Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Kepuasan adalah keadaan senang atau puas terhadap tindakan, kejadian

atau pelayanan dan sangat ditentukan oleh harapan dan pengalaman seseorang.
Apabila mendapatkan pengalaman pelayanan kesehatan lebih baik daripada yang
diharapkannya sehinga timbul rasa puas dan sebaliknya apabila pengalaman
selama mendapatkan pelayanan kesehatan lebih rendah (lebih buruk) daripada
yang diharapkannya maka mereka akan merasa tidak puas (Sixam, et al., 1998;
Pascoe dalam Krowinsky dan Steiber).
Salah satu cara menilai kepuasaan melalui interaksi antara pasien dan
penyelenggara pelayanan kesehatan. Interaksi ini dapat memberikan kesempatan
bagi pasien untuk menilai dan mengevaluasi kualitas pelayanan kesehatan yang
didapat, bagi pihak penyelenggara pelayanan interaksi ini dapat dijadikan
kesempatan untuk menilai persepsi dan kualitas pelayanan dari sudut pandang
pasien. Hasil penilaian tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
para pengambil keputusan demi memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan di
institusi terkait (Peprah & Atarah, 2014).
Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 menegaskan bahwa setiap
orang memiliki hak yang sama dalam memperoleh akses sumber daya di bidang
kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau. Sehingga dibuat Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undangudang Nomor 24 Tahun 2011 bahwa wajib bagi setiap warga Indonesia dan warga
asing yang telah berdiam di Indonesia selama minimal enam bulan menjadi
anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yaitu Badan Penyelenggara Jaminan
Kesehatan (BPJS). Berdasarkan siaran pers BPJS tahun 2015 yang berisi evaluasi
kinerja BPJS selama 1 tahun didapatkan 17.280 responden masyarakat,
menyatakan 81% puas terhadap BPJS Kesehatan, hal ini melampaui target
kepuasan masyarakat yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu sebesar 75%.
Persentase total sebesar 81% itu merupakan gabungan dari indeks kepuasan

peserta terhadap layanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), Fasilitas


Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL), Kantor Cabang, dan BPJS
Kesehatan Center. Di tingkat FKTP, indeks kepuasan Puskesmas didapatkan
(73%). Berdasarkan sisi kepuasan fasilitas kesehatan terhadap BPJS Kesehatan
didapatkan 78%. Angka ini melebihi target pemerintah yaitu 65%. BPJS sudah
dikenal baik oleh masyarakat hal ini terlihat dari 10.202 responden yang diambil
dari 12 Divisi Regional di seluruh Indonesia, sebanyak 95% di antaranya telah
mengenal BPJS.(BPJS,2015 ; Perpres RI Nomor 23 tahun 2011; Perpres RI
Nomor 12 tahun 2013;Ratih, Dewi, 2012)
Puskesmas Palaran merupakan salah satu puskesmas di Samarinda dengan
tingkat kunjungan puskesmas yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari peningkatan
kunjungan rawat jalan pada tahun 2014 dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun
2013 didapatkan 45.707 kasus sedangkan tahun 2014 didapatkan56.943 kasus.
Dari 56.943 kasus, sebanyak 79 % peserta Jamkesda, sebanyak 8620 kasus atau
15,13 % merupakan peserta BPJS dan 5,87 % menggunakan jaminan lain. BPJS
mulai diterapkan sejak 1 Januari 2014 di Puskesmas Palaran dan pasien pengguna
BPJS masih rendah selain itu belum pernah ada penelitian sebelumnya yang
bertujuan untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien peserta BPJS Kesehatan
terhadap pelayanan kesehatan yang telah dilakukan. Oleh karena itu, peneliti
tertarik dan berupaya untuk dapat mengetahui gambaran kepuasan pasien peserta
JKN BPJS Kesehatan terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Palaran Kota
Samarinda. (Lisma, dkk ,2015)
1.2.

Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran kepuasan pasien peserta BPJS terhadap pelayanan

kesehatan di Puskesmas Palaran Samarinda ?


1.3.

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kepuasan pasien peserta BPJS terhadap pelayanan

kesehatan di Puskesmas Palaran Samarinda.

1.4.

Manfaat Penelitian

1.3.1. Manfaat Ilmiah


a. Menambah wawasan ilmiah dan pengetahuan di bidang ilmu kesehatan
masyarakat khususnya mengenai kepuasan pasien peserta BPJS
terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Palaran Samarinda.
b. Sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.3.2. Manfaat bagi Peneliti
a. Meningkatkan

pengalaman

dan

keterampilan

peneliti

dalam

menganalisis persoalan yang ada dimasyarakat.


b. Sebagai sarana pembelajaran dan penerapan dari ilmu pengetahuan
yang telah diperoleh selama pendidikan dokter khususnya di bidang
ilmu kesehatan masyarakat.
1.3.3. Manfaat bagi Puskesmas
a. Hasil penelitin ini dapat digunakan oleh para pengambil keputusan
sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan secara kreatif dan inovatif.

BAB 3
KERANGKA KONSEP

1.1. Kerangka Konsep

1.2.

Hipotesis
1.

Terdapat hubungan antara ukuran atrium kiri terhadap kejadian


fibrilasi atrium pada pasien stenosis mitral di RSUD A.W. Sjahranie
Samarinda.

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1.

Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional

yang ditujukan untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien peserta Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Puskesmas Palaran Kota
Samarinda.
4.2.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian di Poli Umum dan Poli Lansia Puskesmas Palaran Kota

Samarinda selama periode 18 Mei 23 Mei 2015.


4.3.

Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian


Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berobat
di Poli Umum dan Poli Lansia Puskesmas Palaran Kota Samarinda.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah semua pasien peserta Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang berobat di Poli Umum dan Poli Lansia
Puskesmas Palaran Kota Samarinda selama periode 18 Mei 23 Mei 2015.
4.3.3. Cara Pengambilan Sampel Penelitian
Pengambilan sampel menggunakan cara Purposive Sampling, yakni
sampel diambil karena dianggap memiliki informasi yang diperlukan oleh
peneliti. Sampel diperoleh dari Poli Umum dan Poli Lansia Puskesmas Palaran
Kota Samarinda serta memenuhi kriteria sampel selama periode 18 Mei 23 Mei
2015.

4.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria Inklusi
Pasien dimasukkan ke dalam kriteria inklusi jika :
a. Merupakan pasien peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan yang berobat di Poli Umum dan Poli Lansia
Puskesmas Palaran Kota Samarinda selama periode 18 Mei 23 Mei
2015.
b. Pasien bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Kriteria Eksklusi
Pasien dimasukkan ke dalam kriteria eksklusi jika :
a. Merupakan pasien peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan yang berobat di Poli Umum dan Poli Lansia
Puskesmas Palaran Kota Samarinda selama periode 18 Mei 23 Mei
2015 dan menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian.
4.4.

Cara Pengumpulan Data


Data Sekunder
Diambil dari rekam medis untuk mengetahui identitas, hasil pemeriksaan

(ekokardiografi dan elektrokardiografi), dan diagnosis pasien. Namun jika dari


data rekam medis hasil pemeriksaan tidak lengkap, maka data diperoleh dengan
melakukan kunjungan ke rumah pasien.
4.5.

Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan data rekam medik

pasien.
4.6.

Variabel Penelitian
a. Variabel bebas (independent variable)

: ukuran atrium kiri

b. Variabel terikat (dependent variable)


4.7.

: fibrilasi atrium

Definisi Operasional

4.7.1. Stenosis Mitral


Stenosis mitral adalah diagnosis penyakit yang tercantum didalam rekam
medis pasien yang ditegakkan oleh dokter spesialis jantung berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan ekokardiografi.
Kriteria objektif :
Ya

: Pasien mengalami stenosis mitral.

Tidak : Pasien tidak mengalami stenosis mitral.


4.7.2. Ukuran Atrium Kiri
Ukuran atrium kiri adalah nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran
diameter anteroposterior (AP) ruang atrium kiri yang dilakukan oleh dokter
pemeriksa. Pengukuran dimulai dari tepi posterior dinding aorta sampai tepi
posterior dinding atrium kiri dengan menggunakan teknik parasternal long-axis
view oleh 2-dimensional M-mode echocardiography saat fase sistol akhir
ventrikel. Nilai cut-off sebesar 4.50 cm digunakan sebagai indikator pembesaran
atrium kiri secara signifikan (Wheeldon, et al., 1998) dan menurut Lang et al.
(2006) dimensi atrium kiri sebesar 4.5 cm (lihat tabel 2.3) termasuk kriteria
moderately abnormal (untuk perempuan) dan mildly abnormal (untuk laki-laki).
Kriteria objektif :
Membesar

: LA dimension > 4.50 cm

Normal

: LA dimension < 4.50 cm

4.7.3. Fibrilasi Atrium


Fibrilasi atrium adalah diagnosis penyakit yang tercantum didalam rekam
medis pasien yang ditegakkan oleh dokter spesialis jantung berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan elektrokardiografi. Pada rekaman
EKG ditandai oleh perubahan gelombang P menjadi gelombang osilasi cepat atau

fibrilasi dengan berbagai variasi baik bentuk, ukuran dan waktunya (Firdaus,
2007; Fuster, et al., 2011).
Kriteria objektif :
Ya

: Pasien mengalami fibrilasi atrium.

Tidak

: Pasien tidak mengalami fibrilasi atrium.

4.8.

Alur Penelitian

Informed consent

Menolak

Menerima

Pengolahan, penyajian,
dan analisis data

Pembahasan

Kesimpulan

4.9.

Pengolahan Data dan Penyajian Data


Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft

Excel 2007 dan software IBM SPSS Statistic v19 dan hasil penelitian disajikan
dalam bentuk rerata + standar deviasi, jumlah (n) dan/atau persentase (%) di
dalam tabel, narasi atau grafik.
4.10.

Analisis Univariat dan Bivariat


Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui karakteristik setiap variabel

dalam penelitian meliputi distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.
Kemudian setelah itu dilakukan analisis bivariat. Distribusi variabel parametrik

dievaluasi dengan one-sample Kolmogorov-Smirnov test (untuk jumlah sampel >


30). Perolehan nilai p > 0.05 menunjukkan bahwa sebaran data normal. Untuk
variabel numerikal, perbedaan antara 2 kelompok yang tidak berpasangan
dianalisis dengan menggunakan Independent Sample T-Test (setelah memenuhi
syarat uji parametrik). Two-tailed p values kurang dari 0.05 menunjukkan suatu
perbedaan yang signifikan. Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel kategorikal dianalisis dengan menggunakan Fishers Exact Test. Jika
diperoleh Two-sided p values kurang dari 0.05 menunjukkan suatu hubungan yang
signifikan (Paramita, 2012).
1.1.

Jadwal Kegiatan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai