PENDAHULUAN
Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila
adalah dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu
premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), kadang-kadang juga gigi taring (C)
dan gigi molar M3, bahkan akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus,
sehingga infeksi gigi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis, sinusitis maksila
dapat menimbulkan komplikasi orbita, Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi
dari dasar sinus, sehingga drainase hanya tergantung dari gerak silia, disamping
itu drainase melalui infundibulum yang sempit, dan pembengkakan akibat radang
atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan
selanjutnya menyebabkan sinusitis (Mangunkusumo & Soetjipto dalam Soepardi
dkk, 2011).
Keluhan utama pasien berupa hidung tersumbat dan disertai dengan nyeri
tekan pada pipi dan ingus purulen, bisa disertai dengan gejala sistemik seperti
demam. Pada sinusitis maksilaris kronis terdapat rasa penuh pada pipi dan nyeri
ketok pada gigi. Dan gejala lainnya adalah sakit kepala, hipomia/anosmia, dan
halitosis (Mangunkusumo & Soetjipto dalam Soepardi dkk, 2011).
Sinusitis maksilaris diawali dengan sumbatan ostium sinus akibat proses
inflamasi pada mukosa rongga hidung. Proses inflamasi ini akan menyebabkan
gangguan aerasi dan drainase sinus. Kejadian sinusitis ini dipermudah oleh faktorfaktor predisposisi baik lokal atau sistemik (Mangunkusumo & Soetjipto dalam
Soepardi dkk, 2011).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
Profil Penderita sinusitis maksilaris kronis di Poliklinik THT Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012.
Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat digunakan sebagai penelitian pemula, dan data yang
Bagi Masyarakat
Sebagai sumber informasi pengetahuan tentang penderita sinusitis
maksilaris kronis.