasan Suaka
Alam
Sub Kawasan
Zona
Cagar alam
Suaka Marga Satwa
Zona Inti
Taman Nasional
Zona Pemanfaatan
Zona Lain
Kawasan Penggunaan
Kawasan Koleksi
tanaman
Kawasan Perlindungan
Kawasan Lain
Kawasan
Konservasi
Kawasan penggunaan
yang intensif
Taman Wisata Alam
Kawasan penggunaan
terbatas
Kawasan Lain
Kawasan Perburuan
Kawasan
Penggunaan
Taman Buru
Kawasan
Penangkaran
Satwa Liar
Kawasan Lain
Kawasan
Lindung
Hutan
Lindung
Kawasan
Penggunaan
Kawasan Lain
Hutan
Produksi
Hutan Konservasi
o Kawasan Daratan
o Kawasan Perairan/Laut
: 21.715.646,57 ha
: 18.371.330,57 ha
: 3.344.316,00 ha
Hutan Lindung
Hutan Produksi Tetap
: 29.097.193,02 ha
: 27.653.098,43 ha
: 16.202.462,26 ha
: 13.670.535,00 ha
: 108.338.935,28 ha
: 104.994.619,28 ha
: 3.344.316,00 ha
Tabel-1. Luas Kawasan Hutan Propinsi Sumatera Utara, Riau dan Kalimantan
Tengah berdasarkan TGHK
Provinsi
Sumatra Utara
3.600.132
Riau
9.456.160
Kalimantan Tengah
15.320.100
Jumlah
28.376.392
: 253.885
: 1.391.129
: 1.349.889
: 351.548
: 253.684
: 451.240
: 397.150
: 1.971.553
: 1.866.132
: 4.770.085
: 729.919
: 800.000
: 3.400.000
: 6.088.000
: 4.302.181
: 1.435.044
: 2.588.276
: 6.721.439
: 8.305.680
: 9.325.950
Daftar Pustaka
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1389/Bab
%20II.docx?sequence=4
Anonimous, http://oki.fkt.ugm.ac.id/down/materi.doc
Anonimous,
http://www.dephut.go.id/Halaman/Bukubuku/2004/Stat2003/informasi/STATISTIK/2004/nar_baplan.pdf