Anda di halaman 1dari 11

Puerperium 649

pelahiran per vagina. Funnell dkk., (1954) menggunakan sistoskopi setelah persalinan. Curah jantung biasanya tetap naik dalam 24
segera setelah pascapartum dan menemukan berbagai derajat sampai 48 jam pascapartum dan menurun. ke nilai sebelum hamil
perdarahan submukosa dan edema. Pascapartum, kandung kemih dalam 10 hari (Robson dkk., 1987). Frekuensi jantung berubah
mengikuti pola ini. Resistensi vaskular sistemik mengikuti secara
mengalami peningkatan kapasitas dan relatif tidak sensitif terhadap
berlawanan. Nilainya tetap di kisaran terendah nilai pada masa

BAB 30
tekanan intravesika. Jadi, overdistensi, pengosongan yang tidak kehamilan selama 2 hari pascapartum dan kemudian mulai terus
sempurna, dan residu urin yang berlebihan biasa terjadi. Penata- meningkat ke nilai normal sebelum hamil.
laksanaannya dibahas di hal 655. Perubahan faktor pembekuan darah yang disebabkan kehamilan
Ureter yang berdilatasi dan pelvis renal kembali ke keadaan menetap dalam jangka waktu yang bervariasi selama nifas. Peni-
sebelum hamil dalam 2 sampai 8 minggu setelah pelahiran (lihat Bab ngkatan fibrinogen plasma dipertahankan minimal melewati minggu
5, hal. 123). Infeksi saluran kemih harus diwaspadai karena adanya pertama, demikian juga dengan laju endap darah.
residu urin dan bakteriuria pada kandung kemih yang mengalami Kehamilan normal dihubungkan dengan peningkatan cairan eks-
trauma, ditambah dengan sistem saluran yang berdilatasi, sehingga traseluler yang cukup besar, dan diuresis pasca-partum merupakan
bersifat kondusif bagi terjadinya infeksi. kompensasi yang fisiologis untuk keadaan ini. Ini terjadi teratur
antara hari kedua dan kelima dan berkaitan dengan hilangnya hiper-
■ Inkontinensia volemia kehamilan residual. Pada preeklamsia, baik retensi cairan
Inkontinensia urin pada beberapa hari pertama pascapartum tidak antepartum maupun diuresis pascapartum dapat sangat meningkat
biasa terjadi. Dikatakan bahwa terdapat peningkatan perhatian ter- (lihat Bab 34, hal. 718).
hadap potensi terjadinya inkontinesia urin akibat kehamilan. Evaluasi
saat ini dan sedang berjalan telah memusatkan perhatian pada efek ■ Penurunan Berat Badan
persalinan terhadap inkontinensia uri dan alvi serta prolaps organ Di samping kehilangan berat badan 5 sampai 6 kg karena penge-
pelvis. Efek jangka panjang tersebut mempunyai penyebab yang luaran bayi dan kehilangan darah normal, biasanya terdapat
kompleks dan berhubungan dengan banyak faktor yang dapat penurunan lebih lanjut 2 sampai 3 kg melalui diuresis. Chesley dkk
menyebabkan kerusakan neuromuskular. Contohnya, MacArthur dkk., (1959) menunjukkan penurunan ruang natrium sekitar 2 L selama
(2006) menemukan bahwa 14% wanita para yang melahirkan secara minggu pertama pascapartum. Menurut Schauberger dan asisten
eksklusif melalui bedah caesar dilaporkan mengalami inkontinensia penelitinya (1992), berat badan turun mendekati sebelum hamil
ketika dipantau dalam jangka panjang. Risiko inkontinensia akibat dalam 6 bulan setelah persalinan, tetapi tetap berlebih rata-rata 1,4
laserasi vaginal, perineal, dan sfingter ani serta karena episiotomi kg (3 lb). Wanita yang kurang mampu cenderung berat badannya
dibahas lebih detil pada Bab 17 (hal. 401). Yang penting, debat menetap seperti waktu hamil (Olson dkk., 2003).
mengenai penghindaran cedera tersebut dengan bedah caesar primer
elektif dicetuskan secara detil oleh National Institutes of Health (NIH)
yang disponsori oleh State-of-the-Science Conference pada bulan
PAYUDARA DAN LAKTASI
Maret 2006 (lihat Bab 25, hal. 548). Chiarelli dan Cockburn (2002) Secara anatomis, setiap kelenjar mammae yang matang atau
melaporkan penelitian acak untuk mengurangi prevalensi dan payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus. Lobus-lobus tersebut
beratnya inkontinensia urin. Mereka menemukan bahwa intervensi tersusun secara radial dan satu sama lain dipisahkan oleh jaringan
multiaspek yang mencakup latihan otot dasar panggul bersifat efektif. lemak yang jumlahnya bervariasi. Masing-masing lobus terdiri dari
beberapa lobulus, yang selanjutnya terdiri dari sejumlah besar alveoli.
Masing-masing alveolus mempunyai duktus kecil yang saling ber-
■ Peritoneum dan Dinding Abdomen gabung membentuk satu duktus yang lebih besar untuk tiap lobus
Ligamentum latum dan rotundum memerlukan waktu yang cukup seperti ditunjukkan pada Gambar 30-2. Duktus-duktus laktiferus
lama untuk pulih dari peregangan dan pelonggaran yang terjadi tersebut membuka secara terpisah pada papila mammae, dengan
selama kehamilan. Sebagai akibat dari ruptur serat elastik pada kulit orifisium yang kecil tetapi jelas. Epitel sekretorik alveolus mensintesis
dan distensi lama karena uterus hamil, maka dinding abdomen tetap berbagai konstituen susu.
lunak dan flaksid. Beberapa minggu dibutuhkan oleh struktur-stru-
ktur tersebut untuk kembali menjadi normal. Pemulihan dibantu oleh ■ Kolostrum
latihan. Kecuali untuk stria putih, dinding abdomen biasanya kembali Setelah pelahiran, payudara mulai menyekresi kolostrum, suatu
ke penampilan sebelum hamil. Akan tetapi ketika otot tetap atonik, cairan yang berwarna kuning lemon tua. Cairan ini biasanya keluar
dinding abdomen juga tetap melemas. Pemisahan yang jelas otot-otot dari papila mammae pada hari kedua pasca-partum. Dibandingkan
rektus—diastasis recti—dapat terjadi. dengan air susu biasa, kolostrum mengandung lebih banyak mineral
dan asam amino (Chuang dkk., 2005). Kolostrum juga mengandung
■ Perubahan Komposisi Darah dan Cairan lebih banyak protein, sebagian besamya adalah globulin, namun
Leukositosis dan trombositosis yang bermakna dapat terjadi selama sedikit gula dan lemak. Sekresi berlanjut selama kira-kira 5 hari,
dan setelah persalinan. Hitung sel darah putih kadang mencapai dengan berubah secara perlahan menjadi air susu matang selama 4
30.000/pL, dan peningkatan tersebut terutama terjadi karena minggu berikutnya. Kolostrum mengandung antibodi, dan immunog-
granulositosis. Terdapat limfopenia relatif dan eosinopenia absolut. lobulin A (IgA) yang dikandungnya memberikan perlindungan bagi
Normalnya, selama beberapa hari pertama pascapartum, konsentrasi neonatus terhadap patogen enterik. Faktor pertahanan tubuh lainnya
hemoglobin dan hematokrit berfluktuasi sedang. Jika jumlahnya yang ditemukan di kolostrum dan susu mencakup komplemen,
turun jauh dibawah level tepat sebelum persalinan, maka telah makrofag, limfosit, laktoferin, laktoperoksidase, dan lisozim.
terjadi kehilangan darah dalam jumlah yang cukup banyak (lihat Bab
35, hal. 761). ■ ASI
Walaupun tidak diteliti secara luas, pada sebagian besar wanita, Air susu ibu (ASI) merupakan suspensi lemak dan protein dalam
volume darah hampir kembali ke keadaan sebelum hamil 1 minggu larutan karbohidrat mineral. Ibu yang menyusui dapat dengan
650 Puerperium

Dadih (whey) adalah serum susu dan


telah menunjukkan kandungan interleukin-
6 yang besar. (Saito dkk, 1991), ini sangat
dihubungkan dengan produksi lgA lokal
BAGIAN 6

oleh payudara. prolaktin tampak disekresi-


kan secara aktif ke dalam ASI (Yuen, 1988).
Faktor peryumbuhan epidermis (EGF-
M epidermal growth factor) telah di-
identifikasikan pada ASI, dan karena tidak
dihancurkan oleh enzim proteolitik
lambung, maka komponen ini dapat di-
absorbsi untuk mendukung pertumbuhan
dan pematangan mukosa usus neonatus
(McCleary,1991),
A
■ Endokrinologi Laktasi
Mekanisme humoral dan neural tepat yang
terlibat dalam laktasi bersifat kompleks.
Progesteron, estrogen, dan laktogen
plasenta, serta prolaktin, kortisol, dan
insulin, tampak berperan secara bersama-
D sama menstimulasi pertumbuhan dan per-
kembangan struktur penghasil ASI (Porter,
1974). Dengan terjadinya pelahiran,
terdapat penurunan yang besar dan tiba-
tiba kadar progesteron dan estrogen.
D Penurunan ini menghentikan pengaruh
penghambatan progesteron terhadap pro-
A duksi α-laktalbumin oleh retikulum endo-
plasma kasar. Peningkatana laktal bumin
menstimulasi laktose sintase untuk
meningkatkan laktosa susu. Terhentinya
pro-gesteron juga menyebabkan efek
prolaktin terhambat terhadap stimulasi
produksi α−laktalbumin.

Intensitas dan durasi laktasi selanjutnya


dikontrol, terutama oleh stimulus berulang
menyusui. Prolaktin penting untuk laktasi,
GAMBAR 30-2 Ilustrasi grafis alveolus dan sistem duktus. Perhatikan serat mioepitel (M) dan wanita yang menderita nekrosis hipo-
yang mengelilingi permukaan luar alveolus. Sekresi dari elemen glandular dikeluarkan ke fisis-Sindrom Sheehan—tidak menghasil-
dalam lumen alveolus (A) dan disemprotkan oleh sel mioepitel ke dalam sistem duktus kan ASI (lihat Bab 53, hal. 1140). Walaupun
(D), yang dikeluarkan melalui papila mammae. Pendarahan ke alveolus ditunjukkan oleh kadar prolaktin plasma enurun setelah
panah kanan atas dan drainase vena ditunjukkan oleh panah di bawahnya. (Digambar pelahiran ke kadar yang lebih rendah dari
kembali dari Dr. John C. Porter).
pada selama kehamilan, namun tiap bayi
mudah menghasilkan 600 ml susu per hari, dan berat badan ibu sewaktu mengisap akan menaikkan kadamya
hamil tidak memengaruhi kuantitas atau kualitasnya (Instituteof Medicine, (McNeilly dkk, 1983). Agaknya stimulus dari payudara membatasi
1990). Air susu bersifat isotonik terhadap plasma, dan setengah dari nilai pelepasan dopamin (prolactininhibiting factor) dari hipotalamus, dan
tekanan osmotik ditimbulkan oleh lak-tosa. Asam amino esensial diambil ini selanjutnya menginduksi peningkatan sekresi prolaktin sementara.
dari darah, an asam amino non-esensial sebagian berasal dari darah atau
disintesis di kelenjar mammae. Sebagian besar protein susu bersifat unik Neurohipofisis menyekresikan oksitosin secara pulsatil. Ini
dan mencakup α-laktalbumin, ß-laktoglobulin, dan kasein. Asam lemak menstimulasi pengeluaran ASI dari payudara dengan menyebabkan
disintesis di alveoli dari glukosa dan disekresikan melalui proses seperti kontraksi sel mioepitel di alveolus dan duktus kecil (lihat Gambar
apokrin. Semua vitamin kecuali K ditemukan pada ASI, namun dalam 30-2). Ejeksi susu, atau letting down, merupakan refleks yang dimulai
jumlah yang berbeda. Kandungan vitamin D rendah-22 IU/mL, dan terutama oleh pengisapan, yang menstimulasi neurohipofisis untuk
suplementasi bagi neonatus direkomendasikan oleh American Academy of melepaskan oksitosin. Refleks tersebut bahkan dapat ditimbulkan oleh
Pediatrics (Wagner dkk., 2008). tangisan bayi dan dapat dihambat oleh kecemasan ibu atau stres.
Puerperium 651

TABEL 30-2. Efek Protektif ASI Terhadap Bayi yang Tidak Dapat Dipungkiri

Penurunan insiden/Tingkat Keparahan Efek Protektif yang Mungkin

BAB 30
Diare Sindrom kematian bayi mendadak
infeksi saluran napas bawah Diabetes tipe 1
Otitis media Penyakit inflamasi usus
Bakteremia Limfoma
Meningitis bakterial Alergi
Botulisme Penyakit digestif kronik
Enterokolitis nekrotikans
infeksi saluran kemih

Dari America Academy of Peditrics (1997).

■ Konsekuensi Imunologis Health Study yang menyusui selama paling kurang dua tahun
Menyusui berturut-turut mempunyai risiko menderita penyakit arteri koroner
Antibodi di dalam kolostrum manusia dan ASI sulit di-absorbsi oleh 23 persen lebih rendah (Stuebe dkk., 2009).
bayi. Ini tidak mengurangi pentingnya ASI karena imunoglobulin Karena manfaat kesehatannya, maka salah satu tujuan Pelayanan
utama adalah IgA sekretorik. Makro-molekul ini disekresikan Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat tahun 2010 adalah mening-
melewati membran mukosa dan mempunyai fungsi antimikroba yang katkan angka menyusui (Centers for Disease Control and Prevention,
penting. ASI mengandung antibodi IgA sekretorik untuk melawan 2007b). Inisiatif pendidikan untuk mengikutsertakan ayah dan peer
Escherichia coli, dan bayi yang mendapat ASI lebih tidak cenderung counseling Ilapat meningkatkan angka ini (Bonuck, 2005; Merewood,
mengalami infeksi usus daripada bayi yang mendapat susu formula 2005; Pisacane, 2005; Wolfberg, 2004, dkk.) Selain itu, The Baby
(Croioto dkk., 1991). ASI juga memberikan proteksi terhadap infeksi Friendly Hospital Initiative merupakan program internasional yang
rotavirus, yang menyebabkan setengah kasus gastroenteritis pada dikembangkan untuk meningkatkan angka ASI eksklusif dan untuk
bayi di Amerika Serikat (Newburg dkk., 1998). Menyusui juga memperlama durasinya. Ini berdasarkan kepada Sepuluh Langkah
menurunkan kemungkinan risiko dermatitis atopik dan penyakit untuk Keberhasilan Menyusui yang dikeluarkan oleh World Health
mengi pada masa kanak-kanak awal (Friedman dan Zeiger, 2005). Organization (1998), yang ditunjukkan pada -Tabel 30-3. Di seluruh
Perhatian yang besar telah ditujukan terhadap peran limfosit ASI
terhadap proses imunologis bayi baru lahir. ASI mengandung baik
limfosit B maupun T, namun limfosit T tampak berbeda dari yang TABEL 30-3.Sepuluh Langkah untuk Keberhasilan Menyusui
ditemukan pada darali. Secara spesifik, limfosit T ASI hampir secara
eksklusif terdiri dari sel-sel yang mempunyai antigen membran 1. Mempunyai kebijakan menyusui tertulis yang secara
spesifik, termasuk fenotip sel T memori tinggi LFA-1. Sel T memori teratur dikomunikasikan ke semua staf pelayanan
ini tampaknya merupakan kesempatan yang lain bagi neonatus untuk kesehatan
memperoleh pengalaman dari pengalaman imunologis ibu (Bertotto 2. Melatih semua staf untuk keahlian yang diperlukan
dkk., 1990). Limfosit pada kolostrum menjalani transformasi blastoid untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut
in vitro setelah pajanan terhadap antigen spesifik. 3. Menginformasikan kepada semua wanita hamil
tentang manfaat menyusui dan manajemen laktasi
4. Membantu ibu memulai menyusui dalam satu jam
■ Menyusui setelah kelahiran
5. Menunjukkan kepada ibu bagaimana cara menyusui
AS1 adalah makanan ideal untuk neonatus. ASI memberikan nutrien dan mempertahankan laktasi, walaupun harus beri
yang spesifik usia serta faktor imunologis dan substansi antibakteri pisah dengan bayinya
(American College of Obstetricians and Gynecologists, 2007). ASI
6. Jangan memberi bayi makanan apapun kecuali ASI,
juga mengandung faktor-faktor yang berperan sebagai sinyal biologis
jika tidak ada indikasi medis, dan bagaimanapun
untuk meningkatkan pertumbuhan sel dan diferensiasi. American
Academy of Pediatrics (1997) telah mengeluarkan daftar manfaat
juga jangan memberikan pengganti ASI, botol
menyusui seperti diringkaskan dalam Tabel 30-2. Baik bagi ibu dan susu, atau dot gratis atau dengan harga rendah.
bayi, manfaat menyusui kemungkinan berlaku dalam jangka panjang. 7. Praktikkan rawat gabung, yang memungkinkan ibu
Misalnya, wanita yang menyusui mempunyai, risiko yang lebih dan bayi untuk tetap bersama 24 jam sehari
rendah menderita kanker payudara, dan anak-anaknya mengalami 8. Menganjurkan pemberian ASI kapanpun dibutuhkan
peningkatan kecerdasan pada masa dewasa, bebas dari kemungkinan 9. Jangan menggunakan dot artifisial untuk menyusui bayi
faktor perancu dengan kisaran yang luas (Collaborative Group on 10. Bantu pembentukan kelompok-kelompok pendukung
Hormonal Factors in Breast Cancer, 2002; Kramer dkk., 2008). ASI dan rujuk ibu ke mereka
Menyusui berhubungan dengan penurunan retensi berat pasca-
partum (Baker dkk, 2008). Di samping itu, wanita pada Nurses's Diadaptasi dari World Health Organization (1998).
652 Puerperium

dunia, hampir 20.000 rumah sakit dijadikan sebagai "ramah bayi".


TABEL 30-4. Rekomendasi Kontrasepsi Hormonal
Juga terdapat berbagai sumber-sumber individual yang tersedia bagi
untuk Ibu Menyusui
ibu menyusui yang mencakup informasi online dari American
Academy of Pediatrics (http://www.aap.org) dan La Leche League • Kontrasepsi oral yang hanya mengandung progestin
BAGIAN 6

International (http://www.lalecheleague. org). diresepkan atau diberikan saat keluar dari rumah
sakit yang digunakan 2-3 minggu pascapartum—
■ Pembengkakan Payudara misalnya, pada hari minggu pertama setelah bayi
berusia 2 minggu
Wanita yang tidak menyusui dapat mengalami pembengkakan
• Depot medroxyprogesterone acetate yang dimulai pada
payudara, perembesan ASI, dan nyeri payudara, yang memuncak
minggu ke-6 pascapartuma
pada hari ke-3 sampai ke-5 setelah melahirkan (Spitz dkk., 1998).
Setengahnya memerlukan analgesia untuk meredakan nyeri payudara
• Implan hormonal yang dipasang pada minggu ke-6 pascapartum
tersebut. Sepuluh persen wanita melaporkan nyeri berat sampai 14 • Levenogestrel sistem intrauteri dapat dipasang pada
hari. minggu ke-6 pascapartum
Payudara harus didukung oleh bra yang sesuai: Agen farmakologis • Kontrasepsi kombinasi estrogen-progestin, jika diresepkan,
atau hormonal tidak direkomendasikan untuk menekan laktasi. Di tidak boleh diberikan sebelum 6 minggu pas-capatrum,
samping itu, aplikasi es dan analgesik oral untuk 12 sampai 24 jam dan hanya jika laktasi stabil dan status nutrisi bayi
dapat digunakan untuk meredakan nyeri. Breast binder digunakan di cukup.
Parkland Hospital untuk wanita-wanita ini, dan sport bra digunakan a
aterdapat beberapa situasi klinis tertentu yang dipertim-
di University of Alabama Hospital.
bangkan pemberian lebih awal.
Dicetak ulang, dengan izin, dari American College of Obste-
■ Demam Menyusui tricians and Gynecologists. Breastfeeding: Matemal and
Demam nifas karena pembengkakkan payudara umum terjadi. Infant's Aspects. ACOG Clin Rev 2007; 12 (1 suppl): 1-16.
Sebelum menyusui menjadi umum dibicarakan, Almeida dan Kitay
(1986) melaporkan bahwa 13 persen wanita pasca-partum mengalami
demam yang berkisar dari 37,8 sampai 39°C. Demam jarang
menetap lebih dari 4 sampai 16 jam. Insiden dan beratnya pem- hepatitis B diekskresikan pada ASI, menyusui tidak dikontra-
bengkakan, dan demam yang disebabkan olehnya, jauh lebih rendah indikasikan jika imunoglobulin hepatitis B diberikan pada bayi ini
jika wanita menyusui. Penyebab demam lainnya, terutama yang (American College of Obstetrician and Gynecologists, 2007). Infeksi
berkaitan dengan infeksi, harus disingkirkan. hepatitis C ibu tidak dikontraindikasikan karena terdapat 4 persen
risiko penularan baik pada bayi yang mendapat ASI maupun susu
formula (Centers for Disease Control and Prevention; 1998). Wanita
■ Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui dengan virus herpes simpleks aktif dapat menyusui bayinya jika tidak
Ovulasi dapat kembali terjadi paling cepat dalam 3 minggu setelah ada lesi pada payudara dan jika dilakukan cuci tangan sebelum
persalinan, bahkan pada wanita yang menyusui. Waktunya ter- menyusui.
gantung pada variasi biologis masing-masing individu serta intensitas
menyusui. Kontrasepsi yang hanya terdiri dari progestin—"mini pil", ■ Perawatan Payudara
depot medroxyprogesteron, atau implan progestin—tidak me- Papila mammae memerlukan sedikit perhatian selain kebersihan dan
mengaruhi kualitas atau kuantitas ASI. Kontrasepsi estrogen- perhatian terhadap fisura kulit. Fisura pada papila mammae men-
progestin kemungkinan besar menurunkan kuantitas ASI, tetapi imbulkan nyeri bila menyusui, dan pengaruh yang membahayakan
dalam kondisi tertentu, dapat juga digunakan oleh ibu menyusui. terhadap produksi ASI. Retakan tersebut juga memberikan jalan
Metode hormonal tersebut diringkas di Tabel 30-4 dan didiskusikan masuk terhadap bakteri piogen. Karena susu yang mengering kemu-
pada Bab 32 (hal. 673). ngkinan besar berakumulasi dan mengiritasi papila mammae,
pembersihan areola dengan air dan sabun lembut bersifat membantu
■ Kontraindikasi Menyusui sebelum dan setelah menyusui. Ketika papila mammae teriritasi atau
terdapat fisura, maka diperlukan penggunaan lanolin topikal dan
Menyusui dikontraindikasikan pada wanita yang menggu¬nakan
pelindung papila mammae selama 24 jam atau lebih. Jika fisuranya
narkoba atau tidak mengontrol konsumsi alkoholnya; mempunyai
berat, bayi sebaiknya jangan disusui pada payudara tersebut. Selain
bayi dengan galaktosemia; terinfeksi human immunodeficiency virus
itu, payudara harus dikosongkan secara teratur dengan pompa
(HIV); menderita tuberkulosis aktif yang tidak diobati; menggunakan
sampai lesi tersebut sembuh.
obat-obatan tertentu; atau sedang menjalani pengobatan kanker
Teknik yang tepat untuk memposisikan ibu dan bayi selama
payudara (American College of Obstetricians and Gynecologists,
menyusui telah dilaporkan oleh American College of Obststricians
2007). Menyusui cukup lama telah diketahui sebagai cara penularan
and Gynecologists (2007). Ini mencakup teknik yang tepat untuk
HIV. Nduati, dkk (2000) secara acak memberikan ibu-bayi dengan
latchon bayi selama menyusui.
HIV seropositif di Kenya susu formula atau ASI. Pada umur 2 tahun,
tingkat infeksi virus pada bayi yang mendapat ASI adalah 37 persen
—dibandingkan 21- persen pada bayi yang mendapat susu formula. ■ Obat-Obatan yang Disekresikan ke Dalam ASI
Infeksi virus lainnya tidak mempunyai kontraindikasi untuk Sebagian besar obat yang diberikan kepada ibu disekresikan ke dalam
menyusui. Misalnya, infeksi sitomegalovirus ibu, baik virus atau ASI. Akan tetapi, jumlah obat yang ditelan oleh bayi biasanya kecil.
antibodi yang terdapat pada ASI. Dan walaupun virus Banyak faktor yang memengaruhi ekskresi obat,
Puerperium 653

TABEL 30-5. Obat-Obat yang Mempunyai Pengaruh Signifikan Terhadap


Bayi Menyusui
Obat Reported Effecta

BAB 30
Acebutolol Hipotensi, bradikardia, takipnea
5-Aminosalicylic acid Diare (satu kasus)
Atenolol Sianosis, bradikardia
Clemastine Aspirin Menekan laktasi, dapat berbahaya bagi ibu
(salisilat) Asidosis metabolik (satu kasus)
Clemastine Mengantuk, iritabilitas, menolak disusui, menangis dengan
suara tinggi, kaku kuduk (satu kasus)
Ergotamine Muntah, diare, kejang—dosis yang digunakan dalam
Lithium Sepertiga sampai setengah konsentrasi darah terapeutik
terdapat pada bayi
Phenindione Antikoagulan—meningkatkan masa protrombin dan masa
tromboplastin parsial pada satu bayi—tidak digunakan di
Phenobarbital Amerika Serikat
Sedasi, spasme infantil setelah disapih dari susu yang mengan-
dung phenobarbital; methemoglobinemia (satu kasus)
Primidone Sedasi, masalah menyusu
Sulfasalazine Diare berdarah (satu kasus)
aKonsentrasi darah pada bayi dapat mempunyai kepentingan klinis.

Digunakan dengan izin dari American Academy of Pediatrics, American College of


Obstetricians and Gynecologists. Guidelines for perinatal care. Edisi 6. Elk Grove
Village (IL): AAP; Washington, DC: ACOG; 2007. Hak cipta American Academy of
Pediatrics and American College of Obstetricians and Gynecologists, 2007,

termasuk konsentrasi plasma, derajat pengikatan protein, pH plasma pemeriksaan dan menyimpan ASI yang cukup di dalam lemari es
dan ASI, derajat ionisasi, kelarutan lemak, dan berat molekul. Rasio untuk diberikan kepada bayi. Setelah pemeriksaan, ibu seharusnya
konsentrasi obat pada ASI dibandingkan dengan plasma ibu disebut memompa payudaranya untuk menjaga produksi ASI, tetapi
rasio konsentrasi obat pada ASI terhadap plasma. Sebagian besar membuang semua ASI yang diproduksi9,50 selama waktu terdapat
obat mempunyai rasio ASI-plasma 1 atau kurang, sekitar 25 persen zat radioaktif. Kisaran waktu berkisar dari 15 jam sampai 2 minggu,
mempunyai rasio lebih dari 1, dan sekitar 15 persen mempunyai rasio bergantung kepada isotop yang digunakan
lebih dari 2 (Ito, 2000). Idealnya, untuk meminimalkan paparan
terhadap bayi, seleksi pemberian obat untuk ibu harus diutamakan
obat dengan waktu paruh yang lebih pendek, absorbsi oral yang ■ Mastitis
jelek, dan kelarutan lemak yang rendah. Jika lebih dari satu obat, Infeksi parerikimatosa kelenjar mammae merupakan komplikasi
dibutuhkan dosis obat harian, dan masing-masing diminum oleh ibu antepartum yang jarang, tetapi diperkirakan terjadi pada sepertiga
setelah waktu menyusui yang terdekat. Obat dengan dosis tunggal ibu yang menyusui (Barbosa-Cesnik dkk., 2003). Menurut penga-
harian dapat diminum sebelum interval tidur bayi yang terlama- laman kami, insidennya jauh lebih rendah dan mengkin kurang dari 1
biasanya saat sebelum tidur (Spencer dkk., 2002). persen. Gejala mastitis supuratif jarang tampak sebelum akhir
Terdapat hanya beberapa obat yang harus dihindari ketika minggu pertama pascapartum dan biasanya, tidak sampai minggu
menyusui (Tabel 30-5). Obat oksitosik dapat memengaruhi ketiga atau keempat. Infeksi hampir selalu bersifat unilateral, dan
metabolisme seluler dan secara potensial menyebabkan supresi imun pembengkakan yang bermakna biasa terjadi sebelum inflamasi. Gejala
atau neutropenia, metabolisme sel, memengaruhi pertumbuhan, atau mencakup menggigil atau benar-benar kaku, yang segera diikuti oleh
minimal secara teoretis, meningkatkan risiko kanker pada masa anak- demam dan takikardia. Payudara menjadi keras dan kemerahan, dan
anak. Contohnya cyclofosfamide, cyclosporin, doxorubicin, dan terdapat nyeri berat. Sekitar 10 persen wanita yang menderita
methotrexate. Jika suatu obat menjadi perhatian, maka pentingnya mastitis berkembang menjadi abses. Deteksi fluktuasi dapat sulit
terapi tersebut harus dipastikan, seperti apakah tersedia obat dilakukan, dan sonografi dapat membantu mendeteksi abses.
alternatif yang lebih aman dan apakah pemaparan terhadap neonatus
dapat diminimalkan jika dosis pengobatan diberikan segera setelah
menyusui. (American Academy of Pediatrics and the American Etiologi
College of Obstetricians and Gynecologists, 2007). Pada penelitian sebelumnya, Staphylococcus aureus menipakan
Isotop radioaktif tembaga, gallium, indium, iodium, sodium, dan organisme yang paling banyak ditemukan. Matheson dkk., (1988)
technetium muncul dengan cepat pada ASI. Konsultasi dengan melaporkannya pada 40 persen wanita yang mengalami mastitis.
spesialis kedokteran nuklir direkomendasikan sebelum melakukan Organisme yang sering diisolasi lainnya adalah stafilokokus negatif
pemeriksaan diagnostik dengan isotop-isotop tersebut. Tujuannya koagulase dan streptokokus viridans. Sumber organisme langsung
adalah agar digunakan radionuklir dengan waktu ekskresi yang paling yang menyebabkan mastitis hampir selalu adalah hidung dan
pendek di ASI. Ibu seharusnya memompa payudaranya sebelum tenggorokan bayi. Bakteri memasuki payudara melalui papila mammae
654 Puerperium

fisura atau abrasi kecil. Organisme yang menginfeksi biasnya dapat massa. Terapi tradisional adalah drainase secara bedah, yang biasanya
dikultur dari ASI. Sindrom syok toksik karena mastitis yang memerlukan anestesi umum. Insisi dilakukan sesuai dengan garis
disebabkan oleh S. aureus telah dilaporkan (Demey dkk., 1989; kulit Langer untuk kepentingan estetika (Stehman, 1990). Pada kasus
Fujiwara dan Endo, 2001). yang dini, insisi tunggal pada bagian yang paling berfluktuasi
BAGIAN 6

Ada kalanya, mastitis supuratif mencapai tingkat epidemi di antara biasanya cukup, namun abses multipel membutuhkan beberapa insisi
ibu-ibu yang menyusui. Wabah seperti ini sering terjadi bersamaan dan mengganggu lokulasi. Kavitas yang terbentuk diisi dengan
dengan munculnya strain stafilokokus resisten antibiotik. Contoh gumpalan kasa secara longgar, yang harus diganti setelah 24 jam
yang sama adalah community-acquired methicillin resistant S. aureus dengan gumpalan yang lebih kecil. Altematif yang kurang invasif
(CA-MRSA), yang telah secara cepat menjadi spesies stafilokokus adalah aspirasi jarum yang dipandu sonografik menggunakan
yang paling banyak diisolasi di beberapa daerah (Klevens dkk, 2007; anestesia lokal, yang mempunyai angka keberhasilan 80-90 persen
Pallin dkk., 2008). Pada rumah sakit Parkland dari tahun 2000 sampai (O'Hara dkk., 1996; Schwarz dan Shrestha, 2001).
2004, Laibl dkk., (2005) melaporkan bahwa seperempat dari CA-
MRSA diisolasi dari ibu-ibu yang menderita mastitis puerperal. ■ Galaktokel
Hospital-acquired MRSA dapat menyebabkan mastitis ketika bayi Kadang-kadang duktus kelenjar payudara menjadi.tersumbat oleh
tertular setelah kontak tangan dengan petugas yang membawa kuman sekresi yang menebal, dan susu dapat terakumulasi pada satu atau
tersebut. Selanjutnya, bayi-bayi tersebut dapat menyebarkan CA- lebih lobus. Jumlahnya biasanya terbatas, tetapi abses dapat
MRSA (Center for Disease Control and Prevention, 2006). Stafford membentuk massa yang berfluktuasi—galak tokel—yang dapat
dkk., (2008) mencatat insiden abses ikutan yang lebih tinggi pada menyebabkan gejala tekanan dan berpenampilan sebagai abses.
penderita mastitis dengan CA-MRSA. Massa ini dapat sembuh spontan atau memerlukan aspirasi.

Penatalaksanaan ■ Jaringan Payudara Assesorius


Jika terapi yang tepat untuk mastitis diberikan sebelum terjadinya
supurasi, maka infeksi biasanya sembuh dalam 48 jam. Pembentukan Payudara tambahan—polimastia, papila mammae tambahan—
abses lebih sering pada infeksi S. aureus (Matheson dkk., 1988). politelia, dapat terbentuk di sepanjang garis mammae embrionik.
Sangat direkomendasikan untuk mengambil swab dari air susu yang Yang juga disebut garis susu, garis ini membentang dari aksila ke
dihasilkan oleh payudara yang mengalami kelainan kemudian inguinal secara bilateral. Insiden jaringan payudara assesorius
dikultur, sebelum dimulai terapi. Identifikasi bakteri dan sensitifitas berkisar dari 0,22 sampai 6 persen pada populasi umum (Loukas
antimikroba memberikan informasi yang sangat penting untuk dkk., 2007). Payudara-payudara tersebut dapat begitu kecil sehingga
keberhasilan program surveilans infeksi nosokomial. salah dianggap sebagai tahi lalat berpigmen, atau jika tanpa papila
mammae, sebagai limfadenopati atau lipoma. Polimastia tidak
Pilihan antimikroba awal dipengaruhi oleh pengalaman institusi
mempunyai kepentingan obstetrik, walaupun kadang-kadang
dalam menghadapi infeksi stafilokokus pada saat itu. Walaupun
pembesarannya selama kehamilan atau pembengkakan pasca partum
sebagian besar dan tersering adalah organisme yang terdapat di
dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan ansietas.
komunitas, seperti yang didiskusikan di atas, termasuk CA-MRSA.
Dicloxacillin, 500 mg oral empat kali sehari, dapat dimulai secara ■ Papila Mammae
empiris. Eritromisin diberikan kepada wanita yang sensitif terhadap
penisilin. Jika infeksi disebabkan oleh stafilokokus penghasil Kadang-kadang duktus laktiferus bermuara secara langsung ke
penisilinase yang resisten, atau dicurigai terdapatnya organisme yang cekungan di tengah-tengah areola. Menyusui sulit dilakukan pada
resisten ketika menunggu hasil kultur, maka vancomycin atau anti- papila mammae yang terbenam tersebut. Jika terbenamnya tidak
mikroba anti-MRSA lainnya harus diberikan. Walaupun respons klinis dalam, ASI dapat dikeluarkan dengan pompa. Jika papila mammae
cepat terlihat, namun terapi harus dilanjutkan selama 10-14 hari. sangat terbenam, maka diperlukan usaha setiap hari selama beberapa
bulan terakhir kehamilan untuk mengeluarkan papila mammae yang
Marshall dkk., (1975) menunjukkan pentingnya melanjutkan
terbenam tersebut dengan jari.
pemberian ASI. Mereka melaporkan bahwa hanya terdapat tiga abses
yang terjadi di antara 65 wanita yang mengalami mastitis dengan 15 ■ Sekresi yang Abnormal
orang wanita menghentikan pemberian ASI. Thomsen dkk., (1984)
mengobservasi bahwa dihasilkannya ASI yang banyak sudah Terdapat variasi individual yang cukup besar dalam jumlah AS1 yang
merupakan terapi tersendiri yang cukup. Kadang bayi tidak disusui dihasilkan. Banyak dari hal tersebut tidak hanya bergantung kepada
pada payudara yang mengalami inflamasi. Ini mungkin tidak kesehatan ibu secara umum namun kepada perkembangan kelenjar
berhubungan dengan perubahan apapun pada rasa ASI, namun payudara. Kasus yang jarang terjadi, tidak terdapatnya sekresi
karena pembengkakan dan edema, yang dapat membuat areola terasa kelenjar mammae—agalaktia. Kadang-kadang, terdapat sekresi
keras untuk digenggam. Pemompaan dapat mengurangi hal ini. Jika kelenjar mammae yang berlebihan—poligalaktia.
kedua payudara digunakan untuk menyusui, maka yang terbaik
adalah memulai menyusui pada payudara yang tidak terkena. Ini
memungkinkan let-down terjadi sebelum pindah ke payudara yang PERAWATAN IBU PADA MASA NIFAS
sakit.
■ Perawatan Rumah Sakit
Dalam jam pertama setelah pelahiran, tekanan darah dan nadi harus
Abses Payudara diperiksa setiap 15 menit, atau lebih sering jika ada indikasi. Jumlah
Pada penelitian berbasis populasi pada hampir 1,5 juta wanita perdarahan per vagina diawasi, dan palpasi fundus untuk
Swedia, didapatkan insiden abses payudara sebesar 0,1 persen (Kvist memastikan kontraksi yang baik. Jika teraba melemas, uterus harus
dan Rydhstroem, 2005). Dicurigai abses jika penurunan demam tidak dipijat melalui dinding abdomen sampai tetap berkontraksi. Pem-
Puerperium 655

berian uterotonin kadang diperlukan. Darah dapat berakumulasi di suprapubik, atau abdomen terlihat membesar karena secara tidak
dalam uterus tanpa perdarahan eksternal. Ini dapat diketahui secara langsung kandung kemih tersebut mengangkat fundus di atas
awal dengan mendeteksi pembesaran uterus selama palpasi fundus umbilikus. Van Os dan Van der Linden (2006) telah menyelidiki
dalam jam-jam pertama setelah pelahiran. Karena kemungkinan penggunaan sistem sonografi otomatis untuk mendeteksi volume

BAGIAN 6
terjadinya perdarahan yang signifikan segera setelah kelahiran adalah kandung kemih yang tinggi dan retensi urin pascapartum.
besar, bahkan pada kasus yang normal, uterus dipantau secara ketat
selama paling kurang 1 jam setelah pelahiran. Perdarahan
pascapartum didiskusikan pada Bab 35 (hal. 773). Penatalaksanaan
Analgesia regional atau anestesia umum digunakan untuk per- Jika seorang wanita tidak buang air kecil dalam waktu 4 jam setelah
salinan atau pelahiran, ibu harus diobservasi di ruang pemulihan pelahiran, kemungkinan dia tidak bisa. Jika dia telah bermasalah
dengan peralatan dan staf yang lengkap. dalam buang air kecil dari awal, kemungkinan dia juga mengalami
kesulitan untuk selanjutnya. Dilakukan pemeriksaan hematoma
■ Ambulasi Awal perineum dan traktus genitalia. Jika terjadi distensi berlebihan, balon
kateter harus ditinggalkan di tempatnya sampai faktor-faktor yang
Ibu turun dari tempat tidur dalam beberapa jam setelah pelahiran.
menyebabkan retensi. telah berkurang. Walaupun tanpa penyebab
Pendamping pasien harus ada selama paling kurang pada jam
yang jelas, biasanya yang terbaik adalah meninggalkan kateter di
pertama, mungkin saja ibu mengalami sinkop. Keuntungan ambulasi
tempatnya selama paling kurang 24 jam. Ini mencegah rekurensi dan
awal. yang terbukti mencakup komplikasi kandung kemih yang
memungkinkfin pemulihan sensasi dan tonus kandung kemih normal.
jarang tejadi dan yang lebih jarang lagi, konstipasi. Ambulasi awal
Jika kateter dilepas, selanjutnya penting untuk menunjukkan
telah menurunkan frekuensi trombosis vena puerperal dan
kemampuan berkemih secara tepat. Jika seorang wanita tidak dapat
embolisme paru (lihat Bab 47, hal. 1019).
buang air kecil setelah 4 jam, ia harus dipasang kateter dan volume
urin diukur. Jika lebih dari 200 ml, kandung kemih tidak berfungsi
■ Perawatan Perineal
secara tepat, dan kateter ditinggalkan untuk hari selanjutnya. Jika
Ibu diberitahu untuk membersihkan vulva dari anterior ke posterior didapatkan urin kurang dari 200 ml, kateter dapat dilepas dan
—dari vulva ke arah anus. Aplikasi kantung es ke perineum dapat kandung kemih selanjutnya diperiksa kembali seperti sebelumnya.
membantu.mengurangi edema dan ketidak nyamanan selama bebe- Harris. dkk., (1977) melaporkan bahwa 40 persen wanita dengan
rapa jam pertama jika terdapat laserasi atau episiotomi. Sebagian gangguan ini menderita hakteriuria sehingga terapi antimikroba dosis
besar wanita juga reda nyerinya dengan pemberian semprotan hmggal atau jangka pendek dapat diberikan setelah kateter
anestetik lokal. Perasaan yang sangat tidak nyaman biasanya men- dilepaskan.
andakan suatu masalah, seperti hematoma dalam hari pertama atau
lebih, dan infeksi setelah hari ketiga atau keempat (lihat Bab 35, hal. ■ Ketidaknyamanan Selanjutnya
783). Nyeri perineal, vaginal, atau rektal yang berat biasanya
memerlukan inspeksi dan palpasi yang hati-hati. Dimulai kira-kira 24 Ketidaknyamanan dan penyebabnya akibat bedah caesar dibahas pada
jam setelah pelahiran, pemanasan basah dengan berendam dalam Bab 25 (hal. 561). Selama beberapa hari pertama setelah pelahiran
sitz bath hangat dapat digunakan untuk menurunkan ketidak- per vagina, ibu dapat merasakan ketidaknyamanan karena beberapa
nyamanan lokal. Diizinkan mandi berendam setelah pelahiran tanpa alasan, termasuk nyeri pasca operasi, episiotomi dan laserasi,
komplikasi. Insisi episiotomi sembuh sempurna secara normal dan pembengkakan payudara, dan terkadang sakit kepala pasca pungsi
hampir asimtomatik dalam minggu ketiga. dural. Analgesia ringan yang mengandung kodein, aspirin, atau
asetatninofen, lebih dianjurkan dalam kombinasi, diberikan setiap 3
jam selama beberapa hari pertama.
■ Fungsi Kandung Kemih
Pengisian kandung kemih setelah pelahiran dapat bervariasi. Pada ■ Depresi
sebagian besar unit, cairan intravena diinfuskan selama persalinan Mood yang menurun dalam tingkat tertentu hampir umum terjadi
dan satu jam setelah pelahiran. Oxitocin, dalam dosis yang berefek pada seorang ibu dalam beberapa hari setelah melahirkan. lstilah
antidiuretik, sering diinfuskan pascapartum, dan sering terjadi postpartum blues tampaknya merupakan konsekttensi dari sejitmlah
pengisian cepat kandung kemih. Selain itu, baik sensasi kandung faktor, termasuk gangguan emo sional yang menyertai kegeinbiraan
keinih maupun kemampuan untuk mengosongkan kandung kemih dan ketakutan yang alami selama kehamilan dan persalinan, ketidak-
secara spontan dapat berkurang karena analgesia lokal maupun nyamanan pada nifas awal, kelelahan karena tidur yang terganggu,
umum, episiotomi atau laserasi, dan karena pelahiran yang dibantu kecemasan akan kemampuan merawat bayi yang tepat, dan masalah
alat. Jadi, retensi urin dengan distensi berlebihan kandung kemih citra tubuh. Pada sebagian besar wanita, terapi efektif berupa
sering terjadi pada awal nifas. Ching-Chung, dkk. (2002) melaporkan antisipasi, pengenalan, dan penenangan. Gangguan ini biasanya
terjadinya retensi pada 4 persen wanita yang melahirkan per vagina. ringan dan sembuh sendiri dalam 2 sampai 3 hari, walaupun kadang-
Musse white dkk., (2007) melaporkan tetjadinya retensi pada 4,7 kadang berlanjut sampai 10 hari. Jika mood ini menetap atau ber-
persen wanita yang menjalani persalinan dengan analgesia epidural. tambah buruk, maka evaluasi untuk gejala depresi mayor harus
Faktor risiko yang meningkatkan. kemungkinan terjadinya retensi dilakukan. Gavin dkk., (2005) dalam suatu tinjauan sistematik me-
adalah primipara, persalinan yang diinduksi atau di augmentasi nemukan depresi pada hampir 20 persen wanita pasca melahirkan.
oxitocin, laserasi perineal, persalinan dibantir alat, kateterisasi selama Prevalensinya berkisar dari 12 sampai 20 persen pada 17 negara
persalinan, dan persalinan dengan durasi lebih dari 10 jam. bagian berdasarkan analisis terbaru database PRAMS (Centers for
Pencegahan distensi berlebihan kandung kemih memerlukan Disease Control and Prevention, 2008). Dari penelitian di seluruh
observasi setelah pelahiran untuk menjamin bahwa kandung kemih negara bagian New Jersey, wanita ekonomi lemah dengan diabetes
tidak terisi secara berlebihan dan terjadi pengosongan yang adekuat pregestasional dan gestasional berisiko mengalami depresi perinatal
pada setiap miksi. Kandung kemih yang membesar dapat dipalpasi atau pascapartum sebanyak dua kali lipat (Kozhimannil, dkk., 2009).
656 Puerperium

Pada wanita dengan gangguan psikiatrik yang sudah ada sebelumnya, pelahiran, dan mungkin juga terdapat kehilangan sensorik atau
peningkatan risiko dirawat kembali karena gangguan psikiatrik paralisis otot dalam berbagai derajat yang berbeda. Dalam beberapa
tersebut terjadi pada bulan pertama: setelah melahirkan (Munk kasus, terdapat footdrop, yang dapat terjadi sekunder karena cedera
Olsen 2009). Evalttasi lebih lanjut dan penatalaksanaannya di pada level radiks lumbosakral, pleksus lumbo sakral, nervus
BAGIAN 6

diskusikan pada Bab 55 (hal. 1176). Ide bunuh diri atau membunuh ischiadicus, atau nervus peroneus communis. Komponen pleksus
bayi sendiri merupakan suatu hal yang emergensi. Karena depresi lumbosakral melintasi pinggir pelvis dan dapat, ditekan oleh kepala
pascapartum mayor bersifat rekurens minimal mengenai seperempat bayi atau forseps. Nervus peroneus communis dapat tertekan secara
wanita pada kehamilan selanjutnya, beberapa klinisi merekomendasi- ekstemal ketika kaki diposisikan di pijakan kaki, terutama selama
kan profilaksis farmakologis yang dimulai pada akhir kehamilan atau persalinan kala dua yang lama.
segera setelah melahirkan (Wisner dkk., 2004). Insiden neuropati obstetrik relatif sering. Wong dkk., (2003)
mengevaluasi lebih dari 6.000 wanita yang melahirkan secara
■ Relaksasi Dinding Abdomen berurutan di Northwestem University dan menemukan bahwa kira-
kira 1 persennya mengkonfirmasi adanya cedera saraf. Neuropati
Jika abdomen biasanya tidak lembek atau kendur, korset yang biasa
nervus cutaneus femoralis lateralis merupakan yang paling umum
sering sudah memuaskan. Penggunaan pengikat perut sebaiknya
(24), diikuti oleh neuropati nervus femoralis (14). Defisit motorik
merupakan tindakan setnentara. Latihan untuk mengembalikan tonus
menyertai sepertiga dari cedera tersebut. Nulipara, persalinan kala
dinding abdomen dapat dimulai kapanpun setelah pelahiran per
dua yang lama, dan mendorong dalam waktu yang lama dalam posisi
vagina dan segera setelah nyeri abdomen pasca bedah caesar
semi-Fowler merupakan faktor risiko. Lama gejala kira-kira dua
berkurang.
bulan, berkisar antara 2 minggu sampai 18 bulan
■ Diet Cedera Otot
Tidak terdapat pembatasan diet bagi wanita yang telah melahirkan
Otot pelvis atau pinggul dan tendon dapat teregang, robek, atau
per vagina. Dua jam setelah persalinan per vagina normal, jika tidak
terpisah bahkan pada persalinan normal. Jika cedera saraf
terdapat komplikasi, seorang wanita harus diizinkan untuk makan.
disingkirkan, kami telah menemukan bahwa pencitraan magnetic
Dengan menyusui, jumlah kalori dan protein yang dikonsumsi selama
resonance (MR) bersifat informatif. Sebuah contoh diperlihatkan
kehamilan harus ditingkatkan sedikit seperti yang direkomendasikan
pada Gambar 30-3. Sebagian besar pulih dengan agen antiinflamasi
oleh Food and Nutrition Board dari National Research Council (lihat
dan terapi fisik. Mungkin juga terdapat piomiositis septik yang
Bab 8, hal. 202). Jika ibu tidak menyusui, kebutuhan diet harian
jarang terjadi seperti yang dilaporkan oleh Sokolov dkk., (2007).
sama dengan wanita yang tidak hamil.
Melanjutkan pemberian suplementasi besi selama paling kurang 3
Masalah Tulang dan Sendi Pelvis
bulan setelah pelahiran dan memeriksa hematokrit pada kunjungan
pertama pascapartum merupakan prosedur standar di rumah sakit Pemisahan simfisis pubis atau satu dari sinkondrosis sakroiliaka
kita. selama persalinan dapat diikuti oleh nyeri dan cukup memengaruhi
lokomosi (Gbr. 30-4). Perkiraan frekuensinya, sangat bervariasi dari
■ Penyakit Tromboembolik
Frekuensi trombosis vena dalam dan emboli
paru sebagai komplikasi persalinan dan
nifas telah berkurang pada tahun-tahun
belakangan ini (lihat Bab 47, hal. p.1073).
Hampir setengah dari kejadian trom-
boemboli karena kehamilan terjadi pada
masa nifas. Jacobsen dkk., (2008) baru-baru
ini melaporkan bahwa emboli paru merupa-
kan kejadian paling sering pada 6 minggu
pertama pascapartum.

■ Masalah Neuromuskular
dan Sendi
Nyeri pada gelang pelvis, pinggul, atau
ekstremitas bawah dapat disebabkan karena
peregangan atau trauma robek yang terjadi
pada persalinan normal atau sulit.

Neuropati Obstetris
Penekanan pada cabang pleksus saraf lum-
bosakral selama persalinan dapat berma-
nifestasi sebagai keluhan neuralgia berat
atau nyeri seperti kram yang menyebar ke GAMBAR 30-3 Gambaran hematoma piriformis dari hasil magnetic resonance. Massa
bawah ke salah satu atau kedua kaki saat besar inhomogen M. piriformis dextra konsisten dengan sebuah hematoma (ditunjukkan
oleh kursor kuning) dibandingkan dengan penampakan normal M. piriformis sinistra (panah
kepala bayi turun masuk ke pelvis. Jika saraf
kanan).
cedera, nyeri dapat berlanjut setelah
Puerperium 657

atau nyeri kaki, pembengkakan, atau nyeri. Napas yang pendek atau
nyeri dada memerlukan perhatian segera.

Pemulangan Dini

BAB 30
Lama perawatan di rumah sakit setelah persalinan dan pelahiran
sekarang diatur oleh undang-undang federal. Saat ini, aturan untuk
lama perawatan di rumah sakit adalah sampai dengan 48 jam setelah
pelahiran per vagina tanpa komplikasi dan sampai 96 jam pada
bedah caesar tanpa kom-plikasi (American Academy of Pediatrics dan
American College of Obstetricians and Gynecologists, 2007).
Pemulangan dari rumah sakit yang lebih awal dapat dilakukan pada
ibu-ibu tertentu dengan kondisi yang sesuai jika mereka
menginginkannya.
GAMBAR 30-4 Radiograf menunjukkan diastasis pubis 5 cm
segera setelah persalinan per vagina. Nyeri berkurang dalam ■ Kontrasepsi
beberapa minggu. Enam bulan kemudian, radiograf ulangan Selama perawatan di rumah sakit, dilakukan usaha pemberian
menunjukkan gap simfisis 1 cm. (Dicetak ulang dari Chang D dan
pendidikan tentang keluarga berencana. Kontrasepsi steroid dan
Markman BS: Resolusi spontan diastasis simfisis pubis. N Engl J
Med 346: 39, dengan izin. Hak cipta 2002 Massachusetts efeknya terhadap laktasi dibahas pada Bab 32 (hal. 694). Kontrasepsi
Medical Society. Hak cipta di- lindungi.) bentuk lain dibahas di seluruh Bab 32 dan prosedur sterilisasi pada
Bab 33.
Jika seorang wanita tidak menyusui, haid biasanya kembali dalam
6 sampai 8 minggu. Akan tetapi, kadang-kadang sulit untuk
1 di antara 600 sampai 1 di antara 30.000 persalinan (Reis dkk., 1932; menentukan secara klinis tanggal spesifik siklus haid pertama setelah
Taylor dan Sonson, 1986). Dalam pengalaman kami, pemisahan persalinan. Hanya sekitar 20 persen wanita yang berovulasi sebelum
simtomatik jarang terjadi. Jika simtomatik, awitan nyeri sering akut haid pertama (Hytten, 1995). Sebagian kecil wanita mengalami
selama pelahiran, namun gejala dapat bermanifestasi baik perdarahan ringan sampai sedang secara intermiten, dimulai segera
antepartum atau sampai 48 jam pascapartum (Snow dan Neubert, setelah perlahiran. Ovulasi terjadi rata-rata pada minggu ke-7,
1997). Terapi biasanya bersifat konservatif, dengan istirahat dalam namun berkisar dari minggu ke-5 sampai 11 (Perez dkk., 1972).
posisi lateral dekubitus dan gurita pelvis yang sesuai. P.embedahan Dikatakan, ovulasi sebelum 28 hari telah dilaporkan (Hytten, 1995).
terkadang penting pada pemisahan simfisis tertentu yang lebih dari Jadi, konsepsi mungkin saja terjadi selama masa nifas 6
4 cm (Kharrazi, dkk., 1997). Rekurensi lebih dari 50 persen pada minggu tersebut. Wanita yang aktif secara seksual selama nifas,
kehainilan selanjutnya, dan Culligan dkk., (2002) merekomendasikan dan tidak ingin hamil, maka harus menggunakan kontrasepsi. Pesan
pertimbangan untuk bedah caesar. Pada beberapa kasus, fraktur ini tidak tersampaikan secara universal kepada para wanita, dan
sakrum atau ramus pubis disebabkan oleh persalinan yang tidak ber- juga tidak selalu diperhatikan. Misalnya, Kelly dkk., (2005)
komplikasi (Alonso Burgos, dkk., 2007). Yang terakhir kemungkinan melaporkan bahwa pada bulan ketiga pascapartum, 58 persen remaja
besar dengan osteoporosis karena terapi heparin atau kortikosteroid telah kembali berhubungan seksual, namun hanya 80 persennya yang
(Cunningham, 2005). Ini dibahas lebih lanjut pada Bab 53. menggunakan kontrasepsi.

■ Imunisasi ■ Menyusui dan Ovulasi


Wanita dengan D-negatif yang tidak terisoimunisasi dan bayinya D- Wanita yang menyusui berovulasi lebih jarang dibandingkan dengan
positif diberikan 300 µg anti-D imunoglobulin segera setelah yang tidak menyusui, dan terdapat variasi yang besar. Ibu yang
pelahiran (lihat Bab 29, hal. 624). Wanita yang belum kebal terhadap menyusui dapat haid secepat-cepamya pada bulan kedua atau
campak rubella atau rubeola merupakan kandidat yang sangat baik selambat-lambatnya pada bulan ke-18 setelah pelahiran. Campbell
untuk kombinasi. vaksinasi campak-mumps-rubella sebelum keluar dan Gray (1993) menganalisis spesi, menurin harian untuk
dari rumah sakit ( lihat Bab 8, hal. 208). Jika tidak terdapat kontra- menentukan waktu ovulasi pada 92 wanita. Seperti ditunjukkan pada
indikasi, injeksi booster difteri-toksoid tetanus juga diberikan kepada Gambar 30-5, menyusui secara umum dapat menunda kembalinya
wanita pascapartum sebelum keluar dari rumah sakit di Parkland ovulasi, walaupun seperti yang telah ditekankan, hal ini tidak selalu
Hospital. bersifat demikian. Temuan lain dari penelitian mereka termasuk hal
yang berikut:
1. Kembalinya ovulasi sering ditandai dengan kembalinya
■ Waktu Pulang dari Rumah Sakit perdarahan menstruasi normal
Setelah pelahiran per vagina yang tanpa komplikasi, perawatan 2. Kegiatan menyusui selama 15 menit tujuh kali setiap hari
rumah sakit jarang diperlukan lebih dari 48 jam. Seorang wanita menunda kembalinya ovulasi
harus menerima instruksi tentang antisipasi terhadap perubahan 3. Ovulasi dapat terjadi tanpa perdarahan
fisiologik normal pada nifas, termasuk pola lokia, kehilangan berat 4. Perdarahan dapat bersifat anovulatorik
badan karena diuresis, dan produksi ASI. Ia juga harus menerima 5. Risiko kehamilan pada ibu yang menyusui kira-kira 4 persen
instruksi tentang demam, perdarahan per vagina yang berlebihan, per tahun.
658 Puerperium

100 penyembuhan episiotomi atau laserasi yang tidak sempuma. Selain


itu, epitel vagina tipis dan sangat sedikit lubrikasi setelah rangsangan
seksual. Ini kemungkinan besar disebabkan oleh keadaan
hipoestrogenik setelah melahirkan dan berlanjut sampai kembalinya
75
BAGIAN 6

ovulasi. Ini terutama sekali menjadi masalah bagi wanita yang


menyusui yang hipoestrogenik selama berbulan-bulan pascapartum
(Palmer dan Likis, 2003; Wisniewski dan Wilkinson, 1991). Untuk
Persen

50 terapi, sedikit krim estrogen topikal dapat dioleskan pada vagina dan
jaringan vulva setiap hari selama beberapa minggu. Sebagai
tambahan, pelumas vagina dapat digunakan ketika koitus.
25
■ Morbiditas Maternal Lambat
Bila digabungkan, morbiditas matemal mayor dan minor secara
0 mengejutkan sering .terjadi pada bulan-bulan setelah kelahiran bayi
0 10 20 30 40 50 60 70
Minggu pascapartum (MacArthur, dkk., 1991). Dalam suatu survei terhadap 1249 orang
ibu-ibu di Inggris yang diikuti selama 18 bulan, 3 persen nya masuk
GAMBAR 30-5 Proporsi kumulatif ibu menyusui yang berovulasi kembali ke rumah sakit dalam 8 bulan (Glazener dkk., 1995).
selama 70 minggu pertama setelah pelahiran. (Data dari Masalah kesehatan ringan selama 8 minggu pertama dilaporkan oleh
Campbell dan Gray, 1993) 87 persen. Dan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 30-6, hampir
tiga perempatnya terus mengalami berbagai masalah sampai bulan
ke-18. Jadi, walaupun masalah yang dilaporkan menurun seiring
dengan waktu, namun hal ini terjadi lebih lambat daripada anggapan
PERAWATAN DI RUMAH umum. Laporan lebih lanjut oleh Lydon-Rochelle (2001), McGovem
(2006), Thompson (2002), dkk., melaporkan penemuan yang serupa.
■ Koitus Dari yang telah disebutkan sebelumnya, morbiditas matemal setelah
Tidak terdapat aturan berdasarkan bukti mengenai kembali pelahiran sering terjadi, dan setidaknya pada masa lampau, ini tidak
melakukan koitus setelah persalinan. Tampaknya yang terbaik adalah diperhatikan. Penelitian ini menimbulkan kesadaran yang lebih besar
menggunakan pengertian umum. Setelah 2 minggu, koitus dapat akan kebutuhan ibu-ibu ketika mereka perlahan pulih dari persalinan.
kembali dilakukan berdasarkan hasrat dan kenyamanan. Barrett dkk.,
(2000) melaporkan bahwa hampir 90 persen dari 484 wanita
primipara kembali melakukan aktifitas seksual dalam 6 bulan. Dan ■ Perawatan Tindak Lanjut Pascapartum
walaupun 65 persen di antaranya melaporkan adanya masalah, hanya Setelah keluar dari rumah sakit, wanita yang persalinannya tanpa
15 persen yang mendiskusikannya dengan petugas kesehatan. komplikasi dapat kembali melaktikan sebagian besar aktifitas,
Hubungan seksual yang kembali dilakukan terlalu dini dapat termasuk mandi, menyetir, dan pekerjaan rumah tangga. Jimenez dan
menimbulkan ketidaknyamanan, jika tidak begitu nyeri, akibat Newton (1979) mentabulasi informasi lintas budaya pada 202

TABEL 30-6. Morbiditas Masa Nifas dalam Persen yang Dilaporkan oleh ibu
Setelah Keluar dari Rumah Sakit
8 Minggu 2 Sampai 18 Bulan
Morbiditas Pascapartum Pascapartum
Perasaan lelah 59 54
Masalah Payudara 36 20
Anemia 25 7
Nyeri punggung 24 20
Hemoroid 23 15
Sakit kepala 22 15
Sedih/depresi 21 17
Konstipast 20 7
Jahitan lepas 16 —
Duh vagina 15 8
Lainnyaa 2–7 1–8
Minumal satu dari yang di atas 87 76
aTermasuk perdarahan abnormal, inkontinensia urin atau infeksi, gangguan
berkemih, dan hipertensi.
Direproduksi dari E3JOG. Vol. 102, Issue 4, CMA Glazener, M Abdalla, P Stroud, A
Templeton, IT Russell, dan S Naji, Postnatal maternal morbidity: Extent, causes,
prevention and treatment, 282-287, 1995, dengan izin dari Royal College of
Obstetricians and Gynaecologists.
Puerperium 659

masyarakat dari berbagai daerah geografis internasional. Setelah Centers for Disease Control and Prevention: Community-associated methi-
melahirkan, sebagian besar masyarakat tidak membatasi aktivitas cillin-resistant Staphylococcus aureus infection among healthy newborns—
Chicago and Los Angeles County, 2004. MMWR 55:329, 2006
kerja, dan kira-kira setengahnya mengharapkan kembali bekerja Centers for Disease Control and Prevention: Pregnancy risk assessment moni-
penuh dalam 2 minggu. Tulman dan Fawcett (1988) kemudian

CHAPTER 30
toring system (PRAMS). http://www.cdc.gov/prams/ Modified June 2007a
melaporkan bahwa hanya setengah dari populasi ibu yang dapat Centers for Disease Control and Prevention: Breastfeeding trends and updated
national health objectives for exclusive breastfeeding—United States, birth
mencapai tingkat energi seperti biasa dalam 6 minggu pascapartum.
years 2000—2004. MMWR 56:760, 2007b
Wanita yang melahirkan per vagina berkemungkinan dua kali lipat Centers for Disease Control and Prevention: Postpartum care visits—11 states
mempunyai tingkat energi normal pada saat tersebut dibandingkan and New York City, 2004. MMWR 56:1312, 2007c
dengan yang menialani bedah caesar. Idealnya, merawat dan Centers for Disease Control and Prevention: Prevalence of self-reported postpar-
tum depressive symptoms—17 states, 2004-2005. MMWR 57:361, 2008
mengasuh bayi seharusnya dilakukan oleh ibu dengan banyak Chang D, Markman BS: Spontaneous resolution of a pubic-symphysis diastasis.
bantuan dari ayah. N Engl J Med 346:39, 2002
American Academy of Pediatrics dan American College Chesley LC, Valenti C, Uichano L: Alterations in body fluid compartments and ex-
changeable sodium in early puerperium. Am J Obstet Gynecol 77:1054, 1959
ofObstetricians and Gyneco logists (2007) tnerekomendasikan Chiarelli P, Cockburn J: Promoting urinary continence in women after delivery:
kunjungan pascapartum di antara minggu ke-4 dan ke-6. Ini telah Randomised controlled trial. BMJ 324:1241, 2002
terbukti bahwa sungguh meintiasbn untuk mengidentifikasi kelainan Ching-Chung L, Shuenn-Dhy C, Ling-Hong T, et al: Postpartum urinary re-
di luar nifas seperti halnya memulai penggunaan kontrasepsi. Centers tention: Assessment of contributing factors and long-term clinical impact.
Aust N Z J Obstet Gynaecol 42:365, 2002
for Disease Control and Prevention (2007c) baru-baru ini mela- Chuang CK, Lin SP, Lee HC, et al: Free amino acids in full-term and pre-
porkan data tindak lanjut dari Pregnancy Risk Assessment term human milk and infant formula. J Pediatr Gastroenterol Nutr
Monitoring System (PRAMS). Walaupun keseluruhan kepatuhan 40:496, 2005
Collaborative Group on Hormonal Factors in Breast Cancer: Breast cancer and
terhadap kunjungan pascapartum adalah 90 persen, berkisar dari 65 breastfeeding: Collaborative reanalysis of individual data from 47 epidemio-
sampai 80 persen pada reinaja, wanita ekonomi lemah atau tidak logical studies in 30 countries, including 50,302 women with breast cancer
berpendidikan, dan yang tidak melakukan perawatan pranataI. and 96,973 women without the disease. Lancet 360:187, 2002
Cravioto A, Tello A, Villafan H, et al: Inhibition of localized adhesion of en-
teropathogenic Escherichia coli to HEp-2 cells by immunoglobulin and
DAFTAR PUSTAKA oligosaccharide fractions of human colostrum and breast milk. J Infect Dis
163:1247, 1991
Culligan P, Hill S, Heit M: Rupture of the symphysis pubis during vaginal de-
Ahdoot D, Van Nostrand KM, Nguyen NJ, et al: The effect of route of delivery livery followed by two subsequent uneventful pregnancies. Obstet Gynecol
on regression of abnormal cervical cytologic findings in the postpartum pe- 100:1114, 2002
riod. Am J Obstet Gynecol 178:1116, 1998 Cunningham FG: Screening for osteoporosis. N Engl J Med 353(18):1975,
Almeida OD Jr, Kitay DZ: Lactation suppression and puerperal fever. Am J 2005
Obstet Gynecol 154:940, 1986 Demers C, Derzko C, David M, et al: Gynaecological and obstetric manage-
Alonso-Burgos A, Royo P, Diaz L, et al: Labor-related sacral and pubic fractures. ment of women with inherited bleeding disorders. J Obstet Gynaecol Can
J Bone Joint Surg 89:396, 2007 27:707, 2005
American Academy of Pediatrics, American College of Obstetricians and Demey HE, Hautekeete MI, Buytaert P, et al: Mastitis and toxic shock syn-
Gynecologists: Guidelines for Perinatal Care, 6th ed. American Academy of drome. A case report. Acta Obstet Gynecol Scand 68:87, 1989
Pediatrics, Elk Grove Village, IL; American College of Obstetricians and Friedman NJ and Zeiger RS: The role of breast-feeding in the development of
Gynecologists, Washington, DC, 2007, pp 171, 242 allergies and asthma. J Allerg Clin Immunol 115:1238, 2005
American Academy of Pediatrics, Work Group on Breastfeeding. Breastfeeding Fujiwara Y, Endo S: A case of toxic shock syndrome secondary to mastitis
and the use of human milk. Pediatrics 100:1035, 1997 caused by methicillin-resistant Staphylococcus aureus. Kansenshogaku Zasshi
American College of Obstetricians and Gynecologists: Postpartum hemorrhage. 75:898, 2001
Practice Bulletin 76, October 2006 Funnell JW, Klawans AH, Cottrell TLC: The postpartum bladder. Am J Obstet
American College of Obstetricians and Gynecologists Clinical Review. Special Gynecol 67:1249, 1954
Report from ACOG. Breastfeeding: Maternal and infant aspects. 2007 Gavin NI, Gaynes BN, Lohr KN, et al: Perinatal depression. A systematic re-
Anderson WR, Davis J: Placental site involution. Am J Obstet Gynecol 102:23, view of prevalence and incidence. Obstet Gynecol 106:1071, 2005
1968 Glazener CM, Abdalla M, Stroud P, et al: Postnatal maternal morbidity: Extent,
Andrew AC, Bulmer JN, Wells M, et al: Subinvolution of the uteroplacental ar- causes, prevention and treatment. Br J Obstet Gynaecol 102:282, 1995
teries in the human placental bed. Histopathology 15:395, 1989 Harris RE, Thomas VL, Hui GW: Postpartum surveillance for urinary tract in-
Andrews MC: Epithelial changes in the puerperal fallopian tube. Am J Obstet fection: Patients at risk of developing pyelonephritis after catheterization.
Gynecol 62:28, 1951 South Med J 70:1273, 1977
Baker JL, Gamborg M, Heitmann BL, et al: Breastfeeding reduces postpartum Holdcroft A, Snidvongs S, Cason A, et al: Pain and uterine contractions during
weight retention. Am J Clin Nutr 88(6):1543, 2008 breast feeding in the immediate post-partum period increase with parity.
Barbosa-Cesnik C, Schwartz K, Foxman B: Lactation mastitis. JAMA 289: Pain 104:589, 2003
1609, 2003 Hytten F: The Clinical Physiology of the Puerperium. London, Farrand Press,
Barrett G, Pendry E, Peacock J, et al: Women’s sexual health after childbirth. 1995
BJOG 107:186, 2000 Institute of Medicine: Nutrition During Pregnancy. Washington, DC, National
Bertotto A, Gerli R, Fabietti G, et al: Human breast milk T lymphocytes display Academy of Science, 1990, p 202
the phenotype and functional characteristics of memory T cells. Eur J Im- Ito S: Drug therapy for breast-feeding women. N Engl J Med 343:118, 2000
munol 20:1877, 1990 Jacobsen AF, Skjeldestad FE, Sandset PM: Incidence and risk patterns of venous
Bonuck KA, Trombley M, Freeman K, et al: Randomized, controlled trial of a thromboembolism in pregnancy and puerperium—a register-based case-
prenatal and postnatal lactation consultant intervention on duration and in- control study. Am J Obstet Gynecol 198:233, 2008
tensity of breastfeeding up to 12 months. Pediatrics 116:1413, 2005 Jimenez MH, Newton N: Activity and work during pregnancy and the post-
Buhimschi CS, Buhimschi IA, Manlinow AM, et al: Myometrial thickness dur- partum period: A cross-cultural study of 202 societies. Am J Obstet Gynecol
ing human labor and immediately post partum. Am J Obstet Gynecol 135:171, 1979
188:553, 2003 Kanotra S, D’Angelo D, Phares TM, et al: Challenges faced by new mothers in
Campbell OMR, Gray RH: Characteristics and determinants of postpartum the early postpartum period: An analysis of comment data from the 2000
ovarian function in women in the United States. Am J Obstet Gynecol pregnancy risk assessment monitoring system (PRAMS) survey. Matern
169:55, 1993 Child Health J 11(6):549, 2007
Centers for Disease Control and Prevention: Recommendations for prevention Kelly LS, Sheeder J, Stevens-Simon C: Why lightning strikes twice: Postpartum
and control of hepatitis C virus (HCV) infection and HCV-related chronic resumption of sexual activity during adolescence. J Pediatr Adolesc Gynecol
disease. MMWR 47:1, 1998 18:327, 2005

Anda mungkin juga menyukai