Anda di halaman 1dari 20

455

SIFILIS
Oleh

Adhi Djuanda

PENDAHULUAN tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli. Pada abad


ke-18 baru diketahui bahwa penularan sifilis dan
Meskipun insidens sifilis kian menurun, gonore disebabkan oleh sanggama dan keduanya
penyakit ini tidak dapat diabaikan, karena me- dianggap disebabkan oleh infeksi yang sama.
rupakan pen ya kit be rat. Hampir semua a lat tubuh Pada abad ke-15 terjadi wabah di Eropa,
dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskular sesudah tahun 1860 morbilitas sifilis di Eropa
dan saraf. Selain itu wanita hamil yang menurun cepat, mungkin karena perbaikan sosio-
menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ekonomi. Selama Perang Dunia kedua insidensnya
ke janin sehingga menyebabkan sifilis kongenital meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun
yang dapat menyebabkan kelainan bawaan dan 1946, kemudian makin menurun.
kematian. lstilah kita untuk penyakit ini yaitu raja lnsidens sifilis di berbagai negeri di seluruh
singa sangat tepat karena keganasannya . dunia pada tahun 1996 berkisar antara 0,04-
0,52%. lnsidens yang terendah di Cina, sedangkan
DEFINISI yang tertinggi di Amerika Selatan. Di Indonesia
Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan insidensnya 0,61 %. Di bagian kami penderita
oleh Treponema pal/idum, sangat kronik dan ber- yang terbanyak ialah stadium laten, di susul sifilis
sifat sistemik. Pada perjalannya dapat menyerang stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis
hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai stadium II.
banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan
dapat ditularkan dari ibu ke janin. ETIOLOGI
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan
SINONIM oleh Schaudinn dan Hoffman ialah Treponema
Menurut sejarahnya terdapat banyak sinonim pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales,
sifilis yang tak lazim dipakai. Sinonim yang umum familia Spirochaetaceae, dan genus Treponema.
ialah lues venerea atau biasanya disebut lues saja . Bentuknya sebagai spiral teratur, panjangnya
Dalam istilah Indonesia disebut raja singa. antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri atas delapan
sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya
EPIDEMIOLOGI berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti
gerakan pembuka botol. Membiak secara pem-
Asal penyakit ini tak jelas. Sebelum tahun belahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap
1492 belum dikenal di Eropa. Ada yang meng- tiga puluh jam.
anggap penyakit ini berasal dari penduduk Indian Pembiakan pada umumnya tidak dapat
yang dibawa oleh anak buah Columbus waktu dilakukan di luar badan. Di luar badan kuman
mereka kembali ke Spanyol pada tahun 1492. Pada tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah untuk
transfusi dapat hidup tujuh puluh dua jam.
456

KLASIFIKASI (lihat gambar 67-1) tersebut terletak di antara endotelium kapiler dan
jaringan perivaskular di sekitarnya . Enarteritis
Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan
akuisita (didapat). Sifilis kongenital dibagi menjadi: hipertrofik endotelium yang menimbulkan
dini (sebelum dua tahun), lanjut (sesudah dua obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Kehi-
tahun), dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi langan pendarahan akan menyebabkan erosi,
menurut dua cara, secara klinis dan epidemiologik. pada pemeriksaan klinis tampak sebagai S I.
Menurut cara pertama sifilis dibagi menjadi tiga Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai
stadium: stadium I (S I), stadium II (S II), dan kelenjar getah bening regional secara limfogen
stadium Ill (S 111). Secara epidemiologik menurut dan membiak. Pada saat itu terjadi pula pen-
WHO dibagi menjadi: jalaran hematogen dan menyebar ke semua
1. Stadium dini menular (dalam satu tahun sejak tampak kemudian . Multiplikasi ini diikuti oleh
infeksi), terdiri atas S I, S II, stadium rekuren, reaksi jaringan sebagai S II , yang terjadi enam
dan stadium laten dini. sampai delapan minggu sesudah S I. S I akan
2. Stadium lanjut tak menular (setelah satu tahun sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat
sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut tersebut jumlahnya berkurang, kemudian ter-
dan S Ill. bentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya
Bentuk lain ialah sifilis kardiovaskular dan sembuh berupa sikatriks. S II juga mengalami
neurosifilis. Ada yang memasukkannya ke dalam S regresi perlahan-lahan dan lalu menghilang .
Ill atau S IV. Tibalah stadium laten yang tidak disertai
gejala, meskipun infeksi yang aktif masih terdapat.
PATOGENESIS Sebagai contoh pada stadium ini seorang ibu
dapat melahirkan bayi dengan sifilis kongenita.
Stadium dini Kadang-kadang proses imunitas gagal me-
Pada sifilis yang didapat, Tpallidum masuk ngontrol infeksi sehingga Tpllidum membiak lagi
ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, pada tempat S I dan menimbulkan lesi rekuren
biasanya melalui sanggama. Kuman tersebut atau kuman tersebut menyebar melalui jaringan
membiak, jaringan bereaksi dengan membentuk menyebabkan reaksi serupa dengan lesi rekuren
infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel- S II, yang terakhir ini lebih sering terjadi daripada
sel plasma , terutama di perivaskular, pembuluh- yang terdahulu . Lesi menular tersebut dapat
pembuluh darah kecil berproliferasi di kelilingi timbul berulang-ulang , tetapi pada umumnya
oleh Tpallidum dan sel-sel radang . Treponema tidak melebihi dua tahun.3-10 tahun .

STADIUM DINI MENULAR 1 tahun STADIUM LANJUT TIDAK MENULAR

Stadium rekuren
S.t. SI Sii S Ill

- 2-4 - +-6-8 - - -
minggu minggu
I
._ - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ' - - - - - - - - - - - - - - 3-10 tahun - - - - - - - - - - - ---+
Sifili s laten dini Sifilis laten lanjut
(menular) (tidak menular)

Keterangan :
S.t. =
sanggama tersangka
SI = sifilis stadium I
S II =
sifilis stadium II
S Ill = sifilis stadium Ill

Gambar 67-1 Berbagai Stadium pada Sifilis


457

Stadium lanjut koronarius, sedangkan pada wanita di labia minor


dan mayor. Selain itu juga dapat di ekstragenital ,
Stadium laten dapat berlangsung bertahun-
misalnya di lidah, tonsil, dan anus.
tahun , rupanya treponema dalam keadaan
Afek primer tersebut sembuh sendiri antara
dorman. Meskipun demikian antibodi tetap ada
tiga sampai sepuluh minggu. Seminggu setelah
dalam serum penderita. Keseimbangan antara
afek primer, biasanya terdapat pembesaran
treponema dan jaringan dapat sekonyong-konyong
kelenjar getah bening regional di inguinalis medialis.
berubah, sebabnya belum jelas, mungkin trauma
Keseluruhannya disebut kompleks primer. Kelenjar
merupakan salah satu faktor presipitasi. Pada saat
tersebut solitar, indolen, tidak lunak, besamya
itu muncullah S 111 berbentuk guma. Meskipun pada
biasanya lentikular, tidak supuratif, dan tidak ter-
guma tersebut tidak dapat ditemukan T.pallidum ,
dapat periadenitis. Kulit di atasnya tidak menun-
reaksinya hebat karena bersifat destruktif dan
jukkan tanda-tanda radang akut.
berlangsung bertahun-tahun. Setelah mengalama
lstilah sypl'lilis d'emblee dipakai, jika tidak
masa laten yang bervariasi guma tersebut timbul
terdapat afek primer. Kuman masuk ke jaringan
di tempat-tempat lain.
yang lebih dalam, misalnya pada transfusi darah
Treponema mencapai sistem kardiovaskular
atau suntikan.
dan sistem saraf pada waktu dini, tetapi kerusakan
terjadi perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu
II. Sifilis sekunder (S II)
bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis.
Penderita dengan guma biasanya tidak mendapat Biasanya S II timbul setelah enam sampai
gangguan saraf dan kardiovaskular, demikian pula delapan minggu sejak S I dan sejumlah sepertiga
sebaliknya. Kira-kira dua pertiga kasus dengan kasus masih disertai S I. Lama S II dapat sampai
stadium laten tidak memberi gejala. sembilan bulan. Berbeda dengan S I yang tanpa
disertai gejala konstitusi , pada S II dapat disertai
GEJALA KUNIS gejala tersebut yang terjadi sebelum atau selama
S II. Gejalanya umumnya tidak berat, berupa
SIFILIS AKUISITA anoreksia , turunnya berat badan , malese, nyeri
kepala , demam yang tidak tinggi, dan artralgia.
A. SIFILIS DINI
Kelainan kulit dapat menyerupai berbagai
I. Sifilis primer (S I) penyakit kulit sehingga disebut the great imitator.
Sela in memberi kelainan pada kulit, S II dapat juga
Masa tunas biasanya dua sampai empat
memberi kelainan pada mukosa, kelenjar getah
minggu. T. Pallidum masuk ke dalam selaput lendir
bening, mata, hepar, tulang, dan saraf.
atau kulit yang telah mengalami lesi/mikro-lesi
Kelainan kulit yang membasah (eksudatif)
secara langsung, biasanya melalui sanggama .
pada S II sangat menular, kelainan yang kering
Treponema tersebut akan berkembang biak,
kemudian terjadi penyebaran secara limfogen kurang menular. Kondilomata lata dan plaque
dan hematogen. muqueuses ialah bentuk yang sangat menular.
Kelainan kulit dimulai sebagai papul lentikular Gejala yang penting untuk membedakannya
yang permukaannya segera menjadi erosi, umum- dengan berbagai penyakit kulit yang lain ialah:
nya kemudian menjadi ulkus. Ulkus tersebut kelainan kulit pada S II umumnya tidak gatal,
biasanya bulat, solitar, dasamya ialah jaringan sering disertai limfadenitis generalisata, pada S II
granulasi berwama merah dan bersih, di atasnya dini kelainan kulit juga terjadi pada telapak tangan
hanya tampak serum. Dindingnya tak bergaung, dan kaki.
kulit di sekitamya tidak menunjukkan tanda-tanda Antara S II dini dan S II lanjut terdapat per-
radang akut. Yang khas ialah ulkus tersebut indolen bedaan. Pada S II dini kelainan kulit generalisata,
dan teraba indurasi karena itu disebut ulkus durum. simetrik, dan lebih cepat hilang (beberapa hari
Kelainan tersebut dinamakan afek primer hingga beberapa minggu). Pada S II lanjut tidak
dan umumnya berlokasi pada genitalia ekstema. generalisata lagi, melainkan setempat-setempat,
Pada pria tempat yang sering dikenai ialah sulkus tidak simetrik dan lebih lama bertahan (beberapa
minggu hingga beberapa bulan).
458

Bentuk lesi Bentuk lain ialah kondilomata lata, terdiri


atas papul-papul lentikular, permukaannya
Lesi dapat berbentuk roseala, papul, dan
datar, sebagian berkonfluensi, terletak pada
pustul, atau bentuk lain.
daerah lipatan kulit; akibat gesekan antar-
1. Roseola kulit permukaannya menjadi erosif, eksudatif,
Roseola ialah eritema makular, berbintik- sangat menular. Tempat predileksinya di lipat
bintik atau berbercak-bercak, wamanya merah paha, skrotum, vulva, perianal , di bawah
tembaga, bentuknya bulat atau lonjong. mamme, dan antarjari kaki.
Roseola biasanya merupakan kelainan Kejadian yang jarang terlihat ialah pada
kulit yang pertama terlihat pada S II, dan di tempat afek primer terbentuk lagi infiltrat dan
sebut roseola sifilitika. Karena efloresensi reindurasi; sebabnya trepanomena masih
tersebut merupakan kelainan S II dini tertinggal pada waktu S I menyembuh yang
maka seperti telah dijelaskan, lokalisasiny~ kemudian akan membiak, dan dinamakan
generalisata dan simetrik, telapak tangan dan chancer redux.
kaki ikut dikenai. Disebut pula eksantema 3. Pustul
karena timbulnya cepat dan menyeluruh.
Bentuk 1n1 1arang terdapat. Mula-mula
Roseola akan menghilang dalam bebe-
terbentuk banyak papul yang segera menjadi
rapa hari/minggu, dapat pula bertahan hing-
vesikel dan kemudian terbentuk pustul,
ga beberapa bulan. Kelainan tersebut dapat
sehingga di samping pustul masih pula
residif, jumlahnya menjadi lebih sedikit, lebih
terlihat papul.
lama bertahan, dapat anular, dan bergerom-
Bentuk pustul ini lebih sering tampak
bol. Jika menghilang, umumnya tanpa be-
pada kulit berwama dan jika daya tahan tubuh
kas, kadang-kadang dapat meninggalkan
menurun. Timbulnya banyak pustul ini sering
bercak hipopigmentasi dan disebut leuko-
dsertai demam yang intermiten dan penderita
derma sifilitikum.
tampak sakit, lamanya dapat berminggu-
Jika roseola te~adi pada kepala yang be-
minggu. Kelainan kulit demikian disebut sifilis
rambut, dapat menyebabkan rontoknya rambut
varise/iformis karena menyerupai varisela.
yang selanjutnya akan diterangkan kemudian .
4. Bentuk lain
2. Papul
Kelainan lain yang dapat terlihat pada
Bentuk ini merupakan bentuk yang paling
S 11 ialah banyak papul , pustul , dan krusta
sering terlihat pada S II. Bentuknya bulat,
yang berkonfluensi sehingga mirip impetigo,
ada kalanya terdapat bersama-sama dengan
karena itu disebut sifilis impetiginosa. Dapat
roseola. Papul tersebut dapat berskuama
pula timbul berbagai ulkus yang ditutupi
yang terdapat di pinggir (kolerat) dan disebut
oleh krusta disebut ektima sifilitikum. Bila
papulo-skuamosa. Skuama dapat pula
krustanya tebal disebut rupia sifilitika. Disebut
menutupi permukaan papul sehingga mirip
sifilis ostrasea jika ulkus meluas ke perifer
psoriasis, oleh karena itu dinamai psoriasifor-
sehingga berbentuk seperti kulit kerang .
mis. Jika papul-papul tersebut menghilang
Sifilis berupa ulkus-ulkus yang terdapat
dapat meninggalkan bercak-bercak hipopig-
di kulit dan mukosa disertai demam dan
mentasi dan disebut leukoderma koli atau
keadaan umum buruk disebut sifilis maligna
collar of Venus.
yang dapat menyebabkan kematian . Tes
Selain papul yang lentikular dapat pula
serologik sering negatif atau positif lemah.
terbentuk papul yang likenoid, meskipun
Sifilis tersebut terdapat pada penderita
jarang; dapat pula folikular dan ditembus dan
dengan daya tahan tubuh yang rendah .
simetrik, sedangkan pada yang lanjut bersifat
setempat dari tersusun secara tertentu ·
S II pada mukosa
arsinar, sirsinar, polisiklik, dan korimbiformis:
Jika pada dahi susunan yang arsinar/sirsinar Biasanya timbul bersama-sama dengan
tersebut dinamakan korona venerik karena eksantema pada kulit, kelainan pada mukosa
menyerupai mahkota. Papul-papul tersebut ini disebut enantem, terutama terdapat pada
juga dapat dilihat pada sudut mulut, ketiak, di mulut dan tenggorok. Umumnya berupa makula
bawah mamma, dan alat genital.
459

eritematosa, yang cepat berkonfluensi sehingga 2. Mata


membentuk eritema yang difus, berbatas tegas Pada S II lanjut terjadi uveitis anterior, tetapi
dan disebut angina sifilitika eritematosa. Keluhan- lebih sering terjadi pada stadium, rekuren .
nya nyeri pada tenggorok, terutama pada waktu Koroido-retinitis dapat terjadi , tetapi jarang.
menelan. Sering faring juga diserang, sehingga 3. Hepar
memberi keluhan suara parau. Pada eritema Kadang-kadang terjadi hepatitis, hepar
tersebut kadang-kadang terbentuk bercak putih membesar dan menyebabka ektirus ringan .
keabu-abuan , dapat erosif dan nyeri.
4. Tulang
Kelainan lain ialah yang disebut plaque
Sendi dan bursa jarang dikenai, kadang-
muqueuses (mucous patch), berupa papul
kadang terbentuk efusi. Kelainan berupa
eritematosa, permukaannya datar, biasanya
pembengkakan, biasanya tidak nyeri dan
miliar atau lentikular, timbulnya bersama-sama
pergerakan tidak terganggu . Periostitis atau
dengan S II bentuk papul pada kulit. Plaque
kerusakan korteks akan menyebabkan nyeri.
muqueuses tersebut dapat juga terletak di
selaput lendir alat genital dan biasanya terletak 5. Saraf
di selaput lendir alat genital dan biasanya erosif. Pada pemeriksaan likuor serebrospinalis,
Umumnya kelainan pada selaput lendir tidak tampak kelainan berupa peninggian sel dan
nyeri, lamanya beberapa minggu. protein. Gejala klinis pada stadium ini jarang,
tetapi dapat disebabkan oleh meningitis
S II pada rambut akut/ subakut. Tekanan intrakranial dapat
meninggi dan memberi gejala nyeri kepala,
Pada S II yang masih dini sering terjadi muntah, dan udema papil. Pemeriksaan
kerontokan rambut, umumnya bersifat difus dan serebrospinal pada S II ini tidak perlu
tidak khas , disebut alopesia difusa. Pada S II dikerjakan secara rutin .
yang lanjut dapat terjadi kerontokan setempat-
setempat, tampak sebagai bercak yang ditumbuhi
Ill. Sifilis laten dini
oleh rambut yang tipis, jadi tidak botak seluruhnya,
seolah-olah seperti digigit ngengat dan disebut Laten berarti tidak ada gejala klinis dan
alopesia areolaris. Bercak-bercak tersebut disebab- kelainan, termasuk alat-alat dalam, tetapi infeksi
kan oleh roseola/papul , akar rambut dirusak oleh masih ada dan aktif. Tes serologik darah positif,
treponema. Kerusakan tersebut dapat juga terjadi sedangkan tes likuor serebrospinalis negatif. Tes
pada alis mata bagian lateral dan janggut. yang dianjurkan ialah VDRL dan TPHA.

S II pada kuku IV. Stadium rekuren


Kelainan pada kuku jarang dibandingkan Relaps dapat terjadi baik secara klinis berupa
dengan pada rambut. Warna kuku berubah kelainan kulit mirip S II, maupun serologik yang
menjadi putih , kabur. Selain itu juga menjadi rapuh,
telah negatif menjadi positif. Hal ini terjadi terutama
terdapat pula alur transversal dan longitudinal.
pada sifilis yang tidak diobati atau yang mendapat
Bagian distal lempeng kuku menjadi hiperkeratotik
pengobatan tidak cukup. Umumnya bentuk re/aps
sehingga kuku terangkat. Kelainan tersebut
ialah S II, kadang-kadang S I, Kadang-kadang
dinamakan onikia sifilitika.
Pada paronikia sifilitika timbul radang kronik, re/aps terjadi pada tempat afek primer dan disebut
kuku menjadi rusak, kadang-kadang kuku terlepas. monorecidive. Relaps dapat memberi kelainan
Kelainan ini sukar dibedakan dengan paronikia pada mata, tulang, alat dalam, dan susunan saraf.
oleh piokokus dan kandida. Juga dapat terlahir bayi dengan sifilis kongenita .

S II pada alat lain B. SIFILIS LANJUT

1. Kelenjar getah bening I. Sifilis laten lanjut


Pada S II umumnya seluruh kelenjar getah Biasanya tidak menular, diagnosis ditegak-
bening superfisial membesar, sifatnya seperti kan dengan pemeriksaan tes serologik. Lama
pada SI.
460

masa laten beberapa tahun hingga bertahun- dan lebih kecil (miliar hingga lentikular), lebih
tahun, bahkan dapat seumur hidup. Likuor sere- banyak, mempunyai kecenderungan untuk
brospinalis hendaknya diperiksa untuk menying- bergerombol atau berkonfluensi ; selain itu tersebar
kirkan neurosifilis asimtomatik. Demikian pula (diseminata). Wamanya merah kecoklatan .
sinar-X aorta untuk melihat, apakah ada aorititis. Nodus-nodus yang berkonfluensi dapat
Perlu diperiksa pula, apakah ada sikatriks tumbuh terus secara serpiginosa. Bagian yang
bekas S I pada alat genital atau leukoderma belum sembuh dapat tertutup skuama seperti lilid
pada leher yang menunjukkan bekas S II (co/ar dan disebut psoriasiformis. Kelenjar getah bening
of Venus) . Kadang-kadang terdapat pula banyak regional tidak membesar. Kelainan yang jarang
kulit hipotrofi lentikular pada badan bekas papul- ialah yang disebut nodositas juxta arlicu/aris berupa
papul S II. nodus-nodus subkutan yang fibrotik, tidak melunak,
indolen, biasanya pada seni besar.
II. Sifilis tersier (5 Ill)
5 Ill pada mukosa
Lesi pertama umumnya terlihat antara tiga
sampai sepuluh tahun setelah S I. Kelainan yang Guma juga ditemukan di selaput lendir, dapat
khas ialah guma, yakni infiltrat sirkumskrip, kronis, setempat atau menyebar. Yang setempat biasanya
biasanya melunak, dan destruktif. pada mulut dan tenggorok atau septum nasi.
Besar guma bervariasi dari lentikular sampai Seperti biasanya akan melunak dan membentuk
sebesar telur ayam. Kulit di atasnya mula-mula ulkus, bersifat destruktif jadi dapat merusak tulang
tidak menunjukkan tanda-tanda radang akut dan rawan septum nasi atau palatum mole hingga
dapat digerakkan. Setelah beberapa bulan mulai terjadi perforasi. Pada lidah yang tersering ialah
melunak, biasanya mulai dari tengah, tanda-tanda guma yang nyeri dengan fisur-fisur tidak teratur
radang mulai tampak, kulit menjadi eritematosa serta leukoplakia
dan livid serta melekat terhadap guma tersebut.
Kemudian terjadi perforasi dan keluarlah cairan 5 Ill pada tulang
seropurulen, kadang-kadang sanguinolen; pada
Paling sering menyerang tibia, tengkorak,
beberapa kasus disertai jaringan nekrotik.
bahu, femur, fibula, dan humerus. Gejala nyeri,
Tempat perforasi akan meluas menjadi ulkus,
biasanya pada malam hari. Terdapat dua bentuk,
bentuknya lonjong/bulat, dindingnya curam , seolah-
yakni periostitis gumatosa dan osteitis gumatosa,
olah kulit tersebut terdorong ke luar. Beberapa ulkus
kedua-duanya dapat didiagnosa dengan sinar-X.
berkonfluensi sehingga membentuk pinggir yang
polisiklik. Jika telah menjadi ulkus, maka infiltrat
5 Ill pada alat dalam
yang terdapat di bawahnya yang semula sebagai
benjolan menjadi datar. Tanpa pengobatan guma Hepar merupakan organ intra abdominal yang
tersebut akan bertahan beberapa bulan hingga paling sering diserang. Guma bersifat multipel, jika
beberapa tahun , Biasanya guma solitar, tetapi dapat sembuh terjadi fibrosis, hingga hepar mengalami
pula multipel, umumnya asimetrik. Gejala umum refraksi, membentuk lobus-lobus tidak teratur yang
biasanya tidak terdapat, tetapi jika guma multipel disebut Hepar lobatum.
dan perlunakannya cepat, dapat disertai demam. Esofagus dan lambung dapat pula dikenai,
Selain guma, kelainan yang lain pada S Ill meskipun jarang. Guma dapat menyebabkan
ialah nodus. Mula-mula di kutan kemudian ke fibrosis. Pada paru juga jarang, guma solitar dapat
epidermis, pertumbuhannya lambat yakni bebe- terjadi di dalam atau di luar bronkus; jika sembuh
rapa minggu/bulan dan umumnya meninggalkan terjadi fibrosis dan menyebabkan bronkiektasi.
sikatriks yang hipotrofi. Nodus tersebut dalam Guma dapat menyerang ginjal, vesika urinaria,
perkembangannya minp guma, mengalami dan prostat, meskipun jarang. S Ill pada ovarium
nekrosis di tengah dan membentuk ulkus. Dapat jarang, pada testis kadang-kadang berupa guma
pula tanpa nekrosis dan menjadi sklerotik. Per- atau fibrosis interstisial, tidak nyeri, permukaannya
bedaannya dengan guma, nodus lebih superfisial rata dan unilateral. Kadang-kadang memecah ke
bagian anterior skrotum.
461

SIFILIS KARDIOVASKULAR NEUROSIFILIS


Sifilis kardiovaskular bennanifestasi pada Akibat pengobatan sifilis dengan penisilin ,
S Ill, dengan masa laten 15-30 tahun. Umumnya kini jarang ditemukan neurosifilis. Neurosifilis
mengenai usia 40-50 tahun. lnsidens pada pria lebih sering terjadi pada orang berkulit putih
lebih banyak tiga kali daripada wanita. daripada orang kulit berwama, juga lebih sering
Pada dinding aorta terjadi infiltrasi perivas- terjadi pada pria daripada wanita .
kular yang terdiri atas sel limfosit dan sel plasma. lnfeksi terjadi pada stadium dini. Sebagian
Enarteritis akan menyebabkan iskemia. Lapisan besar kasus tidak memberi gejala, setelah ber-
intima dan media juga dirusak sehingga terjadi tahun-tahun baru memberi gejala. Pada sejumlah
pelebaran aorta yang menyebabkan aneurisma. 20-37% kasus terdapat kelainan pada likuor sere-
Aortitis yang tersering ialah yang mengenai brospinalis, sebagian kecil di antaranya dengan
aorta asendens, katup mengalami kerusakan kelainan meningeal.
sehingga darah mengalir kembali ke ventrikel kiri. Bagan kronologi neurosifilis dapat dilihat
Aortritis juga sering mengenai arteria koronaria pada gambar 67-2.
dan menyebabkan iskemia miokardium. Aortritis Neurosifilis dibagi menjadi empat macam:
dapat tanpa komplikasi dan tidak memberi gejala; 1. Neurosifilis asimtomatik
pada pemeriksaan dengan sinar -X memberikan 2. Sifilis meningovaskular (sifilis serebrospinalis),
kelainan yang khas. misalnya meningitis, meningomielitis, endar-
Angina pektoris merupakan gejala umum teritis sifilitika.
aortritis karena sifilis, yaitu disebabkan oleh 3. Sifilis parenkim: tabes dorsalis dan demensia
stenosis muara arteria koronaria, karena jaringan paralitika
granulasi dan defonnitas, serta dapat menyebab- 4. Guma
kan kematian mendadak. Heart block merupakan
kelainan aritmia jantung yang jarang dan kadang- lnvasi initial S.S.P. selama s1
kadang disebabkan oleh sifilis,miokarditis karena
sifilis sangat jarang, demikian pula guma pada kor.
Kelainan lain ialah aneurisma pada aorta
yang dapat fusifonnis atau sakular. Umumnya
1 l
tidak memberi gejala selama beberapa tahun. Neurosifilis
Meningitis asimtomatik Resolusi
Aneurisma dapat mengenai aorta asendens yang
sifilis akut (meningitis) spontan
dapat memberi benjolan dan pulsasi pada dada dini
sebelah kanan atas sternum. Jika aneurisma 5
tersebut membesar, dapat menggeser trakea dan
menyumbat vena kava superior. Kematian biasa-
nya disebabkan oleh ruptur ke pleura, perikardium,
dan bronkus. Sifilis Neurosifilis
Aneurisma pada arkus aorta akan menye- meningo- asimk>mati
babkan tekanan pada alat-alat tubuh di medias- vaskular (mefin91is
temum superior. Tekanan pada trakea menyebab- lar4ut
kan stridor. Selain itu aneurisma tersebut juga
dapat menekan bronkus kiri dan menyebabkan
kolaps paru; dapat pula menekan nervus laringeal 15
dan menyebabkan suara menjadi parau. Kematian
disebabkan oleh ruptur ke trakea, pleura, peri-
kardium, atau mediastinum.
Aneurisma aorta abdominalis hampir selalu
karena perubahan arteriosklerotik, biasanya tanpa 20
gejala. Diagnosis aneurisma aorta ditegakkan
dengan sinar-X.· Tes serologik positif pada 80%
kasus.
Gambar 67-3. Kronologi Neurosifilis*
462

Frekuensi perkiraan ialah: yang pertama 20%, lain ialah retensi dan inkontinensia urin. Gejala
kedua 20%, ketiga 60%, keempat sangat jarang. tersebut terjadi berangsur-angsur terutama akibat
demielinisasi dan degenerasi funikulus dorsalis.
1. Neurosifilis asimtomatik
Diagnosis berdasarkan kelainan pada likuor Demensia paralitika
serebrospinalis. Kelainan tersebut belum cukup
Penyakit ini biasanya timbul delapan sampai
memberi gejala klinis (lihat bab: Pembantu
sepuluh tahun sejak infeksi primer, umumnya pada
Diagnosis).
umur antara tiga puluh sampai lima puluh tahun.
Sejumlah 10-15% dari seluruh kasus neurosifilis
2. Sifilis meningovaskular
berupa demensia paralitika.
Terjadi inflamasi · vaskular dan perivaskular. Prosesnya ialah meningoensefalitis yang
Pembuluh darah di otak dan medula spinalis terutama mengenai otak, ganglia basal, dan daerah
mengalami endarteritis proliferatif dan infiltrasi sekitar ventrikel ketiga. Lambat laun terjadi atrofi
perivaskular berupa limfosit, sel plasma, dan pada korteks dan substansi alba sehingga korteks
fibroblas. menipis dan terjadi hidrosefalus.
Pembentukan jaringan fibrotik menyebab- Gejala klinis yang utama ialah demensia yang
kan terjadinya fibrosis sehingga perdarahannya terjadi berangsur-angsur dan progresif. Mula-mula
berkurang akibat mengecilnya lumen. Selain itu terjadi kemunduran intelektual, kemudian kehi-
juga dapat terjadi trombosis akibat nekrosis jaringan langan dekorum, bersikap apatis, euforia, waham
karena terbentuknya guma kecil multipel. megaloman, dan dapat terjadi depresif atau
Bentuk ini terjadi beberapa bulan hingga lima maniakal.
tahun sejak S I. Gejalanya bermacam-macam Gejala lain di antaranya ialah disatria, kejang-
bergantung pada letak lesi. Gejala bermacam- kejang umum atau fokal, muka topeng, dan tremor
macam bergantung pada letak lesi. Gejala yang terutama otot-otot muka. Lambat laun terjadi ke-
sering terdapat ialah: nyeri kepala, konvulsi lemahan, ataksia, gejala-gejala piramidal, inkonti-
fokal atau umum, papil nervus optikus sembab, nensia urin, dan akhirnya meninggal.
gangguan mental, gejala-gejala meningitis basalis
dengan kelumpuhan saraf-saraf otak, atrofi nervus 4. Guma
optikus, gangguan hipotalamus, gangguan pira-
Umumnya terdapat pada meninges, rupanya
midal, gangguan miksi dan defekasi, stupor, atau
terjadi akibat perluasan dari tulang tengkorak. Jika
koma. Bentuk yang sering dijumpai ialah endarteritis
membesar akan menyerang dan menekan parenkim
sifilitika dengan hemiparesis karena penyumbatan
otak. Guma dapat solitar atau multipel pada verteks
arteri otak.
atau dasar otak.
Keluhannya nyeri kepala, mual, muntah, dan
3. Sifilis parenkim
dapat terjadi konvulsi dan gangguan visus. Gejalanya
Termasuk golongan ini ialah tabes dorsalis berupa udema papil akibat peninggian tekanan
dan demensia paralitika. intrakranial, paralisis nervus kranial, atau hemiplegia.

Tabel dorsalis SIFILIS KONGENITAL


Timbulnya antara delapan sampai dua belas Sifilis kongenital pada bayi terjadi, jika ibunya
tahun setelah infeksi pertama. Kira-kira seperempat terkena sifilis, terutama sifilis dini sebab banyak
kasus neurosifilis berupa tabes dorsalis. Kerusakan T.pallidum beredar dalam dara, treponema masuk
terutama pada radiks posterior dan funikulus secara hematogen ke janin melalui plasenta yang
dorsalis daerah torako-lumbalis. Selain itu beberapa sudah dapat terjadi pada saat masa kehamilan
saraf otak dapat terkena, misalnya nervus optikus, 10 minggu.
nervus trigeminus, dan nervus oktavus. Gejala klinis Sifilis yang mengenai wanita hamil gejala-
di antaranya ialah gangguan sensibilitas berupa nya ringan. Pada tahun I setelah infeksi yang tidak
ataksia, arefleksia, gangguan visus, gangguan diobati terdapat kemungkinan penularan sampai
rasa nyeri pada kulit, dan jaringan dalam. Gejala 90%. Jika ibu menderita sifilis laten dini, kemung-
kinan bayi sakit 80%, bila sifilis lanjut 30%.
463

Pada kehamilan yang berulang, infeksi janin sangat menular dan menyebabkan sumbatan.
pada kehamilan yang kemudian menjadi ber- Pemapasan dengan hidung sukar. Jika plaques
kurang. Misalnya pada hamil pertama akan terjadi muqueuses terdapat pada laring suara menjadi
abortus pada bulan kelima, berikutnya lahir mati parau . Kelenjar getah bening dapat membesar,
pada bulan kedelapan , berikutnya janin dengan generalisata, tetapi tidak sejelas pada S II.
sifilis kongenital yang akan meninggal dalam Hepar dan lien membesar akibat invavasi
beberapa minggu, diikuti oleh dua sampai tiga bayi T.pallidum sehingga terjadi fibrosis yang difus.
yang hidup dengan sifilis kongenital. Akhimya akan Dapat terjadi udema dan sedikit ikterik (fungsi
lahir seorang atau lebih bayi yang sehat. Keadaan hepar terganggu). Ginjal dapat diserang, pada
ini disebut hukum Kossowitz. urin dapat terbentuk albumin, hialin, dan granular
Gambaran klinis dapat dibagi menjadi sifilis cast. Pada umumnya kelainan ginjal ringan. Pada
kongenital dini (prekoks), sifilis kongenital lanjut paru kadang-kadang terdapat infiltrasi yang disebut
(tarda), dan stigmata. Batas antara dini dan lanjut "pneumonia putih".
ialah dua tahun. Yang dini bersifat menular, jadi Tulang sering diserang pada waktu bayi
menyerupai S II, sedangkan yang lanjut berbentuk berumur beberapa minggu. Osteokondritis pada
guma dan tidak menular. Stigmata berarti jaringan tulang panjang umumnya terjadi sebelum berumur
parut atau deforrnitas akibat penyembuhan kedua enam bulan dan memberi gambaran khas pada
stadium tersebut. waktu pemeriksaan dengan sinar-X. Ujung tulang
terasa nyeri dan bengkak sehingga tidak dapat
Sifilis kongenital dini digerakkan; seolah-olah terjadi paralisis dan di-
Kelainan kulit yang pertama kali terlihat pada sebut pseudo paralisis Parrot. Kadang-kadang
waktu lahir ialah bula bergerombol , simetris pada terjadi komplikasi berupa terlepasnya epifisis,
telapak tangan dan kaki, kadang-kadang pada fraktur patologik, dan artritis supurativa. Pada
tempat lain di badan. Cairan bula mengandung pemeriksaan dengan sinar-X terjadi gambaran
banyak T. Pallidum. Bayi tampak sakit. Bentuk ini yang khas. Tanda osteokondritis menghilang
adakalanya disebut pemfigus sifilitika. setelah dua bulan, tetapi periostitis menetap.
Kelainan lain biasanya timbul pada waktu Koroiditis dan uveitis jarang. Umumnya terdapat
bayi berumur beberapa minggu dan mirip erupsi anemia berat sehingga rentan terhadap infeksi.
pada S II, pada umumnya berbentuk papul atau Neurosifilis aktif terdapat kira-kira 10%. Aki bat
papulo-skuamosa yang simetris dan generalisata. invasi T.pallidum pada otak waktu intrauterin
Dapat tersusun teratur, misalnya anular. Pada menyebabkan perkembangan otak terhenti. Bentuk
tempat yang lembab papul dapat mengalami erosi neurosifilis meningovaskular yang lebih umum
seperti kondilomata lata. Ragades merupakan pada bayi muda menyebabkan konvulsi dan defi-
kelainan umum yang terdapat pada sudut mulut, siensi mental. Gangguan nervus II terjadi sekunder
lubang hidung, dan anus; bentuknya memancar akibat korioditis atau akibat meningitis karena
(radiating). guma. Destruksi serabut traktus piramidalis akan
Wajah bayi berubah seperti orang tua akibat menyebabkan hemiplegia/displegia. Demikian pula
turunnya berat badan sehingga kulit berkeriput. dapat terjadi meningitis sifilitika akuta.
Alopesia dapat terjadi pula, terutama pada sisi
dan belakang kepala. Kuku dapat terlepas akibat Sifilis kongenital lanjut
papul di bawahnya; disebut onikia sifilitika. Jika
tumbuh kuku yang baru akan kabur dan bentuknya Umumnya terjadi antara umur tujuh sampai
berubah. lima belas tahun. Guma dapat menyerang kulit,
Pada selaput lendir mulut dan tenggorok tulang, selaput lendir, dan alat dalam. Yang khas
dapat terlihat plaque muqueuses seperti pada S ialah guma pada hidung dan mulut. Jika terjadi
II. Kelainan semacam itu sering terdapat pada kerusakan di septum nasi akan terjadi perforasi, bila
daerah mukoperiosteum dalam kavum nasi meluas terjadi destruksi seluruhnya hingga hidung
yang menyebabkan timbulnya rinitis dan disebut mengalami kolaps dengan deforrnitas. Guma
syphilitic snuffles. Kelainan tersebut disertai pada palatum mole dan durum juga sering terjadi
sekret yang mukopurulen atau seropurulen yang sehingga menyebabkan perforasi pada palatum.
464

Periostitis sifilitika pada tibia umumnya me- molar. Permukaannya berbintil-bintil (tuberkula)
ngenai sepertiga tengah tulang dan menyebabkan sehingga mirip murbai, karena itu dinamai pula
penebalan yang disebut sabre tibia. Osteoperios- mulbery molar. Kelainan ini lebih sering terdapat
titis setempat pada tengkorak berupa tumor bulat daripada gigi Hutchinson. Enamel di tempat itu tipis,
yang disebut Parrot nodus, umumnya terjadi pada hingga mudah terjadi karies dan cepat tanggal.
daerah frontal dan parietal.
Keratitis interstisial merupakan gejala yang Raga des
paling umum, biasanya terjadi antara umur tiga
sampai tiga puluh tahun, insidensnya 25% dari Ragades terdapat terutama pada sudut
penderita dengan sifilis kongenital dan dapat mulut, jarang pada lubang hidung dan anus. Ter-
menyebabkan kebutaan. Akibat diserangnya bentuknya dari papul-papul yang berkonfluensi;
nervus VIII terjadi ketulian yang biasanya bilateral. akibat pergerakan mulut terjadi fisur yang kemudian
Pada kedua sendi lutut dapat terjadi pem- mengalami infeksi sekunder, jika sembuh mening-
bengkakan yang nyeri disertai efusi dan disebut galkan jaringan parut linear yang memancar dari
Glutton's joints. Kelainan tersebut terjadi biasanya sudut mulut.
antara umur sepuluh sampai dua puluh tahun ,
bersifat kronik. Efusi akan menghilang tanpa me- Jaringan parut koroid
ninggalkan kerusakan.
Neurosifilis berbentuk paralisis generalisata Koroidoretinitis pada sifilis kongenital dini
atau tabes dorsalis. Neurosifilis meningovaskular meninggalkan kelainan permanen di fundus okuli.
jarang, dapat menyebabkan palsi nervus kranial,
hemianopia, hemiplegia, atau monoplegia. Kuku
Paralisis generalisata juvenilis biasanya terjadi
Onikia akan merusak dasar kuku dan
antara umur sepuluh sampai tujuh belas tahun.
meninggalkan kelainan yang permanen; kelainan
Tabes juvenilis umumnya terjadi kemudian dan
belum bermanifestasi hingga dewasa muda. ini tidak khas.
Aortitis sangat jarang terjadi.
2. Stigmata pada lesi lanjut
Stigmata Kornea
I. Stigmata pada lesi dini Keratitis interstisial dapat meninggalkan
Fasies kekeruhan pada lapisan dalam kornea .

Akibat rinitis yang parah dan terus menerus


Sikatriks gumatosa
pada bayi, akan menyebabkan gangguan per-
tumbuhan septum nasi dan tulang lain pada kavum Guma pada kulit meninggalkan sikatriks yang
nasi. Kemudian terjadi depresi pada jembatan hipotrofi seperti kertas perkamen. Pada palatum
hidung dan disebut saddle nose. Maksila tumbuh dan septum nasi meninggalkan perforasi .
secara abnormal yakni lebih kecil daripada mandi-
bula yang tumbuh normal dan disebut bulldog jaw. Tulang

Gigi Osteoporosis gumatosa meninggalkan defor-


mitas sebagai sabre tibia. Nodus periosteal yang
Gigi Hutchinson merupakan kelainan yang menyembuh sering memberi prominen yang
khas , hanya terdapat pada gigi insisi permanen . abnormal dan pelebaran regio frontalis yang di-
Gigi tersebut lebih kecil daripada normal, sisi gigi sebut frontal bossing. Kelainan ini bersama dengan
konveks , sedangkan daerah untuk menggigit saddle nose dan bulldog jaw disebut buffdog facies.
konkaf.
Kelainan lain yang khas ialah pada gigi molar
Atrofi optikus
pertama , biasanya yang di bawah . Pertama kali
dilukiskan oleh Moon dan disebut Moon 's Jika susunan saraf pusat diserang akan
menyebabkan atrofi optikus primer.
465

Trias Hutchinson mampuan nonreaktif pada penyakit bukan sifilis.


Makin tinggi sensitivitas suatu tes, makin baik tes
Trias Hutchinson ialah sindrom yang terdiri
tersebut dipakai untuk tes screening. Tes dengan
atas keratitis interstisialis, gigi Hutchinson, dan
spesifisitas yang tinggi sangat baik untuk diagnosis.
ketulisan nervus VII I.
Makin spesifik suatu tes, makin sedikit memberi
hasil semu positif.
PEMBANTU DIAGNOSIS
S I pada mulanya memberi hasil T.S.S. negatif
Sebaga i pembantu diagnosis ialah: (seronegatif), kemudian menjadi positif (seropositif)
I. Pemeriksaan T Pallidum dengan titer rendah, jadi positif lemah. Pada S II
II. Tes Serologik Sifilis (T.S .S.) yang masih dini reaksi menjadi positif agak kuat,
Ill. Pemeriksaan yang lain yang akan menjadi sangat kuat pada S II lanjut.
Pada S Ill reaksi menurun lagi menjadi positif lemah
I. PEMERIKSAAN T. PALLIDUM atau negatif.
T.S.S. dibagi menjadi dua berdasarkan antigen
Cara pemeriksaan adalah dengan meng-
yang dipakai :
ambil serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk dan
1. Nontreponemal (tes reagin),
pergerakannya dengan mikroskop lapangan gelap.
2. Treponemal
Pemeriksaan dilakukan tiga hari berturut-turut. Jika
hasil pada hari I dan II negatif. Sementara itu lesi
1. Tes nontreponemal
dikompres dengan larutan garam faal. Bila negatif
bukan selalu berarti diagnosisnya bukan sifilis, Pada tes ini digunakan antigen tidak spesifik
mungkin kumannya terlalu sedikit. Treponema yaitu kardiolipin yang dikombinasikan dengan lesitin
tampak berwama putih pada latar belakang gelap. dan kolesterol, karena itu tes ini dapat memberi
Pergerakannya memutar terhadap sumbunya, Reaksi Biologik Semu (RBS) atau Biologic Fase
bergerak perlahan-lahan melintasi lapangan pan- Positive (BFP).
dangan, jadi tidak bergerak cepat seperti Borelia Antibodinya disebut reagin , yang terbentuk
vincentii penyebab stomatitis. setelah infeksi dengan Tpal/idum , tetapi zat
Pemeriksaan lain dengan pewamaan menurut tersebut terdapat pula pada brbagai penyakit lain
Buri, tidak dapat dilihat pergerakannya karena dan selama kehamilan. Reagin ini dapat bersatu
treponema tersebut telah mati, jadi hanya tampak dengan suspensi ekstrak lipid dari binatang atau
bentuknya saja. Sementara itu lesi di kompres tumbuhan, menggumpal membentuk massa yang
dengan larutan garam faal setiap hari. Pemeriksaan dapat dilihat pada tes flokulasi. Massa tersebut juga
yang tidak rutin ialah dengan teknik fluoresen. dapat bersatu dengan komplemen yang merupakan
T pallidum tidak dapat dibedakan secara dasar bagi tes ikatan komplemen .
mikroskopik dan serologik dengan T Pertenue
Conteh tes nontreponemal:
penyebab frambusia dan Tcarateum penyebab
1. Tes fiksasi komplemen : Wasserman (WR),
pinta.
Kolmer.
2. Tes flokulasi: VDRL (Venereal Disease
II. T.S.S.
Research Laboratories), Kahn , RPR (Rapid
T.S.S. atau Serologi Tests for Syphillis (S.T.S) Plasma Reagin) , ART (Automated Reagin
merupakan pembantu diagnosis yang penting Test) , dan RST (Reagin Screen Test) .
bagi sifilis. Pada tulisan ini tidak akan dijelaskan
Di antara tes-tes tersebut, yang dianjurkan
teknik pemeriksaaannya, melainkan hanya
ialah VDRL dan RPR secara kuantitatif, karena
interpretasinya.
teknis lebih mudah dan lebih cepat daripada tes
Sebagai ukuran untuk mengevaluasi tes
fiksasi komplemen , lebih sensitif daripada tes
serologi ialah sensitivitas dan spesifisitas. Sensi-
Kolmer/Wasserman , dan baik untuk menilai terapi.
tivitas ialah kemampuan untuk bereaksi pada
Tes RPR dilakukan dengan antigen VDRL,
penyakit sifilis. Sedangkan spesifisitas berarti ke-
kelebihan RPR ialah flokulasi dapat dilihat secara
makroskopik, lebih sederhana, serta dapat dibaca
466

setelah sepuluh menit sehingga dapat dipakai pada sifilis dini, pada terapi yang berhasil titer lgM
untuk screening. cepat turun, sedangkan lgG lambat. lgM penting
Kalau terapi berhasl, maka titer VDRL cepat untuk mendiagnosis sifilis kongenital (lihat bab
menurun, dalam enam minggu titer akan menjadi mengenai sifilis kongenital).
normal. Tes ini dipakai secara rutin, termasuk untuk TPHA merupakan tes treponemal yang
tes screening. Jika titer seperempat atau lebih dianjurkan karena teknis dan pembacaan hasil-
tersangka penderita sifilis, mulai positif setelah dua nya mudah, cukup spesifik dan sensitif, menjadi
sampai empat minggu sejak S I timbul. Titer akan reaktifnya cukup dini. Kekurangannya tidak dapat
meningkat hingga mencapai puncaknya pada S dipakai untuk menilai hasil terapi, karena tetap
II lanjut (1/64 atau 1/128) kemudian berangsur- reaktif dalam waktu yang lama. Tes ini sudah
angsur menurun dan menjadi negatif. dapat dilakukan di Indonesia. Sebaiknya dilaku-
Pada tes flokulasi dapat terjadi reaksi negatif kan secara kuantitatif yakni dengan pengenceran
semu karena terlalu banyak reagin sehingga antara 1/80-1/1024.
flokulasi tidak terjadi. Reaksi demikian disebut lgS lgM SPHA merupakan tes yang relatif
reaksi prozon . Jika serum diencerkan dan dites lagi, baru. Sebagai antiserum ialah cincin spesifik u
hasilnya menjadi positif. dan reagin TPHA. Secara teknis lebih mudah
daripada FTA-Abs lgM. Maksud tes ini ialah
2. Tes treponemal untuk mendeteksi secara cepat lgM yang spesifik
terhadap T. Pallidum dan memegang peranan
Tes ini bersifat spesifik karena antigennya ialah
penting untuk membantu diagnosis neurosifilis.
treponema atau ekstraknya dan dapat digolongkan
Jika titernya melebihi 2560, artinya menyokong
menjadi empat kelompok:
diagnosis aktif.
a. Tes imobilisasi: TPI (Treponemal pallidum
Menurut Notowics (1981 ) urutan sensitivitas
/mobilization Test) .
untuk S I sebagai berikut: FTA-Abs, RPR, RPCF,
b. Tes fiksasi komplemen: RPCF (Reiter Protein
VDRL, Kolmer, TPI. Pada sifilis laten lanjut urutan
Complement Fixation Test).
berkurangnya sensitivitas lain ialah: FTA-Abs,
c. Tes lmunofluoresen: FTA-Abs (F/uorecent
RPCF, RPR, VDRL, Kolmer.
Treponemal Antibody Absorption Test). Ada
O'Neil membandingkan tes FTA-Abs lgG/
dua: lgM, lgG; FTA-Abs DS (Fluorescent
lgM, TPHA, dan VDRL. Yang cepat bereaksi ialah
Treponemal Antibody-Absorption Double
FTA-Abs, yakni satu minggu setelah afek primer.
Staining).
Disusul oleh FTA-Abs lgG, kemudian TPHA
d. Tes hemoglutisasi: TPHA (Treponemal
bersama-sama VDRL. Pada pengobatan yang
pal/idum Haemoglutination Assay), 19S lgM
paling cepat menurun berturut-turut ialah VDRL,
SPHA (Solid-phase Hemabsorption Assay),
FTA-Abs lgM, FTA-Abs lgG, sedangkan titerTPHA
HATIS (Hemagg/utination Treponemal Test
masih tetap tinggi . Menurut Platts (1974), WR
for Syphillis) , MHA-TP (Mirohemagglutination
lebih lambat bereaksi dibandingkan VDRU RPCF,
Assay for Antibodies to Treponema Pallidum).
sedangkan TPI lebih lambat daripada WE. Pada
TPI merupakan tes yang paling spesifik, tabel 62-1 dicantumkan enam pola serologik dan
tetapi mempunyai kekurangan; biayanya mahal, interpretasinya yang dikemukakan oleh O'Neil.
teknis sulit, membutuhkan waktu banyak. Selain Sensitivitas MHA-TP hampir sama dengan
itu juga reaksinya lambat, baru positif pada akhir FTA-Abs pada S II, laten dan stadium lanjut, tetapi
stadium primer, tidak dapat digunakan untuk pada S I FTA-Abs lebih sensitif.
menilai hasil pengobatan, hasil dapat negatif Pada sifilis laten dan S Ill, tes nontreponemal
pada sifilis dini dan sangat lanjut. bervariasi; positif lemah atau negatif, sedangkan
RPCF sering digunakan untuk tes screening tes treponemal positif lemah.
karena biayanya murah; kadang-kadang Tes rutin yang dianjurkan ialah RPR/VDRL
didapatkan reaksi positif semu . dan TPHA, dipakai sebagai pemeriksaan pem-
FTA-Abs paling sensitif (90%), terdapat dua bantu dan screening. Jika perlu baru FTA-Abs;
macam yaitu untuk lgM dan lgG sudah positif sayang tes ini umumnya belum dapat dilakukan di
pada waktu timbul kelainan S I. lgM sangat reaktif Indonesia.
467

Bila hasil tes serologik tidak sesuai dengan torium lain. Demikian pula jika hasil tes yang satu
klinis, tes tersebut perlu diulangi, karena mungkin dengan yang lain tidak sesuai, misalnya titer VDRL
terjadi kesalahan teknis. Kalau perlu di labora- rendah ( 1/4 ), sedangkan titer TPHA tinggi ( 1/1024).

Tabel 67-1. Pola Tes Serologik Sifilis dan lnterpretasinya*

Serological pattern

Pattern FTA-ABS
number VDRL TPHA igG lgM
Conditions in which this serological pattern is typical

... ... Untreater (or recently treated) early primary syphilis

+ +
Untreater (or recently treated) early syphilis, except early
... ... primary, and including re-infection
2
Untreated symptomatic late syphilis (not usually tabes dorsalis,
where patterns 3 and 4 are comm oner)
Symptomatic late syphilis treated within the precedingg 5 years
Latent syphilis (some cases)
Treated late syphilis
3 + ... +
Old yaws (some cases)
(lo-..
Latent syphilis (some cases)
titre)
Tabes dorsalis (some cases)

Pattern FTA-ABS
number VDRL TPHA igG igM
Conditions in which this serological pattern is typical

+ + Treated early syphilis


4
Old Yaws
Tabes dorsa/is (some cases)
Latent syphilis (some cases)

+ Treated primary syphilis


5
Some cases of old treated or 'burn out' treponemal infection

6 + ·• ± °' · Biological fase positive reactors

• dikutip sesuai dengan asllnya darl kepustakaan nomcr 5

T.S.S. dan kehamilan Bila pada bayi T.S .S. reaktif, maka belum
tentu diagnosisnya sifilis kongenital, karena ada
Untuk mencegah terjadinya sifilis kongenital,
kemungkinan faktor perpindahan serum dari ibu
setiap wanita hamil harus diperiksa T.S.S. pada
secara pasif. Jika karena perpindahan, maka
waktu kunjungan antenatal pertama, kemudian di-
titer pada bayi tidak lebih tinggi daripada titer
ulangi pada trisemester ketiga. Pengobatan pada
pada ibu, dan akan terjadi penurunan titer paling
ibu akan mencegah terjadinya sifilis kongenital
lama dalam waktu tiga bulan. Kenaikan titer lgM
pada sebagian besar kasus. Jika pada permulaan
dalam darah janin dapat membantu menegakkan
kehamilan diobati, maka kemungkinan kecil
diagnosis. Dalam keadaan normal lgM dari ibu
penyakit akan dipindahkan ke janin. Meskipun
tidak dapat melalui plasenta dan masuk ke dalam
ibunya telah diobati, bayinya harus diperiksa dan
darah janin, sebab molekulnya besar. Harus
dilakukan T.S.S. dari darah pada waktu berumur
diperhatikan pula bahwa bayi belum membentuk
enam minggu dan dua bulan.
lgM sampai ia berumur tiga bulan. Berdasarkan
468

terdapatnya lgM dalam serum janin yang terinfeksi antara kedua tes; berakhir dalam beberapa hari/
sifilis, maka pemeriksaan FTA-Abs lgM dilaporkan minggu, jarang melebihi enam bulan sesudah
lebih sensitif daripada tes yang lain. Jadi tes ini akan penyakitnya sembuh.
memberi reaksi positif pada neonatus dengan sifilis Penyebab yang sering ialah infeksi saluran
kongenital , tetapi negatif pada neonatus yang tidak napas, morbili, varisela, mononuklosus infektiosa,
terinfeksi oleh ibu dengan T.S.S. positif, Sensitivitas hepatitis, virus pneumonia, vaksinasi , malaria,
tes ini mencapai 90% pada sifilis kongenital dini kehamilan, dan kala-azar.
simtomatik, sedangkan pada sifilis kongenital lanjut Penyebab yang jarang: ulkus mole, limfogra-
hanya 65%. nuloma venereum, pneumonia, pneumokokus,
tuberkulosis, leptospirosis, relapsing fever, rat bite
T.S.S. pada neurosifilis fever, tifus, tripanosomiasis, dan obat narkotik.

Hasil tes VDRL pada cairan serebrospinalis


P.S.B. kronis
tidak dapat dipercaya karena nonreaktif pada 30-
57% kasus neurosifilis aktif. Pada bentuk ini tes treponemal akan memberi
Reaktivitas dengan tes treponemal , terutama reaksi positif yang berulang dalam beberapa bu Ian/
FTA-Abs dan/atau TPHA, dapat disebabkan oleh tahun . Hasil tes likuor serebrospinalis negatif.
transudasi lgG dari serum pada penderita yang Berbagai penyakit yang memberi P.S.B.
telah diobati secara adekuat. Jadi tidak selalu ber- kronis ialah: lepra terutama tipe LL, penyakit
arti terdapat neurosifilis yang aktif. Sebaliknya, jika autoimun (misalnya lupus eritematosa sistemik/
hasilnya nonreaktif dapat menyingkirkan diagnosis diskoid, skleroderma, anemia hemolitik autoimun),
neurosifilis. Tes yang berguna untuk mendiagnosis rheumatic heart disease, multiple sclerosis like
neurosifilis ialah 198 lgM SPHA, karena adanya neuropathy, sirosis hepatitis, poliarteritis nodosa,
lgM dalam cairan serebrospinalis yang merupakan psikosis, nefritis kronis, adiksi heroin, sklerosis
indikator tepat bagi neurosifilis. sistemik, dan penyakit vaskular perifer. Tes yang
dianjurkan untuk menyingkirkan P.S.B. ialah TPI ,
Positif Semu Biologik (P.S.B.) karena tes tersebut mempunyai spesifisitas yang
tinggi , Pada P.S.B. biasanya VDRL positif dengan
P.S.B. atau Biologic False Positive (B .F.P.)
titer rendah , maksimum 1/4.
sering disebut sebagai positif semu saja, yaitu
keadaan penderita tanpa menderita sifilis atau
Positif sejati
treponematosis yang lain, akan tetapi pada peme-
riksaan serum memberi reaksi positif, terutama Positif sejati (true positive ) pada T.S.S. ialah
dengan tes nontreponermal. penyakit treponematosis yang menyebabkan
Serum seorang tanpa menderita trepone- tes nontreponemal dan tes treponemal positif.
matosis dapat mengandung sedikit antibodi Penyakit tersebut ialah penyakit tropis/subtropis,
treponemal. Jika mendapat infeksi dengan berbagai yakni: frambusia, beje', dan pinta. Untuk kita yang
mikroorganisme, antibodi tersebut dapat bertambah penting ialah frambusia. Tes serologik yang dapat
hingga memberi hasil tes nontreponemal positif; membedakan sifilis dengan infeksi oleh treponema
biasanya titemya rendah. Hal tersebut dapat terjadi yang lain belum ada.
pula pada penyakit autoimun, sesudah vaksinasi, Menilai T.S .S. harus berhati-hati, harus di-
selama kehamilan, dan obat narkotik. tanyakan apakah penderita berasal dari daerah
P.S.B. dibagi menjadi dua macam; akut dan frambusia, di samping diperiksa apakah terdapat
kronis, disebut kronis jika menderita lebih dari tanda-tanda frambusia atau bekasnya .
enam bulan .
Ill. PEMERIKSAAN YANG LAIN
P.S.B. akut
Sinar Rontgen dipakai untuk melihat ke-
Ciri khas pada P.S.B. akut: hasil tes non lainan khas pada tulang , yang dapat terjadi pada
treponemal positif lemah, tidak ada persesuaian S II, S Ill, dan sifilis kongenital. Juga pada sifilis
469

kardiovaskular, misalnya untuk melihat aneurisma Terdapatnya dan sintesis antibodi lgM yang
aorta. spesifik bagi T Pallidum bergantung pada keaktivan
Pada neurosifilis, tes koloidal emas sudah tidak kuman, sedangkan antibodi lgG yang spesifik
dipakai lagi karena tidak khas. Pemeriksaan jumlah umumnya tetap terdapat meskipun telah diobati.
sel dan protein total pada likuor serebrospinalis Kompleks imun yang beredar didapati pada
hanya menunjukkan adanya tanda inflamasi pada beberapa penderita S I dan sebagian besar
susunan saraf pusat dan tidak selalu berarti penderita S II.
terdapat neurosifilis. Harga normal ialah 0-3 sell Pada sifilis laten dan S Ill temyata timbul
mm 3 , jika limfosit melebihi 5/mm 3 berarti ada hipersensitivitas lambat, tetapi tidak timbul pada
peradangan. Harga normal protein total ialah 20- S I dan S II dini. Hal ini dibuktikan dengan tes kulit
40 mg/mm 3 berarti terdapat peradangan . menggunakan ekstrak T Pallidum. Telah dibuktikan
bahwa imunitas terhadap treponema terbentuk
HISTOPATOLOGI selama penyakit berlangsung, kira-kira tiga bulan
sesudah infeksi. Setelah terapi, antibodi biasanya
Kelainan yang utama pada sifilis ialah
menghilang selama satu tahun, walaupun pada
proliferasi sel-sel endotel terutama terdiri atas
sebagian kecil penderita dapat menetap, terutama
infiltrat perivaskular tersusun oleh sel-sel limfoid
pada sifilis kongenital dan stadium lanjut. Percobaan
dan sel-sel plasma.
membuat imunitas secara ekstraperimental dengan
Pad a S II Ianjut dan S II I juga terdapat
Tpallidum atau derivat protein yang patogen atau
infiltrat granulomatosa terdiri atas epiteloid dan
nonpatogen temyata gagal.
sel-sel raksasa .
Sifilis pada wanita lebih ringan daripada pria
karena imunitasnya lebih tinggi. Jumlah neonatus
IMUNOLOGI laki-laki dengan sifilis kongenital di Amerika
Pada percobaan kelinci yang disuntik dengan Serikat 50% lebih tinggi daripada neonatus wanita.
T Pallidum secara intradermal, yang sebelumnya Kehamilan juga mempertinggi resistensi terhadap
telah diberi serum penderita sifilis menunjukkan sifilis, gejala klinisnyajuga lebih ringan . Komplikasi
adanya antibodi. Terdapat dua antibodi yang khas yang terdapat pada beberapa kehamilan pertama,
yaitu terhadap T Pallidum dan yang tidak khas akan menurun pada kehamilan berikutnya, artinya
yaitu yang ditujukan pada golongan antigen protein anak berikutnya akan menjadi normal. Menurut
Spirochaetales yang patogen. hukum Collec-Baumes (1937), anak yang baru lahir
Pada manusia treponema yang diinokulasi dengan sifilis kongenital tidak akan menularkan
dalam masa tunas akan membiak dan menimbul- kembali penyakitnya kepada ibunya, sebab ibunya
kan lesi baru, tetapi setelah timbul S I, inokulasi sudah imun oleh infeksi yang lalu .
tidak akan menimbulkan respons jaringan. Super-
infeksi kadang-kadang terjadi pada sifilis stadium DIAGNOSIS BANDING
lanjut atau pada sifilis kongenital, yaitu jika inokulasi
banyak. Reinfeksi mungkin terjadi pada S I yang SI
telah berhasil diobati secara dini.
Dasar diagnosis S I sebagai berikut. Pada
Setelah infeksi , timbul respons imun , baik
anamnesis dapat diketahui masa inkubasi; gejala
selular maupun humoral. lmunitas humoral
konstitusi tidak terdapat, demikian pula gejala
terbentuk lambat pada S I dan tidak dapat
setempat yaitu tidak ada rasa nyeri. Pada afek
menghambat perkembangan penyakit atau
primer yang penting ialah terdapat erosi/ulkus
timbulnya S II.
yang bersih , solitar, bulaUlonjong, teratur, indolen
Pada sifilis dini, 1-2 minggu setelah infeksi ,
dengan indurasi; T Pallidum positif. Kelainan
pada waktu timbul lesi primer, antibodi lgM
dapat nyeri jika disertai infeksi sekumder.
antitreponemal yang pertama-tama terbentuk.
Kelenjar regional dapat membesar, indolen,
Kemudian kira-kira setelah 2 minggu disusul oleh
tidak berkelompok, tidak ada periadenitis , tanpa
timbulnya antibodi lgG. Jadi pada stadium lanjut
pada waktu tanda klinis timbul didapati, baik lgM
maupun lgG.
470

supurasi. Tes serologik setelah beberapa minggu benjolan-benjolan , terdapat indurasi , mudah
bereaksi positif lemah. berdarah. Untuk diagnosis, perlu biopsi.
Sebagai diagnosis banding dapat dikemuka-
kan berbagai penyakit. 7. Penya kit Behcet
Ulkus superfisial , multipel, biasanya pada
1. Herpes simpleks
skrotum/labia. Terdapat pula ulserasi pada mulut
Penyakit ini residif dapat disertai rasa dan lesi pada mata.
gatal/ nyeri, lesi berupa vesikel di atas kulit yang
eritematosa, berkelompok. Jika telah pecah 8. Ulkus mole
tampak kelompok erosi, sering berkonfluensi dan
polisiklik, tidak terdapat indurasi. Penyakit ini kini langka. Ulkus lebih dari satu,
disertai tanda-tanda radang akut, terdapat pus,
2. Ulkus piogenik dindingnya bergaung. Haemophilus Ducreyi positif.
Jika terjadi limfadenitis regional juga disertai tanda-
Akibat trauma misalnya garukan dapat ter-
tanda radang akut, terjadi supurasi serentak.
jadi infeksi piogenik. Ulkus tampak kotor karena
mengandung pus, nyeri, tanpa indurasi. Jika ter-
S II
dapat limfadenitis regional disertai tanda-tanda
radang akut dapat terjadi supurasi yang serentak, Dasar diagnosis S II sebagai berikut, S II timbul
dan terdapat leukositosis pada pemeriksaan enam sampai delapan minggu sesudah S I. Seperti
darah tepi. telah dijelaskan, S II ini dapat menyerupai berbagai
penyakit kulit. Untuk membedakannya dengan
3. Skabies penyakit kulit. Untuk membedakannya dengan
Pada skabies lesi berbentuk beberapa papul penyakit lain ada beberapa pegangan. Pada
atau vesikel di genitalia ekstema, terasa gatal pada amnesis hendaknya ditanyakan, apakah pemah
malam hari. Kelainan yang sama terdapat pula menderita Iuka di alat genital (S I) yang tidak nyeri.
pada tempat predileksi, misalnya lipat jari tangan, Klinis yang penting umumnya berupa kelainan
perianal. Orang-orang yang serumah juga akan tidak gatal. Pada S II dini kelainan generalisata,
menderita penyakit yang sama. hampir simetrik, telapak tangan/ kaki juga dikenai.
Pada S II lambat terdapat kelainan setempat-
4. Balanitis setempat, berkelompok, dapat tersusun menurut
susunan tertentu, misalnya; arsinar, polisiklik,
Pada balanitis, kelainan berupa erosi super-
korimbiformis. Biasanya terdapat limfadenitis
fisial pada glans penis disertai eritema, tanpa
indurasi. Faktor predisposisi; diabetes melitus dan generalisata. Tes serologik positif kuat pada S II dini,
yang tidak disirkumsisi. lebih kuat lagi pada S 11 lanjut.
Seperti telah diterangkan, sifilis dapat me-
5. Limfogranuloma venereum (L.G.V) nyerupai berbagai penyakit karena itu diagnosis
bandingnya sangat banyak, tetapi hanya sebagian
Afek primer pada L.G.V. tidak khas, dapat yang akan diuraikan.
berupa papul, vesikel, pustul, ulkus, dan biasanya
cepat hilang. Yang khas ialah limfadenitis regional, 1. Erupsi obat alergik
disertai tanda-tanda radang akut, supurasi tidak
Pada anamnesis dapat diketahui timbulnya
serentak, terdapat periadenitis, L.G.V. disertai
alergi karena obat yang dapat disertai demam.
gejala konstitusi; demam, malese, dan artralgia.
Kelainan kulit bermacam-macam, di antaranya
berbentuk eritema sehingga mirip roseala pada
6. Karsinoma sel skuamosa
S II. Keluhannya gatal, sedangkan pada sifilis
Umumnya terjadi pada orang usia lanjut biasanya tidak gatal.
yang tidak disirkumsisi. Kelainan kulit berupa
471

2. Morbili lemah, karena itu yang penting ialah anamnesis,


Kelainan kulit berupa eritema seperti pada apakah penderita tersangka menderita S I atau S II
S II. Perbedaannya; pada morbili disertai gejala dan pemeriksaan histopatologik.
konstitusi (tampak sakit, demam), kelenjar getah Mikosis dalam yang dapat menyerupai S Ill
bening tidak membesar. ialah sporotrikosis dan aktinomikosis. Perbedaan-
nya: pada sporotrikosis berbentuk nodus yang
3. Pitiriasis rosea terletak sesuai dengan perjalanan pembuluh getah
bening, dan pada pembiakan akan ditemukan
Terdiri atas banyak bercak eritematosa ter-
jamur penyebabnya. Aktinomikosis sangat jarang
utama di pinggir dengan skuama halus, berbentuk
di Indonesia. Penyakit ini juga terdiri atas infiltrat
lonjong, lentikular, susunannya sejajar dengan
lipatan kulit. Penyakit ini tidak disertai limfadenitis yang melunak seperti guma S Ill. Lokalisasinya
generalisata seperti pada S 11. khas yakni di leher, dada, dan abdomen. Kelainan
kulitnya berbeda, yakni terdapat fister multipel;
4. Psoriasis pada pusnya tampak butir-butir kekuningan yang
disebut sulfur granules. Pada biakan akan tumbuh
Persamaannya dengan S II: terdapat eritema Actinomyces.
dan skuama. Pada psoriasis tidak didapati limfa-
Tuberkulosis kutis gumosa mirip guma S Ill.
denitis generalisata; skuama berlapis-lapis serta
Cara membedakannya dengan pemeriksaan histo-
terdapat tanda tetesan lilin dan Auspitz.
patologik. Demikian pula frambusia stadium lanjut.
Guma S Ill bersifat kronis dan destruktif,
5. Dermatitis seboroika
karena itu kelainan tersebut mirip keganasan.
Persamaannya dengan S II ialah terdapat- Cara membedakannya dengan pemeriksaan
nya eritema dan skuama. Perbedaannya pada histopatologik.
dermatitis seboroik; tempat predileksinya pada
tempat seboroik, skuama berminyak dan kekuning- TATA LAKSANA
kuningan, tidak disertai limfadenitis generalisata.
Pada pengobatan jangan dilupakan agar
6. Kondiloma akuminatum mitra seksualnya juga diobati, dan selama belum
sembuh penderita dilarang bersanggama. Peng-
Penyakit ini mirip kondiloma lata, kedua- obatan dimulai sedini mungkin, makin dini hasilnya
duanya berbentuk papul. Perbedaannya: pada makin baik. Pada sifilis laten terapi bermaksud
kondiloma akuminata biasanya permukaannya mencegah proses lebih lanjut.
runcing-runcing, sedangkan papul pada kondiloma Pengobatannya menggunakan penisilin dan
lata permukaannya datar serta eksudatif. antibiotik lain.

7. Alopesia areata 1. PENISILIN


Kebotakan setempat; penyakit ini minp Obat yang merupakan pilihan ialah penisilin .
alopesia areolaris pada S II. Perbedaannya; Obat tersebut dapat menembus plasenta sehingga
pada alopesia areata lebih besar (numular) dan mencegah infeksi pada janin dan dapat menyem-
hanya beberapa, sedangkan alopesia areolaris buhkan janin yang terinfeksi; juga efektif untuk
lebih kecil (lentikular) dan banyak serta seperti neurosifilis.
digigit ngengat. Kadar yang tinggi dalam serum tidak di-
perlukan, asalkan jangan kurang dari 0,03 unit/ml.
Siii Yang penting ialah kadar tersebut harus bertahan
dalam serum selama sepuluh sampai empat belas
Kelainan kulit yang utama pada S Ill ialah
hari untuk sifilis dini dan lanjut, dua puluh satu
guma.Guma juga terdapat pada penyakit lain:
hari untuk neurosifilis dan sifilis kardiovaskular.
tuberkulosis, frambusia, dan mikosis profunda.
Tes serologik pada S Ill dapat negatif atau positif
472

Jika kadarnya kurang dari angka tersebut, setelah Pada sifilis kongenital, terapi anjurannya ialah
lebih dari dua puluh empat sampai tiga puluh jam, penisilin G prokain dalam akua 100.000-150.000
maka kuman dapat berkembang biak. satuan/kgBB per hari, yang diberikan 50.000
Menurut lama kerjanya, terdapat tiga uniUkgBB, i.m ., setiap hari selama 10 hari.
macam penisilin:
a. Penisilin G prokain dalam akua dengan Reaksi Jarish-Herxheimer
lama kerja dua puluh empat jam, jadi
Pada terapi sifilis dengan penisilin dapat
bersifat kerja singkat.
terjadi reaksi Jarish-Herxheimer. Sebab yang
b. Penislin G prokain dalam minyak dengan
pasti tentang reaksi ini belum diketahui, mungkin
aluminium monostearat (PAM), lama kerja
disebabkan oleh hipersensitivitas akibat toksin
tujuh puluh dua jam, bersifat kerja sedang .
yang dikeluarkan oleh banyak T.pa/lidum yang mati.
c. Penisilin G benzatin dengan dosis 2,4
Dijumpai sebanyak 50-80% pada sifilis dini. Pada
juta unit akan bertahan dalam serum dua
sifilis dini dapat terjadi setelah enam sampai dua
sampai tiga minggu, jadi bersifat kerja lama.
belas jam pada suntikan penisilin yang pertama.
Ketiga obat tersebut diberikan intramuskular.
Derivat penisilin per oral tidak dianjurkan karena Tabel 67-2. lkhtisarTata Laksana Sifilis
absorpsi oleh saluran cema kurang dibandingkan
dengan suntikan. Sifilis Pengobatan Pemantauan
serologik
Cara pemberian penisilin tersebut sesuai
Sifilis 1. Penisilin G benzatin dosis Pada bulan I, Ill,
dengan lama kerja masing-masing; yang pertama primer 4,8 juta unit secara IM (2,4 V I, dan X II dan
diberikan setiap hari, yang kedua setiap tiga hari, juta ) dan diberikan satu setiap enam bu-
dan yang ketiga biasanya setiap minggu. kali seminggu Ian pada tahun
ke-11.
Penisilin G benzatin karena bersifat kerja lama, 2. Pen isilin G prokain dalam
maka kadar obat dalam serum dapat bertahan lama akua dosis total 6 juta unit,
dan lebih praktis, sebab penderita tidak perlu di- diberi 0,6 juta unit/hari se-
lama 10 hari
suntik setiap hari seperti pada pemberian penisilin
G prokain dalam akua. Obat ini mempunyai 3. PAM (penisilin prokain
kekurangan, yakni tidak dianjurkan untuk neuro- + 2% alumin ium mono-
strerat). Dosis total 4 ,8 j uta
sifilis karena sukar masuk ke dalam darah di otak,
unit, diberikan 1,2 juta unit/
sehingga yang dianjurkan ialah penisilin G prokain kali 2 kali sem inggu
dalam akua. Karena penisilin G benzatin memberi
rasa nyeri pada tempat suntikan, ada penyelidik Sifilis sekunder sama seperti sifilis primer
yang tidak menganjurkan pemberiannya kepada
S i f i Ii s 1. Penisilin G benzatin, dos is
bayi. Demikian pula PAM memberi rasa nyeri pada laten total 7,2 j uta unit.
tempat suntikan dan dapat mengakibatkan abses 2. Penisilin G prokain dalam
jika suntikan kurang dalam; obat ini kini jarang akua , dosis total 12 j uta
unit (0,6 juta unit/hari )
digunakan.
3. PAM dosis total 7,2 juta
Tentang cara pemberian dan dosisnya dalam unit (1,2 juta unit/kali , 2
kepustakaan agak berbeda-beda. kali seminggu )
Pada tabel 62-2 dicantumkan ikhtisar pena- Sifi l is 1. Penisil in G benzatin dosis
talaksanaan sifilis yang dilakukan di bagian kami. Ill total 9,6 juta unit
2. Penisil in G prokain dalam
T.S.S. yang diperiksa ialah RPR (Rapid Plasma
akua , dosis total 18 j uta
Reagin), VDRL, dan TPHA. unit (0,6 juta unit/hari )
Pada sifilis kardiovaskular terapi yang 3. PAM , dosis total 9,6 juta
unit (1,2 juta unit/kali , 2
dianjurkan ialah dengan penisilin G benzatin 9,6
kali seminggu)
juta unit, diberikan 3 kali 2,4 juta unit, dengan
inteNal seminggu . Untuk neurosifilis terapi yang
dianjurkan ialah penisilin G prokain dalam akua
18-24 juta unit sehari , diberikan 3-4 juta unit, i.v.
setiap 4 juta selama 10-14 hari.
473

Gejalanya dapat bersifat umum dan lokal. dkk., penyembuhanya mencapai 84,4%, tunggal.
Gejala umum biasanya hanya ringan berupa sedikit Lama pengobatan 10 hari. Menurut laporan Verdon
demam. Selain itu dapat pula berat: demam yang dkk., penyembuhannya mencapai 84,4%.
tinggi, nyeri kepala, artralgia, malese, berkeringat,
dan kemerahan pada muka. Gejala lokal yakni TINDAK LANJUT
afek primer menjadi bengkak karena edema dan
infiltrasi sel, dapat agak nyeri. Reaksi biasanya Evaluasi T.S.S. (V.D .R.L) di bagian kami
akan menghilang setelah sepuluh sampai dua sebagai berikut:
belas jam tanpa merugikan penderita pada S I. - 1 bulan sesudah pengobatan selesai , T.S.S .
diulangi:
Pada sifilis lanjut dapat membahayakan jiwa
a. titer ! : tidak diberikan pengobatan lagi
penderita, misalnya: edema glotis pada penderita
b. titer j : pengobatan ulang
dengan guma di laring, penyempitan arteria
c. titer menetap: tunggu 1 bulan lagi
koronaria pada muaranya karena edema dan
1 bulan sesudah c :
infiltrasi, dan trombosis serebral. Selain itu juga
- titer ! : tidak diberikan pengobatan
dapat terjadi ruptur aneurisme atau ruptur dinding
- titer t : pengobatan ulang
aorta yang telah menipis yang disebabkan oleh
terbentuknya jaringan fibrotik yang berlebihan Kriteria sembuh, jika lesi telah menghilang, kelenjar
akibat penyembuhan yang cepat. getah bening tidak teraba lagi dan V.D.R.L. negatif.
Pengobatan reaksi Jarish-Herxheimer ialah Pada sifilis dini yang diobati T.S.S. (V.D.R.U
dengan kortikosteroid , contohnya dengan prednison R.P.R.) akan menjadi negatif dalam waktu 3-6
20-40 mg sehari. Obat tersebut juga dapat diguna- bulan. Pada 16% kasus tetap positif dengan titer
kan sebagai pencegahan, misalnya pada sifilis rendah selama setahun atau lebih, tetapi akan
lanjut, terutama pada gangguan aorta dan diberikan menjadi negatif setelah dua tahun.
dua sampai tiga hari sebelum pemberian penisilin Tidak lanjut dilakukan sesudah 3,6, dan 12
serta dilanjutkan dua sampai tiga hari kemudian. bulan sejak selesai pengobatan. Setelah setahun
diperiksa likuor serebrospinalis. Kasus yang meng-
2. ANTIBIOTIK LAIN alami kambuh serologik atau klinis diberikan terapi
ulang dengan dosis dua kali lebih banyak. Terapi
Selain penisilin, masih ada beberapa antibiotik ulang juga untuk kasus seroresisten yang tidak
yang dapat digunakan sebagai pengobatan sifilis, terjadi penurunan titer serologik setelah 6-12 bulan
meskipun tidak seefektif penisilin. setelah terapi.
Di bagian kami bagi yang alergi terhadap Pada sifilis laten tindak lanjut dilakukan
penisilin diberikan tetrasiklin 4 x 500 mg/hari, atau selama 2 tahun. Penderita sifilis kardiovaskular
eritromisin 4 x 500 mg/hari, atau doksisiklin 2 x 100 dan neurosifilis yang telah diobati hendaknya di
mg/hari. Lama pengobatan 15 hari bagi S I dan S tindaklanjuti selama bertahun-tahun.
II dan 30 hari bagi stadium laten. Eritromisin bagi
yang hamil, efektivitasnya meragukan. Doksisiklin PROGNOSIS
absorbsinya lebih baik daripada tetrasiklin, yakni
Dengan ditemukannya penisilin , maka prog-
90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%.
nosis sifilis menjadi lebih baik. Untuk menentukan
Obat yang lain ialah golongan sefalosporin,
penyembuhan mikrobiologik, yang berarti bahwa
misalnya sefaleksin 4 x 500 mg sehari selama 15 semua T. Pallidum di badan terbunuh tidaklah
hari. Juga seftriakson setiap hari 2 gr, dosis tunggal mungkin. Penyembuhan berarti sembuh klinis
i.m. atau i.v. selama 15 hari. seumur hidup, tidak menular ke orang lain, T.S.S.
Azitromisin juga dapat digunakan untuk S I dan pada darah dan likuor serebrospinalis selalu
S II, dosisnya 500 mg sehari sebagai dosis tunggal. negatif. Jika sifilis tidak diobati, maka hampir se-
Lama pengobatan 10 hari. Menurut laporan Verdon perempatnya akan kambuh , 5% akan mendapat
S Ill, 10% mengalami sifilis kardiovaskular, neuro-
474

sifilis pada pria 9% dan pada wanita 5%, 23% Pada setiap stadium sifilis kardiovaskular penderita
akan meninggal. dapat meninggal secara mendadak akibat oklusi
Pada sifilis dini yang diobati, angka pe- muara arteria koronaria, ruptur aneurisma, atau
nyembuhan mencapai 95% . Kelainan kulit akan kerusakan katup.
sembuh dalam 7-14 hari. Pembesaran kelenjar Prognosis neurosifilis bergantung pada tempat
getah bening akan menetap berminggu-minggu . dan derajat kerusakan. Sel saraf yang telah rusak
Kegagalan terapi sebanyak 5% pada S I bersifat irreversibel. Prognosis neurosifilis pada
dan S II. Kambuh klinis umumnya terjadi setehun sifilis dini baik, angka penyembuhan dapat men-
sesudah terapi, berupa lesi menular pada mulut, capai 100%. Neurosifilis asimtomatik pada stadium
tenggorok, dan regio perianal. Di samping lanjut prognosisnya juga baik, kurang daripada 1%
itu dikenal pula kambuh serologik, yang berarti memerlukan terapi ulang. Pada kasus sifilis me-
T.S.S. yang negatif menjadi positif atau yang telah ningitis penyembuhan lebih daripada 50%. Pada
positif menjadi makin positif. Rupanya kambuh demensia paralitika ringan 50% menunjukkan
serologik ini mendahului kambuh klinis. Kambuh perbaikan. Pada tabes dorsalis hanya sebagian
klinis pada wanita juga dapat bermanifestasi gejala akan menghilang, sedangkan yang lain
pada bayi berupa sifilis kongenital. menetap.
Pada sifilis laten lanjut prognosisnya baik, Prognosis sifilis kongenital dini baik. Pada
prognosis pada sifilis gumatosa bergantung pada yang lanjut prognosisnya bergantung pada ke-
alat yang dikenal dan banyaknya kerusakan. rusakan yang telah ada. Stigmata akan menetap,
Dengan melihat hasil T.S .S. pada sifilis lanjut misalnya keratitis interstisialis, ketulian nervus VIII,
sukar ditentukan prognosisnya. T.S.S . yang dan Glutton's joint. Meskipun telah diobati, tetapi
tetap positif lebih daripada 80%, meskipun telah pada 70% kasus temyata tes reagin tetap positif.
mendapat terapi yang adekuat. Umumnya titer
akan menurun , jika meningkat menunjukkan DAFTAR PUSTAKA
kambuh dan memerlukan terapi ulang.
Pada sifilis kardiovaskular, prognosisnya 1. Hillier SL, Marrazzo JM , Holmes KK. Bacterial
vaginosis. Dalam: Holmes KK, Sparling PF,
sukar ditentukan. Pada aortitis tanpa komplikasi
Stamm WE, Pict P, Wasserheit JW, Corey L, dkk.
prognosisnya baik. Pada payah jantung prog- Editor: Sexually Transmitted Diseases. Edisi ke-
nosisnya buruk. Aneurisma merupakan komplikasi 4. New York: Mc Graw-Hill ; 2008
berat karena sekonyong-konyong dapat 2. Katz KA. Syphilis. In: In: Goldsmith LA, Katz
mengalami ruptur. Meskipun demikian sebagian Si, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ , Wolff K.
penderita dapat hidup sampai 10 tahun atau Fitzpatrick's dermatology in general medicine. 8'h
lebih. Prognosisnya pada wanita lebih baik ed . New York: McGraw Hill ; 2012 .p. 2471-92.
3. Hutapea NO. Sifilis. Dalam: Daili SF. Makes
daripada pria.
WIB , Zubier F, Judanarso J. lnfeksi menular
Pada kelainan arteria koronaria , prognosis- seksual. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI ;
nya bergantung pada derajat penyempitan yang 2005.h.70-88.
berhubungan dengan kerusakan miokardium.

Anda mungkin juga menyukai