Anda di halaman 1dari 10

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA

SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN


METODE GPS PPP
Oleh
A. Suradji, GH Anto, Gunawan Jaya, Enda Latersia Br Pinem, dan Wulansih1

INTISARI
Untuk meningkatkan ketelitian horizontal citra satelit resolusi tinggi biasanya dilakukan
rektifikasi dengan bantuan Ground Control Point (GCP). GCP yang bersumber dari peta
rupabumi ini tidak bisa diaplikasikan untuk citra satelit resolusi tinggi seperti Quickbird resolusi
0,6 meter. Karena objek yang ditampilkan oleh citra satelit Quickbird lebih detail dari objek
yang ditampilkan oleh peta rupabumi. Masalah ini bisa diatasi dengan melakukan pengukuran
GCP dengan GPS (Global Positioning System) metode PPP (Precise Point Positioning) yang
diintegrasikan dengan Laser Positioning System. Metode ini menawarkan penggunaan satu (1)
receiver GPS di lokasi GCP, tanpa membutuhkan jaring kontrol (network) seperti halnya teknik
pengukuran GCP konvensional dengan GPS. Sedangkan koreksi hasil pengukuran GPS
bersumber dari post-mission satellite clock dan informasi yang disediakan oleh beberapa data
analyst centers sebagai produk yang dikeluarkan oleh International GPS Services (IGS). Semua
IGS analyst center telah memberikan layanan gratis menyediakan koreksi satellite clock dan
informasi orbit yang tepat lewat internet.
Penggunaan Laser Positioning System adalah untuk mengatasi keterbatasan GPS dalam
penentuan posisi koordinat GCP di mana satelit GPS sulit atau tidak dapat diamati dari lokasi
GCP tersebut atau karena receiver sulit atau tidak dapat ditempatkan di lokasi GCP. Dalam hal
ini GPS digunakan untuk menentukan posisi (koordinat) tempat berdiri receiver, dan Laser
Positioning System digunakan untuk menentukan posisi (koordinat) yang diinginkan relatif
terhadap tempat berdiri receiver.
Pengukuran GPS metode PPP yang diintegrasikan dengan Laser Positioning System sebagai
sarana penyedia GCP untuk citra satelit Quickbird resolusi 0,6 meter. Metode ini dipilih karena
murah, mudah dan cepat. Lokasi studi berada di area Jawa Timur dengan luas 4.711 km2 dan
memiliki 134 buah titik GCP. Pengukuran GCP diselesaikan dengan menggunakan satu (1)
receiver GPS dan satu (1) Laser Positioning System hanya dalam waktu satu (1) bulan.
Kata kunci: GPS PPP, dan Laser Positioning System

1 Para penulis adalah alumni Teknik Geodesi UGM, dan bisa dihubungi via email : dis001@cbn.net.id

Latar belakang
Ketelitian horisontal citra satelit tinggi bisa ditingkatkan dengan cara melakukan
rektifikasi citra satelit dengan Ground Control Point (GCP). Salah satu sumber GCP
yang tersedia dengan harga yang murah adalah dari peta rupabumi hardcopy skala
1:25.000 atau skala 1:50.000. Namun, GCP yang bersumber dari peta rupabumi ini tidak
bisa diaplikasikan untuk citra satelit resolusi tinggi seperti Quickbird resolusi 0,6 meter.
Karena objek yang ditampilkan oleh citra satelit Quickbird lebih detail dari objek yang
ditampilkan oleh peta rupabumi. Di samping itu, kesalahan posisi dari suatu titik dalam
peta topografi tersebut dapat lebih dari 1 mm disebabkan oleh ketidaktepatan posisi
titik, pergeseran posisi, generalisasi kartografi, peta hardcopy

yang berkerut dan

seterusnya.
Masalah ini dapat diatasi dengan melakukan pengukuran GPS. Secara umum
penentuan koordinat terdiri dari dua (2) yaitu penentuan posisi absolut dan penentuan
posisi relatif. Penentuan posisi absolut atau yang lebih dikenal dengan single point
positioning adalah pengukuran koordinat absolut satu titik dalam suatu sistem koordinat
seperti WGS 1984. Penentuan posisi relatif atau yang lebih dikenal dengan differential
positioning technique, membutuhkan penggunaan dua (2) receiver, satu sebagai
referensi dan yang lain adalah posisi yang akan ditentukan koordinatnya.
Karena teknik penentuan posisi relatif menggunakan dua (2) receiver yang
melakukan pengukuran secara simultan, maka bias (seperti bias orbit satelit, ionosfer,
dan troposfer) bisa dikurangi dengan melakukan metode pengurangan data hasil
pengamatan antara kedua titik pengukuran. Oleh sebab itu, penentuan posisi relatif
biasanya digunakan untuk penetuan posisi yang membutuhkan akurasi tinggi. Sehingga
metode penentuan posisi relatif bisa diaplikasikan sebagai sumber data GCP.
Permasalahan
Pengukuran GCP dengan GPS metode relatif hanya efektif untuk jaring
pengamatan dengan baseline yang pendek. Jika jarak anatartitik pengamatan bertambah
panjang maka residual error akan bertambah besar yang mengakibatkan kualitas
koordinat hasil pengamatan kurang baik (Satirapod and Kriengkraiwasin 2006). Di
samping itu, dalam penentuan posisi koordinat GCP dengan GPS juga ditemukan

kesulitan jika satelit GPS sulit atau tidak dapat diamati dari lokasi GCP tersebut atau
karena receiver sulit atau tidak dapat ditempatkan di lokasi GCP.
Keharusan mengoperasikan dua (2) receiver GPS dalam satu jaring pengamatan
mengakibatkan penggunaan GPS sebagai sumber GCP citra satelit resolusi tinggi,
kurang diminati penggunaannya oleh user citra satelit resolusi tinggi. Karena dana
untuk pengadaan dua (2) receiver GPS dual frekuensi masih sangat mahal dibandingkan
dengan receiver GPS single frekuensi.
Landasan Teori
1. Citra Satelit Quickbird
Citra satelit Quickbird adalah hasil perekaman dari satelit Quickbird yang dikelola
oleh, perusahaan penyedian citra satelit komersial dengan resolusi tertinggi di di dunia,
yaitu DigitalGlobe. Pada tahun 2001 Digitalglobe telah meluncurkan satelit Quickbird,
yang mengorbit secara sunsynchronous pada ketinggian 450 kilometer. Citra Satelit
QuickBird mempunyai resolusi spasial hingga 60 cm, sehingga memungkinkan obyek
sebesar 60 cm di permukaan bumi dapat teridentifikasi.
Tabel 1: Spesifikasi Citra Satelit QuickBird (Standart Product)

Tipe produk
Pankromatik
Multispektral
Natural color
Color infrared
Pansharpened (4
band)

Resolusi spasial dan spektral


Resolusi
Hitam
Biru
Hijau
piksel
dan
putih
60 cm
70 cm
2,4 m
2,8 m
60 cm
70 cm
60 cm
70 cm
60 cm
70 cm

Merah

Inframerah
dekat

X
X
X
X

X
X
X
X

X
X
X

X
X
X
X

X
X

Sistem koordinat citra Quickbird dalam datum WGS 84, dengan sistem proyeksi
UTM (Universal Transverse Mercator), dengan format data yang tersedia adalah data
GeoTiff dan NITF.

2. Rektifikasi
Kesalahan geometri adalah ketidaksempurnaan geometri citra yang terekam pada
saat pencitraannya, hal ini menyebabkan ukuran, posisi dan bentuk citra menjadi tidak
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Ditinjau dari sumber kesalahannya, distorsi
geometri disebabkan oleh kesalahan internal dan kesalahan eksternal (JARS, dalam
Yuwono, et al, 2008).
Kesalahan internal disebabkan oleh geometrik sensor dan bersifat sistematik
sedangkan kesalahan eksternal disebabkan oleh bentuk dan karakter obyek data
tersebut. Distorsi yang bersifat sistematik dapat dimodelkan sedangkan yang bersifat
tidak sistematik tidak dapat dimodelkan Distorsi geometrik yang bersifat sistematik
disebabkan oleh banyak faktor dan harus dikoreksi sebelum citra digunakan. Distorsi
geometrik yang bersifat sistematik biasanya telah dikoreksi oleh pengelola satelit,
karena hanya pemilik satelit yang mengetahui parameter-parameter koreksinya
(Yuwono, et al, 2008).
Distorsi geometrik yang bersifat tidak sistematik dapat dikoreksi menggunakan GCP
yang cukup dan terdistribusi merata di seluruh citra (Jensen, 1996 dalam Yuwono, et al,
2008). GCP dibutuhkan untuk mentransformasikan sistem koordinat citra yang masih
sembarang ke peta, kegiatan ini disebut rektifikasi. Rektifikasi citra dapat menggunakan
persamaan affine 2D (Jensen, dalam Yuwono, et al, 2008) atau polinomial orde satu
(Toutin dalam Pohl dalam Yuwono, et al, 2008) seperti tertulis dalam persamaan (1).

Dalam hal ini

: Posisi obyek dalam system koordinat citra


: Posisi obyek dalam system koordinat peta
: Parameter transformasi
Tingkat ketelitian hasil rektifikasi diukur dengan besar kesalahan menengah rata-rata
atau Root Mean Square Error (RMSE). Semakin kecil nilai RMSE maka semakin teliti
hasil rektifikasi. Persamaan (2) untuk menghitung nilai RMSE menurut Jensen, (1996):

dalam hal ini :


x,y : koordinat titik yang dianggap benar
x, y : koordinat titik hasil hitungan
Metode
1. Pengukuran GPS metode PPP
Pengukuran GPS metode PPP menggunakan satu (1) receiver GPS di lokasi
GCP, tanpa membutuhkan jaring kontrol (network) seperti halnya teknik pengukuran
GCP konvensional dengan GPS. Sedangkan koreksi hasil pengukuran GPS bersumber
dari post-mission satellite clock dan informasi yang disediakan oleh beberapa data
analyst centers sebagai produk yang dikeluarkan oleh International GPS Services (IGS).
Semua IGS analyst center telah memberikan layanan gratis menyediakan koreksi
satellite clock dan informasi orbit yang tepat lewat internet. Metode ini pertama kali
diperkenalkan oleh Zumberge (Satirapod dan Kriengkraiwasin, 2006). Dan pada tahun
2006, Satirapod dan Phakphong mengembangkan perangkat lunak PPP sederhana yang
dapat memberikan akurasi yang lebih baik dari 1 meter, dengan waktu pengamatan
selama 15 menit menggunakan frekuensi dual-GPS.
Metode pengukuran GPS metode PPP cocok untuk user yang bukan GPS
spesialis dan tentu saja sangat cocok untuk user citra satelit resolusi tinggi, dengan
alasan sebagai berikut;

Tidak memerlukan dua (2) receiver GPS

Koreksi informasi orbit dan jam satelit untuk data hasil pengamatan tersedia di
internet secara online

Akurasi penentuan posisi absolute bisa mencapai 20 centimeter untuk data single
frekuensi. Bandingkan dengan data pengamatan GPS konvensional metode
penentuan posisi absolut, hanya sampai 10 meter.
Cara koreksi data pengamatan
Koreksi data pengamatan dapat dilakukan secara sederhana yaitu dengan log in ke
CSRS Online Database (http://www.geod.nrcan.gc.ca/online_data_e.php). Setiap

user diwajibkan untuk registrasi dahulu sebelum submit data RINEX. Setelah data
pengamatan didownload, dan dikonversi ke dalam format RINEX, selanjutnya data
RINEX tersebut disubmit secara online seperti dijelaskan dalam gambar 1.

Gambar 1: Ilustrasi pengiriman data

Setelah data disubmit, pihak IGS akan mengirimkan koordinat terkoreksi via email.
Koordinat terkoreksi ada dalam sistem ITRF 2000. Bagi user yang biasanya
menggunakan datum WGS 1984, dapat melakukan transformasi koordinat sebelum
koordinat tersebut digunakan untuk proses rektifikasi citra.
2. Laser Positioning System
Integrasi GPS dan Laser Positioning System adalah untuk menghasilkan GCP
dengan ketelitian horizontal yang tinggi. Laser Positioning System digunakan untuk
area yang banyak obstruksi seperti di lokasi pemukiman yang padat, receiver GPS
tidak bisa ditempatkan atau sinyal GPS tidak bisa diterima oleh receiver. Titik-titik
TS1, TS2, TS3, dan TS4 seperti terlihat di gambar 2 adalah titik-titik dimaksud.

TS4
TS1
GCP
TS3

TS2

Gambar 2: Ilustrasi penempatan GPS dan titik sekutu

Di titik GCP

ditempatkan receiver GPS. Setelah pengukuran GPS selesai

dilaksanakan maka di titik tersebut ditempatkan alat Laser Positioning System. Titik
TS1, TS2, TS3, dan TS4 dinamakan dengan titik sekutu. Laser Positioning System
digunakan untuk mengukur bearing dan jarak dari GCP ke Titik Sekutu. Berdasarkan
data bearing dan jarak yang diperoleh dari laser, maka dapat diketahui jarak searah
sumbu X dan sumbu Y. Dengan mengikatkan jarak tersebut terhadap koordinat GCP,
maka koordinat dari Titik Sekutu dapat diketahui.
Aplikasi
Metode ini sudah diterapkan dalam penentuan GCP untuk citra satelit Quickbird
resolusi 0.6 meter dan World view resolusi 0.5 meter area Jawa Timur dengan luas
4.711 km2. Penempatan GCP mengacu pada kriteria berikut:
-

Mudah diakses dan diidentifikasi

Tidak menganggu fasilitas umum

Obstruksi maksimum 15 ke semua arah

Bebas dari efek multipath

Berdasarkan kriteria di atas maka diperoleh 134 buah titik GCP seperti terlihat di
gambar 3. Pengukuran GCP diselesaikan dengan menggunakan satu (1) receiver GPS
dan satu (1) Laser Positioning System hanya dalam waktu satu (1) bulan.

Gambar 3: Ilustrasi sebaran GCP

Kesimpulan
Integrasi GPS dan Laser Positioning System merupakan metode yang sangat mudah,
murah, cepat dan efektif dalam rangka pengukuran GCP untuk citra satelit resolusi
tinggi seperti Quickbird, World View, IKONOS, dan GeoEye1. Aplikasi untuk masingmasing citra bisa dijadikan studi lebih lanjut dalam rangka meningkatkan ketelitian
horizontal citra satelit resolusi tinggi.

Foto-foto lapangan

Daftar Pustaka
Satirapod, C. dan Kriengkraiwasin, S. (2006) Performance of Single-frequency
GPS Precise Point Positioning avalaible from
http://www.gisdevelopment.net/technology/gps/ma06_19pf.htm
R. Agus Tri Yuwono, Harintaka, Aryono Prihandito, 2008, Penyatuan BidangBidang Tanah Melayang Menggunakan Citra Quickbird Untuk Pembuatan
Peta Pendaftaran Tanah, Media Teknik, Edisi November, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada
http://www.geod.nrcan.gc.ca/

Anda mungkin juga menyukai