Bedah Iskandar Bagus Arya
Bedah Iskandar Bagus Arya
Dr ISKANDAR JAPARDI
Fakultas Kedokteran
Bagian Bedah
UniversitaS Sumatera Utara
I.
Pendahuluan
II.
menderita epilepsi (Yerby, 1991; Lander, 1992). Terjadinya suatu bangkitan sangat
berbahaya baik untuk ibu maupun fetus akibat trauma yang timbul. Supresi detak
jantung janin selama proses persalinan akibat bangkitan yang timbul.
Penelitian prospektif yang dilakukan oleh Schmid dan kawan-kawan, ari 122
wanita hamil, ditemukan bahwa kehamilan tidak berpengaruh terhadap frekuensi
bangkitan pada 68 kehamilan (50%), jumlah bagkitan meningkat 37%, dan
frekuensi bangkitan menurun pada 13% (Laidlaw, 1988).
Studi terdahulu menemukan pasien-pasien dengan epilepsi yang berat
kemungkinan akan bertambah buruk, dan kadar obat anti epilepsi yang diminum
tidak sesuai, tetapi studi yang baru membuktikan bahwa perburukan tidak terjadi
(Holmes, 1985; Liadlaw, 1988)
Pada wanita hamil volume plasma meningkat kira-kira sepertiga pada
trisemester ketiga, hal ini disebabkan oleh efek dilusi. Penentuan danangka
penurunan dari konsentrasi obat anti epilepsi berbeda ubtuk setiap jenis obat.
Penurunan kadar obat dalam adrah untuk fenitoin kira-kira 80% terjadi pada
trisemester pertama, juga serupa dengan fenobarbital. Untuk karbamazepin terbesar
penurunannya pada trisemester ketiga (Yerby,1991).
Pada wanita hamil dengan bangkitan dan telah mendapat obat anti
epilepsi maka pemeriksaan yang perlu dilakukan yaitu:
1. pemeriksaan kadar obat dalam darah
2. EEG
3. CT Scan, bila ada kelainan neurologik, dilakukan tergantung pada stadium
kehamilan.
Perubahan-perubahan konsentrasi obat anti epilepsi secara teratur harus dimonitor
setiap bulan.
IV.
Komplikasi persalinan
Neonatus wanita epilepsi yang hamil mengalami lebih banyak resiko karena
kesukaran yang akan dialami ketika partus berjalan. Partus prematur lebih sering
terjadi pada wanita epilepsi. Penggunaan obat anti epilepsi mengakibatkan kontraksi
uterus yang melemah, ruptur membran yang terlalu dini. Oleh karena itu maka
partus wanita epilepsi hampir selalu harus dipimpin oleh pakar obstetrik.
Penggunaan firsep atau vakum sering dilakukan dan juga seksio saesar. (dikutip dari
Warta Epilepsi. 1992)
Teramo dan kawan-kawan (1985) menemukan, tak seorangpun dari 170
bangkitan umum pada 48 kehamilan yang diikuti selama 24 jam menunjukkan
komplikasi obstetrik (laidlaw, 1988).
Komplikasi persalinan baik untuk ibu dan bayi adalah:
! Frekuensi bangkitan meningkat 33%
! Perdarahan post partum meningkat 10%
! Bayi mempunyai resiko 3% berkembang menjadi epilepsi
! Apabila tanpa profilaksis vitamin K yang diberikan pada ibu, terdapat
resiko 1)% terjadi perdarahan perinatal pada bayi (Johnston, 1992)
V.
2.
3.
4.
5. Fenobarbital
Terdapat sedikit keterangan mengenai teratogenik dari obat ini, studi
awalmengatakan bahwa sebagian besar manita epilepsi mendapat kombinasi
antara fenotoin dan fenobarbital. Efek teratogenik obat ini kurang bila
dibandingkan dengan obat anti epilepsi lain dan pada manusia, Shapiro dan
kawan-kawan (1976) menemukan fenobarnbital tidak menyebabkan
meningkatnya angka malformasi (Laidlaw, 1988; Yerby,1991).
Pemakaian obat ini dapat mengakibatkan sindrom fenobarbital fetus, yang
berupa Dismorfim wajah, gangguan pertumbuhan pre dan postnatal,
perkembangan lambat (Yerby, 1991).
Bagian Obstetri dan Ginekologi Akademi Amerika menganjurkan pemakaian
fenobarbital sebagai obat pilihan untuk wanita epilepsi yang hamil
(Yerby,1991).
Sullivan (1975), pada penelitiannya terhadap tikus yang hamil diberikan obat
ini mengakibatkan bibir and palatum sumbing berkisar antara 0.6 3.9%
(Yerbi, 1991). Dosis Fenobarbital antara 30 240 mg/hari (Gilman AG, 1991)
VI.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Adams RD., Victor M. 1989. Principles of Neurology. 5th ed. Singapore : Mc Graw
Hill Book.
Gilroy J. 1992. Basic neurology. 2nd ed. Singapore : Mc Graw Hill Book
Gilman AG., Rall TW., Nies AS., Taylor P. 1991. The Pharmacological basis of
therapeutics. 8th ed. Vol. 1. Singapore : Pergomen Press
Holmes GL., Weber DA. 1985. Effect of pregnancy on development of Seizure.
Epilepsia (26)4: 299-302
Johnston MV., MacDonal RL., Young AB. 1992. Principles of drug therapy in
neurology. Philadelphia : FA Davis, p. 102-104
Laidlaw J., Riches A., Oxley J. 1988. A textbook of epilepsi. 3th ed. New York :
Churchill Livingstone, p. 203-211; 544-557
Lander CM. 1992. Managing the pregnant epileptic patient. Journal of Pediatrics
Obstetrics and Gynecology. 18(4), p. 26-30
Plum F.. Fosner JB. 1982. The Diagnosis of stupor and coma. 3th ed. Philadelphia
: FA Davis Company, p. 251-253
Shorvan SD. 1988. Epilepsi untuk praktek umum. Jakarta : Ciba Geigy Pharma
Indonesia, p. 84-87
Warta Epilepsi. 1992. Epilepsi dan hormon, (37), p. 1-8
Yerby MS. 1991. Pregnancy and teratogenesis in woman and epilepsy. JohnWiley &
Sons, p. 163-181.