Anda di halaman 1dari 7

Al-Quran dan IPTEK

Ilmu dari sisi Allah SWT

Jalur Formal

Jalur non Formal

Melalui Wahyu
(Q.S. 3: 38)

Melalui Pemikiran
(Q.S. 90: 5)

Kepada para Rasul


(Q.S. 42: 53)

Langsung pada manusia


(Q.S. 2: 31, 55: 4)

Ayat Qauliyyah
(Q.S. 55: 1-2, 96: 1)

Ayat Kauniyyah
(Q.S. 3: 190)

Fungsi sebagai
pedoman hidup
(Q.S. 3: 19, 85)

Fungsi sebagai
sarana hidup
(Q.S. 11: 61)

Kebenaran mutlak
(Q.S. 2: 147, 41: 53)

Kebenaran relatif dan


akumulatif
(Q.S. 10: 63)

Skema penyederhanaan alur penurunan ilmu dari sisi Allah SWT kepada manusia

Keduanya
untuk
Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan dalam
Islam
1.

manusia agar
beribadah
kepada
Allah SWT
Sumber-sumber pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya sebagai berikut :
(Q.S. 10 : 63)

Al-quran dan As-sunnah


Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan Al-quran dan As-sunnah sebaga sumber pertama ilmu
pengetahuan. Hal ini dikarenakan keduanya langsung dari sisi Allah SWT dan dalam pengawasannya. Kewajiban
mengambil ilmu dari keduanya disampaikan Allah SWT melalui berbagai perintah untuk memikirkan ayat-ayat-Nya

2.

(Q.S. 12: 1-3), dan menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin dalam segala hal. (Q.S. 33: 21).
Alam Semesta
Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk memikirkan alam semesta (Q.S. 3: 190-192), dan mengambil
berbagai hukum serta manfaat darinya. Beberapa ayat-ayat yang telah dibuktikan oleh pengetahuan modern :
a. Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut atau nebula.(Q.S. 41: 11)
b. Ayat tentang revolusi bumi mengedari matahari. (Q.S. 27: 88)
c. Ayat tentang jenis-jenis awan, proses penciptaan hujan es dan salju. (Q.S. 24: 43)
d. Ayat tentang bahwa awal kehidupan berawal dari air. (Q.S. 21: 30)

e.

Ayat tentang proses penciptaan manusia melalui mani (nutfah)


daging: embryo (mudghah)

zygote yang melekat (alaqah)

dibungkus oleh tulang di dalam misenhyme (idhama)

segumpal

tulang tersebut dibalut

3.

oleh otot dan daging (lahma). (Q.S. 23: 14)


Diri Manusia
Allah SWT memerintahkan agar manusia memperhatikan tentang proses penciptannya, baik secara fisiologis (Q.S. 86:

4.

5), maupun psikologis: jiwa manusia tersebut (Q.S. 91: 7-10)


Sejarah
Allah SWT memerintahkan manusia agar melihat kebenaran wahyu-Nya melalui lembar-lembar sejarah. (Q.S. 12:
111) jika manusia masih ragu akan kebenaran wahyu-Nya, dan masih ragu akan datangnya hari pembalasan, maka
perhatikanlah kaum Nuh, Hud, Shalih, Firaun, dsb. Yang kesemuanya keberadaannya dibenarkan dalam sejarah hingga
saat ini.

Arah Pengembangan Ilmu


1.

Bahwa ilmu pengetahuan yang dipelajari tersebut haruslah ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. (Q.S.

2.

22: 65, 16: 14, 14: 32-34)


Bahwa ilmu pengetahuan yang dipelajari tersebut haruslah tidak menimbulkan kerusakan, baik pada diri sendiri,

3.

maupun orang lain dan alam semesta ini. (Q.S. 7: 56)


Bahwa ilmu pengetahuan yang dipelajari tersebut haruslah tidak ada pemisahan: sekularisasi ilmu yang bertujuan
mengotak-ngotakkan antara ilmu dengan agama, sehingga di dalam islam tidak dikenal adanya ilmu untuk ilmu, atau
seni untuk seni, sehingga bebas dari aturan-aturan dan norma-norma agama. Semua ilmu, seni, politik, hukum dan
semua aspek kehidupan seorang muslim tidak bisa dan tidak boleh lepas dari tatanan yang telah digariskan oleh Allah
SWT dan Rasul-Nya. (Q.S. 4: 65)

Tanda-Tanda Ilmuwan Muslim (Ulil Albab)


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bersungguh-sungguh belajar. (Q.S. 3: 7)


Berpihak pada kebenaran. (Q.S. 5: 100)
Kritis dalam belajar. (Q.S. 39: 18)
Menyampaikan ilmu. (Q.S. 14: 52)
Sangat takut kepada Allah SWT. (Q.S. 65: 10)
Bangun di waktu malam. (Q.S. 39: 9)
Akidah

Konsep Akidah
1.

Makna Akidah

Akidah menurut bahasa berasal dari fiil (kata kerja) : aqoda yaqidu uqdatan aqidatan yang kesemuanya
bermakana :
1.

Ar-Rabthu (ikatan), yaitu ikatan yang mengikat keyakinan seseorang mukmin sehingga terjaga dari berbagai

2.

kepercayaan, dan keyakinan yang bersifat khurafat dan takhayul.


Al-Jazmu (keyakinan yang mantap), yaitu keyakinan yang mantap kepada Allah SWT terhadap rezeki, kekuasaan

3.

1.

maupun keadilan, dan pertolongan-Nya.


Al-Ahdu (janji), yaitu janji untuk membela kebenaran, dan menegakkan hukum Allah SWT di muka bumi ini.
Menurut istilah terminologis : Sesuatu keyakinan dibenarkan oleh jiwa, hatinya merasa tenang karenanya, menjadi
suatu keyakinan bagi pemiliknya, dan tidak dicampuri keraguan sedikitpun.
2. Sumber-Sumber Akidah Islamiyyah
Al-quran yang merupakan kalamullah yang sama sekali tidak terdapat keraguan di dalamnnya.

2.
3.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

As-sunnah An-nabawiyyah yang merupakan penjelas dan perinci dari Al-quran.


Al ijma, yaitu kesepakatan para ulama baik salaf (terdahulu) maupun khalaf (terkemudian) tentang sesuatu hal.
3. Pilar-Pilar Aqidah Islamiyyah
Keyakinan (iman) kepada Allah SWT. (Q.S. 2: 177, 4: 136)
Keyakinan (iman) kepada malaikat-malaikat Allah SWT. (Q.S. 2: 97-98, 177, 285, 4: 136)
Keyakinan (iman) kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah SWT. (Q.S. 2: 177, 4: 136)
Keyakinan (iman) kepada para Rasul. (Q.S. 2: 98, 4: 136)
Keyakinan (iman) kepada hari akhir.(Q.S. 2: 177, 4: 135)
Keyakinan (iman) qadha dan qadar Allah SWT. (Q.S. 25: 2)

Konsep Iman
1.Makna Iman
Secara bahasa, iman berarti membenarkan (tasdhiq), sementara menurut istilah adalah : mengucapkan dengan lisan,
membenarkan dalam hati, dan mengamalkan dalam perbuatannya.

1.

1.Konsekuensi Keimanan
Mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya melebihi dari mencintai segala sesuatu termasuk dirinya. (Q.S. 9: 24, 2: 165)
Mendengar dan menaati semua yang datang dari Allah SWT dan RasulNya. (Q.S. 24: 51-52 )
Ridha terhadap semua yang datang dari Allah SWT dan Rasul-Nya. (Q.S. 4: 56)
Loyalitas yang penuh kepada Allaah SWT., Rasul-Nya. (Q.S. 2: 257)
Takut hanya kepada Allah SWT. (Q.S. 33: 39, 35: 28)
Berhukum dengan syariat Allah SWT. (Q.S. 4: 60, 6: 114)
Selalu beramal shalih, meninggalkan maksiat. (Q.S. 103: 2-3)
2.Sifat Orang-Orang yang Beriman
Jika disebut nama Allah SWT bergetar hatinya karena cinta, harap dan takut kepada-Nya. Jika dibacakan Al-quran

2.

bertambahlah keimanannya, dan mereka selalu bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. 8: 2)


Mereka senantiasa mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezekinya untuk orang kafir, miskin, dan anak

3.

yatim. (Q.S. 8: 3)
Beriman kepada rukun iman yang enam dengan keimanan yang sempurna tanpa merasa ragu-ragu sedikitpun.

1.

Berjihad dengan harta, dan jiwa raga mereka untuk menegakkan keadilan. (Q.S. 49: 15)
3.Hal-Hal yang Dapat Meningkatkan Keimanan
Ilmu, yaitu dengan meningkatkan ilmu tentang mengenal Allah SWT, seperti makna dari nama-nama Allah SWT,

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

1.

sifat-sifat-Nya, dll. (Q.S. 35: 28)


Merenungkan ciptaan Allah SWT. (Q.S. 3: 191-192)
Senantiasa meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan meninggalkan maksiat kepada-Nya. (Q.S. 83: 14)
4.Buah Keimanan
Membebaskan jiwa kita dari perbudakan manusia, dan semua makhluk menuju kemerdekaan hakiki, yaitu

2.
3.

penghambaan kepada Allah SWT saja.


Membangkitkan keberanian membela kebenaran, tidak takut mati, serta cinta syahid. (Q.S. 3: 145, 4: 78)
Merasa tenang karena jelas tujuan hidupnya, yaitu menggapai keridhaan Allah SWT. Hasilnya ia akan mendapatkan

2.
3.

berbagai kebaikan yang banyak di dunia sebelum kenikmatan di akherat kelak, berupa perlindungan-Nya (Q.S. 2:
257), petunjuk-Nya (Q.S. 22: 54, 64: 11), pertolongan-Nya (Q.S. 40: 51), penjagaan-Nya (Q.S. 10: 98),

4.

mengokokohkan kedudukan-Nya (Q.S. 24: 55), dan datangnya kebaikan (Q.S. 7: 96).
Hidupnya berada dalam ketenangan lahir bathin. (Q.S. 13: 28, 48: 4)

Urgensi Syahadatain

Dua kalimah syahadah adalah rukun islam yang pertama, dan yang paling utama. Ia merupakan dasar fondasi islam.
Dengannya Allah SWT membagi dua kelompok manusia ciptaan-Nya, yaitu : yang menerimanya disebut muslim, dan yang
menolaknya disebut kafir.
Tingginya kedudukan kedua kalimat tersebut dapat kita telaah dengan beberapa karakteristik yang muncul dari
keduanya sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Bahwa ia adalah pintu masuk ke dalam islam. (Q.S. 25: 23)


Bahwa ia merupakan intisari ajaran islam. (Q.S. 21: 25)
Bahwa ia dasar dari sebuah perubahan total. (Q.S. 6: 125, 13: 11)
Bahwa ia adalah hakikat dakwah semua nabi as. yang diutus oleh Allah SWT. (Q.S. 21: 25)
Oleh karena itu, barangsiapa yang mempelajarinya dengan sungguh-sungguh dan mengamalkannya dengan benar
dalam kehidupannya maka ia akan mendapatkan keutamaan yang besar. (H.R. Bukhari Muslim dari Muadz bin
Jabal ra.)
Arti ilah
Jika kita teliti kandungan kedua kalimat tersebut, maka kita harus melihat makna yang pertama yang sangat penting,

yaitu kata ilah. Dalam terjemah Al-quran, kita dapatkan kata tersebut diterjemahkan secara sempit menjadi Tuhan. Jika
kita melihat dalam kamus bahasa arab, maka kita dapatkan arti kata tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Merasa tenang tenteram, kita menyatakan bahwa tiada yang membuat ketenangan hati kita kecuali karena Allah

2.

SWT. (Q.S. 10: 7)


Rasa terlindungi: aman, kita menyatakan bahwa tiada yang membuat kita aman dan tiada yang dapat melindungi kita

3.

kecuali Allah SWT. (Q.S. 72: 6)


Rasa rindu, kita menyatakan bahwa tiada yang paling kita rindukan dan harapkan kecuali saat-saat perjumpaan

4.
5.

dengan Allah SWT. (Q.S. 7: 138)


Rasa cinta, kita menyatakan bahwa tiada yang paling kita cintai kecuali Allah SWT.
(Q.S. 2: 138)
Keempat makna di atas akan mengakibatkan terjadinya penghambaan kepada Allah SWT.
Marifatullah (Para Pencari Cinta)

Cara mengenal Allah


Terdapat berbagai cara yang dilakukan manusia untuk mengenal Tuhan. Secara umum dapat dikelompokkan ke
dalam dua kelompok besar, sebagai berikut :
1.

Cara pertama adalah cara yang dilakukan oleh orang-orang kafir, orang yang tidak beriman kepada Allah SWT dan
hari akhir. Mereka berusaha mencari jawaban tentang keberadaan tuhan melalui panca indera dan hawa nafsu.
Akibatnya, ketika Tuhan tersebut tidak dapat mereka lihat, tidak dapat didengar, tidak dapat dirasa, dan tidak dapat
dicium, maka mereka berkesimpulan bahwa Tuhan tidak ada, atau paling tidak mereka menerima keberadaan
keberadaan Tuhan dengan dihantui oleh keraguan-keraguan yang besar. (Q.S. 24: 50), dan akhirnya mereka tidak

2.

makrifah (mengenal) Allah SWT.


Cara kedua adalah cara islam dalam mengenal Allah SWT, yaitu dengan meneliti dan menafakkuri alam semesta
beserta segala keindahan, kerapihan dan kedahsyatannya. (Q.S. 41: 53, 3: 190) lalu menggabungkannya dengan
isyarat-isyarat yang ada di dalam Al-quran (Q.S. 95: 1-5), sehingga sampai kepada sikap membenarkan tentang
adanya Sang Maha Pencipta, dan Maha Pengatur. (Q.S. 3: 191)

Dalil-Dalil bukti eksistensi Allah


1.

Dalil fitrah, bahwa fitrah manusia siapapun dia adalah mengakui akan eksistensi sesuatu yang berkuasa yang sangat
dibutuhkannya terutama pada saat ia menghadapi kondisi-kondisi yang genting. (Q.S. 7: 172, 29: 61)

2.

Dalil inderawi, bahwa keberadaan panca indera manusia, dan apa yang dapat diinderai oleh kelima indera tersebut

3.
4.

menjadi dalil bagi keberadaan dan kebesaran Penciptanya. (Q.S. 54: 1, 17: 1)
Dalil akal, keberadaan sesuatu menunjukkan adanya yang menciptakannya. (Q.S. 41: 53, 27: 88).
Dalil dari ayat-ayat Al-quran (Q.S. 4: 82, 17: 88). Allah SWT menurunkan Al-quran dengan berbagai mukjizat di
dalamnya. Semua kisah-kisah-Nya dibenarkan sejarah. Semua teorinya tentang ilmu pengetahuan pun dibenarkan

5.

oleh para ilmuwan.


Dalil sejarah, Allah SWT menyebutkan tentang berbagai kisah yang kesemuanya dibenarkan oleh para ahli sejarah.
Peninggalan-peninggalannya masih tersisa hingga saat ini, dan dapat dilihat untuk membuktikan kebenaran Al-

6.

quran. (Q.S. 3: 137, 7: 176)


Dalil logika statistika, semua keteraturan menunjukkan adanya Allah SWT sebagai yang menciptakan (al-khaliq),
dan sekaligus senantiasa mengatur ciptaannya setiap waktu (al-qayyum)

Mencintai Allah SWT


Tanda-tanda seorang yang mencintai Allah SWT, adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Banyak mengingat Allah SWT. (Q.S. 8: 2)


Terpesona. (Q.S. 1: 1)
Ridha: rela. (Q.S. 9: 62)
Berkorban. (Q.S. 2: 207)
Takut. (Q.S. 21: 90)
Penuh harap. (Q.S. 21: 90)
Patuh. (Q.S. 4: 80)

Hal-Hal yang Menghalangi Marifatullah


Penghalang-penghalang kita untuk mengenal Allah SWT ada dua macam, yaitu : penyakit syahwah (berkaitan dengan hati,
berupa nafsu dan kesenangan) dan penyakit syubhat (berbagai hal yang menimbulkan keraguan, lebih banyak berkaitan
dengan masalah akal dan logika)

1.

Yang termasuk penyakit syahwah, diantaranya :


a. Al-fisqu (kefasikan
Orang fasik adalah orang yang ternoda kehormatan dan kredibilitasnya akibat kesalahan yang ia lakukan.
b.

Kebalikan dari orang yang adil yang tidak tercela.


Al-kibru (kesombongan)
Suatu ketika, seorang sahabat yang suka pakaian dan sandal bagus menanyakan tentang dirinya apakah termasuk
sombong atau tidak, Rasulullah SAW menjawab bahwa sombong itu adalah menolak kebenaran dan

c.

meremehkan orang lain.


Azh-zhulmu (kezhaliman)
Adalah sikap melampaui batas

atau menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Al-quran menyebut

kemusyrikan sebagai kezhaliman yang besar karena orang yang musyrik menempatkan makhluk sejajar dengan

2.

d.

Allah SWT.
Al-kadzibu (dusta)
Dikatakan oleh Rasulullah SAW bahwa dusta mengantarkan seorang pada dosa, sedangkan dosa akan

e.

mengantarkannya ke neraka.
Al-maashi (kemaksiatan)
Lawan kemaksiatan adalah ketaatan. Kefasikan, kesombongan, kezhaliman, dan dusta termasuk bentuk

kemaksiatan.
Yang termasuk penyakit syubhat, diantaranya :
a. Al-jahlu (kebodohan)
Islam menjungjung tinggi ilmu dan orang yang berilmu (ulama) bahkan wahyu yang pertama kali turun adalah
b.

perintah untuk mencari ilmu (membaca)


Al-irtiyah (keragu-raguan)

Penyakit ini terindikasi dengan identitas dan kepribadian yang tidak jelas. Rasullulah SAW berpesan agar kita
c.

meninggalkan yang ragu-ragu dan beralih pada yang tidak meragukan.


Al-inhiraf (penyimpangan)
Penyimpangan dapat berawal dari kesengajaan atau ketidaksengajaan. Akibat tidak tahu orang akan

d.

menyimpang dari jalan yang benar, hal ini dapat berlanjut pada kesengajaan untuk menyimpang
Al-ghaflah (lalai)
Kenikmatan sering membuat seseorang lalai. Akibatnya ia tidak tahu arah, akhirnya ia akan mengalami
kebimbangan dalam hidupnya.
Hakikat Manusia (Marifatul Insan)

Penciptaan Manusia
1.
2.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT di alam azali melalui dua zat dasar, yaitu ruh (Q.S. 32: 9, 15: 29), dan tanah
(Q.S. 32: 7-8, 15: 28),
Allah SWT menciptakan manusia dengan membekali tiga potensi dasar, yaitu :
a. Hati untuk diisi tekad. (Q.S. 18: 29)
b. Akal untuk diisi ilmu. (Q.S. 17: 26, 67: 10)
c. Jasad untuk beramal. (Q.S. 9: 105)
Dengan ketiga potensi dasar tersebut, manusia diberi amanah untuk beribadah hanya kepada Allah SWT (Q.S. 93:
72) dan menjadi khalifah di bumi (Q.S. 2: 31). Jika manusia melakukan dua amanah tersebut, maka manusia akan
mendapaatkan balasan dari Allah SWT, baik berupa jannah atau naar (Q.S. 95: 8, 16: 97, 84: 25)

Makna Manusia
Para ulama mendefinisikan manusia sebagai :
Makhluk yang dimuliakan dan diberi tugas : beban untuk melakukan amanah (ibadah dan khalifah) dan diberi kebebasan
untuk memilih dan nanti akan di beri balasan atas pelaksanaan amanah Allah SWt tersebut
Hakekat Manusia
1.

Hakikat manusia sebagai makhluk : berada dalam fitrah (Q.S. 30: 30), bersifat lemah (Q.S. 4: 28), bodoh jika tidak

2.

mendapat hidayah Allah SWT (Q.S. 33: 72) dan faqir akan rezeki dan hidayah-Nya (Q.S. 3: 65, 14)
Manusia dimuliakan oleh Allah SWT atas segala ciptaan-Nya karena diberikan tiga hal : ditiupkan ruh (Q.S. 32: 9),
diberikan kelebihan potensi yang tidak diberikan kepada makhluk yang lain (Q.S. 17: 70), ditundukkannya alam

3.

semesta padanya (Q.S. 2: 29).


Manusia dibebani : ibadah hanya kepada Allah SWT (Q.S. 51: 56), dan endapatkan amanah menjadi khalifah di

4.

bumi (Q.S. 2: 30)


Manusia diberi kebebasan memilih apakah ia mau beriman kepada Allah SWT ataukah tidak mau beriman dan

5.

menjadi kafir (Q.S. 90: 10, 76: 3, 18: 29)


Dan atas pilihan yang diambilnya, manusia akan mendapatkan balasan, syurga (Q.S. 32: 19) atau neraka (Q.S. 32:
20)

Jenis Manusia dalam Al-quran


Allah SWT memberikan amanah kepada manusia. Mengapa ? karena Allah SWT memberikan kelebihan kepada manusia.
Ada dua jenis kelompok manusia dalam melakukan amanah tersebut, :
1.

Kelompok pertama, adalah kelompok yang menjalankan amanah disebut khalifah (wakil Allah SWT), sebagai wakil
ia harus paham:
a. Ia adalah bukan penguasa bumi yang sebenarnya. (Q.S. 24: 25)
b. Ia harus menggunakannya sesuai perintah dan keinginan yang diwakilinya (Q.S. 76: 30), yaitu Allah SWT

2.

c. Ia tidak boleh menentang perintah dari sang penguasa yang sebenarnya. (Q.S. 100: 6-11)
Kelompok kedua, adalah kelompok yang khianat (tidak menjalankan amanah dengan benar), Allah SWT
menggambarkan kondisi mereka dalam al-quran :
a. Menjadi tidak bermanfaat seperti kayu yang tersandar saja. (Q.S. 5: 60)
b. Sistem kehidupan mereka sangat lemah seperti sarang laba-laba. (Q.S. 29: 41)
c. Hati mereka keras dari zikrullah dan membaca Al-quran seperti batu. (Q.S. 2: 74)
Akibatnya, mereka sulit mendapatkan lezatnya iman. Mereka sangat bodoh karena tidakmengenal Allah SWT secara
benar, walaupun menurut mereka sangat pandai, sehingga :

a.
b.
c.
d.
e.

Seperti keledai yang membawa kitab (Q.S. 62: 5)


Mudah digiring kemana-mana seperti binatang ternak. (Q.S. 7: 179)
Licik sepert monyet. (Q.S. 5: 60)
Menjijikkan seperti anjing. (Q.S. 7: 176)
Rakus seperti babi. (Q.S. 63: 4)

Anda mungkin juga menyukai