Anda di halaman 1dari 16

Nama

: Waazalimah binti Wahid

Nim

: C111 11 863

Refarat

: Diagnosis dan penatalaksanaan pada sifilis stadium I dan II

Universitas : FK UNHAS

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada


bagian Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar.

Makassar, 23 Oktober 2015

Pembimbing

Coass

dr. Rima Tamara

Waazalimah binti Wahid

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .

LEMBAR PENGESAHAN ..

DAFTAR ISI .

BAB I PENDAHULUAN .

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A.
B.
C.
D.
E.
F.

DEFINISI .
PATOGENESIS ...
DIAGNOSA .
DIAGNOSIS BANDING .
PENATALAKSANAAN .
PROGNOSA

6
6
7
14
14
17

BAB III KESIMPULAN .

18

BAB IV DAFTAR PUSTAKA ...

19

BAB 1

PENDAHULUAN

Meskipun insidens sifilis kian menurun, penyakit ini tidak dapat diabaikan
karena merupakan penyakit berat. Hampir semua alat tubuh dapat diserang, termasuk
sistem kardiovaskular dan saraf. Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Treponema pallidum; sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat
menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai
masa laten, dan dapat ditularkan dari ibu ke janin. Sinonim yang umum ialah lues
venerea atau biasanya disebut lues saja. Dalam istilah Indonesia disebut juga raja
singa. Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita (didapat). 1
Sifilis kongenital dibagi menjadi dini (sebelum 2 tahun), lanjut (sesudah 2
tahun), dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi menurut dua cara, secara klinis dan
epidemiologik. Menurut cara pertama sifilis dibagi menjadi 3 stadium : stadium I
(S I), stadium II (S II), dan stadium III (S III). Secara epidemiologik menurut WHO
dibagi menjadi stadium dini menular (dalam satu tahun sejak infeksi), terdiri atas S I,
S II, stadium rekuren, dan stadium laten dini. Stadium lanjut tak menular (setelah satu
tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut dan S III. Bentuk lain ialah sifilis
kardiovaskular dan neurosifilis. Ada yang memasukkannya ke dalam S III atau S IV. 1
Insidens sifilis di berbagai negeri di seluruh dunia pada tahun 1996 berkisar
antara 0,04 0,52%. Insidens yang terendah di Cina, sedangkan yang tertinggi di
Amerika Selatan. Di Indonesia insidensnya 0,61%. Di bagian kami penderita yang
terbanyak ialah stadium laten, disusul sifilis stadium I yang jarang, dan yang langka
ialah sifilis stadium II. 1

Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudin dan Hoffman ialah
Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales. Familia Spirochaetacae

dan genus Treponema. Bentuknya sebagai spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um,
lebar 0,15 um, terdiri atas delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya
berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak
secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap tiga puluh jam.
Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan di luar badan. Di luar badan kuman
tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah untuk transfusi dapat hidup tujuh puluh
dua jam.1,2,3

Gambar 1: Treponema pallidum yang berbentuk spiral ditandai dengan gambaran kail
ikan 2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Penyakit menular yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Penyakit ini
bersifat sistemik di mana ada manifestasi klinis kemerahan diselingi dengan periode
latensi asimtomatik, juga ditandai dengan transmisi kepada keturunannya dan
penyakit kronis dan 25% dari mereka yang tidak diobati. 2
B. PATOGENESIS
Stadium Dini
Treponema masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi/selaput lendir.
Berkembangbiak, membentuk infiltrat yang terdiri dari sel limfosit dan sel plasma.
Pada daerah perivaskular terutama pembuluhdarah kecil, akan dikelilingi oleh
Treponema pallidum. Bila timbul endarteritis akan mengakibatkan perubahan
hipertrofik dari endotelium yang akan mengakibatkan timbulnya obliterasi kuman.
Akibat dari kehilangan perdarahan akan timbul erosi yang pada pemeriksaan klinis
tampak sebagai sifilis stadium I. Sebelum nampak gejala sifilis stadium I, kuman
telah mencapai kelenjar limfe regional melalui penyebaran secara limfogen dan
secara hematogen ke semua jaringan di badan dan membiak. Multiplikasi ini diikuti
reaksi jaringan sebagai sifilis stadium II, yang terjadi 6-8 minggu sesudah sifilis
stadium I. Sifilis stadium I dan II perlahan akan mengalami regresi dan menghilang.
Pada stadium laten tidak nampak adanya gejala, namun infeksi masih aktif karena
pada ibu yang menderita sifilis pada stadium ini dapat melahirkan bayi dengan sifilis
kongenital.
Bila proses imunitas gagal pada tempat bekas sifilis stadium I Treponema
pallidum akan membiak kembali dan menimbulkan lesi rekuren, reaksi tersebut
menular dan dapat timbul berulang-ulang.1
Stadium Lanjut

Stadium laten pada sifilis dapat berlangsung selama bertahun-tahun, hal ini
dikarenakan Treponema berada dalam keadaan dorman. Apabila terjadi perubahan
keseimbangan antara Treponema dan jaringan maka dapat muncul sifilis stadium II
berbentuk guma yang hal tersebut belum pasti diketahui sebabnya, namun trauma
merupakan salah satu faktor predisposisi. 1

C. DIAGNOSIS

Anamnesis dan pemeriksaan fisis

Sifilis Primer (S I)
Masa tunas 2-4 minggu. Treponema masuk ke dalam selaput lendir/ kulit yang
mengalami lesi secara langsung, lalu berkembang biak, dan menyebar secara
limfogen dan hematogen. Timbul suatu ulkus yang disebut ulkus durum yang
mempunyai sifat khusus : 1
1. Tidak nyeri
2. Sekitar ulkus teraba keras
3. Dasar ulkus bersih dan berwarna merah
4. Soliter

Keseluruhannya disebut kompleks primer. Kelenjar tersebut solitar, indolen,


tidak lunak, besarnya biasanya lentikular, tidak supuratif, dan tidak terdapat
periadenitis. Kulit di atasnya tidak menunjukkan tanda-tanda radang akut. Afek
primer tersebut sembuh sendiri antara tiga sampai sepuluh minggu. Istilah syphilis
d'emblee dipakai, jika tidak terdapat afek primer. Kuman masuk ke jaringan yang
lebih dalam, misalnya pada transfusi darah atau suntikan. 1

Sifilis Sekunder (S II)


Sifilis S II timbul 6-8 minggu sejak sifilis S I (2/3 kasus masih disertai sifilis
S I) Sifilis S II dapat disertai gejala konstitusi, berupa anoreksia, penurunan berat
badan, malaise, nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, atralgia. Lesi pada S II
menular, gejala untuk membedakan antara S II dan penyakit kulit lain adalah lesi kulit
pada sifilis S II umumnya tidak gatal, disertai limafenitis generalisata dan pada lesi
dini disertai kelainan kulit pada tangan dan kaki. 1

Gambar 2: Sifilis

primer dengan lesi

yang berbatas tegas. 3

Gambar 3: (A) Sifilis sekunder yang menggambarkan erupsi papiloskuama pada


daerah trunkus (B) Kondiloma lata yang lembap, veruka plak intertriginosa terlihat di
sifilis sekunder. 3

Gambar 4: (A) Sifilis sekunder biasanya mempengaruhi telapak tangan dan kaki,
berbatas tegas, papula merah kecoklatan. (B) Patch lendir pada lidah pasien dengan
sifilis sekunder. 3

Bentuk Lesi
1. Roseola
Roseola ialah eritema makular, berbintik-bintik atau berbercak-bercak, warna
merah tembaga, berbentuk bulat atau lonjong Roseola biasanya merupakan
kelainan kulit yang pertama terlihat pada S II dan disebut roseola sifilitika. Karena
efloresensi tersebut merupakan kelainan S II dini,maka seperti telah dijelaskan,
lokalisasinya generalisata dan simetrik, telapak tangan dan kaki ikut dikenai.
Disebut pula eksantema karena timbulnya cepat dan menyeluruh. Roseola akan
menghilang dalam beberapa hari atau minggu, dapat pula bertahan hingga
beberapa bulan. Kelainan tersebut dapat residif, jumlahnya menjadi lebih sedikit,

lebih lama bertahan, dapat anular, dan bergerombol. Jika menghilang, umumnya
tampak bekas, kadang kala dapat meninggalkan bercak hipopigmentasi dan disebut
leukoderma sifilitikum. Jika roseola terjadi pada kepala yang berambut, dapat
menyebabkan rontoknya rambut. 1
2. Papul
Bentuk ini merupakan bentuk yang paling sering terlihat pada S II. Bentuknya
bulat, ada kalanya terdapat bersama dengan roseola. Papul tersebut dapat
berskuama yang terdapat di pinggir (koleret) dan disebut papulo-skuamosa.
Skuama dapat pula menutupi permukaan papul sehingga mirip psoriasis, oleh
karena itu dinamakan psoriasiformis. Jika papul-papul tersebut menghilang dapat
meninggalkan bercak hipopigmentasi dan disebut leukoderma sifilitika, yang akan
menghilang perlahan-lahan. Pada S II dini, papul generalisata dan simetrik,
sedangkan pada yang lanjut bersifat setempat dan tersusun secara teratur, arsinar,
sirsinar, polisiklik, dan korimbiformis. Papul-papul tersebut juga dapat dilihat pada
sudut mulut, ketiak, di bawah mammae, dan alat genital. 1
3. Pustul
Bentuk ini jarang terdapat. Mula-mula terbetuk banyak papul yang menjadi vesikel
dan kemudian terbentuk pustul, sehingga di samping pustul masih pula terlihat
papul. Timbulnya banyak pustul ini sering disertai demam yang intermitten dan
penderita tampak sakit lamanya dapat berminggu-minggu. Kelaianan kulit
demikian disebut sifilis variseliformis karena menyerupai varisela. 1
4. Bentuk lain
Kelainan lain yang dapat terlihat pada S II ialah banyak papul, pustul, dan krusta
yang berkonfluensi sehingga mirip impetigo, karena itu disebut sifilis
impetiginosa. Dapat pula timbul berbagai ulkus yang tertutupi krusta yang disebut
ektima sifilitikum. Bila krustanya tebal disebut rupia sifilitika. Disebut sifilis
ostrasea jika ulkus meluas ke perifer sehingga berbentuk seperti kulit kerang.
Sifilis yang berupa ulkus-ulkus yang terdapat di kulit dan mukosa disertai demam
dan keadaan umum buruk disebut sifilis maligna yang dapat menyebabkan
kematian. Pada S II yang masih dini sering terjadi kerontokan rambut, umumnya
bersifat difus dan tidak khas, disebut alopecia difusa.
10

Pada S II yang lanjut dapat terjadi kerontokan setempat setempat, tampak sebagai
bercak yang ditumbuhi oleh rambut yang tipis, jadi tidak botak seluruhnya, seolaholah seperti digigit ngengat dan disebut alopesia areolaris. Gejala dan tanda sifilis
sekunder dapat hilang tanpa pengobatan, tetapi bila tidak diobati,infeksi akan
berkembang menjadi sifilis laten atau sifilis stadium lanjut. 1
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan T.Pallidum
Cara pemeriksaan adalah dengan mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat
bentuk dan pergerakannya dengan microskop lapangan gelap. Pemeriksaan
dilakukan tiga hari berturut-turut. Jika hasil pada hari I dan II negatif. Sementara
itu lesi dikopres dengan larutan garam faal. Bila negatif bukan selalu berarti
diagnosisnya bukan sifilis, mungkin kumannya terlalu sedikit. Treponema tampak
berwarna putih pada latar belakang gelap. Pergerakannya memutar terhadap
sumbunya, bergerak perlahan-lahan melintasi lapangan pada pandangan, jika
tidak bergerak cepat seperti Borrelia vincentii penyebab stomatitis. Pemeriksaan
lain dengan pewarna menurut Buri, tidak dapat dilihat pergerakannya karena
treponema tersebut telah mati, jadi hanya tampak bentuknya saja. Sementara itu
lesi dikompres dengan larutan garam faal setiap hari. 1
2. Tes Serologik Sifilis (TSS)
T.S.S. atau Serologic Tests for Sypilis (S.T.S) merupakan pembantu diagnosis
yang penting bagi sifilis. S I pada mulanya memberi hasil T.S.S. negatif
(seronegatif), kemudian menjadi positif (seropositif) dengan titer rendah, jadi
positif lemah. Pada S II yang masih dinireaksi menjadi positif agak kuat, yang
akan menjadi sangat kuat pada S II lanjut. Pada S III reaksi menurut lagi menjadi
positif lemah atau negatif. 1
T.S.S. dibagi menjadi dua berdasarkan antigen yang dipakai, yaitu :
a) Nontreponemal (Tes Reagin)
i.
Tes fiksasi komplemen : Wasserman (WR), Kolmer.
ii. Tes flokulasi : VDRL (Venereal Disease Research Laboratories), Kahn,
RPR (Rapid Plasma Reagin), ART (Automated Reagin Test), dan RST
(Reagin Screen Test).
11

b) Tes Treponemal
Tes ini bersifat spesifik karena antigennnya ialah treponema atau
ekstraknyadan dapat digolongkan menjadi empat kelompok :
i.
Tes Imobilisasi : TPI (Treponemal pallidum Imobilization Test).
ii. Tes fiksasi komplemen : RPCF (Reiter Protein Complement FixationTest).
iii.
Tes Imunofluoresen : FTA-Abs (Fluorecent Treponemal Antbody
Absorption
iv.

Test),

ada

dua

lgM,

lgG;

FTA-Abs

DS

(FluorescentTreponemal Antibody-Absorption Double Staining).


Tes hemoglutisasi : TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination
Assay), 19SlgM SPHA (Solid-phase Hemabsorption Assay), HATTS
(Hemagglutination

Treponemal

Test

for

Syphilis),

MHA-TP

(Microhemagglutination Assay for Antibodies to Treponema pallidum).

Diagnosa banding untuk sifilis 4


Sifilis primer
Penyebab ulkus genital dipertimbangkan:

Herpes genital
Trauma genital
Fixed drug eruption
Karsinoma ulkus genital
Chancroid (ulkus mole)
Limfogranuloma
Sifilis sekunder
Kutaneus : pitiriasi rosea, psoriasis gutata, liken planus, drug eruption, folikulitis
12

Mukus membrana : liken planus, penyakit mulut, tangan dan kaki, perleche
Sifilis tertiar
Kutaneus : lupus vulgaris, lupus eritematos, tumor, ulkus venous

D. DIAGNOSA BANDING

E. PENATALAKSANAAN
Selama lebih dari 50 tahun, penisilin parenteral telah berhasil digunakan untuk
mengobati penderita sifilis, dengan resolusi klinis dan pencegahan penularan seksual.
Dengan demikian, ia tetap menjadi pilihan pengobatan untuk sifilis, dan tidak ada
kasus resistensi penisilin pernah didokumentasikan. Benzatin penisilin G (BPG),
bentuk depot, digunakan untuk pengobatan standar sifilis, dan penisilin dalam bentuk
cairan digunakan untuk penderita neurosifilis diakui. Berbeda dengan penisilin
bentuk cairan, BPG tidak melewati sawar darah-otak untuk mencapai T. pallidum
yang mungkin telah menginvasi SSP. Hal ini khususnya kepedulian terhadap orang
terinfeksi HIV dengan sifilis. 5
Pada pengobatan jangan dilupakan agar mitra seksualnya juga diobati, dan
selama belum sembuh penderita dilarang bersanggama. Pengobatan dimulai sedini
mungkin, makin dini hasilnya makin baik. Pada sifilis laten terapi bermaksud
mencegah proses lebih lanjut. Pengobatannya menggunakan penisilin dan antibiotik
lain. 1
1. Penisilin
Obat yang merupakan pilihan ialah penisilin. Obat tersebut dapat menembus
placenta sehingga mencegah infeksi Pada janin dan dapat menyembuhkan janin
yang terinfeksi; juga efektif untuk neurosifilis. Kadar yang tinggi dalam serum
tidak diperlukan, asalkan jangan kurang dari0,03 unit/ml. Yang penting ialah
kadar tersebut hares bertahan dalam serum selama sepuluh sampai empat belas
hari untuk sifilis dini dan lanjut, dua puluh sate hari untuk neurosifilis dan sifilis
kardiovaskular. Jika kadarnya kurang dari angka tersebut, setelah lebih dari dua
puluh empat sampai tiga puluh jam, maka kuman dapat berkembang biak.
Menurut lama kerjanya, terdapat tiga macam penisilin:

13

a) Penisilin G prokain dalam akua dengan lama kerja dua puluh empat jam, jadi
bersifat kerja singkat.
b) Penisilin G prokain dalam minyak dengan aluminium monostearat (PAM),
lama kerja tujuh puluh dua jam, bersifat kerja sedang.
c) Penisilin G benzatin, dengan dosis 2,4 juts unit akan bertahan dalam serum dua
sampai tiga minggu, bersifat kerja lama.
Reaksi Jarish-Herxheimer
Pada terapi sifilis dengan penisilin dapat terjadi reaksi Jarish- Herxheimer. Sebab
yang pasti tentang reaksi ini belum diketahui, mungkin disebabkan oleh
hipersensitivitas akibat toksin yang dikeluarkan oleh banyak T. Pallidum yang
mati. Dijumpai sebanyak 50-80% pada sifilis dini.
Pada sifilis dini dapat terjadi setelah enam sampai dua belas jam pada suntikan
penisilin yang pertama. Gejalanya dapat bersifat umum dan lokal. Gejala umum
biasanya hanya ringan berupa sedikit demam. Selain itu dapat pula berat: demam
yang tinggi, nyeri kepala, artralgia, malese, berkeringat, dan kemerahan pada
muka. Gejala lokal yakni afek primer menjadi bengkak karena edema dan
infiltrasi sel, dapat agak nyeri. Reaksi biasanya akan menghilang setelah sepuluh
sampai dua belas jam tanpa merugikan penderita pada S I. 1
2. Antibiotika Lain
Selain penisilin, masih ada beberapa antibiotik yang dapat digunakan sebagai
pengobatan sifilis, meskipun tidak seefektif penisilin. Bagi yang alergi terhadap
penisilin diberikan tetrasiklin 4 x 500 mg/hari, atau eritromisin 4 x 500 mg/hri,
atau doksisiklin 2 x 100 mg/hari. Lama pengobatan15 hari bagi S I dan S II dan
30 hari bagi stadium laten. Eritromisin bagi yang hamil, efektivitasnya
meragukan. Doksisiklin absorbsinya lebih baik dari pada tetrasiklin,yakni 90100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%. Pada penelitian terbaru didapatkan
bahwa doksisiklin atau eritromisin yang diberikan sebagai terapi sifilis primer
selama 14 hari, menunjukkan perbaikan. Obat yang lain ialah golongan
sefalosporin, misalnya sefaleksin 4 x 500 mgsehari selama 15 hari. Juga

14

seftriakson setiap hari 2 gr, dosis tunggal i.m. atau i.v.selama 15 hari. Azitromisin
juga dapat digunakan untuk S I dan S 11, terutama di negara yang sedang
berkembang untuk menggantikan penisilin. Dosisnya 500 mg sehari sebagai dosis
tunggal. 1

F. PROGNOSIS

Dengan ditemukannya penisilin, maka prognosis sifilis menjadi lebih baik.


Untuk menentukan penyembuhan mikrobiologik, yang berarti bahwa semua
T.pallidum di badan terbunuh tidaklah mungkin. Penyembuhan berarti sembuh klinis
seumur hidup, tidak menular ke orang lain, T.S.S pada darah dan likuor
serebrospinalis selalu negatif. Jika sifilis tidak diobati, maka hampir seperempatnya
akan kambuh, 5% akan mendapat S III, 10% mengalami sifilis kardiovaskular,
neurosifilis pada pria 9% dan pada wanita 5%, 23% akan meninggal. Pada sifilis dini
yang diobati, angka penyembuhan mencapai 95%. Kelainan kulit akan sembuh dalam
7-14 hari. Pembesaran kelenjar getah bening akan menetap berminggu-minggu.
Kegagalan terapi sebanyak 5% pada S I dan S II. Kambuh klinis umumnya terjadi 30
setahun sesudah terapi, berupa lesi menular pada mulut, tenggorok, dan region
perianal. Disamping itu dikenal pula kambuh serologic, yang berarti T.S.S yang
negatif menjadi positif atau yang telah positif menjadi makin positif. Rupanya
kambuh serologik ini mendahului kambuh klinis. Kambuh klinis pada wanita juga
dapat bermanifestasi pada bayi berupa sifilis kongenital. Pada sifilis laten lanjut
prognosisnya baik, prognosis pada sifilis gumatosa bergantung pada alat yang dikenai
dan banyaknya kerusakan. Prognosis neurosifilis bergantung pada tempat dan derajat
15

kerusakan. Sel saraf yang rusak bersifat irreversible. Prognosis neurosifilis dini baik,
angka penyembuhan dapat mencapai 100%, neurosifilis asimptomatik pada stadium
lanjut prognosisnya juga baik, kurang dari 1% memerlukan terapi ulang. 1

BAB III
KESIMPULAN

Sifilis adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh
bakteri Treponema pallidum, sangat kronis dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya
dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit,
mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari ibu ke janin. T.pallidum penyebab
sifilis dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain melalui hubungan genitogenital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat
ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya selama masa kehamilan. Jika tidak
diobati, maka hampir seperempatnya akan kambuh, pada sifilis dini yang diobati,
angka penyembuhan mencapai 95%. Kegagalan terapi sebanyak 5% pada S I danS II.
Kambuh klinis umumnya terjadi setahun sesudah terapi, berupa lesi menular pada
mulut, tenggorok, dan regio perianal. Diagnosis ditegakkan secara sempurna dari
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti Serologi Tes Sifilis (STS)
sehingga dapat diberikan antibiotik yang sesuai dan tepat. Antibiotik yang biasa
dipakai dalam penatalaksanaan Sifilis ialah Penisilin. 1, 3, 5

16

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. E.C. Natahusada, Adhi Djuanda. Sifilis. In: Mochtar Hamzah, Siti Aisah (eds.)
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi keenam. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2011. p.393-413.
2. G.R. Kinghorn. Syphilis and Bacterial Sexually Transmitted Infections. In:
DA Burns, SM Breathnach, NH Cox, CEM Griffiths (Eds.) Rook's Textbook
of Dermatology, 8th edition. Sheffield, UK: Blackwell Publishing Ltd; 2010.
p.34.1-34.25.
3. A.L. Sheila. Syphilis. In: L.K. Dennis, B. Eugene (eds.) Harrison's Principles
of Internal Medicine, 16th edition. United States of Amerika: McGraw-Hill
Companies; 2005. p.977-985.
4. S. Angelika. Sexually Transmitted Infections. In: L.B. Jean, L.J. Joseph (eds.)
Dermatology, 2nd edition. USA: Mosby Elsevier Limited; 2008. p.1239-1250.
5. L.H. Emily, A.L. Sheila. Syphilis: using modern approaches to understand an
old disease. J Clin Invest. 2011;121(12): 4584-4592.

17

Anda mungkin juga menyukai