Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Undang Undang


Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara
atau pejabat berwenang dan mengikat secara umum. Peraturan perundang-undangan
memuat aturan dan mekanisme hubungan antarwarga negara, antara warga negara dan
negara, serta antara warga negara dengan pemerintah (pusat dan daerah), dan
antarlembaga negara.
B. Pengertian Analisis Air, Makanan, dan Minuman
Adalah kegiatan yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat
dalam air, makanan dan minuman.
C. Perundang-undangan tentang Analisis Air, Makanan, dan Minuman
Manfaat Peraturan Perundangan :
1. Sebagai landasan hukum aparat pemerintah
2. Keseragaman tindakan dlm pengawasan makanan untuk melindungi masyarakat thd
makanan yang merugikan kesehatan
3. Sebagai pedoman yang wajib ditaati masyarakat
4. Pedoman yang diikuti produsen dan distributor makanan
Pokok-Pokok Yang Dimuat :
1. Hal-hal yang dilarang dan sanksi thd pelanggaran
2. Hal-hal yang bersifat membina produsen agar memproduksi makanan yang memenuhi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

persyaratan
Beberapa Peraturan Perundangan tentang Makanan yang perlu diketahui:
Undang-Undang No. 9 Th. 1960 ttg Pokok-Pokok Kesehatan
Undang-Undang No. 2 Th. 1966 ttg Higiene
Undang-Undang No 11 Th. 1962 ttg Higiene untuk Usaha-Usaha Bagi Umum
Ordonansi Bahan-Bahan Berbahaya (STBL 1949 No.377)
Undang-Undang No. 10 Th. 1961 ttg barang menjadi Undang-Undang
Undang- Undang No. 23 Th 1992 Tentang Kesehatan
Undang-Undang No, 18 Tahun tentang Pangan
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
perkebunan,kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan
bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau
pembuatan makanan atau minuman.
2. Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri
menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan
yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang
sesuai dengan potensi sumber daya lokal.

3. Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi


Pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan
kebutuhan Pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan
lokal secara bermartabat.
4. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai
dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk
dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
5. Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman
untuk dikonsumsi.
6. Produksi Pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan/atau
mengubah bentuk Pangan.
7. Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya Pangan dari hasil produksi dalam
negeri dan Cadangan Pangan Nasional serta impor apabila kedua sumber utama
tidak dapat memenuhi kebutuhan.
8. Cadangan Pangan Nasional adalah persediaan Pangan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia untuk konsumsi manusia dan untuk menghadapi
masalah kekurangan Pangan, gangguan pasokan dan harga, serta keadaan darurat.
9. Cadangan Pangan Pemerintah adalah persediaan Pangan yang dikuasai dan
dikelola oleh Pemerintah.
10. Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi adalah persediaan Pangan yang dikuasai
dan dikelola oleh pemerintah provinsi.
11. Cadangan Pangan Pemerintah Kabupaten/Kota adalah persediaan Pangan yang
dikuasai dan dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota.
12. Cadangan Pangan Pemerintah Desa adalah persediaan Pangan yang dikuasai dan
dikelola oleh pemerintah desa.
13. Cadangan Pangan Masyarakat adalah persediaan Pangan yang dikuasai dan
dikelola oleh masyarakat di tingkat pedagang, komunitas, dan rumah tangga.
D. Perundangan tentang Bahan Tambahan Makanan (BTM)
Bahan tambahan makanan adalah bahan atau campuran bahan yang secara
alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam

pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. Jadi bahan tambahan
pangan ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki kualitas yang
meningkat.Secara khusus tujuan penggunaannya bahan tambahan adalah untuk :
1. Membentuk makanan menjadi lebih baik dan lebih enak di mulut.
2. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera.
3. Meningkatkan kualitas makanan.
4. Menghemat biaya.
5. Mempertahankan atau memperbaiki nilai gizi makanan.
Penggunaan BTM ini diatur oleh perundang-undangan, oleh karena itu perlu
dipilih secara benar jika akan digunakan dalam pangan. Bahan Tambahan Pangan yang
dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia dilarang digunakan dalam pangan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, Bahan
Tambahan Makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan atau
minuman dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau
tidak mempunyai nilai gizi yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk
maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan,
pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan, untuk menghasilkan atau
diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan
tersebut.

Jenis BTP ini dapat dibedakan berdasarkan :


1. Asal bahan terdiri dari :
a. Bahan alami yang diperoleh/diekstraksi dari sumber alami seperti lechtin (dari
jagung dan kedelai) digunakan untuk emulsifier, anato dari biji ananto, (warna
kuning, karotin) dari buah-buahan dan sayuran, keuntungannnya lebih aman dan
mudah didapat, tetapi memiliki kepekatannya relatif kurang stabil karena mudah
terpengaruh oleh panas dan kondisi pH serta dibutuhkan bahan dalam jumlah
banyak.
b. Bahan identik alami umumnya terbuat dari bahan sintetis tetapi struktur
kimianya identik dengan bahan alami.
c. Bahan sintetis merupakan hasil sintesa secara kimia, contohnya sakarin dan
siklamat yang digunakan sebagai pemanis dengan keuntungan lebih stabil, lebih
pekat, dan penggunaannya hanya dalam jumlah sedikit, namun dikhawatirkan
akan memberi efek samping bagi kesehatan.
2. Cara penambahan terdiri dari :
a. Sengaja ditambahkan termasuk didalamnya pengawet, pewarna, pemanis,
pemberi aroma dan antioksidan.

b. Tidak sengaja tercampur dalam bahan makanan yang kemungkinan berasal dari
residu kontaminan proses pengolahan, pengemasan, atau penyimpanan misalnya
pupuk, pestisida, kotoran serangga, atau cemaran dari pembungkus.
3. Aturan penggunaan terdiri dari :
a. Aman (generally recognized as safe = GRAS) adalah bahan yang dosis
penggunaannya relatif bebas dan tidak dibatasi seperti pati sebagai pengental.
b. Memakai aturan penggunaan (Non-GRAS) adalah penggunaannya perlu diatur
dengan peraturan atau undang-undang mengingat tingkat bahaya dan ancaman
yang ditimbulkan zat aditif.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang BTM
yang diizinkan digunakan pada makanan terdiri dari golongan :
1. Antioksidan (Antioxidant)
2. Antikempal (Anticaking Agent)
3. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator)
4. Pemanis Buatan (Artificial Sweetener)
5. Pemutih dan Pematang Tepung (Flour Treatment Agent)
6. Pengemulsi, Pemantap, Pengental (Emulsifier, Stabilizer, Thickener)
7. Pengawet (Preservative)
8. Pengeras (Firming Agent)
9. Pewarna (Colour)
10. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa (Flavour, Flavour Enhancer)
11. Sekuestran (Sequestrant)

DAFTAR PUSTAKA

(http://materisoalppkn.blogspot.com/2013/08/pengertian-perundang-undangan.html)

Anda mungkin juga menyukai