OLEH:
PRAKTIKUM I
PENENTUAN GOLONGAN DARAH
I.
TUJUAN
Untuk mengetahui cara menentukan golongan darah secara singkat dan
akurat.
II.
DASAR TEORI
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan
antibodi yang terkandung dalam darahnya. Individu dengan golongan darah
A, memiliki sel darah merah dengan antigen A dipermukaan membran sel dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Individu
dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum
darahnya. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah
dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A
atau B. Sedangkan individu dengan golongan darah O (nol) memiliki sel
darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibod terhadap antigen A dan B.
Penggolongan darah dilakukan dengan cara berikut ini mula-mula sel darah
merah diencerkan dengan saline. Kemudian satu bagian dicampur dengan
aglutinin anti A sedangkan bagian yang lain dicampur dengan aglutinin anti
B. Setelah beberapa menit, campuran tadi diperiksa di bawah mikroskop. Bila
sel darah merah menggumpal artinya teraglutinasi . Sel darah merah
golongan O tidak mempunyai aglutinogen dan oleh karena itu tidak bereaksi
dengan serum anti A atau anti B. Golongan darah A mempunyai aglutinogen
A dan karena itu beraglutinasi dengan aglutinin anti A. Golongan darah B
mempunyai aglutinogen B dan beraglutinasi dengan serum anti B. Golongan
darah AB mempunyai aglutinogen A dan B serta beraglutinasi dengan kedua
jenis serum (Samsuri, 2004).
III.
CARA KERJA
1. Alat dan bahan
Alat
Jarum steril
Kapas
Kaca obyek
Bahan
Buffer antigen
Darah segar
Alkohol 70%
2. Cara Kerja
Mengambil darah seseorang/mahasiswa yang akan di tes golongan
darahnya. Pertama-tama, ujung jari tempat mengambil darah disterilisasi
dengan alcohol 70%. Lalu, ambil darahnya menggunakan jarum steril dan
teteskan pada objek gelas sebanyak 3 tetes. Kemudian, masing-masing
tetesan darah tersebuh ditetesi dengan buffer antigen dan amati perubahan
masing-masing tetesan darah tersebut apakah masih encer atau terjadi
penggumpalan.
IV.
HASIL
NO
NAMA
GOLONGAN DARAH
Ni Kadek Suliani
AB
V.
Ni Kadek Ariyastuti
10
Putu Epriliani
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan dari 10 orang sampel, 7
diantaranya bergolongan darah O karena setelah pemberian anti A, anti B,
dan anti AB tidak terjadi penggumpalan/aglutinasi pada ketiga antigen
tersebut. Sedangkan, 3 orang lainnya bergolongan darah AB, A, dan B.
Seseorang dinyatakan bergolongan darah AB apabila terjadi penggumpalan
pada anti AB, penggumpalan darah terjadi apabila Aglutinogen A dan
B bertemu dengan Aglutininin (Anti A) dan Aglutinin (Anti B). Apabila
terjadi penggumpalan pada anti A maka orang tersebut dinyatakan
bergolongan darah A, penggumpalan darah terjadi apabila Aglutinogen A
bertemu dengan Aglutininin . Sedangkan apabila terjadi penggumpalan pada
anti B maka orang tersebut dinyatakan bergolongan darah B, penggumpalan
darah terjadi apabila Aglutinogen B bertemu dengan Aglutininin .
VI.
PENUTUP
1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Addhy. 2013. Penentuan Golongan Darah (Online).
Available : http://addhy-ardhy.blogspot.com/2013/07/penentuangolongan-darah.html
WITA
Wikihow. 2011. Menentukan Golongan Darah (online).
Available : http://id.wikihow.com/Menentukan-Golongan-Darah
Diakses tanggal 01 Mei 2015 pukul 18.37 WITA
Dina. Laporan Praktikum Golongan Darah (online).
Available :
https://www.academia.edu/8070112/Laporan_Praktikum_Golongan_
Darah
Diakses tanggal 01 Mei 2015 pukul 19.25 WITA
Praktikum II
UJI KABOHIDRAT
Uji Yodium
I.
TUJUAN
Untuk mengidentifikasi kandungan kabohidrat secara kualitatif, dengan
menggunakan iodin.
Pipet tetes
Gelas Kimia (untuk memanaskan air)
1 Buah Penjepit tabung reaksi
Bahan :
Air
Larutan pati 1 %
Larutan yodium 0, 01 M
Larutan Na2S2O3
2. Cara Kerja
Alat dan bahan disiapkan, lalu Disediakan 2 buah tabung reaksi,
pertama ke dalam tabung dimasukan larutan pati 1% sebanyak 5ml (30
tetes) dengan menggunakan pipet tetes. Ke dua dimasukan larutan yodium
0, 01 M ke kedalam tabung reaksi dengan pipet tetes sebanyak 3 tetes,
tabung dikocok perlahan warna larutan akan berubah menjadi warna biru
pekat kehitaman. Ketiga dibuat perlakuan yang berbeda pada kedua tabung
yaitu :
1) Tabung I dipanaskan sampai warna biru menghilang
2) Tabung II ditetesi larutan Na2S2O3 tetes demi tetes kedalamnya hingga
warna biru menghilang
IV. HASIL
No.
1
Perlakuan I
Perubahan Yang Terjadi
Di tetesi yodium 0, 01 M Warna larutan pati dari putih berubah
sebanyak 3 tetes (tabung menjadi biru pekat.
I)
Di tetesi yodium 0, 01 M Warna larutan pati dari putih berubah
sebanyak 3 tetes (tabung menjadi biru pekat.
II)
No.
1
Perlakuan II
Dipanaskan (tabung I)
Ditetesi
Larutan
bening kembali
Setelah
diteteskan
Na2S2O3
No.
1
Perlakuan III
Perubahan Yang Terjadi
Didiamkan di udara Setelah didiamkan beberapa saat terjadi
terbuka (tabung I)
Didiamkan
di
biru pekat)
udara Setelah didiamkan beberapa saat tidak
terjadi perubahan warna pada larutan,
warna larutan tetap bening.
V. PEMBAHASAN
Perlakuan 1
Percobaan uji iodium ini bertujuan untuk memisahkan
antara polisakarida, monosakarida dan disakarida. Iodium memberik
anwarna kompleks dengan polisakarida. Amilum memberikan
warna biru pada iodium.Pati mengandung suatu alpha-amilosa yang
merupakan polimerdari glukosa dengan ikatan glikosida 1,4-alpha.
Struktur alpha-amilosa membentuk suatu alpha-helix. Molekulmolekul Iodindapat berikatan dengan molekul amilum membentuk
suatukompleks Iod-Amilum yang berwarna ungu.
VI.
tidak larut dalam air dingin dan amilopektin yang larut dalam air
dingin. Ketika amilum dilarutkan dalam air, amilosa akan
membentuk Micelles yaitu molekul-molekul yang bergerombol dan
tidak kasat mata karena hanya dapat dilihat pada tingkat molekuler.
Micelles ini dapat mengikat I2 yang terkandung dalam reagen
iodium dan memberikan warna biru khas pada larutan yang diuji.
Pada saat pemanasan, molekul-molekul akan saling menjauh
sehingga micellespun tidak lagi terbentuk sehingga tidak bisa lagi
mengikat I2. Akibatnya warna biru khas yang ditimbulkan menjadi
menghilang.
Micelles akan terbentuk kembali pada saat didinginkan dan
warna biru khaspun kembali muncul. Warna biru khas yang
ditimbulkan sebagai hasil dari reaksi positif, juga akan hilang jika
larutan yang telah positif dalam pengujian iodium ditambah dengan
Na2S2O3 1%. Ion Na+ yang bersifat alkalis akan mengikat iodium
sehingga
warna
biru
khas
akan
memudar
dan
hilang.
Reaksi:
VII.PENUTUP
1. Kesimpulan
Uji iodium ini digunakan untuk memisahkan amilum/pati yang
terkandung
dalam
larutan
tersebut.
Reaksinya
ditandai
dengan
Melakukan praktikum uji yodium ini dengan hati-hati dan teliti agar
tidak terjadi kesalahan saat praktikum dan hasil yang didapat benar-benar
akurat.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Diwan, 2011. Percobaan Iod.
Available : http://www.scribd.com/doc/100878743/Biokimia-1-3.
Diakses pada tanggal 02 Mei 2015 pukul 17.45 WITA
Mustaqim. 2012. Uji Identifikasi Karbohidrat.
Available
http://nizamora.blogspot.com/2012/09/uji-iedntifikasi-
http://siti-nurul-fst12.web.unair.ac.id/artikel_detail-79177-
Umum-karbohidrat.html
Diakses tanggal 02 Mei 2015 pukul 19.00 WITA
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia
Press
PRAKTIKUM III
UJI PROTEIN
Uji Xanthoprotein
I.
TUJUAN
Untuk mengetahui beberapa uji kualitatif protein
amino yang menunjukkan reaksi positif untuk uji ini adalah tyrosin,
phenilalanin, dan tryptophan. Reaksi positif ada yang ada pada uji xanthoprotein
adalah munculnya gumpalan atau cincin berwarna kuning. Pada uji ini,
digunakan larutan HNO3 yang berfungsi untuk memecah protein menjadi gugus
benzena (Anonim, 2010)
III. CARA KERJA
1. Alat dan Bahan
Alat :
1 Buah tabung reaksi
1 Buah pemanas air
1 Buah penjepit tabung reaksi
Pipet tetes
Gelas Kimia (untuk memanaskan air)
Bahan :
Larutan Albumin telur
Reagent HNO3 pekat.
Reagent NaOH pekat.
2. Cara Kerja
Alat dan bahan disiapkan, lalu disediakan 1 buah tabung reaksi.
Dalam tabung reaksi diisi larutan albumin telur sebanyak 2 ml (12 tetes),
lalu ditambahkan 1 ml (6 tetes) HNO3 pelan-pelan. Terlihat dalam tabung
reaksi terbentuknya presipitat putih. Larutan dalam tabung reaksi
dipanaskan, selama pemanasan warna presipitat terlihat berubah menjadi
kuning dan akhirnya larut sehingga berwarna kuning. Tabung reaksi
didinginkan, setelah dingin dengan hati-hati NaOH pekat ditambahkan
tetes demi tetes ke dalam tabung reaksi sehingga warnanya tampak
berubah menjadi orange.
IV. HASIL
Bahan
Pereaksi
Warna
Sebelum
Dipanaskan
dan
ditambahkan
Sesudah
Sesudah
Dipanaskan
HNO3
Terbentuk
Albumin
Telur
HNO3 Pekat
presipitat
berwarna
putih
dipanaskan
dan
ditambah
NAOH
Presipitat
berubah
warna
menjadi
kuning
Presipitat
menjadi
berwarna
orange
V. PEMBAHASAN
Reaksi xantoprotein terjadi pada saat larutan asam nitrat pekat ditambahkan
dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan
putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang
terjadi ialah nitrasi atau reaksi substitusi atom H pada benzene yang terdapat
pada molekul protein oleh gugus nitro. Inti benzene dapat ternitrasi oleh
asam nitrat pekat menghasilkan turunan nitrobenzene. Warna kuning disebabkan
karena terbentuknya suatu senyawa polinitrobenzena dari asam amino protein.
Reaksi ini positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin, dan
triptofan. Oleh karena itu albumin pada telur dikatakan positif mengandung
tirosin, fenilalanin, dan triptofan. HNO3 pekat berperan dalam proses
berlangsungnya reaksi nitrasi inti benzena. Sedangkan, NaOH pekat berfungsi
untuk menciptakan suasana basa pada reaksi. NaOH yang ditambahkan setelah
pemanasan agar reaksi bereaksi dengan sempurna, apabila penambahan NaOH
dilakukan lebih awal sebelum dilakukannya pemanasan maka reaksi tidak akan
terionisasi. Fungsi penambahan NaOH dan HNO3 adalah agar terjadi nitrasi pada
inti benzena yang terdapat dalam molekul protein (albumin telur). Setelah
penambahan NaOH terbentuk senyawa berwarna jingga/orange. Hal ini
disebabkan karena asam amino yang direaksikan dengan HNO3 teroksidasi. Jadi
apabila bahan makanan yang diuji terbentuk endapan putih dan berwarna kuning
jingga, maka bahan makanan tersebut mengandung cincin benzena. Yang
mengandung inti benzena adalah putih telur.
VI. PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa uji xanthoprotein merupakan pengujian yang digunakan untuk
menguji atau mengidentifikasi adanya senyawa protein. Apabila larutan
tersebut mengandung protein, maka endapan putih yang didapat, akan
berubah menjadi warna kuning apabila dipanaskan. Uji xanthoprotein
merupakan uji kualitatif pada protein yang digunakan untuk menunjukkan
adanya gugus benzena (cincin fenil). Reaksi positif pada uji xantoprotein
adalah ditandai dengan munculnya gumpalan atau cincin warna kuning.
Pada uji ini, HNO3 pekat berperan dalam reaksi nitrasi inti benzena.
Sedangkan NaOH pekat berfungsi untuk menciptakan suasana basa pada
reaksi. Senyawa berwarna jingga atau orange yang dihasilkan dari
penambahan NaOH terbentuk karena asam amino yang direaksikan dengan
HNO3 mengalami oksidasi.
2. Saran
Dari percobaan yang telah dilakukan, dan juga dari teori-teori yang
telah terpapar diatas maka dapat disarankan kepada praktikan bahwa untuk
mengetahui larutan albumin telur mengandung protein dan gugus/inti
benzena (cincin fenil) maka pengujian yang tepat adalah dengan melakukan
uji xanthoprotein, dengan dibantu oleh reagen HNO3 pekat dan reagen
NaOH pekat. Selain itu praktikan juga disarankan agar meakukan
https://ml.scribd.com/doc/228433928/Laporan-Praktikum-
PRAKTIKUM III
UJI PROTEIN
Presipitasi Protein
I.
TUJUAN
Untuk mengetahui beberapa uji kualitatif protein.
protein
merupakan
pengendapan
yang
terjadi
karena
Bahan :
Reagent CuSO3
2. Cara Kerja
Alat dan bahan disediakan, kemudian 1 buah tabung reaksi ditetesi
larutan albumin telur menggunakan pipet ukur sebanyak 12 tetes.
Kemudian ditambahkan dengan larutan CuSO3 sebanyak 3-5 tetes ke dalam
tabung reaksi yang sudah berisi larutan albumin menggunakan pipet ukur
lainnya. Kocok larutan tersebut sampai terbentuk endapan putih.
IV. HASIL
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil bahwa
pencampuran 12 tetes albumin telur dengan 3-5 tetes CuSO 3 terdapat endapan,
yang berupa endapan putih.
V. PEMBAHASAN
Protein (albumin telur) akan mengalami presipitasi bila bereaksi dengan ion
logam. Ion-ion positif yang dapat mengendapkan protein adalah; Ag+, Ca++, Zn++,
Hg++, Fe++, Cu++ dan Pb++, sedangkan ion-ion negatif yang dapat mengendapkan
protein adalah; ion salisilat, triklorasetat, piktrat, tanat dan sulfosalisilat. (Anna,
P., 1994). Menurut Ngili (2009) mengatakan bahwa sebuah protein yang
direaksikan dengan logam berat maka akan terjadi pemutusan ikatan peptida
sehingga protein akan rusak yang akan menyebabkan adanya endapan putih
dalam larutan tersebut. Selain itu menurut Kuchel dan Ralston (2006)
menyatakan bahwa agen denaturasi untuk membuka lipatan molekul protein
yaitu suhu tinggi, pH ekstrem, dan konsentrasi tinggi sehinga protein akan rusak
bila dicampurkan dan akan menimbulkan pengendapan.
VI.
PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa protein yang berada pada albumin telur akan mengalami presipitasi
bila bereaksi dengan ion logam. Protein yang berada pada albumin telur
bereaksi dengan reagen logam berat dan menghasilkan reaksi yang positif.
Sebuah protein yang direaksikan dengan logam berat maka akan terjadi
pemutusan ikatan peptida sehingga protein akan rusak yang akan
menyebabkan adanya endapan putih dalam larutan tersebut.
2. Saran
Dari percobaan yang telah dilakukan, dan juga dari teori-teori yang
telah terpapar diatas maka dapat disarankan kepada para praktikan dan
masyarakat umum bahwa protein tidak baik jika direaksikan/disatupadukan
dengan logam berat, karena protein akan menyebabkan terjadinya
pemutusan ikatan peptida, sehingga kandungan protein khususnya pada
albumin telur akan rusak.
VII.DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Uji Presipitasi Protein.
Available : https://www.academia.edu/7208646/Protein
Diakses pada tanggal 3 Mei 2015 pukul 10.15 WITA
Anonim. Uji Presipitasi Protein.
Available :
https://www.academia.edu/9726149/LAPORAN_PRAKTIKUM_UJI_KU
ALITATIF_PROTEIN_METODE_PENGENDAPAN_ALKOHOL
Diakses pada tanggal 3 Mei 2015 pukul 11.00 WITA
Anonim. Uji Presipitasi Protein.
Available :
https://www.academia.edu/1123025/Contoh_Laporan_Kimia_Dasar
Diakses pada tanggal 3 Mei 2015 pukul 11.28 WITA
PRAKTIKUM IV
UJI LEMAK
Penentuan Angka Penyabunan
I.
TUJUAN
Untuk mengetahui beberapa uji kualitatif lemak.
= 4 gram
minyak, warna merah mulai menghilang dan terjadi perubahan warna menjadi
merah muda saat penggunaan volume HCl sebanyak 10 ml.
Angka penyabunan =
=
= - 69,5
V. PEMBAHASAN
Minyak tidak larut dalam air sehingga dibutuhkan alkohol untuk
melarutkannya, karena alkohol adalah pelarut untuk bahan organik. Penambahan
alkohol pada minyak yang ingin ditentukan kadar asam lemak bebasnya
bertujuan untuk melarutkan minyak saat proses pemanasan. Hal ini diperkuat
oleh pernyataan Anonim (2012) yaitu fungsi penambahan alkohol adalah untuk
melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar dapat bereaksi dengan basa
alkali. Karena alkohol yang digunakan adalah untuk melarutkan minyak,
sehingga alkohol (etanol) yang digunakan konsentrasinya berada di kisaran 9596%, karena etanol 95 % merupakan pelarut lemak yang baik (Anonim, 2012).
Alkohol yang ada pada KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil
hidrolisa agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga membentuk sabun.
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak
terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis
dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa
minyak adalah gliserol dan asam lemak bebas (ALB).
Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman,
dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak
kadar asam lemak bebas (ALB) yang terbentuk. Asam lemak bebas dalam
kosentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sangat merugikan.
Setelah dipanaskan, larutan minyak harus didinginkan terlebih dahulu
sebelum di titrasi untuk menurunkan suhu larutan sehingga ketika titrasi tidak
terlalu panas. Apabila suhu terlalu tinggi dikhawatirkan akan terjadi penguapan.
Kesalahan yang timbul pada saat titrasi adalah penentuan titik akhir,
kesalahan ini disebabkan karena perubahan warna yang seharusnya terjadi
adalah dari merah kemudian bening kembali. Berdasarkan volume titrasi pada
saat praktikum kelompok kami membutuhkan 10 mL HCl yang terpakai.
Untuk mengetahui hasil pengujian ini benar atau salah, maka perlu
dibandingkan dengan titrasi blanko aquades. Pada titrasi blanko terjadi
perubahan warna dari yang sebelumnya bening, kemudian merah, dan kembali
menjadi bening.
Jadi, larutan blanko aquades merupakan larutan pembanding untuk
menentukan besarnya angka penyabunan. Pada titrasi ini kelompok kami
membutuhkan 2 mL HCl yang terpakai dan kami mendapatkan bilangan
penyabunan sebesar -69,5.
VI. PENUTUP
1. Kesimpulan
Penentuan
bilangan
penyabunan
sifat minyak dan lemak. Pengujian sifat ini dapat digunakan untuk
membedakan lemak yang satu dengan yang lainnya. Angka penyabunan
dapat juga digunakan untuk menentukan berat molekul dari suatu lemak
atau minyak,
2. Saran
Melakukan praktikum penentuan angka penyabunan ini dengan hatihati dan lebih teliti agar hasil yang di dapat benar-benar akurat.
VII.DAFTAR PUSTAKA
Siti. 2. Available : https://www.academia.edu/11361511/2 Diakses tanggal 01
Mei 2015 pukul 14.53 WITA
Aufa. 2012. Laporan Resmi Biokimia Uji Lemak.
Available
http://www.docstoc.com/docs/117964745/LAPORAN-
RESMI-BIOKIMIA-UJI-LEMAK
Diakses tanggal 01 Mei 2015 pukul 15.00 WITA
Arifin. Saponifikasi.
Available : https://www.scribd.com/doc/246879455/Saponifikasi
Diakses tanggal 01 Mei 2015 pukul 15.15 WITA
Anonim. 2011. Uji Lemak.