selaku salah satu dari pemberi pelayanan kesehatan ada dalam beberapa bagian undangundang. Diantaranya UU yang berhubungan dengan hal ini adalah UU No. 23 tahun 1992
tentang Kesehatan, sebagian pula diatur pada UU Perlindungan Konsumen, UU No. 29 tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran, UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dan UU No. 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Semua bagian terdapat dalam aturan perundang-undangan
tersebut di atas. Di bidang pelayanan kesehatan di Rumah sakit ada 3 bagian pelaku utama
yang berperan, yang masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang harus sama-sama
dipenuhi. Ketiga hal yang berkaitan erat tersebut adalah Pasien, Dokter dan Rumah Sakit.
Pengaturan hak dan kewajiban tersebut, telah ditentukan dalam berbagai peraturan
perundang-undangan antara lain Undang-Undang Praktek Kedokteran, Undang-Undang
Kesehatan, Undang-Undang Rumah Sakit, Permenkes No. 159 b/1988 tentang Rumah Sakit
dan Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik No. YM.01.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan
Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit. - See more at: http://askepnet.blogspot.com/2013/06/hak-kewajiban-tenaga-kesehatan.html#sthash.xKDIWa9y.dpuf
FUNGSI HUKUM KESEHATAN
Fungsi hukum kesehatan adalah:
1. menjaga ketertiban di dalam masyarakat. Meskipun hanya mengatur tata kehidupan di dalam sub sektor yang
kecil tetapi keberadaannya dapat memberi sumbangan yang besar bagi ketertiban masyarakat secara
keseluruhan
2. menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat (khususnya di bidang kesehatan). Benturan antara
kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat
3. merekayasa masyarakat (social engineering). Jika masyarakat menghalang-halangi dokter untuk melakukan
pertolongan terhadap penjahat yang luka-luka karena tembakan, maka tindakan tersebut sebenarnya keliru dan
perlu diluruskan.
Contoh lain: mengenai pandangan masyarakat yang menganggap doktrer sebagai dewa yang tidak dapat
berbuat salah. Pandangan ini juga salah, mengingat dokter adalah manusia biasa yang dapat melakukan
kesalahan di dalam menjalankan profesinya, sehingga ia perlu dihukum jika perbuatannya memang pantas untuk
dihukum.
Keberadaan Hukum Kesehatan di sini tidak saja perlu untuk meluruskan sikap dan pandangan masyarakat,
tetapi juga sikap dan pandangan kelompok dokter yang sering merasa tidak senang jika berhadapan dengan
proses peradilan.
RUANG LINGKUP HUKUM KESEHATAN
Pasal 1 butir (1) Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentgang kesehatan menyatakan yang disebut sehat
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.
Menurut Leenen, masalah kesehatan dikelompokkan dalam 15 kelompok: (Pasal 11 UUK)
1. kesehatan keluarga
2. perbaikan gizi
3. pengemanan makanan dan minuman
4. kesehatan lingkungan
5. kesehatan kerja
6. kesehatan jiwa
7. pemberantasan penyakit
8. penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
9. penyuluhan kesehatan
10. pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
11. pengamanan zat adiktif
12. kesehatan sekolah
13. kesehatan olah raga
Apakah sudah benar dan tepat pemahaman sementara sarjana hukum kita sekarang ini untuk menyamakan
saja, Hukum Kebiasaan dengan hukum Adat ? Karena di negara kita sudah berkembang hukum kebiasaan
dalam arti yang lebih luas, seperti hukum kebiasaan yang dikembangkan di kalangan eksekutif (Administrasi
Negara), di Pengadilan, hukum kebiasaan dikalangan profesi hukum (notaris dan pengacara), khususnya dalam
bidang hukum kontrak, hukum dagang (hukum bisnis) dan hukum ekonomi pada umumnya.
Prof. Ronny Hanitijo Soemitro, SH dan Prof.Dr.Satjipto Rahardjo, SH, memberikan 3 unsur agar kebiasaan dapat
diterima dalam masyarakat, yaitu :
a. Syarat kelayakan, pantas atau masuk akal. Kebiasaan yang yang tidak memenuhi syarat harus ditinggalkan.
Ini berarti bahwa otoritas kebiasaan adalah tidak mutlak tetapi kondisional, tergantung dari kesesuaiannya pada
ukuran keadilan dan kemanfaatan umum;
b. Pengakuan akan kebenarannya. Ini berarti bahwa kebiasaan itu hendaknya diikuti secara terbuka dalam
masyarakat, tanpa mendasarkan pada bantuan kekuatan di belakangnya dan tanpa persetujuan dari dikehendaki
oleh mereka yang kepentingannya dikenal oleh praktek dari kebiasaan tersebut. Persyaratan ini tercermin dalam
bentuk norma yang oleh pemakainya harus tidak dengan kekuatan, tidak secara diam-diam, juga tidak karena
dikehendaki.
c. Mempunyai latar belakang sejarah yang tidak dapat dikenali lagi mulainya. Kebiasaan adalah bukan praktek
yang baru tumbuh kemarin dulu atau beberapa tahun yang lalu, tetapi telah menjadi mapan karena dibentuk oleh
waktu yang panjang.
Ad.3. Yurisprudensi.
Adalah keputusan hakim/ pengadilan terhadap persoalan tertentu, yang menjadi dasar bagi hakim-hakim yang
lain dalam memutuskan perkara, sehingga keputusan hakim itu menjadi keputusan hakim yang tetap.
Ad.4. Perjanjian.
Perjanjian merupakan salah satu sumber hukum karena perjanjian yang telah dibuat oleh kedua belah pihak
(para pihak) mengikat para pihak itu sebagai undang-undang. Hal ini diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUH
Perdata.
Ada 3 asas yang berlaku dalam perjanjian, yaitu :
1. Asas konsensualisme (kesepakatan), yaitu perjanjian itu telah terjadi (sah dan mengikat) apabila telah terjadi
kesepakatan antara para pihak yang mengadakan perjanjian.
2. Asas kebebasan berkontrak, artinya seseorang bebas untuk mengadakan perjanjian, bebas menentukan
bentuk perjanjian, bebas menentukan isi perjanjian dan dengan siapa (subyek hukum) mana ia mengadakan
perjanjian, asal tidak bertentangan dengan kesusilaan, ketertiban umum dan undang-undang.
3. Asas Pacta Sunt Servanda, adalah perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak (telah disepakati) berlaku
sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.
Ad.5. Traktat (Perjanjian Antarnegara)
Dalam pasal 11 UUD 1945, menyatakan bahwa Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang,
membuat perdamaian dan membuat perjanjian dengan negara lain. Perjanjian antaranegara yang sudah
disahkan berlaku dan mengikat negara peserta, termasuk warga negaranya masing-masing.
Untuk itu suatu traktat untuk bias menjadi sumber hukum (formal) harus disetujui oleh DPR terlebih dahulu,
kemudian baru di RATIFIKASI oleh Presiden dan setelah itu baru berlaku mengikat terhadap negara peserta dan
warganegaranya.
Traktat yang memerlukan persetujuan DPR adalah traktat yang mengandung materi :
1. Soal-soal Politik atau dapat mempengaruhi haluan politik luar negeri, seperti perjanjian tentang perubahan
wilayah.
2. Soal-soal perjanjian kerjasama ekonomi seperti hutang luar negeri.
3. Soal-soal yang menurut system perundang-undangan Ri harus diatur dengan Undang-undang, seperti
Kewarganegaraan.
Ad.6. Doktrin.
Adalah pendapat para sarjana hukum terkemuka yang besar pengaruhnya bagi pengadilan (hakim) dalam
mengambil keputusannya. Doktrin untuk dapat menjadi salah satu sumber hukum (formal) harus telah menjelma
menjadi keputusan hakim.
SEJARAH HUKUM KESEHATAN
1. pada awalnya masyarakat menganggap penyakit sebagai misteri, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat
menjelaskan secara benar tentang mengapa suatu penyakit menyerang seseorang dan tidak menyerang lainnya.
2. pemahaman yang berkembang selalu dikaitkan dengan kekuatan yang bersifat supranatural.
3. penyakit dianggap sebagai hukuman Tuhan atas orang-orang yang yang melanggar hukumNya atau
disebabkan oleh perbuatan roh-roh jahat yang berperang melawan dewa pelindung manusia.
4. pengobatannya hanya bisa dilakukan oleh para pendeta atau pemuka agama melalui doa atau upacara
pengorbanan
5. pada masa itu profesi kedokteran menjadi monopoli kaum pendeta, oleh karena itu mereka merupakan
kelompok yang tertutup, yang mengajarkan ilmu kesehatan hanya di kalangan mereka sendiri serta merekrtu
muridnya dari kalangan atas.
6. memiliki kewenangan untuk membuat undang-undang, karena dipercayai sebagai wakil Tuhan untuk membuat
undang-undang di muka bumi.
7. undang-undang yang mereka buat memberi ancaman hukuman yang berat, misalnya hukuman potong tangan
bagi seseorang yang melakukan pekerjaan dokter dengan menggunakan metode yang menyimpang dari buku
yang ditulis sebelumnya, sehingga orang enggan memasuki profesi ini.
8. Mesir pada tahun 2000 SM tidak hanya maju di bidang kedokteran tetapi juga memiliki hukum kesehatan.
9. konsep pelayanan kesehatan sudah mulai dikembangkan dimana penderita/psien tidak ditarik biaya oleh
petugas kesehatan yang dibiayai oleh masyarakat.
10. peraturan ketat diberlakukan bagi pengobatan yang bersifat eksperimen
11. tidak ada hukuman bagi dokter atas kegagalannya selama buku standar diikuti.
12. profesi kedokteran masih di dominasi kaum kasta pendeta dan bau mistik tetap saja mewarnai kedokteran
13. sebenarnya ilmu kedokteran sudah maju di Babylonia (Raja Hammurabi 2200 SM) dimana praktek
pembedahan sudah mulai dikembangkan oleh para dokter, dan sudah diatur tentang sistem imbalan jasa dokter,
status pasien, besar bayarannya. (dari sini lah Hukum Kesehatan berasal, bukan dari Mesir)
14. dalam Kode Hammurabi diatur ketentuan tentang kelalaian dokter beserta daftar hukumannya, mulai dari
hukuman denda sampai hukuman yang mengerikan. Dan pula ketentuan yang mengharuskan dokter mengganti
budak yang mati akibat kelalian dokter ketika menangani budak tersebut.
15. salah satu filosof yunani HIPPOCRATES (bapak ilmu kedokteran modern) telah berhasil menyusun landasan
bagi sumpah dokter serta etika kedokteran, yaitu:
a. adanya pemikiran untuk melindungi masyarakat dari penipuan dan praktek kedokteran yang bersifat cobacoba
b. adanya keharusan dokter untuk berusaha semaksimal mungkin bagi kesembuhan pasien serta adanya
larangan untuk melakukan hal-hal yang dapat merugikannya.
c. Adanya penghormatan terhadap makhluk insani melalui pelarangan terhadap euthanasia dan aborsi
d. Menekankan hubungan terapetik sebagai hubungan di mana dokter dilarang mengambil keuntungan
e. Adanya keharusan memegang teguh rahasia kedokteran bagi setiap dokter.
16. abad 20 an telah terjadi perubahan sosial yang sangat besar, pintu pendidikan bagi profesi kedokteran telah
terbuka lebar dan dibuka di mana-mana, kemajuan di bidang kedokteran menjadi sangat pesat, sehingga perlu
dibatasi dan dikendalikan oleh perangkat hukum untuk mengontrol profesi kedokteran.
Hukum dan etika berfungsi sebagai alat untuk menilai perilaku manusia, obyek hukum lebih menitik beratkan
pada perbuatan lahir, sedang etika batin, tujuan hukum adalah untuk kedamaian lahiriah, etika untuk
kesempurnaan manusia, sanksi hukum bersifat memaksa, etika berupa pengucilan dari masyarakat.
Pertemuan II
29-03-2007
PENGERTIAN DAN DEFINISI HUKUM
Prof. Mr. Dr. L.J. van Appeldoorn dalam bukunya Inleiding tot de studie van het Nederlands Recht, yang
diterjemahkan oleh Oetarid Sadino, SH., Pengantar Ilmu Hukum, menyebutkan bahwa adalah tidak mungkin
memberikan suatu definisi tentang apakah yang disebut hukum itu. Definisi tentang hukum, adalah sangat sulit
untuk dibuat, karena tidak mungkin untuk mengadakannya yang sesuai dengan kenyataan.
Sehingga Dr. W. L. G. Lemaire (mantan guru besar UI) dalam bukunya Het Recht in Indonesia menuliskan sbb:
banyaknya segi dan luasnya isi hukum itu, tidak memungkinkan perumusan hukum dalam suatu definisi tentang
apakah sebenarnya hukum itu).
Namun tidak berarti bahwa, lalu tidak perlu ada definisi atau batasan tentang hukum. Beberapa definisi tentang
hukum:
1. Drs. E. Utrecht, SH., Hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan), yang mengurus tata-tertib
suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
2. J. C. T. Simorangkir, SH., hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku
manusia dalam lingkungan masyarakat, dan terhadap pelanggaran aturan tersebut dapat dikenai sanksi berupa
hukuman tertentu.
3. Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, SH., hukum dilihat sebagai fenomena sosial budaya yang riil dan fungsionil dalam
masyarakat. Dalam hal ini hukum lebih dilihat sebagai pola-pola perilaku sosial yang terlembagakan, eksis
sebagai variabel sosial empirik.
Ada beberapa hal yang termasuk dalam hak kewajiban perawat yaitu
diantaranya : Yang masuk dalam kategori hak perawat adalah :
Perawat berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. Perawat berhak untuk
mengembangkan diri melalui kemampuan sosialisasi sesuai dengan
latar
belakang
pendidikannya.
Perawat
berhak
untuk
menolak
keinginan klien yang bertentangan dengan peraturan perundangundangan serta standard dan kode etik profesi perawat. Perawat
berhak
untuk
perkembangan
mendapatkan
ilmu
ilmu
pengetahuan
pengetahuannya
dan
teknologi
berdasarkan
dalam
bidang
wajib
merujukkan
klien
kepada
perawat
atau
tenaga
adalah
Peraturan
perundang-undangan
yang
dibuat
oleh
suatu
kekuasaan.
Etik dikeluarkan oleh organisasi yang bersangkutan, etik berasal dari kata Yunani
yaitu Ethos
Persamaan , perbedaan etik dan Hukum
1.
2.
3.
Bersifat kemanusiaan
4.
5.
6.
Tujuan hukum pada intinya adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban
dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban didalam masyarakat diharapkan kepentingan
manusia akan terpenuhi dan terlindungi (Mertokusumo, 1986). Dengan demikian jelas terlihat bahwa
tujuan hukum kesehatanpun tidak akan banyak menyimpang dari tujuan umum hukum. Hal ini dilihat
dari bidang kesehatan sendiri yang mencakup aspek sosial dan kemasyarakatan dimana banyak
kepentingan harus dapat diakomodir dengan baik.
Kembali dengan tujuan hukum yang pertama yaitu menciptakan tatanan atau ketentuan, sektor atau
bidang kesehatan telah memiliki payung hukum yang cukup untuk bisa menjalankan proses kerja di
bidang kesehatan jika semua ketentuan perundang-undangnya dilaksanakan dengan baik dan menjalin
saling pengertian diantara pelaku profesi didalam setiap bagian yang mendukung terlaksananya upaya
kesehatan.
buruknya, untuk mati dengan baik tanpa perlu membebani pihgak manapun juga
tentunya untuk kasus-kasus tertentu.
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN
Undang Undang No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
Susunan Undang Undang No 23 Tahun 1992 :
BAB I : ketentuan umum = 1 Ps
BAB II : Azas dan Tujuan = 2 Ps
BAB III : Hak dan Kewajiban = 2 Ps
BAB IV : Tujuan dan Tanggung Jawab = 4 Ps
BAB V : Upaya Kesehatan = 39 Ps
BAB VI : Sumber Daya Kesehatan = 22Ps
BAB VII : PSM = 2 Ps
BAB VIII : Pembinaan dan Peng = 6 Ps
BAB IX : Penyidikan = 1 Ps
BAB X : Ketentuan Pidana = 7 Ps
BAB XI : Ketentuan Peralihan = 2 Ps
BAB XII : Ketentuan Penutup = 2 Ps
Jadi terdiri dari: 12 BAB, dan 90 Pasal
Lingkup Bahasan
1. Azas dan tujuan pembangunan kesehatan
2. Hak dan kewajiban setiap individu untuk memperoleh derajat kesehatan optimal
3. Tugas dan tanggung jawab pemerintah
4. Upaya kesehatan menyeluruh dan terpadu
5. Sumber daya kesehatan
6. Ketentuan pidana
7. Ketentuan Peralihan
KETENTUAN UMUM
1. Kesehatan adalah keadaan kesejahteraan dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
3. tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mrngabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
HAK DAN KEWAJIBAN SETIAP ANGGOTA MASYARAKAT DAN TENAGA KESEHATAN
DALAM MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN
1. Hak untuk bekerja menurut standar profesi
2. hak untuk menolak melakukan suatu tindakan karena secara profesional tidak dapat
dipertanggungjawabkan olehnya.
3. hak untuk menolak melakukan suatu tindakan yang menurut suara hatinya tidak baik
4. hak untuk mengakhiri hubungan dengan health receivers
5. hak atas Privacy
6. Hak atas informasi pertama (fair play of health receiver)
7. Hak atas balas jasa
8. Hak informasi yang benar dan jujur
9. Hak atas membela diri
10. Hak memlih pasien
11. Hak menolak memberikan keterangan tentang health receiver di pengandilan (pasal
224 KUHP jo Pasal 170 KUHP)
BEBERAPA HAK PASIEN YANGG DIHORMATI ADALAH :
1. Hak atas informasi
2. Hak memberikan persetujuan
3. Hak memilih dokter
4. Hak memilih sarana kesehatan
5. Hak atas rahgasia dokter
6. Hak menolak atau tindakan medik tertentu
7. Hak menolak Pengobatan atau perawatan
8. Hak untuk menghentikan pengobatan
9. Hak atas pendapat kedua
10. Hak melihat Rekam Medik
11. dll
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN
UPAYA KESEHATAN :
Tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
diatur dalam UU kesehatgan Pasal 6, 7,8, dan 9 yaitu isinya : pemerintah bertugas
mengatur, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan (Pasal 6).
Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau
oleh masyarakat (Pasal 7).
Pemeritah bertugas menyelenggarakan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatgna dengan memperhatikan bagi masyarakat
yang kurang mampu tetap terjamin (Pasal 8), pemerintah bertanggung jawab
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Pasal 9)