FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPSUS
2015
DISUSUN OLEH:
WAAZALIMAH BINTI WAHID
C11111 863
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. HENKY YAPARI
SUPERVISOR PEMBIMBING:
DR. dr. HARUN ISKANDAR
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLNIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
1
: Tn. J
: Laki-laki
: 28-08-1977
: Jl. Biring Romang Utara
: 679195
: 24-04-2015
: Waazalimah binti Wahid
SUBJEKTIF
a. Anamnesis
:Autoanamnesis
b.Keluhan Utama
: Demam
c. Anamnesis Terpimpin :
Pasien masuk dengan keluhan demam yang dialami 4 hari yang lalu sebelum masuk
RS. Demam turun dengan obat penurun demam. Demam timbul terutama pada
malam dan sore hari. Demam disertai dengan menggigil dan mual. Keluhan muntah
tidak ada. Pasien juga mengeluh nyeri kepala yang dialami secara terus menerus
sejak 4 hari yang lalu bersamaan dengan demam muncul. Nyeri dada tidak ada.
Perdarahan aktif ada yaitu perdarahan gusi saat sikat gigi 1 hari yang lalu. Mimisan
tidak ada. Nyeri ulu hati ada. Nyeri persendian dan tulang ada. Buang air kecil lancar.
Buang air besar encer berwarna hitam.
Riwayat penyakit sebelumnya :
-
II. OBJEKTIF
- Status Pasien
:
-
BB
: 60 kg
TB
: 170 cm
IMT
Tekanan darah
Nadi
: 84x /menit
Pernapasan
: 20x/menit
Suhu
: 39.0oC
- Tanda vital
60
2
1.7
- Pemeriksaan Fisik :
Kepala
-
Ekspresi
Simetris muka
Deformitas
Rambut
: Biasa
: Simetris kiri dan kanan
: Tidak ada
: Hitam, lurus, sukar dicabut
Eksoptalmus/Enoptalmus : (-)
Gerakan
: Dalam batas normal
Tekanan bola mata
: Dalam batas normal
Kelopak mata
: Edema palpebral (-)
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
Sklera
: Ikterus (+/+)
Kornea
: Jernih
Pupil
: Bulat, isokor 2,5mm/2,5mm
Tophi
Mata
Telinga
: (-)
3
Pendengaran
: Dalam batas normal
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)
Perdarahan
Sekret
: (-)
: (-)
Bibir
Gigi geligi
Gusi
Tonsil
Faring
Lidah
Hidung
Mulut
Leher
: Tidak ada pembesaran
: Tidak ada pembesaran
: R+2 cm H2O
: Dalam batas normal
: Tidak ada (-)
: Tidak ada (-)
Thoraks
Inspeksi
-
Bentuk
Pembuluh darah
Buah dada
Sela iga
Lain-lain
Palpasi
Nyeri ketok
Auskultasi
Paru
Palpasi
4
Fremitus raba
Nyeri tekan
Paru kiri
: Sonor
Paru kanan
: Sonor
Batas paru-hepar : ICS VI dekstra anterior
Batas paru belakang kanan: setinggi columna
thorakal IX dekstra
Batas paru belakang kiri: setinggi columna vertebra thorakal X
Perkusi
vertebra
sinistra
Auskultasi
-
Bunyi tambahan
lapangan paru
Jantung
Palpasi
Perkusi
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Lain-lain
: Ascites (-)
Alat Kelamin
5
Hasil
7,6 x10 /uL
4,50 x106/uL
14,3 g/dl
40,4 %
89,8 fl
31,8
111x103/uL
5,80x103/uL
0,93x103/uL
0,74x103/uL
0,11x103/uL
0,06x103/uL
11,6 detik
1,02
25,4 detik
112
18 mg/dL
0,90 mg/dL
62 U/L
83 U/L
6,2 gr/dl
4,0 gr/dl
2,2 gr/dl
5.2 mg/dl
139 mmol/l
4,1 mmol/l
107 mmol/l
3
Nilai Rujukan
4 - 10 x 103/uL
46 x 106/uL
12,0 16,0 g/dl
37,0 48,0 %
80,0 97,0 fl
150 - 400 x 103/uL
52,0 75,0/uL
20,0 40,0/uL
2,00 8,00/uL
1,00 3,00/uL
0,00 0,10/uL
10-14 detik
22,0 - 30,0 detik
140mg/dl
10-50 mg/dL
(L)< 1,3 (P)<1.1 mg/dL
< 35 U/L
< 45 U/L
6,6 8,7 gr/dl
3,5 5,0 gr/dl
1,5 5 gr/dl
P(2,4 5,7) ; L(3,4 7,0)
136-145 mmol/l
3.5-5.1 mmol/l
97-111 mmol/l
6
Kesan : Thrombositopenia
Laboratorium Imunoserologi, Mikrobiologi dan Parasitologi (24-04-2015)
Jenis Pemerikaan
HBsAg (ICT)
Ani HCV (ICT)
DHF IgG/IgM (ICT)
IgM Salmonella
Leptospira IgM
Antibodi Malaria
Hasil
Non Reactive
Non Reactive
Negatif
Positif / 6
Positif
Negatif
Nilai Rujukan
Non Reactive
Non Reactive
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Kesan : Leptospirosis
Tifoid
Tulang intak
Leptospirosis
IV. PLANNING
Pengobatan :
-
Diet biasa
IUFD Asering 28 tetes per menit
Novalgin 1gram/8jam/intravena
7
Ceftriaxone 2gram/24jam/intravena
Ranitidin 1ampul/12jam/intravena
Rencana Pemeriksaan :
- Cek darah rutin, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, anti s-thypi, DHF IgG IgM,
Leptospira
- Foto thorax, USG abdomen
V.
PROGNOSIS
Ad Functionam
: Dubia ad bonam
Ad Sanationam
: Dubia ad bonam
Ad Vitam
: Dubia ad bonam
VI. FOLLOW UP
TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT
24/4/2015
Perawatan hari-1
S : Demam, sakit kepala. Riwayat terpapar
INSTRUKSI DOKTER
P:
tetes/menit
Paracetamol
1gram/8jam/intravena
Omeprazole
O : SS/GC/CM
TD : 110/60mmHg
40gram/12jam/intravena
N : 84 x/menit
Neurodex tab/12jam/oral
P : 20 x/menit
Sucralfat syp
S : 39.0 C
Anemis (-), Iketerus (+)
15cc/8jam/oral
Gusi : perdarahan (+)
DVS R+2 cmH2O
Rencana Pemeriksaan
BP : Vesikuler,
BT : Rh -/- , wh -/- seluruh lapangan
Cek darah rutin, ureum,
paru
BJ : I/II murni regular, BT (-)
Abd : Peristaltik (+) kesan normal,
Hepar tidak teraba, lien tidak teraba.
Foto thorax
persendian
(+)
Nyeri
tekan
M.
Gastrocnemius (+)
RT : spinchter mencekik, mukosa licin,
ampula kosong
HS : feces (-), lender (-), darah (-)
Lab :
WBC : 7,6 x103/UI
RBC : 4,50x103/UI
PLT : 111 x103/Ul
PT : 11,6/detik
APTT : 25,4/detik
INR : 1,02
Ureum : 18mg/dl
Kreatinin :0,90mg/dl
Asam urat : 15,2mg/dl
SGOT : 62U/L
SGPT : 83U/L
Protein total : 6,2gr/dl
Albumin : 4,0gr/dl
Leptospira IgM : Positif
IgM Salmonella : Positif/6
Natrium : 139 mmol/l
Kalium : 4,1 mmol/l
Klorida : 107 mmol/l
A:
25/4/2015
TD : 100/60mmHg
N : 90 x/menit
P : 24x/menit
S : 38.8 C
P:
Diet biasa
Infus Asering 28
tetes/menit
Paracetamol
500gram/8jam/oral
Ceftriaxone
2gram/24jam/intravena
Ranitidin
1ampul/12jam/intravena
Anemis (-), Iketerus (+)
Gusi : perdarahan (+)
DVS R+2 cmH2O
Rencana Pemeriksaan
BP : Vesikuler,
Tidak ada
BT : Rh -/- , wh -/- seluruh lapangan
paru
BJ : I/II murni regular, BT (-)
Abd : Peristaltik (+) kesan normal,
(+)
Nyeri
tekan
M.
Gastrocnemius (+)
Lab :
Leptospira : positif
IgM Salmonella : Positif/6
A:
26/4/2015
Leptospirosis
Demam tifoid
Dyspepsia
Perawatan hari-3
S : Demam, sakit kepala. Riwayat terpapar
P:
tetes/menit
Ceftriaxone
2gram/24jam/intravena
Paracetamol
500gram/8jam/oral
Ranitidin
TD : 100/60mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
S : 38.5C
Anemis (-), Iketerus (+)
Gusi : perdarahan (+)
DVS R+2 cmH2O
BP : Vesikuler,
BT : Rh -/- , wh -/- seluruh lapangan
paru
BJ : I/II murni regular, BT (-)
1ampul/12jam/intravena
Rencana Pemeriksaan
Tidak ada
10
(+)
Nyeri
tekan
M.
Gastrocnemius (+)
Lab :
Leptospira : positif
IgM Salmonella : Positif/6
A:
27/4/2015
Leptospirosis
Demam Tifoid
Dyspepsia
Perawatan hari-4
P:
tetes/menit
Ceftriaxone
2gram/24jam/intravena
Paracetamol
500gram/8jam/oral
Ranitidin
TD : 110/80mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
S : 37.9C
Anemis (-), Iketerus (+)
Gusi : perdarahan (+)
DVS R+2 cmH2O
BP : Vesikuler,
BT : Rh -/- , wh -/- seluruh lapangan
paru
BJ : I/II murni regular, BT (-)
Abd : Peristaltik (+) kesan normal,
(+)
Nyeri
tekan
1ampul/12jam/intravena
Rencana Pemeriksaan
Tidak ada
M.
Gastrocnemius (+)
11
Lab :
Leptospira : positif
IgM Salmonella : Positif/6
A:
28/4/2015
Leptospirosis
Demam Tifoid
Dyspepsia
Perawatan hari-5
P:
tetes/menit
Ceftriaxone
2gram/24jam/intravena
Paracetamol
500gram/8jam/oral
Ranitidin
TD : 110/80mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
S : 37.8 C
Anemis (-), Iketerus (+)
Gusi : perdarahan (+)
DVS R+2 cmH2O
BP : Vesikuler,
BT : Rh -/- , wh -/- seluruh lapangan
paru
BJ : I/II murni regular, BT (-)
Abd : Peristaltik (+) kesan normal,
(+)
Nyeri
tekan
1ampul/12jam/intravena
Rencana Pemeriksaan
Tidak ada
M.
Gastrocnemius (+)
Lab :
Leptospira : positif
IgM Salmonella : Positif/6
A:
12
Leptospirosis
Demam Tifoid
Dyspepsia
RESUME
Seorang laki-laki usia 37 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan demam
yang dialami 4 hari yang lalu sebelum masuk RS. Demam turun dengan obat
penurun demam. Demam timbul terutama pada malam dan sore hari. Demam
disertai dengan menggigil dan mual. Keluhan muntah tidak ada. Pasien juga
mengeluh nyeri kepala yang dialami secara terus menerus sejak 4 hari yang lalu
bersamaan dengan demam muncul. Nyeri dada tidak ada. Perdarahan aktif ada
yaitu perdarahan gusi saat sikat gigi 1 hari yang lalu. Mimisan tidak ada. Nyeri
ulu hati ada. Nyeri persendian dan tulang ada. Buang air besar lancar. Buang air
besar encer berwarna hitam.
Demam (+), riwayat demam sebelumnya disangkal, mual (+), muntah (-),
nyeri ulu hati (+). BAB : biasa, rutin tiap hari, riwayat buang air besar warna
hitam (+). BAK: lancar kesan cukup warna kuning . Riwayat hipetensi (-),
diabetis (-), riwayat malaria (+), riwayat hepatitis (-), riwayat kontak dengan
genangan air (+), riwayat pekerjaan buruh, riwayat keluarga dengan keluhan
yang sama (-).
Dari pemeriksaan fisik diperoleh tekanan darah 110/60, nadi 84 x/menit,
pernapasan 20 x/menit, suhu 39,0oC. Didapatkan semua pemeriksaan fisik dalam
batas normal kecuali didapatkan ikterus pada sklera, perdarahan di gusi dan
nyeri tekan pada m.gastrocnemius. Pemeriksaan penunjangnya dari laboratorium
hematologi dan kimia darah yang mengalami masalah yaitu PLT : 111 x103/Ul,
SGOT : 62U/L, SGPT : 83U/L, Protein total : 6,2gr/dl. Hasil darah rutin
didapatkan thrombositopenia. Pada pemeriksaa imunoserologi, mikrobiologi dan
parasitologi yang mengalami masalah yaitu Leptospira IgM : Positif, IgM
Salmonella : Positif/6. Hasil pemeriksaan didapatkan leptospirosis dan tifoid.
Hasil foto thorax tidak tampak kelainan pada foto thoraks.
13
LEPTOSPIROSIS
1. Definisi
Leptospirosis merupakan suatu penyakit zoonosis yang disebabkan
mikroorganisme genus Leptospira. Nama lain penyakit ini adalah swamp fever,
mud fever, infectious jaundice, cane cutter fever, field fever, dan sebagainya.
Leptospirosis berat disebut Weil Disease yang ditandai dengan icterus,
perdarahan, anemia dan azotemia, gangguan kesadaran dan demam terus
menerus dengan gambaran klinis bervariasi berupa gangguan renal, hepar dan
disfungsi vaskular.
2. Epidemiologi
Indonesia merupakan negara dengan insidens leptospirosis tinggi.
Indonesia menempati peringkat ketiga dunia untuk mortalitas akibat
leptospirosis menurut International Leptospirosis Society. Infeksi ini tersebar di
berbagai wilayah dari Sumatra, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Nusa Tenggara
Barat dengan insidens meningkat bersamaan dengan banjir. Orang yang rentan
terkena infeksi ini adalah petani, penternak, pekerja tambang, pekerja rumah
potong hewan, penebang kayu dan dokter hewan.
3. Etiologi
Leptospirosis disebabkan oleh Leptospira interrogan dari genus
Leptospira dan family treponemataceae. Kuman leptospira bentuk spiral, tipis,
dengan panjang 5-15mm dan lebar 0,1 0,2mm. L.Interrogan dbagi menjadi
beberapa serogrup dan kemudian serovarian dengan jenis tersering yang
menyerang manusia adalah L. Icterohaemorrhagica dengan reservoir tikus,
14
L.Canicola dengan reservoir anjing dan L.Pomona dengan reservoir babi dan
sapi.
4. Patogenesis
Infeksi dimulai apabila terjadi kontak kulit atau selaput lendir manusia
yang luka dengan air, tanah, atau lumpur yang tercemar air kemih binatang yang
terinfeksi leptospira. Minum air yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan
masuknya leptospira. Leptospira yang masuk menyebar ke organ dan jaringan
tubuh melalui darah. Setelah itu terjadi multiplikasi sehingga leptospira dapat
terdetksi dalam darah dan cairan serebrospinal.
Leptospira dapat mencederai dinding pembuluh darah kecil. Vaskulitis
menyebabkan kebocoran plasma serta ekstravasasi sel, termasuk perdarahan
dapat muncul. Vaskulitis merupakan dasar dari berbagai manifestasi klinis
leptospirosis. Leptospira terutama menyerang juga ginjal dan hati, tetapi organ
lain dapat terkena juga. Kerusakan spesifik organ yang dapat terjadi antara lain :
Mata : dapat masuk bilik mata anterior selama fase leptospiremia, uveitis.
Sistem imun humoral dan seluler akan bekerja sehingga kuman akan
dieliminasi dari tubuh, kecuali pada ginjal, mata, dan otak. Pada ketiga organ ini,
leptospira dapat bertahan selama beberapa minggu atau bulan. Pada ginjal,
terutama tubulus, akan terbentuk koloni pada dinding lumen yang menghasilkan
15
endotoksin dan masuk urin. Pada mata, leptospira tinggal di humor akueous
menyebabkan uveitis kronik/rekuren.
5. Manifestasi klinis
Masa inkubasi leptospirosis sekitar 7-14 hari (rata-rata 10 hari) dengan
perjalanan penyakit yang dibagi menjadi tiga fase, yakni fase leptospiremia, fase
imun dan fase resolusi.
1. Fase leptospiremia (4-9 hari), leptospira ditemukan dalam darah dengan
gejala demam mendadak, menggigil, nyeri kepala terutama region
frontal,
myalgia,
nyeri
tekan
otot
(terutama
m.gastrocnemius),
6. Diagnosis
16
atau petani.
Gejala klinis demam tiba-tiba, nnyeri kepala terutama region frontal, mata
merah, fotofobia, keluhan gastrointestinal, dll.
Pemeriksaan Fisik
Laboratorium
darah.
Urinalisis : proteinuria, leukosituria, dan sedimen sel toraks
Kimia darah : bila terdapat hepatomegaly, bilirubin daran dan transaminase
meningkat. Apabila terdapat komplikasi di ginjal dapat terjadi peningkatan
7. Penatalaksanaan
Tatalaksana suportif : atasi dehidrasi, hipotermi, perdarahan, gagal ginjal
Terapi antibiotik
Indikasi
Regimen obat
Dosis
Leptospirosis ringan
Doksisiklin
Ampisilin
Amoksisilin
2 x 100 mg
4 x 500 750 mg
4 x 500 mg
17
Leptospirosis sedang/berat
Penicilin G
Ampisilin
Amoksisilin
Kemoprofilaksis
Doksisiklin
200 mg/minggu
8. Komplikasi
komplikasi yang mungkin timbul disebabkan leptospirosis adalah :
Gagal ginjal
9. Prognosis
Prognosis tergantung pada keadaan umum pasien, usia, virulensi
leptospira, adanya kekebalan didapat. Kematian dapat terjadi sebagai komplikasi
faktor pemberat sperti gagal ginjal atau perdarahan, dan terlambatnya
tatalaksana pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chris Tanto,
Aesculapius, 2014.
18