Anda di halaman 1dari 11

Undang-undang yang mengatur mengenai hak kewajiban pasien serta hak kewajiban dokter

selaku salah satu dari pemberi pelayanan kesehatan ada dalam beberapa bagian undangundang. Diantaranya UU yang berhubungan dengan hal ini adalah UU No. 23 tahun 1992
tentang Kesehatan, sebagian pula diatur pada UU Perlindungan Konsumen, UU No. 29 tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran, UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dan UU No. 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Semua bagian terdapat dalam aturan perundang-undangan
tersebut di atas. Di bidang pelayanan kesehatan di Rumah sakit ada 3 bagian pelaku utama
yang berperan, yang masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang harus sama-sama
dipenuhi. Ketiga hal yang berkaitan erat tersebut adalah Pasien, Dokter dan Rumah Sakit.
Pengaturan hak dan kewajiban tersebut, telah ditentukan dalam berbagai peraturan
perundang-undangan antara lain Undang-Undang Praktek Kedokteran, Undang-Undang
Kesehatan, Undang-Undang Rumah Sakit, Permenkes No. 159 b/1988 tentang Rumah Sakit
dan Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik No. YM.01.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan
Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit. - See more at: http://askepnet.blogspot.com/2013/06/hak-kewajiban-tenaga-kesehatan.html#sthash.xKDIWa9y.dpuf
FUNGSI HUKUM KESEHATAN
Fungsi hukum kesehatan adalah:
1. menjaga ketertiban di dalam masyarakat. Meskipun hanya mengatur tata kehidupan di dalam sub sektor yang
kecil tetapi keberadaannya dapat memberi sumbangan yang besar bagi ketertiban masyarakat secara
keseluruhan
2. menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat (khususnya di bidang kesehatan). Benturan antara
kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat
3. merekayasa masyarakat (social engineering). Jika masyarakat menghalang-halangi dokter untuk melakukan
pertolongan terhadap penjahat yang luka-luka karena tembakan, maka tindakan tersebut sebenarnya keliru dan
perlu diluruskan.
Contoh lain: mengenai pandangan masyarakat yang menganggap doktrer sebagai dewa yang tidak dapat
berbuat salah. Pandangan ini juga salah, mengingat dokter adalah manusia biasa yang dapat melakukan
kesalahan di dalam menjalankan profesinya, sehingga ia perlu dihukum jika perbuatannya memang pantas untuk
dihukum.
Keberadaan Hukum Kesehatan di sini tidak saja perlu untuk meluruskan sikap dan pandangan masyarakat,
tetapi juga sikap dan pandangan kelompok dokter yang sering merasa tidak senang jika berhadapan dengan
proses peradilan.
RUANG LINGKUP HUKUM KESEHATAN
Pasal 1 butir (1) Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentgang kesehatan menyatakan yang disebut sehat
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.
Menurut Leenen, masalah kesehatan dikelompokkan dalam 15 kelompok: (Pasal 11 UUK)
1. kesehatan keluarga
2. perbaikan gizi
3. pengemanan makanan dan minuman
4. kesehatan lingkungan
5. kesehatan kerja
6. kesehatan jiwa
7. pemberantasan penyakit
8. penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
9. penyuluhan kesehatan
10. pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
11. pengamanan zat adiktif
12. kesehatan sekolah
13. kesehatan olah raga

14. pengobatan tradisional


15. kesehatan matra
hukum kesehatan di Indonesia belum seluruhnya memenuhi runag lingkup yang ideal, sehingga yang diperlukan
adalah:
1. melakukan inventarisasi dan analisis terhadap perundang-undangan yang sudah ada untuk dikaji sudah cukup
atau belum.
2. perlu dilakukan penyuluhan tidak hanya terbatas kepada tenaga kesehatan saja tetapi juga kalangan penagak
hukum dan masyarakat
3. perlu dilakukan identifikasi yang tepat bagi pengaturan masalah-masalah kesehatan guna pembentukan
perundang-undangan yang benar.
SUMBER HUKUM KESEHATAN
Hukum Kesehatan tidak hanya bersumber pada hukum tertulis saja tetapi juga yurisprudensi, traktat, Konvensi,
doktrin, konsensus dan pendapat para ahli hukum maupun kedokteran.
Hukum tertulis, traktat, Konvensi atau yurisprudensi, mempunyai kekuatan mengikat (the binding authority),
tetapi doktrin, konsensus atau pendapat para ahli tidak mempunyai kekuatan mengikat, tetapi dapat dijadikan
pertimbangan oleh hakim dalam melaksanakan kewenangannya, yaitu menemukan hukum baru.
SUMBER-SUMBER HUKUM
Zevenbergen mengartikan sumber hukum adalah sumber terjadinya hukum; sumber yang menimbulkan hukum.
Sedangkan Achmad Ali, sumber hukum adalah tempat di mana kita dapat menemukan hukum.
Sumber hukum dapat dibedakan ke dalam :
a. Sumber hukum materiil, adalah faktor-faktor yang turut menentukan isi hukum. Misalnya, hubungan
sosial/kemasyarakatan, kondisi atau struktur ekonomi, hubungan kekuatan politik, pandangan keagamaan,
kesusilaan dsb.
b. Sumber hukum formal, merupakan tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh kekuatan
hukum; melihat sumber hukum dari segi bentuknya.
Yang termasuk sumber hukum formal, adalah :
1. Undang-undang (UU);
2. Kebiasaan;
3. Yurisprudensi;
4. Traktat (Perjanjian antar negara);
5. Perjanjian;
6. Doktrin.
ad.1. Undang-undang.
Undang-undang ialah peraturan negara yang dibentuk oleh alat perlengkapan negara yang berwenang, dan
mengikat masyarakat. UU di sini identik dengan hukum tertulis (Ius scripta) sebagai lawan dari hukum yang tidak
tertulis. (Ius non scripta). Istilah tertulis tidak bisa diaertikan secara harafiah, tetapi dirumuskan secara tertulis
oleh pembentuk hukum khusus (speciali rechtsvormende organen).
UU dapat dibedakan dalam arti :
UU dalam arti formal, yaitu keputusan penguasa yang dilihat dari bentuk dan cara terjadinya, sehingga disebut
UU. Jadi merupakan ketetapan penguasa yang memperoleh sebutan UU karena cara pembentukannya. Di
Indonesia UU dalam arti formal dibentuk oleh Presiden dengan persetujuan DPR (pasal 5 ayat 1 UUD45).
UU dalam arti materiil, yaitu keputusan atau ketetapan penguasa, yang dilihat dari isinya dinamai UU dan
mengikat semua orang secara umum.
ad.2. Kebiasaan (custom).
Kebiasaan adalah perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang dilakukan berulang-ulang. Kebiasaan ini
kemudian mempunyai kekuatan normatif, kekuatan mengikat. Kebiasaan biasa disebut dengan istilah adat, yang
berasal dari bahasa Arab yang maksudnya kebiasaan. Adat istiadat merupakan kaidah sosial yang sudah sejak
lama ada dan merupakan tradisi yang mengatur tata kehidupan masyarakat tertentu. Dari adat kebiasaan itu
dapat menimbulkan adanya hukum adat.
Prof.Dr. Sunaryati Hartono, SH, tidak sependapat bahwa hukum kebiasaan itu disamakan dengan hukum adat,
dengan mengatakan :

Apakah sudah benar dan tepat pemahaman sementara sarjana hukum kita sekarang ini untuk menyamakan
saja, Hukum Kebiasaan dengan hukum Adat ? Karena di negara kita sudah berkembang hukum kebiasaan
dalam arti yang lebih luas, seperti hukum kebiasaan yang dikembangkan di kalangan eksekutif (Administrasi
Negara), di Pengadilan, hukum kebiasaan dikalangan profesi hukum (notaris dan pengacara), khususnya dalam
bidang hukum kontrak, hukum dagang (hukum bisnis) dan hukum ekonomi pada umumnya.
Prof. Ronny Hanitijo Soemitro, SH dan Prof.Dr.Satjipto Rahardjo, SH, memberikan 3 unsur agar kebiasaan dapat
diterima dalam masyarakat, yaitu :
a. Syarat kelayakan, pantas atau masuk akal. Kebiasaan yang yang tidak memenuhi syarat harus ditinggalkan.
Ini berarti bahwa otoritas kebiasaan adalah tidak mutlak tetapi kondisional, tergantung dari kesesuaiannya pada
ukuran keadilan dan kemanfaatan umum;
b. Pengakuan akan kebenarannya. Ini berarti bahwa kebiasaan itu hendaknya diikuti secara terbuka dalam
masyarakat, tanpa mendasarkan pada bantuan kekuatan di belakangnya dan tanpa persetujuan dari dikehendaki
oleh mereka yang kepentingannya dikenal oleh praktek dari kebiasaan tersebut. Persyaratan ini tercermin dalam
bentuk norma yang oleh pemakainya harus tidak dengan kekuatan, tidak secara diam-diam, juga tidak karena
dikehendaki.
c. Mempunyai latar belakang sejarah yang tidak dapat dikenali lagi mulainya. Kebiasaan adalah bukan praktek
yang baru tumbuh kemarin dulu atau beberapa tahun yang lalu, tetapi telah menjadi mapan karena dibentuk oleh
waktu yang panjang.
Ad.3. Yurisprudensi.
Adalah keputusan hakim/ pengadilan terhadap persoalan tertentu, yang menjadi dasar bagi hakim-hakim yang
lain dalam memutuskan perkara, sehingga keputusan hakim itu menjadi keputusan hakim yang tetap.
Ad.4. Perjanjian.
Perjanjian merupakan salah satu sumber hukum karena perjanjian yang telah dibuat oleh kedua belah pihak
(para pihak) mengikat para pihak itu sebagai undang-undang. Hal ini diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUH
Perdata.
Ada 3 asas yang berlaku dalam perjanjian, yaitu :
1. Asas konsensualisme (kesepakatan), yaitu perjanjian itu telah terjadi (sah dan mengikat) apabila telah terjadi
kesepakatan antara para pihak yang mengadakan perjanjian.
2. Asas kebebasan berkontrak, artinya seseorang bebas untuk mengadakan perjanjian, bebas menentukan
bentuk perjanjian, bebas menentukan isi perjanjian dan dengan siapa (subyek hukum) mana ia mengadakan
perjanjian, asal tidak bertentangan dengan kesusilaan, ketertiban umum dan undang-undang.
3. Asas Pacta Sunt Servanda, adalah perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak (telah disepakati) berlaku
sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.
Ad.5. Traktat (Perjanjian Antarnegara)
Dalam pasal 11 UUD 1945, menyatakan bahwa Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang,
membuat perdamaian dan membuat perjanjian dengan negara lain. Perjanjian antaranegara yang sudah
disahkan berlaku dan mengikat negara peserta, termasuk warga negaranya masing-masing.
Untuk itu suatu traktat untuk bias menjadi sumber hukum (formal) harus disetujui oleh DPR terlebih dahulu,
kemudian baru di RATIFIKASI oleh Presiden dan setelah itu baru berlaku mengikat terhadap negara peserta dan
warganegaranya.
Traktat yang memerlukan persetujuan DPR adalah traktat yang mengandung materi :
1. Soal-soal Politik atau dapat mempengaruhi haluan politik luar negeri, seperti perjanjian tentang perubahan
wilayah.
2. Soal-soal perjanjian kerjasama ekonomi seperti hutang luar negeri.
3. Soal-soal yang menurut system perundang-undangan Ri harus diatur dengan Undang-undang, seperti
Kewarganegaraan.
Ad.6. Doktrin.
Adalah pendapat para sarjana hukum terkemuka yang besar pengaruhnya bagi pengadilan (hakim) dalam
mengambil keputusannya. Doktrin untuk dapat menjadi salah satu sumber hukum (formal) harus telah menjelma
menjadi keputusan hakim.
SEJARAH HUKUM KESEHATAN
1. pada awalnya masyarakat menganggap penyakit sebagai misteri, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat
menjelaskan secara benar tentang mengapa suatu penyakit menyerang seseorang dan tidak menyerang lainnya.
2. pemahaman yang berkembang selalu dikaitkan dengan kekuatan yang bersifat supranatural.
3. penyakit dianggap sebagai hukuman Tuhan atas orang-orang yang yang melanggar hukumNya atau
disebabkan oleh perbuatan roh-roh jahat yang berperang melawan dewa pelindung manusia.
4. pengobatannya hanya bisa dilakukan oleh para pendeta atau pemuka agama melalui doa atau upacara

pengorbanan
5. pada masa itu profesi kedokteran menjadi monopoli kaum pendeta, oleh karena itu mereka merupakan
kelompok yang tertutup, yang mengajarkan ilmu kesehatan hanya di kalangan mereka sendiri serta merekrtu
muridnya dari kalangan atas.
6. memiliki kewenangan untuk membuat undang-undang, karena dipercayai sebagai wakil Tuhan untuk membuat
undang-undang di muka bumi.
7. undang-undang yang mereka buat memberi ancaman hukuman yang berat, misalnya hukuman potong tangan
bagi seseorang yang melakukan pekerjaan dokter dengan menggunakan metode yang menyimpang dari buku
yang ditulis sebelumnya, sehingga orang enggan memasuki profesi ini.
8. Mesir pada tahun 2000 SM tidak hanya maju di bidang kedokteran tetapi juga memiliki hukum kesehatan.
9. konsep pelayanan kesehatan sudah mulai dikembangkan dimana penderita/psien tidak ditarik biaya oleh
petugas kesehatan yang dibiayai oleh masyarakat.
10. peraturan ketat diberlakukan bagi pengobatan yang bersifat eksperimen
11. tidak ada hukuman bagi dokter atas kegagalannya selama buku standar diikuti.
12. profesi kedokteran masih di dominasi kaum kasta pendeta dan bau mistik tetap saja mewarnai kedokteran
13. sebenarnya ilmu kedokteran sudah maju di Babylonia (Raja Hammurabi 2200 SM) dimana praktek
pembedahan sudah mulai dikembangkan oleh para dokter, dan sudah diatur tentang sistem imbalan jasa dokter,
status pasien, besar bayarannya. (dari sini lah Hukum Kesehatan berasal, bukan dari Mesir)
14. dalam Kode Hammurabi diatur ketentuan tentang kelalaian dokter beserta daftar hukumannya, mulai dari
hukuman denda sampai hukuman yang mengerikan. Dan pula ketentuan yang mengharuskan dokter mengganti
budak yang mati akibat kelalian dokter ketika menangani budak tersebut.
15. salah satu filosof yunani HIPPOCRATES (bapak ilmu kedokteran modern) telah berhasil menyusun landasan
bagi sumpah dokter serta etika kedokteran, yaitu:
a. adanya pemikiran untuk melindungi masyarakat dari penipuan dan praktek kedokteran yang bersifat cobacoba
b. adanya keharusan dokter untuk berusaha semaksimal mungkin bagi kesembuhan pasien serta adanya
larangan untuk melakukan hal-hal yang dapat merugikannya.
c. Adanya penghormatan terhadap makhluk insani melalui pelarangan terhadap euthanasia dan aborsi
d. Menekankan hubungan terapetik sebagai hubungan di mana dokter dilarang mengambil keuntungan
e. Adanya keharusan memegang teguh rahasia kedokteran bagi setiap dokter.
16. abad 20 an telah terjadi perubahan sosial yang sangat besar, pintu pendidikan bagi profesi kedokteran telah
terbuka lebar dan dibuka di mana-mana, kemajuan di bidang kedokteran menjadi sangat pesat, sehingga perlu
dibatasi dan dikendalikan oleh perangkat hukum untuk mengontrol profesi kedokteran.
Hukum dan etika berfungsi sebagai alat untuk menilai perilaku manusia, obyek hukum lebih menitik beratkan
pada perbuatan lahir, sedang etika batin, tujuan hukum adalah untuk kedamaian lahiriah, etika untuk
kesempurnaan manusia, sanksi hukum bersifat memaksa, etika berupa pengucilan dari masyarakat.
Pertemuan II
29-03-2007
PENGERTIAN DAN DEFINISI HUKUM
Prof. Mr. Dr. L.J. van Appeldoorn dalam bukunya Inleiding tot de studie van het Nederlands Recht, yang
diterjemahkan oleh Oetarid Sadino, SH., Pengantar Ilmu Hukum, menyebutkan bahwa adalah tidak mungkin
memberikan suatu definisi tentang apakah yang disebut hukum itu. Definisi tentang hukum, adalah sangat sulit
untuk dibuat, karena tidak mungkin untuk mengadakannya yang sesuai dengan kenyataan.
Sehingga Dr. W. L. G. Lemaire (mantan guru besar UI) dalam bukunya Het Recht in Indonesia menuliskan sbb:
banyaknya segi dan luasnya isi hukum itu, tidak memungkinkan perumusan hukum dalam suatu definisi tentang
apakah sebenarnya hukum itu).
Namun tidak berarti bahwa, lalu tidak perlu ada definisi atau batasan tentang hukum. Beberapa definisi tentang
hukum:
1. Drs. E. Utrecht, SH., Hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan), yang mengurus tata-tertib
suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
2. J. C. T. Simorangkir, SH., hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku
manusia dalam lingkungan masyarakat, dan terhadap pelanggaran aturan tersebut dapat dikenai sanksi berupa
hukuman tertentu.
3. Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, SH., hukum dilihat sebagai fenomena sosial budaya yang riil dan fungsionil dalam
masyarakat. Dalam hal ini hukum lebih dilihat sebagai pola-pola perilaku sosial yang terlembagakan, eksis
sebagai variabel sosial empirik.

Unsur-unsur, Ciri-ciri dan Sifat dari Hukum


a. Unsur-unsur Hukum.
peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam masyarakat
diadakan oleh badan resmi yang berwajib
bersifat memaksa
ada sanksi terhadap pelanggaran aturan
b. Ciri-ciri Hukum
berisi perintah dan larangan;
bersifat memaksa (harus ditaati).
c. Sifat Hukum
mengatur dan memaksa
Peran hukum
sebagai as a tool of social control dalam arti berperan sebagai alat untuk mempertahankan stabilitas
masyarakat, atau berperan untuk mempertahankan apa yang tetap dan diterima di dalam masyarakat.
berperan sebagai as a tool of social engineering (sebagai alat untuk merubah masyarakat), disini hukum
berperan untuk mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Prof. Mochtar Kusuma Atmadja, SH, menyatakan
sebagai sarana pembaharuan masyarakat, hukum bertugas sebagai penyalur kegiatan manusia ke arah yang
dikehendaki oleh pembangunan.
Tujuan hukum
Kepastian Hukum
Keadilan.
ASAS BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG (4 ASAS)
1. UU tidak berlaku surut;
Artinya UU itu mulai mempunyai kekuatan mengikat sejak tanggal diundangkan, sehingga segala peristiwa dan
perbuatan hukum yang dilakukan sebelum berlakunya suatu peraturan perundang-undangan, tidak bisa dikenai
aturan yang baru diberlakukan.
2. Lex Posteriori Derogat Legi Priori.
Artinya UU yang berlaku kemudian membatalkan UU yang terdahulu, dalam hal mengatur obyek yang sama.
Contoh:
UU No. 2 2002 mencabut UU Kepolisian Negara RI No. 28 tahun 1997.
3. Lex Superior derogat Legi Inferiori.
Artinya suatu peraturan yang derajatnya lebih rendah (tidak sederajat), dikesampingkan oleh peraturan yang
derajatnya lebih tinggi dalam hal mengatur obyek yang sama dan saling bertentangan. Atau uu yang dibuat oleh
penguasa yang lebih tinggi, mempunyai derajat yang lebih tinggi.
4. Lex Specialis Derogat Legi Generali.
Artinya suatu peraturan perundang-undangan yang khusus, menyampingkan aturan yang bersifat umum.
Pasal 45 KUHP batasan umur anak adalah 16 tahun sedangkan masalah anak juga diatur dalam UU No. 3
Tahun 1997 tentang Pengadilan anak Pasal 1 ayat (1) batasannya adalah 18 tahun dan belum pernah kawin.
(KUH Perdata Pasal 330 adalah 21 tahun)
Syarat-syarat berlakunya UU.
UU agar dapat berlaku harus memenuhi-syarat-syarat.
UU berlaku sejak tanggal diundangkan oleh Menteri/Sekretaris Negara dan dimuat dalam Lembaran Negara.
Jika tidak ditentukan tanggal mulai berlakunya, maka untuk Jawa dan Madura mulai berlaku setelah 30 hari
sesudah diundangkan dalam Lembaran Negara, sedangkan untuk daerah lainnya baru berlaku sesudah 100 hari
setelah pengundangan dalam L.N.
Setelah persyaratan itu dipenuhi, maka berlakulah suatu fictie dalam hukum : Setiap orang dianggap telah
mengetahui adanya sesuatu UU. Hal itu berarti bahwa jika ada seorang yang melanggar UU tersebut, ia tidak
diperkenankan membela atau membebaskan diri dengan alasan bahwa :seseorang itu tidak tahu menahu
adanya UU itu.
Berakhirnya suatu uu
a. jangka waktu berlakunya sudah lampau
b. keadaan atau hal berlakunya uu itu sudah tidak ada lagi

c. uu itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat


d. telah ada uu yang baru yang sisinya bertentangan dengan yang dulu berlaku.
Lembaran Negara: suatu Lembaran (kertas) tempat mengundangkan (mengumumkan) semua peraturan negara
dan pemerintah agar sah berlaku.
Tambahan Lembaran Negara: Penjelasan daripada suatu uu
HAK DAN KEWAJIBAN
Setiap undang-undang selalu mengatur hak dan kewajiban, baik yang dimiliki oleh pemerintah maupun
warganya, demikian juga uu kesehatan.
Hak dan kewajiban yang dimiliki setiap warga berdasarkan Pasal 4 dan 5 UUK adalah:
1. setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
2. setiap orang berkewajiban ikut serta dalam pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan perseorangan,
keluarga dan lingkungannya.
Sedangkan pemerintah mempunyai tugas dan tanggung jawab sbb:
1. mengatur, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan.
2. menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau masyarakat
3. menggerakkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan dengan
memperhatikan fungsi sosial.
4. bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Ada beberapa hal yang termasuk dalam hak kewajiban perawat yaitu
diantaranya : Yang masuk dalam kategori hak perawat adalah :
Perawat berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. Perawat berhak untuk
mengembangkan diri melalui kemampuan sosialisasi sesuai dengan
latar

belakang

pendidikannya.

Perawat

berhak

untuk

menolak

keinginan klien yang bertentangan dengan peraturan perundangundangan serta standard dan kode etik profesi perawat. Perawat
berhak

untuk

perkembangan

mendapatkan
ilmu

ilmu

pengetahuan

pengetahuannya
dan

teknologi

berdasarkan

dalam

bidang

keperawatan atau kesehatan secara terus menerus. Perawat berhak


untuk mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak atas jasa
profesi yang diberikannya berdasarkan perjanjian atau ketentuan yang
berlaku di institusi pelayanan yang bersangkutan. Dan yang termasuk
dalam kewajiban perawat adalah : Perawat wajib mematuhi semua
peraturan institusi yang bersangkutan. Perawat wajib memberikan
pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi
dan batas kegunaannya. Perawat wajib menghormati hak klien.
Perawat

wajib

merujukkan

klien

kepada

perawat

atau

tenaga

kesehatan lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih

baik bila yang bersangkutan tidak dapat mengatasinya. Perawat wajib


memberikan kesempatan kepada klien untuk berhubungan dengan
keluarganya, selama tidak bertentangan dengan peraturan atau
standar profesi yang ada. Perawat wajib memberikan kesempatan
kepada klien untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama atau
kepercayaan masing-masing selama tidak mengganggu klien yang
lainnya. Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga
kesehatan terkait lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan
pelayanan keperawatan kepada klien. - See more at: http://askepnet.blogspot.com/2013/06/hak-kewajiban-tenagakesehatan.html#sthash.xKDIWa9y.dpuf
HUKUM DAN ETIK
Hukum

adalah

Peraturan

perundang-undangan

yang

dibuat

oleh

suatu

kekuasaan.
Etik dikeluarkan oleh organisasi yang bersangkutan, etik berasal dari kata Yunani
yaitu Ethos
Persamaan , perbedaan etik dan Hukum
1.

Sama-sama merupakan alat untuk mengatur tertib hidupmasyarakat

2.

Mengatur hak dan kewajiban masyarakat

3.

Bersifat kemanusiaan

4.

Etik berlaku untuk lingkungan profesi, hukum berlaku secara umum

5.

Pelanggaran etik penyelesaianya oleh MKEK (Majelis Kode Etik Kedokteran)

6.

Pelanggaran hukum diselesaikan oleh pengadilan.

Tujuan hukum pada intinya adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban
dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban didalam masyarakat diharapkan kepentingan
manusia akan terpenuhi dan terlindungi (Mertokusumo, 1986). Dengan demikian jelas terlihat bahwa
tujuan hukum kesehatanpun tidak akan banyak menyimpang dari tujuan umum hukum. Hal ini dilihat
dari bidang kesehatan sendiri yang mencakup aspek sosial dan kemasyarakatan dimana banyak
kepentingan harus dapat diakomodir dengan baik.

Kembali dengan tujuan hukum yang pertama yaitu menciptakan tatanan atau ketentuan, sektor atau
bidang kesehatan telah memiliki payung hukum yang cukup untuk bisa menjalankan proses kerja di
bidang kesehatan jika semua ketentuan perundang-undangnya dilaksanakan dengan baik dan menjalin
saling pengertian diantara pelaku profesi didalam setiap bagian yang mendukung terlaksananya upaya
kesehatan.

buruknya, untuk mati dengan baik tanpa perlu membebani pihgak manapun juga
tentunya untuk kasus-kasus tertentu.
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN
Undang Undang No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
Susunan Undang Undang No 23 Tahun 1992 :
BAB I : ketentuan umum = 1 Ps
BAB II : Azas dan Tujuan = 2 Ps
BAB III : Hak dan Kewajiban = 2 Ps
BAB IV : Tujuan dan Tanggung Jawab = 4 Ps
BAB V : Upaya Kesehatan = 39 Ps
BAB VI : Sumber Daya Kesehatan = 22Ps
BAB VII : PSM = 2 Ps
BAB VIII : Pembinaan dan Peng = 6 Ps
BAB IX : Penyidikan = 1 Ps
BAB X : Ketentuan Pidana = 7 Ps
BAB XI : Ketentuan Peralihan = 2 Ps
BAB XII : Ketentuan Penutup = 2 Ps
Jadi terdiri dari: 12 BAB, dan 90 Pasal
Lingkup Bahasan
1. Azas dan tujuan pembangunan kesehatan
2. Hak dan kewajiban setiap individu untuk memperoleh derajat kesehatan optimal
3. Tugas dan tanggung jawab pemerintah
4. Upaya kesehatan menyeluruh dan terpadu
5. Sumber daya kesehatan
6. Ketentuan pidana
7. Ketentuan Peralihan
KETENTUAN UMUM
1. Kesehatan adalah keadaan kesejahteraan dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
3. tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mrngabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.

4. sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya


kesehatan.
5. transpalasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ atau jaringan
tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh diri sendiri dalam rangka
pengobatan untuk menggantikan jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
6. implan adalah bahan berupa obat atau alat kesehatan yang ditanamkan kedalam
jaringan tubuh atau tujuan pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan
penyakit, pemulihan kesehatan dan kosmetika.
7. Pengobatan tradisional adalah pengobatan atau perawatan dengan cara obat dan
pengobatan yang memacu kepada pengalaman dan keterampilan turun temurun dan
diterapkan seesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
8. kesehatan matra adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara
bermakna baik lingkungan darat, udara, angkasa, maupun air
9. Sediaan farmasi obat, bahan obat obat tadisional dan kosmetik
10. pengobatan tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhtumbuhan, bahan hewan, mineral, sediaan saringan (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman
11. Alat kesehatan adalah instrumen aparatur, mesin, implan, yang digunakan untuk
mencegah, mendiagnosis menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang
yang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
12. zat aktif adalah bahan yang penggunaannya dapat menimbukan ketergantungan
psikis.
13. Pekerjaan kefarmasian adalah perbuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat,
pelayanan obat atau resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional
14. perbaikan kesehatan adalah semua bahan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
15. menjamin pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha
bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin
serta pembiayaan yang dilaksanakan secara praupaya.
AZAS DAN TUJUAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Azas dan tujuan pembangunan kesehatan dan didalam bab II pasal 2 undang-undang
kesehatan menyebutkan : pembangunan kesehatan diselenggarakan berasaskan
perikaemanusiaan yang berdasarkan ketuhanan yang maha esa, manfaat, usaha
bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dan keseimbangan serta
kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri.
TUJUAN PEMBANGUNAN KESEHATAN DALAM UNDANG-UNDANG KESEHATAN
NO.23 BAB II PASAL 3 ADALAH :

Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
HAK DAN KEWAJIBAN SETIAP ANGGOTA MASYARAKAT DAN TENAGA KESEHATAN
DALAM MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN
1. Hak untuk bekerja menurut standar profesi
2. hak untuk menolak melakukan suatu tindakan karena secara profesional tidak dapat
dipertanggungjawabkan olehnya.
3. hak untuk menolak melakukan suatu tindakan yang menurut suara hatinya tidak baik
4. hak untuk mengakhiri hubungan dengan health receivers
5. hak atas Privacy
6. Hak atas informasi pertama (fair play of health receiver)
7. Hak atas balas jasa
8. Hak informasi yang benar dan jujur
9. Hak atas membela diri
10. Hak memlih pasien
11. Hak menolak memberikan keterangan tentang health receiver di pengandilan (pasal
224 KUHP jo Pasal 170 KUHP)
BEBERAPA HAK PASIEN YANGG DIHORMATI ADALAH :
1. Hak atas informasi
2. Hak memberikan persetujuan
3. Hak memilih dokter
4. Hak memilih sarana kesehatan
5. Hak atas rahgasia dokter
6. Hak menolak atau tindakan medik tertentu
7. Hak menolak Pengobatan atau perawatan
8. Hak untuk menghentikan pengobatan
9. Hak atas pendapat kedua
10. Hak melihat Rekam Medik
11. dll
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN
UPAYA KESEHATAN :
Tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
diatur dalam UU kesehatgan Pasal 6, 7,8, dan 9 yaitu isinya : pemerintah bertugas
mengatur, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan (Pasal 6).
Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau
oleh masyarakat (Pasal 7).
Pemeritah bertugas menyelenggarakan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatgna dengan memperhatikan bagi masyarakat
yang kurang mampu tetap terjamin (Pasal 8), pemerintah bertanggung jawab
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Pasal 9)

UPAYA KESEHATAN MEMELIHARA DAN MENINGKATKAN KESEHATAN YANG


DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH DAN MASYARAKAT ;
1. Kesehatan keluarga
2. perbaikan gizi
3. pengaman makanan dan minuman
4. kesehatan kerja
5. kesehatan lingkungan
6. kesehagtan jiwa
7. pemberantasan penyakit
8. penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
9. penyuluhan kesehatan masyarakat
10. pengamanan sediaan dan alat kesehatan
11. perngamanan zat adiktif
12. kesehatan sekolah
13. kesehatan olahraga
14. pengobatan tradisional
15. kesehagtan matra

Anda mungkin juga menyukai