Anda di halaman 1dari 20

CASE REPORT SESSION

Ilustrasi Kasus
Identitas Pasien :
Nama

: Ny. NR

Umur

: 38 tahun

Jenis Kelamin : Wanita


Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Kp. Bale Kambang RT 03/ RW 18 no 101 Kabupaten Majalaya

Anamnesa
Keluhan utama : Pasien mengeluhkan adanya massa berwarna merah pada
anterior kanan rahang atas,antara gigi seri 2 dan gigi taring
yang makin membesar.
Anamnesa Khusus :
Sejak kurang lebih satu tahun yang lalu, pasien mengeluhkan adanya
massa yang berada di antara gigi seri 2 dan gigi taring. Awalnya kecil namun
makin lama makin besar. Pasien tidak merasakan adanya rasa nyeri maupun sakit.
Pasien merasa massa makin besar seiring dengan kehamilannya. Saat ini
pasien sedang hamil 4 bulan, kehamilan kedua. Pada kehamilan pertama tidak ada
gejala seperti sekarang.
Pasien belum pernah menjalani pengobatan untuk keluhan ini sebelumnya.
Pasien mempunyai riwayat gigi berlubang, namun sekarang tidak ada
keluhan mengenai gigi tersebut.
Pasien tidak sedang menjalani pengobatan tertentu.
Pasien ingin massa tersebut dihilangkan.
Pemeriksaan
a. General Survey

Tidak ada riwayat penyakit jantung, Diabetes Mellitus, Gastritis, Allergi,


Hipertensi, Allergi Obat.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: compos mentis

Tanda vital
Tensi

: 110/80 mmHg

Nadi

: 96 x / menit

Respirasi

: 16 x / menit

Suhu

: afebris

b. Ekstra oral
Tidak ada kelainan.
KGB

: tidak teraba membesar

c. Intra oral

Oral higiene

: buruk

Bibir

: t.a.k

Mukosa bukal

: t.a.k

Gingiva

: Massa a.r 12 dan 13


Edema dan hiperemis di semua regio
Resesi a.r 34, 35, 36, 43, 44, 45, 46

Lidah

: t.a.k

Dasar mulut

: t.a.k

Palatum

: t.a.k

Tonsil

: t.a.k

Gigi Geligi
S V
8

d. Status lokalis
Massa a.r 12 dan 13 dengan diameter 1 cm
Diagnosis banding
Diagnosis kerja
Epulis gravidarum a.r 12 dan 13 , gingivitis marginalis kronis generalisata
Rencana perawatan
1. Pro Bedah Mulut a.r 12 dan 13
2. Pro scalling rahang atas dan bawah

Terapi
1. Konsul ke bagian Bedah Mulut untuk eksisi epulis gravidarum a.r 12 dan
13
2. Konsul ke bagian perodontik untuk scalling gigi rahang atas dan bawah

Saran Tindakan / Konseling

1. Konseling untuk oral hygiene


2. Konsul ke bagian endodontik untuk penambalan gigi 27, 38, 48
3. Konsul ke bagian eksodontik untuk ekstraksi gigi 28
Prognosis
-

Quo ad vitam ad bonam

Quo ad functionam ad bonam

PEMBAHASAN
GINGIVA
Gingiva adalah jaringan lunak yang menempati cavum oral.
Terdapat beberapa macam gingiva berdasarkan posisinya :

marginal gingival (free or unattached)

Terletak pada posisi paling atas gingival, tidak menempel pada gigi dan
kemudian membentuk dinding jaringan lunak pada sulkus marginalis. Secara
apikal menjadi free gingival groove.

Atttached gingival (firmly attached)

Menempel secra utuh pada gigi dibawahnya dan tulang alveolar, tekstur
stipling (permukaan irreguler dan menyerupai kulit jeruk ). Ukurannya bervariasi
dari 1 mm hingga 9 mm.

Interdental gingival(located between adjacent teeth)

Terletak diruang anterproksimalis dengan kontak antara gigi berdekatan.


CIRI-CIRI GINGIVA NORMAL

Warna : coral pink ( dihasilkan dari suplai vaskilarisasi, ketebalan


keratinisasi dari epitelium dan adanya sel-sel berpigmen)

Besar : besarnya gingiva berhubungan dengan jumlah total elemen seluler


dan interseluler serta suplai vaskulernya.perubahan besarnya gingiva
biasanya menunjukan adanya penyakit.

Kontur : kontur gingiva bervariasi tergantung pada bentuk gigi dan


aligmentnya pada arkus, lokasi dan besarnya daerah kontak proksimal dan
dimensi gingiva fasial dan lingual.

Bentuk: bentuk gingiva intradental tergantung pada kontur dari permukaan


proksimal gigi dan lokasi serta bentuk dari gingiva yang mengelilingi gigi.

Konsistensi: gingiva adalah keras, kecuali di bagian yang bisa digerakan


pada pinggir bebasnya. Kekerasannya ditentukan oleh kolagen dan tulang
alveolar.

Tekstur permukaan: stippling dihasilkan dari penonjolan dan depresi


secara alterant pada permukaan gingiva

Posisi : merujuk ke tingkat perlekatan gingiva pada gigi, waktu erupsi gigi,
tepi gingiva dan kalkulus pada mahkota gigi semakin lama erupsi gigi
tepinya semakin kearah apikal.

EPULIS
Definisi
Epulis adalah tumor jinak, merupakan pembesaran dari gingiva yang terlokalisasi.
Klasifikasi
Ada beberapa jenis epulis yaitu:
1. Giant Cell Granuloma (Giant Cell Epulis)
2. Epulis Fisuratum
3. Epulis Gravidarum
4. Congenital Epulis
5. Ossifying Fibroid Epulis
Giant Cell Granuloma (Giant Cell Epulis)
Merupakan suatu reaksi jaringan terhadap iritasi dan trauma. Perjalanan
penyakitnya sangat cepat sehingga terkadang digambarkan sebagai suatu
neoplasma yang memerlukan perhatian serius. Prevalensi tertinggi adalah pada
dekade ke-5 dan ke-6. Sekitar 60% kasus terjadi pada wanita. Etiologi giant cell
epulis tidak diketahui .
Tampak masa lunak berwarna merah atau nodul merah kebiruan
bergantung vaskularisasinya. Kebanyakan lesi mempunyai diameter lebih kecil

dari 2 cm tetapi dapat lebih besar. Berbentuk sensil (tidak bertangkai) atau
pedunculated (bertangkai) dan dapat disertai atau tidak sertai ulserasi. Area
predileksi adalah di bukal atau lingual gingiva yang masih utuh dan dapat menjadi
bertambah besar sehingga menutupi gigi. Namun sering terlihat tumbuh di
perbatasan gingiva biasanya berdekatan dengan bagian anterior dari mulut. Lebih
sering terjadi di mandibula berbanding maksila.
Terapi giant cell epulis dapat dilakukan dengan melakukan kuretase.

Sumber : http://dermatlas.med.jhmi.edu/derm/result
Epulis Fisuratum
Epulis fisuratum dapat disebut juga Inflamatory Fibrous Hiperplasia atau
Fibrosis Protesa, adalah hiperplasia generalisata dari mukosa dan jaringan fibrosa
pada pinggir alveolar dan daerah vestibular yang biasanya disebabkan karena
pemakaian protesa yang tidak sesuai. Epulis fisuratum terjadi biasanya karena
iritasi dari bagian ujung gigi palsu di lipatan mukobukal. Terlihat adanya lipatan
dari jaringan hiperlastik yang berjumlah satu atau lebih, tetapi lebih sering dua
lipatan dan tonjolan dari bagian gigi palsu dapat menempati celah lipatan tersebut.
Biasanya timbul di batas mukosa alveolar dan tonjolan dari bagian gusi yang tidak
mempunyai gigi (edentulous ridges). Dapat tumbuh di mandibula atau maksila.
Lebih sering di rahang anterior berbanding rahang posterior.
Epulis fisuratum sering terjadi pada usia dekade ke 5,6 dan lebih tua, tapi
pernah ditemukan pada anak-anak. Wanita lebih sering terkena daripada laki-laki.

Lesi berwarna pink kemerahan, linear, terangkat, dapat mengalami ulserasi


dan terasa sakit. Ukurannya bervariasi yaitu kurang dari 1 cm terutama pada lesi
yang terlokalisir dan dapat memenuhi seluruh vestibula alveolar jika lesi adalah
masif. Pertumbuhannya progresif setelah pemakaian gigi palsu atau setelah
pemakaian yang lama sehingga timbul iritasi.
Terapi epulis fisuratum yaitu dengan eksisi dan menghilangkan stimulis
(protesa). Protesa dapat diperbaiki atau diganti dengan yang baru yang cocok
dengan gusi dan mucosa mulutnya.

Sumber : http://www.emedicine.com/derm/topic654.htm

Epulis Gravidarum
Epulis gravidarum adalah suatu hiperplasia dari mukosa bukal dan
jaringan gingival dengan beberapa karakteristik. Pada epulis gravidarum yang
tersering yaitu tipe granulomatus. Tampak masa lunak yang berwarna kemerahan
dan terangkat di papila interdental yang disebabkan proliferasi endotel dan
pembuluh kapiler dengan ukuran yang bervariasi.
Prevalensi sebenarnya belum diketahui, tetapi biasanya terjadi peda
dekade ketiga yang disertai kehamilan. Pada trimester pertama kehamilan lesi
sangat progresif. Penderita dengan oral hygiene yang buruk dan telah pernah
mengalami infeksi gingiva sebelumnya dan tingginya kadar progesteron aktif
pada gingival mempunyai risiko.
Terapi epulis gravidarum yaitu dengan menghilangkan faktor iritasi dan
dapat juga dilakukan eksisi pada lesi.

Epulis gravidarum

Setelah eksisi

Satu minggu setelah


eksisi

Dua bulan kemudian

Sumber : http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.hdconline.com/HDC/clinicalcases/

Congenital Epulis
Terdapat pada bayi baru lahir. Dari penelitian menunjukkan bahwa epulis
kongenital timbul dari sel mesenkim primitif yang mengalami diferensiasi
menjadi miofibroblas atau perisit.

Tampak masa berwarna pink hingga merah, permukaannya rata, berukuran


kurang atau sama dengan 2 cm, walaupun sebenarnya dapat mencapai 7.5 cm
seperti yang telah dilaporkan. 10% kasus menunjukkan bahwa tumor adalah
multipel dan 2 hingga 3 kali lebih sering di maksila berbanding mandibula. Di
samping itu epulis kongenital juga lebih sering terdapat di bagian lateral ke garis
tengah gigi insisor dan bagian lateral dari gigi kaninus. Bayi perempuan lebih
sering karena pengaruh hormonal.

Sumber : http://dermatlas.med.jhmi.edu/derm/result

Ossifying Fibroid Epulis (Peripheral Ossifying Fibroma; Peripheral Fibroma


With Calcification; Calcifying Fibroblastic Granuloma)
Merupakan suatu pertumbuhan dari gingiva yang reaktif. Patogenesisnya
masih belum jelas. Secara klinis dan histopatologi ossifying fibroid epulis
mempunyai persamaan dengan granuloma piogenik karena kedua-duanya
mengalami maturasi fibrosa dan kalisifikasi. Tetapi tidak semua ossifying fibroid
epulis terbentuk dengan cara yang sama. Produk untuk mineralisasi didapat dari
sel periosteum atau ligamentum periodontal.
Kejadian predominan pada remaja dan dewasa muda dengan prevalensi
tertinggi pada usia 10 dan 19 tahun. 2/3 kasus terjadi pada perempuan
Tampak massa nodular, pedunculated atau sensil yang berasal dari papila
interdental. Berwarna pink hingga merah dan permukaannya sering tapi tidak
selalu mengalami ulserasi. Lesi yang berwarna merah dan mengalami ulserasi

sering salah didiagnosa sebagai granuloma piogenik. Lesi berwarna pink dan tidak
mengalami ulserasi sering salah didiagnosa sebagai iritasi fibroma. Kebanyakan
lesi berukuran kurang dari 2 cm walaupun sebenarnya dapat berukuran lebih
besar. Predileksi pada arkus maksilaris dan lebih 50% terdapat di daerah insisorkaninus. Gigi biasanya tidak mengalami kelainan, namun gigi yang bersangkutan
boleh saja bermigrasi dan goyang.
.

Sumber : http://www.emedicine.com/derm/topic886.htm

GINGIVITIS
DEFINISI
Inflamasi pada jaringan lunak yang mengelilingi gigi. Tidak termasuk
proses inflamasi yang mungkin meluas ke alveolar ridge, periodontal ligament,
atau cementum.1

EPIDEMIOLOGI

ETIOLOGI
Penyakit periodontal mempunyai berbagai etiologi yang dipengaruhi
berbagai faktor, antara lain faktor lokal dan sistemik.
1. Faktor lokal

Faktor lokal terbagi atas faktor iritasi dan faktor fungsional lokal:
a. Faktor iritasi lokal :
-

Faktor inisiatif

Bakterial dental plak

Faktor predisposisi

Materi alba

Retensi sisa-sisa makanan

Stain

Kalkulus

Karies

Merokok

Perawatan gigi yang tidak adekuat

Oral hygiene yang kurang baik

b. Faktor fungsional lokal

Kehilangan gusi

Maloklusi

Tongue thrusting, bernafas melalui mulut

Kebiasaan buruk menggigit pensil, menggemertakkan gigi

Oklusi yang traumatik


2. Faktor sistemik
a. Hormonal
Pada keadaan pubertas,hamil dan menopause, tubuh akan mengalami
perubahan hormonal dan menyebabkan ketidakseimbangan fungsi
endokrin
b. Kelainan dan defisiensi nutrisi

Defisiensi vitamin

Defisiensi protein

Malnutrisi

c. Obat-obatan

Penitoin

Kontrasepsi hormonal

Kortikosteroid

d. Keturunan
e. Faktor psikologis

Stress

Kelelahan

Cemas

f. Penyakit metabolik

Diabetes mellitus

g. Kelainan hematologis

Leukimia

Anemia

Hemofilia

PATOGENESIS GINGIVITIS
Perubahan patologis pada gingivitis berhubungan dengan keberadaan
mikroorganisme pada sulkus gusi. Organisme ini dapat mensintesis berbagai
macam produk seperti kolagenase, hialuronidase, protease, kondroitin sulfatase
dan endotoksin. Zat-zat ini dapat merusak epitel dan jaringan ikat seperti kolagen
glikokaliks.
Oleh karena itu terjadi pelebaran pada ruang antar sel epitel yang
menyebabkan bakteri masuk kedalam jaringan ikat,
Produk mikroorganisme akan mengaktivasi reaksi radang sehingga
terbentuk vasoaktif yang menimbulkan gingivitis.

PERJALANAN PENYAKIT
Perkembangan stadium gingivitis.2

Stadium I: initial lesion (hari ke 2-4)

Terjadi perubahan vaskuler yang terdiri dari dilatasi kapiler dan peningkatan
aliran darah akibat aktivasi leukosit oleh mikroorganisme. Pada stadium ini
tidak terdapat gambaran gingivitis sehingga disebut juga sebagai stadium
subklinis.

Stadium II : early lesion (hari ke 4-7)

Gejala eritema mulai terlihat akibat proliferasi kepiler dan peningkatan loop
kapiler . Dapat terjadi perdarahan pada pemeriksaan sulkus. Epitel junctional
terinfiltrasi dengan neutrofil sehingga terjadi edema.

Terjadi fagositosis

bakteri oleh PMN.


-

Stadium III : establish lesion (hari ke 14-21)

Pada gingivitis kronis pembuluh darah menjadi tersumbat dan penuh, aliran
darah vena terganggu dan aliran darah menjadi lambat. Hal ini menyebabkan
anoksemia gusi yang menyebabkan gusi tampak berwarna kebiruan.
Ekstravasasi sel darah merah ke komponen pigmen dapat membuat warna gusi
semakin gelap. Lesi ini merupakan tanda bahwa gusi mengalami radang
sedang atau berat.

Stadium IV : advance lesion

Perluasan lesi kedalam tulang alveolar menyebabkan kerusakan jaringan


periodontal. Inflamasi dan destruksi pada periodontitis merupakan akibat dari
komponen seluler atau produk metabolit mikroba yang terdapat pasa sulkus
gingival atau poket yang terbentuk. Substansi tersebut bekerja secara direk
dan indirek. Mekanisme direk adalah substansi mikroba tersebut langsung
menyebabkan jejas atau penghanvuran jaringan periodontal. Yang dapat
menyebabkan hal tersebut adalah metabolit toksik seperti hidrogen sulfida,
kolagenase. Sedangakan mekanisme indirek adalah substansi bakteri memacu
reaksi biokimia dan seluler yang akhirnya menyebabkan destruksi jaringan.
Hal ini dapat menyebabkan oleh endotoksin bakteri.
KLASIFIKASI GINGIVITIS BERDASARKAN WAKTU2

Gingivitis akut

Terjadi secara tiba-tiba, durasi pendek, sangat sakit

Fase yang lebih ringan deri fase ini disebut fase subakut

Gingivitis kronis

Terjadi lambat, durasi lama, tidak sakit kecuali bila terjadi eksaserbasi
akut/subakut

Gingivitis rekuren

Muncul kembali setelah sembuh spontan ataupun terapi


DISTRIBUSI GINGIVITIS2

Gingivitis marginalis lokalisata

Terjadi peradangan satu atau beberapa area gusi marginal

Gingivitis difusa lokalis

Peradangan meluas dari marginal ke forniks tetapi area terbatas

Gingivitis papilaris lokalis

Peradangan pada satu atau lebih ruang interdental pada area terbatas

Gingivitis difusa generalisata

Peradangan pada seluruh gusi, peradangan juga terjadi pada gusi dekat dan
mukosa alveolar. Biasanya terjadi kelainan sistemik
Perubahan secara klinis
Perubahan secara histopatologis
Kemerahan pada daerah marginal dan Vasodilatasi, pembengkakan,hiperemis dan
papilar
proliferasi kapiler
Kecenderungan untuk berdarah akibat Mikroulserasi pada epitel di daerah sulkus
instrumen pada sulkus gingival

gingiva dengan kapiler yang melebar pada

permukaan
Pembengkakan kontur yang membulat dan Stasis pada vena dan retensi cairan jaringan
tumpul
Konsistensi yang lembut

Vasodilatasi dan destruksi serabut kolagen

Penghilang stiplling
Padat dan membesar

gingival
Edema pada lamina propia
Deposit berlebih serabut kolagen akibat
gingivitis kronis

GAMBARAN KLINIS GINGIVITIS


1. Perdarahan gusi pada pemeriksaan sulkus
Merupakan gejala awal inflamasi gusi yang biasanya disertai peningkatan
produksi cairan sulkus. Merupakan tanda objektif sehingga sangat penting pada
diagnosa dini gingivitis untuk pencegahan kerusakan lebih lanjut.
2. Perdarahan gusi yang disebabkan faktor lokal
Seperti pada sikat gigi, saat mengunyah atau saat mengigit makanan keras.
Perdarahan ini dapat terjadi karena adanya pelebaran pembuluh darah kapiler
sehingga menjadi lebih dekat ke permikaan dan menipis atau terjadi ulserasi epitel
sulkus
3. Perubahan warna gusi
Pada awalnya gusi hiperemis karena terjadi peningkatan vaskularisasi dan
penurunan derajat keratinisasi epitel. Pada tahap selanjutnya warna gusi dapat
menjadi lebih putih keabuan atau merah kebiruan. Warna putih keabuan dapat
terjadi akibat adanya nekrosis pada jaringan saat terjadi inflamasi akut yang berat
sedangkan warna merah kebiruan terjadi pada inflamasi kronis akibat penurunan
vaskularisasi, peningkatan keratinisasi epitel dan stasis vena.
4. Perubahan warna gusi yang disebabkan oleh faktor sistemik
Perubahan ini terjadi akibat adanya pigmentasi abnormal pada gusi dan
mukosa mulut. Penurunan pigmentasi melanin dapat terjadi pada penyakit
addisons, peutz-jeghers syndrome, albrights syndrome. Selain itu dapat terjadi
pewarnaan oleh pigmen empedu dan deposisi besi.
5. Perubahan konsistensi gusi
6. Perubahan tekstur permukaan gusi
Terjadi kehilangan stippling sehingga permukaannya licin dan mengkilat
akibat proses eksudatif, atropi epitel, deskuamasi eptel, atau dapat juga menjadi
noduler akibat proses fibrotik, hiperkeratosisi
7. Perunahan posisi gusi, terjadi akibat resesi gusi

8. Perubahan kontur gusi, terjadi akibat pembesaran gusi


INDEKS GINGIVA (GI)
GI dikembangkan untuk menilai beratnya gingivitis. Jaringan disekeliling
gigi dibagi menjadi 4 unit skoring: papilla distifasial, margin fasial, papila
mesiofasial, dan margin gingiva lingual. Setiap unit gingival dinilai berdasarkan
tabel 1. Penilaian juga bisa mengunakan modifikasi GI yang dikembangkan oleh
Lobene dkk, yang mengeliminasi kriteria perdarahan dan menjadikan MGI tidak
invasif (tabel 2)
Skor pada setiap unit dijumlahkan dan dibagi 4 untuk mendapatkan skor
GI bagi gigi tersebut. Skor GI bagi seseorang diperoleh dengan menjumlahkan
semua skor pergigi dan dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Derajat
beratnya gingivitis secara klinis seperti berikut:
Skor gingiva
0.1-1.0
1.1-2.0
2.1-3.0

Derajat beratnya gingivitis


Ringan
Sedang
Berat

Tabel Indeks Gingiva


0 : gingiva normal
1 : inflamasi ringan, sedikit perubahan pada warna, sedikit edema, tidak ada
peradangan pada gusi
2 : inflamasi sedang, hiperemis, edema dan mengkilat, perdarahan pada prob
3 : inflamasi berat, hiperemis dan edema berat, ulserasi, perdarahan spontan.
Tabel-2 Modified Gingival Index (MGI)
0 : tidak ada inflamasi
1 : inflamasi ringan, sedikit perubahan pada warna,tekstur pada unit marginal atau
papila
2 : inflamasi ringan seperti pada 1 tetapi melibatkan keseluruhan unit marginal
dan papila
3 : inflamasi sedang, mengkilat, hiperemi, edema, hipertropi unit marginal dan
papila

4 : inflamasi berat, hiperemi, edema, hipertropiunit marginal dan papila yang


berat, perdarahan spontan.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gingivitis :

membersihkan gigi dengan scalling

pemberian antibiotik apabila terjadi infeksi yang berat

pembarian obat kumur

pengobatan penyakit penyebab

konseling kebersihan gigi

pembersihan plak setiap hari dengan sikat gigi secara teratur dan benar dan
pengunaan dental floss.

PENCEGAHAN
Oral hygiene yang baik merupakan pencegahan yang baik terhadap
terjadinya gingivitis karena dapat mengcegah perlekatan plak yang merupakan
awal mula terjadinya penyakit ini. Menyikat gigi dengan cara yang benar dan
membersihkan gigi dengan menggunakan benang dianjurkan setelah makan dan
sebelum tidur. Dokter gigi juga menganjurkan penggunaan pasta gigi antiplak
atau antitartar .
Pembersihan karang gigi dengan scalling sangat penting untuk
menghilangkan

plak.

Banyak

dokter

gigi

menganjurkan

membersihkan karang gigi dilakukan setiap enam bulan sekali.

pasien

untuk

DAFTAR PUSTAKA

1. Neville. Damn. Allen. Oral & Maxillofacial Pathology. 2 nd edition. WB


Saunders. 2002. USA
2. Carranza, Fermin. Newman, Michael. Clinical Periodontology. 8th edition. WB
Saunders Company. 1996. USA
3. http://www..Mediline Plus Medical Encyclopedia Gingivitis.htm
4. http://www. Gum Recession Thin, Fragille tissue.htm
5. http://www. Gingival Recession.htm

Anda mungkin juga menyukai