Anda di halaman 1dari 3

Preliminary Essay: Cyber Crime

Mata Kuliah Transnational Organized Crime


Oleh: Afifa Hilya Kamila (NIM. 125120407121015)
Perkembangan teknologi dari masa ke masa adalah salah satu fenomena yang tidak
bisa dihindari. Internet merupakan salah satu hasil dari perkembangan teknologi
digital hasil gabungan antara teknologi telekomunikasi, media dan informasi.
Keberadaan internet menjadi hal yang bermanfaat untuk seluruh masyarakat dunia
untuk berbagai kegiatan, seperti mencari informasi, mengirim informasi dan
melakukan konektivitas bahkan tanpa adanya batas. Pada tahun 2011, setidaknya 2,3
miliar orang atau sekitar lebih dari sepertiga penduduk dunia memiliki akses ke
internet.1

Namun

sayang,

dalam

perkembangannya

sejumlah

pihak

justru

menggunakan kemudahan akses ini untuk melakukan tindak kejahatan.


Cyber crime adalah aktifitas kejahatan baru yang timbul dari pemanfaatan internet.
Cyber crime dikategorikan sebagai aktifitas kejahatan lintas batas karena ruang
lingkupnya sendiri secara natural sangat luas dan borderless. Dalam hubungan cyber
crime dengan TOC, ada beberapa kategori yang menghubungkan keduanya, karena
dalam sejumlah kasus cyber crime tidak semua kejahatan yang dilakukan melalui
internet adalah kejahatan transnasional. Beberapa aktifitas cyber crime tidak memiliki
keterkaitan dengan TOC ketika aktifitasnya dilakukan oleh individu dan tidak
mencakup kategori yang ditentukan UNTOC. Sedangkan UNTOC mendefinisikan
aktiftitas cyber crime yang masuk kedalam TOC sebagai aktifitas yang bersifat
transnasional secara natural, berhubungan dengan kelompok organized crime, dan
memiliki tujuan pencapaian materi atau finansial.2
Karena kemudahan yang diberikan oleh internet, kelompok organized crime
tradisional kemudian menggunakan internet sebagai media aktifitasnya. Bagi aktifitas
organized crime, internet adalah media ideal karena ketersediaannya yang global dan
dapat diakses secara bebas. Sehingga internet kemudian menjadi salah satu media
penting dalam aktifitas organized crime yang diperlukan secara real time.
Berbeda dengan aktifitas kejahatan lainnya seperti narkoba, penjualan manusia,
penyelundupan pekerja, dan lain-lain, cyber crime belum memiliki aturan hukum
1 UNODC. 2013. Comprehensive Study on Cybercrime. UNODC Draft, February 2013
2 Gillian Murray. UNODC and Cyber Crime. Diakses dari
http://www.ictparliament.org/sites/default/files/pf2011-murray_unodc.pdf

yang mengatur khusus. Meski demikian, cyber crime dianggap sebagai masalah serius
dan UNODC melalui UNTOC sudah banyak mengajukan program-program dalam
mengatasi cyber crime.
Taktik cyber crime sendiri sangat beragam, seperti spionase, propaganda, modifikasi
data, dan manipulasi infastruktur.3

Kemudian jenis aktifitas-aktifitasnya seperti

hijacking, carding, cracking, sampai ada yang disebut sebagai cyber terrorism. Cyber
terrorism ini adalah contoh nyata dari relasi antar TOC dan cyber crime dimana
aktifitas-aktifitas terrorisme menggunakan internet sebagai medianya. Tindakan
kejahatan dikategorikan sebagai cyber terrorism adalah jika aktifitasnya mengancam
pemerintah atau warganegara, termasuk cracking ke situs pemerintah atau militer.
Dalam kasus cyber terrorism, menunjukkan bahwa aktifitas kejahatan sebenarnya
terus melebar. Terorisme sendiri tidak secara langsung dikategorikan sebagai TOC,
karena tidak semua aktifitasnya berkaitan dengan TOC. Hanya beberapa aktifitas
terrorisme yang memiliki tujuan lain seperti tujuan finansial atau aktifitas terorisme
yang pendanaannya diperoleh dari aktifitas kejahatan transnasional. Hubungan antara
terrorisme dan TOC mengindikasikan kegagalan program-program counter terrorism
yang dicanangkan berbagai macam organisasi internasional. Meski demikian,
program sejenis tidak hanya berhenti sampai disitu.
Dalam programnya memberantas terorisme yang berhubungan dengan TOC, muncul
lagi yang disebut dengan cyber terrorism. Aktiftas ini menunjukkan hibridisasi dari
kategori di dalam TOC sendiri. Hal tersebut terjadi karena adanya kemiripan tujuan,
meskipun berbeda. Maka kemudian mereka saling menggunakan satu sama lain
dengan adanya mutual benefit.
Selain cyber terrorism, cyber space juga digunakan sebagai sarana money laundering. 4
Hal ini menunjukkan strategi-strategi dari organized crime yang terus berkembang.
Williams dalam Chatterjee mengatakan bahwa, Organized crime cenderung sangat
tanggap dalam mengidentifikasi dan menangkap peluang bagi kegiatan dan usaha
illegal baru. Dalam konteks ini, internet dan pertumbuhan elektronik menawarkan
prospek baru yang sangat besar untuk keuntungan gelap.5
3 Kenneth Geers. Cyberspace and the Changing Nature of Warfare. NATO Keynote Speech
4 J. Chatterjee. 2005. The Changing Structure of Organized Crime Groups. Research and
Evaluation BranchCommunity, Contract and Aboriginal Policing Services Directorate Royal Canadian
Mounted Police
5 Ibid.

Jadi sebenarnya jika kita lihat lebih dalam, cyber crime menjadi sebuah ancaman dan
dikategorikan sebagai TOC bukan karena sifat naturalnya yang transnasional. Ketika
aktifitas cyber crime hanya merugikan individu, seperti kasus carding, maka hal
tersebut tidak menjadi bahasan dalam TOC tapi hanya dikategorikan sebagai tindak
kriminal. Namun cyber crime menjadi isu yang serius karena media nya, yaitu cyber
space adalah media yang paling esensial dalam aktifitas organized crime. Sehingga
dalam mengatasi TOC, cyber crime menjadi salah satu fokusnya.

Anda mungkin juga menyukai