Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPSUS
2015

JUDUL LAPSUS: LEPTOSPIROSIS

DISUSUN OLEH:
WAAZALIMAH BINTI WAHID
C11111 863
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. HENKY YAPARI
SUPERVISOR PEMBIMBING:
DR. dr. HARUN ISKANDAR
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLNIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
1

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

CATATAN RIWAYAT PENYAKIT


Nama Penderita
Jenis Kelamin
Tgl lahir
Alamat
No. Rekam Medis
Tanggal Pemeriksaan
Dokter muda
I.

: Tn. J
: Laki-laki
: 28-08-1977
: Jl. Biring Romang Utara
: 679195
: 24-04-2015
: Waazalimah binti Wahid

SUBJEKTIF
a. Anamnesis

:Autoanamnesis

b.Keluhan Utama

: Demam

c. Anamnesis Terpimpin :
Pasien masuk dengan keluhan demam yang dialami 4 hari yang lalu sebelum masuk
RS. Demam turun dengan obat penurun demam. Demam timbul terutama pada
malam dan sore hari. Demam disertai dengan menggigil dan mual. Keluhan muntah
tidak ada. Pasien juga mengeluh nyeri kepala yang dialami secara terus menerus
sejak 4 hari yang lalu bersamaan dengan demam muncul. Nyeri dada tidak ada.
Perdarahan aktif ada yaitu perdarahan gusi saat sikat gigi 1 hari yang lalu. Mimisan
tidak ada. Nyeri ulu hati ada. Nyeri persendian dan tulang ada. Buang air kecil lancar.
Buang air besar encer berwarna hitam.
Riwayat penyakit sebelumnya :
-

Riwayat hipetensi dan diabetis tidak ada.

Riwayat buang air besar hitam ada

Riwayat malaria ada saat di Papua

Riwayat hepatitis tidak ada

Riwayat kontak dengan genangan air disangkal

Riwayat pekerjaan buruh


2

Riwayat pribadi dan keluarga :


-

Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada.

II. OBJEKTIF
- Status Pasien

:
-

Sakit sedang/gizi cukup/composmentis

BB

: 60 kg

TB

: 170 cm

IMT

Tekanan darah

: 110/60 mmHg, reguler, kuat angkat.

Nadi

: 84x /menit

Pernapasan

: 20x/menit

Suhu

: 39.0oC

- Tanda vital

60
2
1.7

= 20,8 kg/m2 (ideal)

- Pemeriksaan Fisik :

Kepala
-

Ekspresi
Simetris muka
Deformitas
Rambut

: Biasa
: Simetris kiri dan kanan
: Tidak ada
: Hitam, lurus, sukar dicabut

Eksoptalmus/Enoptalmus : (-)
Gerakan
: Dalam batas normal
Tekanan bola mata
: Dalam batas normal
Kelopak mata
: Edema palpebral (-)
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
Sklera
: Ikterus (+/+)
Kornea
: Jernih
Pupil
: Bulat, isokor 2,5mm/2,5mm

Tophi

Mata

Telinga
: (-)
3

Pendengaran
: Dalam batas normal
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)

Perdarahan
Sekret

: (-)
: (-)

Bibir
Gigi geligi
Gusi
Tonsil
Faring
Lidah

: Pucat (-), Kering (-)


: Caries (-)
: Perdarahan gusi (+)
: T1 T1, hiperemis (-)
: Hiperemis (-)
: Kotor (-), tremor (-), hiperemis (-)

Kelenjar getah bening


Kelenjar gondok
DVS
Pembuluh darah
Kaku kuduk
Tumor

Hidung

Mulut

Leher
: Tidak ada pembesaran
: Tidak ada pembesaran
: R+2 cm H2O
: Dalam batas normal
: Tidak ada (-)
: Tidak ada (-)

Thoraks

Inspeksi
-

Bentuk
Pembuluh darah
Buah dada
Sela iga
Lain-lain

: Normochest, simetris kiri dan kanan


: Spider nevi (-)
: Dalam batas normal
: Dalam batas normal
: Tidak ada (-)

Palpasi

: Nyeri tekan (-), Massa tumor (-)

Nyeri ketok

: Tidak ada (-)

Auskultasi

: Bunyi pernapasan: Vesikuler


Ronchi -/- , Wheezing -/- pada seluruh lapangan paru

Gerakan : Dalam batas normal

Paru

Palpasi
4

Fremitus raba
Nyeri tekan

: Simetris kiri dan kanan.


: Tidak ada

Paru kiri
: Sonor
Paru kanan
: Sonor
Batas paru-hepar : ICS VI dekstra anterior
Batas paru belakang kanan: setinggi columna

thorakal IX dekstra
Batas paru belakang kiri: setinggi columna vertebra thorakal X

Perkusi

vertebra

sinistra

Auskultasi
-

Bunyi pernapasan : Vesikuler

Bunyi tambahan

: Ronchi -/- , Wheezing -/- pada seluruh

lapangan paru
Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

Perkusi

: Ictus cordis tidak teraba


: Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung

kanan di linea parasternalis dextra, batas jantung kiri di linea


midclavicularis sinistra ICS V, batas jantung atas ICS II)

Auskultasi: Bunyi jantung I/II murni regular, bunyi tambahan (-)


Abdomen

Inspeksi

: Cembung, ikut gerak napas

Auskultasi

: Peristaltik (+), kesan normal

Palpasi

: Nyeri tekan (-), massa tumor (-)


Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba

Perkusi

: Timpani

Lain-lain

: Ascites (-)

Alat Kelamin
5

Dalam batas normal


Anus dan Rektum
RT : Spinchter mencekik, mukosa licin, ampula kosong.
HS : Feces tidak ada, lender tidak ada, darah tidak ada.
Ekstremitas

Superior : Akral hangat, eritema palmaris (-)


Edema
: Edema (-)
Nyeri tekan (+) : M. Gastrocnemius

Laboratorium Hematologi dan Kimia darah (24-04-2015)


Jenis Pemerikaan
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
PLT
NEUT
LYMPH
MONO
EOS
BASO
PT
INR
APTT
GDS
Ureum
Kreatinin
SGOT
SGPT
Protein total
Albumin
Globulin
Asam urat
Natrium
Kalium
Klorida

Hasil
7,6 x10 /uL
4,50 x106/uL
14,3 g/dl
40,4 %
89,8 fl
31,8
111x103/uL
5,80x103/uL
0,93x103/uL
0,74x103/uL
0,11x103/uL
0,06x103/uL
11,6 detik
1,02
25,4 detik
112
18 mg/dL
0,90 mg/dL
62 U/L
83 U/L
6,2 gr/dl
4,0 gr/dl
2,2 gr/dl
5.2 mg/dl
139 mmol/l
4,1 mmol/l
107 mmol/l
3

Nilai Rujukan
4 - 10 x 103/uL
46 x 106/uL
12,0 16,0 g/dl
37,0 48,0 %
80,0 97,0 fl
150 - 400 x 103/uL
52,0 75,0/uL
20,0 40,0/uL
2,00 8,00/uL
1,00 3,00/uL
0,00 0,10/uL
10-14 detik
22,0 - 30,0 detik
140mg/dl
10-50 mg/dL
(L)< 1,3 (P)<1.1 mg/dL
< 35 U/L
< 45 U/L
6,6 8,7 gr/dl
3,5 5,0 gr/dl
1,5 5 gr/dl
P(2,4 5,7) ; L(3,4 7,0)
136-145 mmol/l
3.5-5.1 mmol/l
97-111 mmol/l
6

Kesan : Thrombositopenia
Laboratorium Imunoserologi, Mikrobiologi dan Parasitologi (24-04-2015)
Jenis Pemerikaan
HBsAg (ICT)
Ani HCV (ICT)
DHF IgG/IgM (ICT)
IgM Salmonella
Leptospira IgM
Antibodi Malaria

Hasil
Non Reactive
Non Reactive
Negatif
Positif / 6
Positif
Negatif

Nilai Rujukan
Non Reactive
Non Reactive
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif

Kesan : Leptospirosis
Tifoid

Hasil Foto Thorax:


Foto thorax PA/AP (24-04-2015)

Corakan bronkovaskular dalam batas normal

Tidak tampak proses spesifik pada kedua lapangan paru

Cor: cardiothoracic index dalam batas normal, aorta normal

Kedua-dua sinus dan diafragma baik

Tulang intak

Kesan : Tidak tampak kelainan pada foto thorax ini


III.ASSESSMENT
-

Leptospirosis

IV. PLANNING
Pengobatan :
-

Diet biasa
IUFD Asering 28 tetes per menit
Novalgin 1gram/8jam/intravena
7

Ceftriaxone 2gram/24jam/intravena
Ranitidin 1ampul/12jam/intravena

Rencana Pemeriksaan :
- Cek darah rutin, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, anti s-thypi, DHF IgG IgM,
Leptospira
- Foto thorax, USG abdomen
V.

PROGNOSIS

Ad Functionam

: Dubia ad bonam

Ad Sanationam

: Dubia ad bonam

Ad Vitam

: Dubia ad bonam

VI. FOLLOW UP
TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT
24/4/2015
Perawatan hari-1
S : Demam, sakit kepala. Riwayat terpapar

INSTRUKSI DOKTER
P:

Infus NaCl 0.9% 30

tetes/menit
Paracetamol

genangan air. Mual ada, muntah tidak ada.

1gram/8jam/intravena
Omeprazole

O : SS/GC/CM

TD : 110/60mmHg
40gram/12jam/intravena
N : 84 x/menit
Neurodex tab/12jam/oral
P : 20 x/menit
Sucralfat syp
S : 39.0 C
Anemis (-), Iketerus (+)
15cc/8jam/oral
Gusi : perdarahan (+)
DVS R+2 cmH2O
Rencana Pemeriksaan
BP : Vesikuler,
BT : Rh -/- , wh -/- seluruh lapangan
Cek darah rutin, ureum,

paru
BJ : I/II murni regular, BT (-)
Abd : Peristaltik (+) kesan normal,
Hepar tidak teraba, lien tidak teraba.

Nyeri tekan (-)


Eks : Edema (-) Nyeri tulang dan

kreatinin, SGOT, SGPT,


anti s-thypi, DHF IgG
IgM, leptospira

Foto thorax

persendian

(+)

Nyeri

tekan

M.

Gastrocnemius (+)
RT : spinchter mencekik, mukosa licin,

ampula kosong
HS : feces (-), lender (-), darah (-)

Lab :
WBC : 7,6 x103/UI
RBC : 4,50x103/UI
PLT : 111 x103/Ul
PT : 11,6/detik
APTT : 25,4/detik
INR : 1,02
Ureum : 18mg/dl
Kreatinin :0,90mg/dl
Asam urat : 15,2mg/dl
SGOT : 62U/L
SGPT : 83U/L
Protein total : 6,2gr/dl
Albumin : 4,0gr/dl
Leptospira IgM : Positif
IgM Salmonella : Positif/6
Natrium : 139 mmol/l
Kalium : 4,1 mmol/l
Klorida : 107 mmol/l
A:

25/4/2015

Febris causa demam tifoid


Melena
Dyspepsia Fungsional
Cephalgia
Leptospirosis
Perawatan hari-2
S : Demam, sakit kepala. Riwayat terpapar
genangan air. Mual ada, muntah tidak ada.
O : SS/GC/CM

TD : 100/60mmHg
N : 90 x/menit
P : 24x/menit
S : 38.8 C

P:

Diet biasa
Infus Asering 28

tetes/menit
Paracetamol

500gram/8jam/oral
Ceftriaxone

2gram/24jam/intravena
Ranitidin

1ampul/12jam/intravena
Anemis (-), Iketerus (+)
Gusi : perdarahan (+)
DVS R+2 cmH2O
Rencana Pemeriksaan
BP : Vesikuler,
Tidak ada
BT : Rh -/- , wh -/- seluruh lapangan

paru
BJ : I/II murni regular, BT (-)
Abd : Peristaltik (+) kesan normal,

Hepar tidak teraba, lien tidak teraba


Eks : Edema (-) Nyeri tulang dan
persendian

(+)

Nyeri

tekan

M.

Gastrocnemius (+)
Lab :
Leptospira : positif
IgM Salmonella : Positif/6
A:

26/4/2015

Leptospirosis

Demam tifoid

Dyspepsia
Perawatan hari-3
S : Demam, sakit kepala. Riwayat terpapar

P:

Infus NaCl 0.9% 30

tetes/menit
Ceftriaxone

2gram/24jam/intravena
Paracetamol

500gram/8jam/oral
Ranitidin

genangan air. Mual ada, muntah tidak ada.


O : SS/GC/CM

TD : 100/60mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
S : 38.5C
Anemis (-), Iketerus (+)
Gusi : perdarahan (+)
DVS R+2 cmH2O
BP : Vesikuler,
BT : Rh -/- , wh -/- seluruh lapangan

paru
BJ : I/II murni regular, BT (-)

1ampul/12jam/intravena
Rencana Pemeriksaan

Tidak ada

10

Abd : Peristaltik (+) kesan normal,

Hepar tidak teraba, lien tidak teraba


Eks : Edema (-) Nyeri tulang dan
persendian

(+)

Nyeri

tekan

M.

Gastrocnemius (+)
Lab :
Leptospira : positif
IgM Salmonella : Positif/6
A:

27/4/2015

Leptospirosis
Demam Tifoid
Dyspepsia
Perawatan hari-4

P:

S : Demam berkurang, sakit kepala. Riwayat

Infus NaCl 0.9% 30

tetes/menit
Ceftriaxone

2gram/24jam/intravena
Paracetamol

500gram/8jam/oral
Ranitidin

terpapar genangan air. Mual ada, muntah tidak


ada.
O : SS/GC/CM

TD : 110/80mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
S : 37.9C
Anemis (-), Iketerus (+)
Gusi : perdarahan (+)
DVS R+2 cmH2O
BP : Vesikuler,
BT : Rh -/- , wh -/- seluruh lapangan

paru
BJ : I/II murni regular, BT (-)
Abd : Peristaltik (+) kesan normal,

Hepar tidak teraba, lien tidak teraba


Eks : Edema (-) Nyeri tulang dan
persendian

(+)

Nyeri

tekan

1ampul/12jam/intravena

Rencana Pemeriksaan

Tidak ada

M.

Gastrocnemius (+)
11

Lab :
Leptospira : positif
IgM Salmonella : Positif/6
A:

28/4/2015

Leptospirosis
Demam Tifoid
Dyspepsia
Perawatan hari-5

P:

S : Demam berkurang, sakit kepala. Riwayat

Infus NaCl 0.9% 30

tetes/menit
Ceftriaxone

2gram/24jam/intravena
Paracetamol

500gram/8jam/oral
Ranitidin

terpapar genangan air. Mual ada, muntah tidak


ada.
O : SS/GC/CM

TD : 110/80mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
S : 37.8 C
Anemis (-), Iketerus (+)
Gusi : perdarahan (+)
DVS R+2 cmH2O
BP : Vesikuler,
BT : Rh -/- , wh -/- seluruh lapangan

paru
BJ : I/II murni regular, BT (-)
Abd : Peristaltik (+) kesan normal,

Hepar tidak teraba, lien tidak teraba


Eks : Edema (-) Nyeri tulang dan
persendian

(+)

Nyeri

tekan

1ampul/12jam/intravena

Rencana Pemeriksaan

Tidak ada

M.

Gastrocnemius (+)
Lab :
Leptospira : positif
IgM Salmonella : Positif/6
A:

12

Leptospirosis
Demam Tifoid
Dyspepsia
RESUME

Seorang laki-laki usia 37 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan demam
yang dialami 4 hari yang lalu sebelum masuk RS. Demam turun dengan obat
penurun demam. Demam timbul terutama pada malam dan sore hari. Demam
disertai dengan menggigil dan mual. Keluhan muntah tidak ada. Pasien juga
mengeluh nyeri kepala yang dialami secara terus menerus sejak 4 hari yang lalu
bersamaan dengan demam muncul. Nyeri dada tidak ada. Perdarahan aktif ada
yaitu perdarahan gusi saat sikat gigi 1 hari yang lalu. Mimisan tidak ada. Nyeri
ulu hati ada. Nyeri persendian dan tulang ada. Buang air besar lancar. Buang air
besar encer berwarna hitam.
Demam (+), riwayat demam sebelumnya disangkal, mual (+), muntah (-),
nyeri ulu hati (+). BAB : biasa, rutin tiap hari, riwayat buang air besar warna
hitam (+). BAK: lancar kesan cukup warna kuning . Riwayat hipetensi (-),
diabetis (-), riwayat malaria (+), riwayat hepatitis (-), riwayat kontak dengan
genangan air (+), riwayat pekerjaan buruh, riwayat keluarga dengan keluhan
yang sama (-).
Dari pemeriksaan fisik diperoleh tekanan darah 110/60, nadi 84 x/menit,
pernapasan 20 x/menit, suhu 39,0oC. Didapatkan semua pemeriksaan fisik dalam
batas normal kecuali didapatkan ikterus pada sklera, perdarahan di gusi dan
nyeri tekan pada m.gastrocnemius. Pemeriksaan penunjangnya dari laboratorium
hematologi dan kimia darah yang mengalami masalah yaitu PLT : 111 x103/Ul,
SGOT : 62U/L, SGPT : 83U/L, Protein total : 6,2gr/dl. Hasil darah rutin
didapatkan thrombositopenia. Pada pemeriksaa imunoserologi, mikrobiologi dan
parasitologi yang mengalami masalah yaitu Leptospira IgM : Positif, IgM
Salmonella : Positif/6. Hasil pemeriksaan didapatkan leptospirosis dan tifoid.
Hasil foto thorax tidak tampak kelainan pada foto thoraks.

13

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,


maka pasien ini didiagnosis sebagai leptospirosis.

LEPTOSPIROSIS
1. Definisi
Leptospirosis merupakan suatu penyakit zoonosis yang disebabkan
mikroorganisme genus Leptospira. Nama lain penyakit ini adalah swamp fever,
mud fever, infectious jaundice, cane cutter fever, field fever, dan sebagainya.
Leptospirosis berat disebut Weil Disease yang ditandai dengan icterus,
perdarahan, anemia dan azotemia, gangguan kesadaran dan demam terus
menerus dengan gambaran klinis bervariasi berupa gangguan renal, hepar dan
disfungsi vaskular.

2. Epidemiologi
Indonesia merupakan negara dengan insidens leptospirosis tinggi.
Indonesia menempati peringkat ketiga dunia untuk mortalitas akibat
leptospirosis menurut International Leptospirosis Society. Infeksi ini tersebar di
berbagai wilayah dari Sumatra, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Nusa Tenggara
Barat dengan insidens meningkat bersamaan dengan banjir. Orang yang rentan
terkena infeksi ini adalah petani, penternak, pekerja tambang, pekerja rumah
potong hewan, penebang kayu dan dokter hewan.
3. Etiologi
Leptospirosis disebabkan oleh Leptospira interrogan dari genus
Leptospira dan family treponemataceae. Kuman leptospira bentuk spiral, tipis,
dengan panjang 5-15mm dan lebar 0,1 0,2mm. L.Interrogan dbagi menjadi
beberapa serogrup dan kemudian serovarian dengan jenis tersering yang
menyerang manusia adalah L. Icterohaemorrhagica dengan reservoir tikus,
14

L.Canicola dengan reservoir anjing dan L.Pomona dengan reservoir babi dan
sapi.
4. Patogenesis
Infeksi dimulai apabila terjadi kontak kulit atau selaput lendir manusia
yang luka dengan air, tanah, atau lumpur yang tercemar air kemih binatang yang
terinfeksi leptospira. Minum air yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan
masuknya leptospira. Leptospira yang masuk menyebar ke organ dan jaringan
tubuh melalui darah. Setelah itu terjadi multiplikasi sehingga leptospira dapat
terdetksi dalam darah dan cairan serebrospinal.
Leptospira dapat mencederai dinding pembuluh darah kecil. Vaskulitis
menyebabkan kebocoran plasma serta ekstravasasi sel, termasuk perdarahan
dapat muncul. Vaskulitis merupakan dasar dari berbagai manifestasi klinis
leptospirosis. Leptospira terutama menyerang juga ginjal dan hati, tetapi organ
lain dapat terkena juga. Kerusakan spesifik organ yang dapat terjadi antara lain :

Ginjal : nefritis interstitial, tubular nekrosis akut, gagal ginjal.

Hati : nekrosis sentilobuler fokal, infiltrasi sel limfosit, proloferasi sel


Kupfer, kolestasis dapat ditemukan leptospira.

Jantung : kelainan epicardium, endocardium, miokardium berupa edema


interstitial dan infiltrasi sel radang.

Otot rangka : nekrosis, vakuolisasi kehilangan striata, nyeri otot akibat


invasi langsung, dapat ditemukan antigen leptospira.

Mata : dapat masuk bilik mata anterior selama fase leptospiremia, uveitis.

Pembuluh darah : vaskulitis

Susunan saraf pusat : dapat ditemukan dalam cairan serebrospinal,


meningitis.

Sistem imun humoral dan seluler akan bekerja sehingga kuman akan
dieliminasi dari tubuh, kecuali pada ginjal, mata, dan otak. Pada ketiga organ ini,
leptospira dapat bertahan selama beberapa minggu atau bulan. Pada ginjal,
terutama tubulus, akan terbentuk koloni pada dinding lumen yang menghasilkan
15

endotoksin dan masuk urin. Pada mata, leptospira tinggal di humor akueous
menyebabkan uveitis kronik/rekuren.
5. Manifestasi klinis
Masa inkubasi leptospirosis sekitar 7-14 hari (rata-rata 10 hari) dengan
perjalanan penyakit yang dibagi menjadi tiga fase, yakni fase leptospiremia, fase
imun dan fase resolusi.
1. Fase leptospiremia (4-9 hari), leptospira ditemukan dalam darah dengan
gejala demam mendadak, menggigil, nyeri kepala terutama region
frontal,

myalgia,

nyeri

tekan

otot

(terutama

m.gastrocnemius),

hiperestesia ulit, mual, muntah, diare, penurunan kesadaran. Dari


pemeriksaan fisis dapat ditemukan bradikardia relatif dan icterus serta
injeksi konjungtiva dan fotofobia pada hari 3-4. Terkadang ditemukan
ruam kulit, splenomegali, hepatomegali, dan limfadenopati.
2. Biasanya (tidak selalu). Setelah demam 7 hari akan diikuti dengan
keadaan bebas demam 1-3 hari sebelum kemudian demam kembali. Fase
ini disebut fase imun yang ditandai dengan peningkatan titer antibodi,
demam sehingga 40.0C, menggigil, kelemahan umum,nyeri leher, perut,
otot kaki, kerusakan ginjal, hati, uremia, icterus, perdarahan (epitaksis,
injeksi konjungtiva, perdarahan gusi). Pada fase ini dapat terjadi
meningitis.

Leptospirosis berat (Weil Disease)


1. Ikterus, disfungsi ginjal, dan diatesis hemoragik (pada kebanyakan kasus

dengan keterlibatan paru).


2. Biasanya setelah 4-9 hari, ketiga gejala tersebut muncul :
Ikterus : jelas terlihat, hepatomegaly dan nyeri kuadran kanan

atas, splenomegaly (20%)


Gagal ginjal : nekrosis tubular akut, oliguria, anuria
Perdarahan : epitaksis, petekie, purpura, ekimosis. Apabila ada
keterlibatan paru, pasien mengalami batuk, sesak napas, nyeri
dada, dan sputum berdarah.

6. Diagnosis
16

Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang.
Anamnesis

Riwayat pekerjaan berisiko tinggi seperti bepergian ke hutan, rawa, sungai

atau petani.
Gejala klinis demam tiba-tiba, nnyeri kepala terutama region frontal, mata
merah, fotofobia, keluhan gastrointestinal, dll.

Pemeriksaan Fisik

Demam, bradikardi, nyeri tekan otot, ruam kulit, hepatomegaly.

Laboratorium

Darah lengkap : leukositosis/normal, neutrofilia, peningkatan laju endap

darah.
Urinalisis : proteinuria, leukosituria, dan sedimen sel toraks
Kimia darah : bila terdapat hepatomegaly, bilirubin daran dan transaminase
meningkat. Apabila terdapat komplikasi di ginjal dapat terjadi peningkatan

BUN, ureum, dan kreatinin.


Klutur : spesimen darah atau cairan serebrospinal pada fase leptospiremia.
Serologi : microscopic agglutination test (MAT) seperti uji carik celup,
makroscopic slide reaction (PCR), silver stain, fluorescent antibody stain,
dan mikroskop lapangan pandang gelap.

7. Penatalaksanaan
Tatalaksana suportif : atasi dehidrasi, hipotermi, perdarahan, gagal ginjal
Terapi antibiotik
Indikasi

Regimen obat

Dosis

Leptospirosis ringan

Doksisiklin
Ampisilin
Amoksisilin

2 x 100 mg
4 x 500 750 mg
4 x 500 mg

17

Leptospirosis sedang/berat

Penicilin G
Ampisilin
Amoksisilin

1,5 juta unit/6 jam (IV)


1 gram/6 jam (IV)
1 gram/6 jam (IV)

Kemoprofilaksis

Doksisiklin

200 mg/minggu

8. Komplikasi
komplikasi yang mungkin timbul disebabkan leptospirosis adalah :

Gagal ginjal

9. Prognosis
Prognosis tergantung pada keadaan umum pasien, usia, virulensi
leptospira, adanya kekebalan didapat. Kematian dapat terjadi sebagai komplikasi
faktor pemberat sperti gagal ginjal atau perdarahan, dan terlambatnya
tatalaksana pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chris Tanto,

Frans Liwang, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi II, Media

Aesculapius, 2014.

18

Anda mungkin juga menyukai