KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, Kajian
Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014 dapat
diselesaikan. Selain itu dalam laporan ini juga dikemukakan hal-hal lain yang terkait dengan
tugas Bank Indonesia antara lain perkembangan/pertumbuhan perekonomian di Provinsi
Kepulauan Riau secara umum serta prospeknya. Bank Indonesia menyadari bahwa peran
perekonomian regional menjadi semakin penting dalam konteks pertumbuhan ekonomi
nasional. Implementasi otonomi daerah serta potensi ekonomi regional yang besar telah
terbukti ikut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau secara rutin melakukan asesmen
perekonomian Provinsi Kepulauan Riau. Asesmen perekonomian mencakup perkembangan
ekonomi makro regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran. Asesmen perekonomian
Provinsi Kepulauan Riau dilakukan setiap triwulan dan laporan dimaksud dikenal dengan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau. Penyusunan KEKR
dimaksud sebagai upaya memenuhi kebutuhan stakeholder eksternal serta bagi Kantor Pusat
Bank Indonesia.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Kepulauan Riau yang telah bersedia
Provinsi Kepulauan Riau secara triwulan, ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan
dalam penyusunan kajian ini. Harapan kami hubungan yang baik ini dapat ditingkatkan lagi
di masa yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih
mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk
lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar.
Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-Nya dan
memberikan kemudahan-kemudahan kepada kita semua dalam meningkatkan kinerja kita
semua.
Batam, Februari 2015
KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
ttd
Gusti Raizal Eka Putra
Deputi Direktur
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. vi
DAFTARGRAFIK ............................................................................................................... viii
DAFTAR DIAGRAM ............................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... xii
RINGKASAN EKSEKUTIF..................................................................................................... 1
BAB I ................................................................................................................................. 4
PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL .................................................................................. 4
1.1. SISI PENGELUARAN .................................................................................................... 4
1.1.1.
1.1.2.
Investasi ....................................................................................................... 6
1.1.3.
Ekspor ......................................................................................................... 7
1.1.4.
Impor........................................................................................................... 9
1.2.2.
1.2.3.
1.2.4.
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor ............... 15
BAB II ............................................................................................................................... 22
PERKEMBANGAN INFLASI KEPULAUAN RIAU ..................................................................... 22
2.1. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA ...................... 22
2.1.1.
2.1.2.
2.3.2.
2.3.3.
3.1.1.
3.3.2.
BAB IV .............................................................................................................................. 55
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ............................................................................ 55
4.1. REALISASI APBD DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU ....................................... 55
4.1.1.
4.1.2.
4.1.3.
5.2.2.
BAB VI .............................................................................................................................. 68
PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL ........................................................... 68
6.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI ........................................................................ 68
6.2. PROSPEK INFLASI ..................................................................................................... 71
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran (yoy) ........................................... 4
Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha ...................................... 11
Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%yoy) .... 23
Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa (% qtq) 24
Tabel 2.3. Perkembangan laju inflasi Kepulauan Riau, Kota Batam dan Tanjungpinang ..... 25
Tabel 3.1. Indikator Utama Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau ................................. 33
Tabel 3.2. Indikator Utama BPR di Provinsi Kepulauan Riau .............................................. 41
Tabel 3.3. Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau .................................. 46
Tabel 3.4. Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Kepulauan Riau.............................. 51
Tabel 3.5. Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Kepulauan Riau ................................... 52
Tabel 4.1. Anggaran Pendapatan Pemerintah Daerah di Wilayah Kepri ............................. 57
Tabel 4.2. Anggaran Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Kepri .................................... 58
Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan,
Februari 2012
Tabel 5.3. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama,
Provinsi Kepulauan Riau, Februari 2012 - Agustus 2014 ................................... 60
Tabel 5.4. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2014 ................................................... 64
Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global............................................................ 69
Tabel 6.2. Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Riau ............................................. 72
Daftar Grafik
Grafik 1.1.
Grafik 1.2.
Grafik 1.3.
Grafik 1.4.
Grafik 1.5.
Grafik 1.6.
Grafik 1.7.
Grafik 1.8.
Grafik 1.9.
Grafik 2.2.
Grafik 2.3.
Grafik 2.4.
Grafik 2.5.
Grafik 2.6.
Perkembangan Inflasi Bensin, Angkutan Dalam Kota, dan Tarif Listrik ............ 27
Grafik 2.7.
Grafik 2.8.
Grafik 2.9.
Grafik 3.1.
Grafik 3.2.
Grafik 3.3.
Grafik 3.4.
Grafik 3.5.
Grafik 3.6.
Grafik 3.7.
Grafik 3.8.
Grafik 3.9.
Grafik 4.2.
Grafik 4.3.
Grafik 4.4.
Grafik 4.5.
Grafik 4.6.
Grafik 4.7.
Grafik 5.1.
Grafik 5.2.
Grafik 5.3.
Grafik 5.4.
Grafik 5.5.
Grafik 5.6.
Grafik 5.7.
Grafik 6.1.
Grafik 6.2.
Grafik 6.3.
Peranan Australia Terhadap Ekspor Produk Besi dan Baja Kepri (2014) ........... 70
Grafik 6.4.
Grafik 6.5.
Grafik 6.6.
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan IV 2014
Provinsi Kepulauan Riau
Pertumbuhan
ekonomi Kepulauan
Riau (Kepri) menguat
sebesar 7,32% (yoy)
pada 2014
Penguatan
pertumbuhan
ekonomi ditopang
oleh konsumsi
rumah tangga dan
konsumsi
pemerintah
Secara sektoral,
pertumbuhan ekonomi
Kepri ditopang oleh
sektor industri
pengolahan, sektor
konstruksi dan sektor
perdagangan
Aktivitas pembayaran
tunai mengalami
penurunan yang
tercermin dari
melambatnya
pertumbuhan
netoutflow uang kartal.
Sementara non tunai,
transaksi kliring dan
RTGS masih pada tren
menurun.
Realisasi pendapatan
dan belanja
pemerintah lebih
dari 80% sampai
triwulan IV 2014.
Menurunnya
lapangan pekerjaan
sementara jumlah
angkatan kerja terus
meningkat,
mendorong
kenaikan tingkat
pengangguran.
BAB I
PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL
Kepulauan Riau (Kepri) mencatatkan penguatan pertumbuhan ekonomi pada
2014 sebesar 7,32% (yoy), lebih tinggi dibanding 2013 sebesar7,11%(yoy) dan
pertumbuhan nasional 2014 sebesar 5,02% (yoy).
Pada rilis pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2014 dan keseluruhan 2014, Badan Pusat
Statistik (BPS) di seluruh provinsi secara serentak menyampaikan hasil pertumbuhan ekonomi
menggunakan tahun dasar baru yaitu tahun 2010 setelah sebelumnya menggunakan 2000
sebagai tahun dasar. Penjabaran lebih detail terkait penggunaan tahun dasar 2010 pada Boks
1.1.
SISI PENGELUARAN
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Kepri 2014 disumbang oleh konsumsi
Tabel 1.1.
2011
2012
2013
6.11
6.53
6.84
6.90
Sumber
Pertumbuhan
2014
2.51
4.92
5.91
5.90
11.99
0.03
6.19
6.90
6.85
6.45
0.39
6.79
6.83
6.85
5.93
2.41
5. Perubahan Inventori
2014
148.85
-294.66
-20.13
-9.37
-0.19
11.11
-49.19
51.06
11.90
-0.93
3.32
17.37
-2.31
-4.63
-3.94
8. Net Ekspor
14.78
-11.85
13.38
14.33
2.18
6.96
7.63
7.11
7.32
7.32
Konsumsi
Pemerintah,
5.9%
Konsumsi
LNPRT, 0.2%
PMTB,
41.5%
Net Ekspor,
16.2%
Konsumsi
Rumah
Tangga ,
36.2%
Grafik 1.1.
sejumlah
event
nasional
dan
internasional
2014
serta
penyelenggaraan Pemilu 2014 turut menopang peningkatan konsumsi. Sejumlah event 2014
yang diselenggarakan di Kepri antara lain MTQ Nasional, Pekan Produk Kreatif Nasional,
Multilateral Komodo Naval Exercise (latihan gabungan angkatan laut beberapa negara),
Bintan Triathlon, dan beberapa lainnya. Penyelengaraan event tersebut ikut mendorong
peningkatan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara, sehingga tingkat konsumsi
meningkat. Jumlah wisatawan mencanegara tumbuh sebesar 6,1% (yoy) lebih tinggi
dibanding peningkatan di 2013 sebesar 4,9% (yoy). Evaluasi dan proyeksi kunjungan wisman
dapat dilihat pada Boks-2.
Namun, laju pertumbuhan konsumsi tertahan oleh penurunan belanja properti dan
kendaraan bermotor. Hal ini antara lain tercermin dari perlambatan kredit konsumsi,
khususnya untuk rumah tinggal dan kendaraan bermotor, dipengaruhi oleh kebijakan
stabilisasi yang ditempuh oleh Bank Indonesia termasuk kebijakan loan to value (LTV) di
sektor properti dan kendaraan bermotor. Selain itu, data pendaftaran kendaraan bermotor
baru juga menunjukkan penurunan pada 2014.
Kredit Konsumsi
(Rp miliar)
160
14,000
30.00
140
12,000
25.00
10,000
120
20.00
8,000
100
15.00
6,000
80
10.00
4,000
60
5.00
2,000
40
1
10
11
II
III
IV
II
2011
2014
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
IV
2014
Grafik 1.2.
0.00
I
12
TRUK
Grafik 1.3.
MOBIL
MOTOR
Pertumbuhan
(Unit)
(%, yoy)
120000
35
30
100000
25
80000
20
15
60000
10
40000
5
0
20000
-5
0
-10
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik 1.4.
1.1.2. Investasi
Investasi juga tercatat melambat pada 2014. Pada triwulan IV 2014, investasi tumbuh
5,84% (yoy), sementara untuk total tahunan investasi tumbuh 5,9% (yoy) lebih rendah
dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 6,9% (yoy).
Penurunan investasi diperkirakan terjadi pada sektor bangunan. Perkiraan tersebut
terkonfirmasi dari perlambatan pertumbuhan konsumsi semen sebesar 3,00% (yoy) pada
2014, lebih rendah dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 13,8% (yoy). Data Real Estate
Indonesia (REI) Batam juga menunjukkan penurunan pembangunan rumah tinggal dan ruko
selama 2014 sebesar 10,6% (yoy). Beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan investasi
sektor bangunan yaitu kebijakan loan to value (LTV) oleh Bank Indonesia di sektor properti
serta polemik status hutan lindung sejumlah kawasan strategis di Kepri, menyebabkan
pengusaha cenderung menunda pembangunan hingga mendapat kejelasan status lahan.
Di sisi lain, investasi non bangunan terindikasi meningkat. Hal tersebut tercermin dari
penguatan pertumbuhan impor barang modal yang cukup signifikan sebesar 6,69% (yoy),
menguat dibanding 2013 yang mengalami penurunan sebesar 12,21% (yoy). Searah dengan
peningkatan impor barang modal, data realisasi penanaman modal asing (PMA) Kepri juga
mencatatkan penguatan pertumbuhan sebesar 24,19% (yoy).
Total Impor Barang Modal (LHS)
Growth
(Juta USD)
(%, yoy)
1,600.00
10
6.69
1,550.00
(Juta USD)
650.0
250
550.0
5
1,500.00
200
450.0
-0.15
1,450.00
1,400.00
-5
1,350.00
150
350.0
250.0
100
150.0
-12.21
-10
1,300.00
50
50.0
1,250.00
-15
2011
2012
2013
2014
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: BKPM
Grafik 1.5.
-50.0
Grafik 1.6.
1.1.3. Ekspor
Kinerja ekspor melambat pada 2014.Pada triwulan IV 2014 ekspor tumbuh 0,15%
(yoy), namun secara total tahunan mencatatkan pertumbuhan 11,9% (yoy), lebih rendah
dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 51,1% (yoy). Perlambatan ekspor terjadi baik
berdasarkan volume maupun nilai ekspor, pada komoditas minyak dan gas (migas) maupun
non migas.
Nilai ekspor migas menurun 13,94% (yoy) atau lebih dalam dari penurunan ekspor
pada tahun sebelumnya sebesar 6,55% (yoy). Penurunan nilai ekspor terjadi baik pada
komoditas hasil minyak maupun hasil gas, dan diperkirakan dipengaruhi oleh penurunan
harga minyak yang signifikan sepanjang 2014 yaitu mencapai 40%.
Nilai ekspor non migas juga menurun sebesar 6,17% (yoy) pada 2014, setelah
mencatatkan pertumbuhan positif pada 2013 sebesar 11,67% (yoy). Ekspor menurun
terutama pada komoditas produk elektronik dan produk dari besi baja. Penurunan ekspor
elektronik dipengaruhi oleh penurunan permintaan yang tercermin dari perlambatan sektor
manufaktur elektronik Singapura sebagai negara tujuan utama ekspor elektronik Kepri.
Demikian juga pesanan produk besi dan baja mengalami penurunan, khususnya dari
Australia, seiring dengan penurunan investasi migas di negara tersebut (mulai memasuki
tahap produksi).
(Juta USD)
Migas,
34.6%
(%, yoy)
18,000.00
6.00
16,000.00
4.00
14,000.00
2.00
12,000.00
0.00
10,000.00
Non
Migas,
65.4%
-2.00
8,000.00
-4.00
6,000.00
-6.00
4,000.00
-8.00
2,000.00
0.00
-10.00
2011
2012
2013
2014
Grafik 1.7.
Minas
Grafik 1.8.
WTI
(USD)
120.00
(Juta USD)
110.00
3,500.00
100.00
3,000.00
90.00
2,500.00
80.00
2,000.00
70.00
1,500.00
60.00
1,000.00
50.00
500.00
40.00
1
10
11
12
2014
0.00
2015
Sumber: Bloomberg
Grafik 1.9.
2011
2012
2013
2014
0.40
25
0.30
20
15
0.20
10
0.10
5
0
-5
-10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2013
2014
-15
0.00
-0.10
-0.20
-20
-25
-0.30
Grafik 1.11. Perkembangan Sektor Manufaktur Elektronik Singapura dan Ekspor Elektronik Kepulauan Riau
Berdasarkan volume ekspor, juga terjadi penurunan sebesar 60,6% (yoy), sementara
di 2013 volume ekspor tercatat meningkat 24,4% (yoy). Penurunan ekspor terutama terjadi
pada sejumlah produk mineral serta hasil pertambangan seperti garam, pasir, dan batubatuan, merupakan dampak penerapan pelarangan ekspor mineral mentah sesuai UU No.4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
Pertumbuhan
(Ribu Ton)
71.2%
(%, yoy)
40,000
30
35,000
20
7.3%
7.1%
10
30,000
4.1%
25,000
-10
20,000
-20
0.8%
15,000
-30
89 - Ships,boats and floating structures
0.7%
-40
10,000
-50
5,000
-60
3.5%
0.7%
0.6%
29 - Organic chemicals
0.6%
-70
2011
2012
2013
2014
1.1.4. Impor
Searah dengan perlambatan ekspor, impor juga mengalami penurunan. Pada triwulan
IV 2014, impor menurun 1,27% (yoy), sementara total secara tahunan, impor menurun 4,6%
(yoy), lebih dalam dari penurunan 2013 sebesar 2,3% (yoy). Penurunan impor terjadi pada
komoditas migas dan non migas.
Nilai impor migas 2014 menurun 18,97% (yoy), sementara pada 2013 impor migas
mencatatkan pertumbuhan positif 12,47% (yoy). Penurunan harga minyak dunia menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan nilai impor migas.
Impor non migas juga menurun 9,48% (yoy) atau lebih dalam dibanding penurunan
impor 2013 sebesar 7,59% (yoy). Ketergantungan bahan baku impor yang tinggi yaitu
mencapai 67,04% dari total impor, menyebabkan penurunan permintaan ekspor cenderung
berdampak pada penurunan impor. Berdasarkan komoditas, penurunan impor terutama pada
komoditas elektronik dan besi baja.
(Juta USD)
Migas,
17.12%
Non migas,
82.88%
(%, yoy)
14,000.00
20.00
12,000.00
15.00
10,000.00
10.00
8,000.00
5.00
6,000.00
0.00
4,000.00
-5.00
2,000.00
-10.00
0.00
-15.00
2011
2012
2013
2014
Barang
Modal,
22.80%
Bahan
Baku,
67.04%
Barang
Konsumsi,
10.16%
Grafik 1.16. Porsi Impor Bahan Baku, Barang Modal dan Barang Konsumsi
Berdasarkan volume impor, juga terjadi penurunan sebesar 20,2% (yoy), lebih dalam
dibanding penurunan 2013 sebesar 12,6% (yoy). Berdasarkan volume, komoditas utama
impor yaitu kelompok mineral (garam, dan batu-batuan), besi dan baja serta produk dari besi
dan baja. Penurunan terbesar impor dicatatkan oleh komoditas besi dan baja serta produk
dari besi dan baja, masing-masing menurun sebesar 36,6% (yoy) dan 34,5% (yoy).
Pertumbuhan (RHS)
29.0%
(%, yoy)
(ribu ton)
6000
20.2%
-5
4000
-10
3000
-15
2000
-20
1000
0
-25
2011
2012
2013
2014
16.9%
84 - Nuclear react.,boilers,mech.
appli.
4.7%
4.4%
2.7%
2.1%
2.0%
28 - Inorganic chemicals
1.6%
1.5%
pertumbuhan ekonomi Kepri 2014 disumbang oleh sektor industri pengolahan, sektor
konstruksi dan sektor perdagangan (Tabel 1.2).
2011
2012
2013
2014
3.93
2.36
4.29
7.58
2.65
5.07
3.23
3.30
Industri Pengolahan
7.80
8.07
8.17
7.91
10.33
7.20
4.92
5.38
Pengadaan Air
8.16
5.12
4.02
2.03
Konstruksi
8.32
11.31
10.69
8.84
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7.12
6.91
7.59
10.36
9.25
7.10
6.13
7.20
8.83
8.67
7.72
11.90
9.83
7.02
6.45
7.04
Jasa Keuangan
14.95
6.56
6.00
5.90
Real Estate
7.30
4.94
5.67
6.39
Jasa Perusahaan
11.82
9.31
7.36
2.02
9.58
6.16
4.72
6.98
Jasa Pendidikan
1.69
12.39
3.07
4.27
6.94
8.05
1.68
4.84
-1.48
3.02
0.72
5.00
6.96
7.63
7.11
7.32
M,N
PDRB
Sumber
Pertumbuhan
2014
0.28
0.53
3.07
0.05
0.00
1.54
0.74
0.19
0.23
0.15
0.16
0.10
0.00
0.15
0.06
0.04
0.02
7.32
Industri Pengolahan
39.0%
Konstruksi
17.7%
15.5%
7.3%
3.7%
2.7%
2.7%
2.2%
2.1%
2.0%
Real Estate
1.5%
Jasa Pendidikan
1.3%
0.9%
0.8%
Jasa lainnya
0.4%
Pengadaan Air
0.1%
Jasa Perusahaan
0.0%
Perancis
Malaysia
Pertumbuhan Eks. Elektronik (RHS)
(%, yoy)
(Juta USD)
800
15.00
700
10.00
600
5.00
500
400
0.00
300
-5.00
200
-10.00
100
-15.00
I
II
III
2012
IV
II
III
IV
2013
II
III
IV
2014
Melalui survei liaison,pelaku usaha properti juga mengungkapkan bahwa status hutan
lindung yang ditetapkan pada beberapa kawasan DPCLS (berdampak penting dan cakupan
luas bernilai strategis) di Kepri menurut SK Menhut No.463/2013 telah menjadi hambatan
dalam pengembangan sektor properti. Terkait undang-undang tersebut, pengusaha
cenderung menunda pembangunan menunggu kejelasan status lahan. Namun, pada akhir
2014 sejumlah DPCLS memperoleh kejelasan status lahan dan terbebas dari status hutan
lindung dengan penerbitan SK Menhut No.867 tahun 2014.
Perlambatan sektor konstruksi juga tercermin dari perlambatan pertumbuhan
konsumsi semen serta penurunan pembangunan rumah tinggal dan ruko. Total konsumsi
semen 2014 sebesar 960,5 ribu ton atau tumbuh 3,00% (yoy), lebih rendah dibanding
pertumbuhan 2013 sebesar 13,80% (yoy). Searah dengan penurunan konsumsi semen,
perlambatan sektor konstruksi juga terlihat dari penurunan pembangunan rumah tinggal dan
ruko di Kota Batam sebesar 10,62% (yoy) di 2014, sementara di 2013 mencatatkan
pertumbuhan 16,78% (yoy).
Thousands
Pertumbuhan (RHS)
(ribu ton)
1,200
(%, yoy)
16.00
14.00
1,000
12.00
10.00
800
8.00
600
6.00
4.00
400
2.00
0.00
200
(2.00)
0
2011
2012
2013
100.00
1,800
80.00
1,600
60.00
1,400
1,200
40.00
1,000
20.00
800
600
400
(20.00)
200
(40.00)
II
2014
III
IV
II
2012
III
IV
II
2013
III
IV
2014
Type 70 (unit)
(%, yoy)
2,000
(4.00)
2010
(Rp miliar)
Type 70 (unit)
Ruko
KPR
Pertumbuhan - LHS
KPR Growth
(Rp juta)
(Unit)
(%, yoy)
16000
20
14000
15
12000
10
10000
8000
0
6000
-5
4000
2000
-10
-15
2011
2012
2013
2014
(%, yoy)
7,000,000
25.0
6,000,000
20.0
5,000,000
15.0
4,000,000
3,000,000
10.0
2,000,000
5.0
1,000,000
-
0.0
II
III
2011
IV
II
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
2014
IV
sektor
pertambangan
dan
penggalian
terutama
ditopang
oleh
peningkatan lifting gas yang tumbuh 8,5% (yoy)1, meningkat dibanding tahun sebelumnya
yang mencatatkan penurunan lifting sebesar 16,3% (yoy). Lifting gas meningkat setelah
sumur baru di Lapangan South Belut Natuna mulai beroperasi pada semester kedua 2014.
Lapangan South Belut merupakan satu dari tujuh proyek baru (gas) nasional yang mulai
berproduksi pada semester kedua 2014, dan diproyeksikan memberikan produksi gas
terbesar yaitu 120 MMSCFD dan kondensat 1000 barel per hari. .
Pertumbuhan lifting minyak juga tercatat membaik pada 2014, meskipun masih
mencatatkan penurunan. Lifting migas menurun sebesar 5,70% (yoy), lebih baik dibanding
penurunan tahun sebelumnya sebesar 38,98% (yoy).
Sebaliknya, output sektor pertambangan dan penggalian masih menurun pada 2014,
tercermin dari penurunan ekspor hasil tambang dan penggalian hingga 82,9% (yoy), lebih
rendah dibanding 2013 dengan pertumbuhan sebesar 80,1% (yoy). Penurunan hasil tambang
terjadi setelah penerapan pelarangan ekspor mineral mentah sesuai UU No.4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Produk pertambangan dan penggalian
Kepulauan Riau berupa aluminium, timah dan pasir granit.
Lifting Gas
Lifting Minyak
(%, yoy)
(%, yoy)
300.0
50.0
30
20
40.0
20.0
10
30.0
200.0
20.0
150.0
8.5
100.0
15.0
-5.70
-10
10.0
10.0
-20
0.0
-30
5.0
50.0
-10.0
-16.3
0.0
-20.0
2011
2012
2013
2014
(%, yoy)
25.0
22.99
40.6
250.0
(ribu MBBL)
-38.98
-40
0.0
-50
2011
2012
2013
2014
growth (RHS)
(Juta USD)
(%, yoy)
1400.00
250
1200.00
200
1000.00
800.00
150
600.00
100
400.00
200.00
50
0.00
0
-200.00
I
II
III
IV
2012
II
III
IV
II
2013
III
IV
2014
1.2.4. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor
Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor mencatatkan
penguatan pertumbuhan, dipengaruhi oleh penguatan konsumsi masyarakat serta
peningkatan jumlah wisatawan. Pada triwulan IV 2014, sektor ini mencatatkan pertumbuhan
sebesar 13,16% (yoy), sementara secara total tahunan tumbuh sebesar 10,36% (yoy),
menguat dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 7,59% (yoy).
Daya beli masyarakat yang relatif terjaga dengan baik, serta peningkatan kunjungan
wisatawan menjadi penopang pertumbuhan sektor perdagangan. Kenaikan upah minimum
dan perlambatan laju inflasi 2014, mampu menjaga kemampuan daya beli masyarakat.
Kondisi tersebut terkonfirmasi melalui hasil survei konsumen Bank Indonesia Provinsi
Kepulauan Riau yang menunjukkan tren peningkatan konsumsi barang-barang kebutuhan
tahan lama di 2014. Di sisi lain, jumlah kunjungan wisman juga meningkat 6,15% (yoy) lebih
tinggi dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 4,9% (yoy).
Kelancaran proses distribusi barang juga menjadi faktor penting pendukung kinerja
sektor perdagangan. Kegiatan bongkar muat di pelabuhan-pelabuhan utama Kota Batam
relatif berjalan baik, dengan pertumbuhan volume bongkar barang sebesar 1,97% (yoy)
sementara pertumbuhan volume muat barang sebesar 15,03% (yoy).
160
(ton)
600,000
500,000
140
400,000
120
100
300,000
80
200,000
60
100,000
40
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug
Sep
Okt
Nov
Dec
9 10 11 12 1
2013
2014
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau
9 10 11 12
2014
600,000
16.0
14.0
500,000
12.0
10.0
400,000
8.0
300,000
6.0
4.0
200,000
2.0
0.0
100,000
-2.0
0
-4.0
I
II
III
IV
2012
II
III
2013
IV
II
III
IV
2014
BOKS - 1
PERUBAHAN TAHUN DASAR PDRB KEPULAUAN RIAU BERBASIS SNA 2008
Pada rilis pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2014 dan keseluruhan 2014, Badan Pusat
Statistik (BPS) di seluruh provinsi secara serentak menyampaikan hasil pertumbuhan ekonomi
menggunakan tahun dasar baru yaitu tahun 2010 setelah sebelumnya menggunakan 2000
sebagai tahun dasar. BPS telah melakukan perubahan tahun dasar secara berkala sebanyak 5
(lima) kali yaitu pada 1960,1973, 1983, 1993, dan 2000. Beberapa hal yang menjadi
pertimbangan perubahan tahun dasar menjadi 2010, sebagai berikut: 1) Perekonomian Indonesia
relatif stabil pada periode tersebut 2) Terjadi perubahan struktur ekonomi selama 10 (sepuluh)
tahun terakhir 3) Rekomendasi PBB tentang pergantian tahun dasar dilakukan setiap 5 atau 10
tahun. 4) Pembaharuan konsep, definisi, klasifikasi, cakupan dan metodologi menurut System of
National Accounts (SNA) 2008. 5) Tersedianya sumber data baru untuk perbaikan PDRB seperti
hasi sensus penduduk 2010 dan indeks harga produsen.
Perubahan tahun dasar PDRB juga disertai dengan perubahan metodologi berdasarkan
konsep SNA 2008. Beberapa perbedaan antara konsep dan metode SNA 2008 dengan SNA
antara lain:
Tabel Perbandingan Konsep dan Metode SNA
No
1
Variabel
Output pertanian
Konsep Lama
Hanya mencakup output
pada saat panen
Metode penghitungan
output bank komersial
Valuasi
Menggunakan metode
Imputed Bank Services
Charge (IBSC)
Nilai tambah dinilai atas dasar
harga produsen
Dicatat sebagai biaya antara
Konsep Baru
Output saat panen ditambah nilai
tumbuhan dan hewan yang belum
menghasilkan
Menggunakan metoda Financial
Intermediation Services Indirectly Measurd
(FISIM)
Nilai tambah dinilai atas dasar harga dasar
Dicatat sebagai biaya antara dan
dikapitalisasi sebagai komponen PMTB
Selain terdapat perbedaan dalam metodologi, klasifikasi PDRB menurut lapangan usaha
tahun dasar 2000 (seri 2000) menggunakan Klasifikasi Usaha Indonesia 1990 (KLUI 1990)
sedangkan pada PDRB tahun dasar 2010 (seri 2010) menggunakan Klasifikasi Baku Lapangan
Usaha Indonesia (KBLI 2009). Sementara klasifikasi PDRB menurut penggunaan tahun dasar 2010
tidak banyak mengalami perubahan. Pada PDRB pengeluaran, porsi Konsumsi Rumah Tangga
menurun karena sebagian dialihkan ke Konsumsi Lembaga Nonprofit (LNPRT) dan Inventori.
Perubahan mendasar terjadi pada klasifikasi PDRB sektoral, dari 9 sektor manjadi 17 sektor.
Berikut adalah perbandingan tabel dimaksud.
Implementasi SNA 2008 berdampak pada berubahnya nilai PDB Indonesia seri 2010
meningkat 6,47% dibandingkan seri 2000. Kenaikan tersebut disebabkan oleh dampak
implementasi SNA 2008 sebesar 2,42% dan perubahan volume serta harga sebesar 4,05%.
Sementara itu, PDRB Kepri atas dasar harga berlaku tahun 2010 (seri 2000) sebesar Rp71.615
miliar meningkat menjadi PDRB Kepri atas dasar harga berlaku tahun 2010 (seri 2010) sebesar Rp
110.724 miliar atau meningkat 54,61%. Lebih lanjut, kenaikan tersebut akibat dampak
implementasi SNA 2008 sebesar 6,23% serta perubahan volume dan harga sebesar 48,38%.
Perubahan tersebut juga turut mempengaruhi ranking PDRB Kepri terhadap provinsi lainnya di
nasional. Pada PDRB Kepri seri 2000 berada pada urutan ke-15 sementara PDRB Kepri seri 2010
berada pada urutan ke-12.
125,000
110,724
7.19 7.22
Miliar Rp
105,000
85,000
54.61%
7.62
6.66 6.83
7.53
6.82
6.13
71,615
65,000
3.52 3.65
45,000
25,000
5,000
PDRB seri
2000
PDRB seri
2010
2009
2010
2011
seri 2000
2012
2013
seri 2010
Perubahan tahun dasar PDRB Kepri juga memicu perubahan tingkat pertumbuhan
ekonomi setiap tahunnya sebagaimana terlihat pada grafik perbandingan pertumbuhan PDRB
Kepri 2009
penyesuaian, secara umum perubahan tahun dasar memberikan beberapa manfaat yaitu,
peningkatan kualitas data PDRB dan menjadikan data PDRB dapat dibandingkan secara
internasional. (Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau)
BOKS - 2
EVALUASI DAN PROYEKSI KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2015
Pertumbuhan ekonomi Kepri 2014 mencapai 7,32% (yoy) dimana sektor penyediaan
akomodasi dan makan minum merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan
tertinggi sebesar 11,90% (yoy) dengan share sektor sebesar 1,88%. Tingginya pertumbuhan
sektor tersebut ditopang oleh jumlah kunjungan wisman ke Kepri selama 2014. Pada awal tahun
lalu, Pemerintah Provinsi Kepri telah menetapkan target kunjungan wisman ke Kepri sebanyak
2.032.000 orang dengan realisasi sebesar 97,12% atau sebanyak 1.973.425 orang. Kunjungan
wisman sepanjang 2014 ke Kepri tumbuh sebesar 6,15% (yoy) dibandingkan kunjungan wisman
selama 2013 yang mencapai 1.859.066 orang. Berdasarkan lokasi, realisasi jumlah wisman ke
Batam merupakan yang terbesar bahkan melebihi target. Realisasi jumlah wisman Batam
sepanjang 2014 mencapai 103,87% sementara Bintan mengalami realisasi terendah sebesar
65,84%. Jika dilihat dari pangsanya, warga Singapura masih menjadi penyumbang utama
kunjungan wisman ke Kepri sepanjang 2014, dilanjutkan dengan Malaysia. Berdasarkan informasi
dari Dinas Pariwisata Provinsi Kepri, terdapat wisman beberapa negara yang berpotensi meningkat
yaitu Tiongkok, Korea Selatan, India, Jepang, dan Filipina.
Di tingkat nasional, tingkat kunjungan wisman ke Kepri masih berada dibawah Bali dan
Jakarta. Tingkat kunjungan wisman ke Bali dan DKI Jakarta memiliki porsi masing-masing sebesar
39,93% dan 24,04% dari seluruh wisman yang berkunjung ke Indonesia sementara Batam
memiliki porsi sebesar 21,12%. Mempertimbangkan kondisi geografis Kepri yang berbatasan
langsung dengan negara-negara tetangga, idealnya porsi kunjungan wisman ke Kepri dapat
bersaing dengan Bali dan Jakarta. Penyebab utama masih rendahnya kunjungan wisman ke Kepri
dibandingkan Jakarta dan Bali adalah terbatasnya infrastruktur di Kepri. Rute penerbangan yang
tersedia di Kepri juga tidak sebanyak rute penerbangan yang tersedia di Bali dan Jakarta.
Pemerintah Prov. Kepri menetapkan target kunjungan wisman ke Kepri 2015 yang dibagi
dalam 3 (tiga) bagian yaitu target optimis, moderat dan konstan. Target optimis sebanyak
2.326.751 orang, lebih tinggi 14,51% dari target optimis 2014, sementara target moderat
sebanyak 2.088.158 orang, lebih tinggi 9,90% dari target moderat 2014, sedangkan target
konstan sebanyak 1.938.959 orang, lebih tinggi 7,72% dari target konstan 2014.
Tabel Boks 1.1
Evaluasi dan Proyeksi Kunjungan Wisman ke Provinsi Kepri
Kota/Kabupaten
Target
Realisasi
Realisasi
Target
Pertumbuhan
Prov. Kepri
2014
Nominal 2014 2014 (%)
2015
Target 2015
Batam
1.400.000
1.454.110
103,87% 1.696.496
Tanjungpinang
110.000
97.672
88,79%
121.452
Bintan
490.000
320.861
65,48%
389.627
Karimun
120.000
100.782
83,99%
119.266
Total Kepri
2.032.000
1.973.425
97,12% 2.326.751
Sumber: BPS 2014, diolah; Dinas Pariwisata Prov. Kepri; Dinas Pariwisata Kota Batam
21,18%
10,41%
-20,48%
-0,61%
14,51%
Dalam rangka mencapai target kunjungan wisman tersebut, Pemerintah Prov. Kepri telah
menetapkan beberapa program, antara lain aspek promosi, destinasi, dan perbaikan infrastruktur.
Promosi tidak hanya dilakukan secara konvensional ke luar negeri, namun dalam bentuk
penyelenggaraan event internasional di kabupaten dan kota yang melibatkan komunitas dari luar
negeri.Selain itu, setiap kabupaten dan kota diwajibkan memiliki profil potensi pariwisata dalam
bentuk digital. Sebagai langkah awal, Dinas Pariwisata Prov. Kepri bekerjasama dengan Batam Pos
Entrepreneur Event Organizer mengadakan kegiatan promosi pariwisata internasional, yang
dilaksanakan dalam bentuk Youth Women Matizen Creative Wonderful Kepri. Kegiatan ini
dikemas dalam bentuk kompetisi bagi komunitas, anak-anak, perempuan kreatif melalui
pembuatan poster, film maupun produk kreatif untuk mempromosikan wisata melalui jaringan
sosial.
Event promosi lainnya yang akan digelar 2015 meliputi promosi dalam negeri dan luar
negeri. Promosi luar negeri antara lain Consumer Fair Wonderful Indonesia yang direncanakan
akan digelar di Singapura, Malacca dan Kuala Lumpur, promosi wonderful Indonesia bagi warga
negara Singapura keturunan Melayu Indonesia, Tactical Promotion Menghadapi Liburan Sekolah
di Kinabali, Penang, Malaysia, dan MATTA Fair Johor Bahru. Sementara promosi dalam negeri
antara lain, direct promotion Jatim, Jabar, dan Bali yang akan digelar di Batam, kegiatan kenduri
Melayu di Batam, serta konser Musik Indonesia di Cross Border.
Dalam rangka meningkatkan pariwisata dari aspek destinasi 2015, Batam akan membuka
tujuan wisata baru yaitu destinasi Nongsa dan Funtasy Island, sedangkan di Bintan akan dibuka
destinasi Trikora dan peningkatan promosi destinasi Lagoi. Untuk meningkatkan pariwisata di
Kepri, dilakukan pembenahan dan perbaikan infrastruktur antara lain jalan, jembatan, pelabuhan,
bandara, transportasi, listrik, air bersih, dan Information and Communication Technology (ICT).
Hal tersebut sejalan dengan program nasional regulasi bebas visa 5 negara yaitu Australia,
Rusia, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Dinas Pariwisata Kota Batam juga merencanakan
promosi pariwisata Batam ke lima (5) negara tersebut. Khusus untuk wisman dari Korea Selatan
yang selama ini cukup banyak berkunjung ke Bintan diharapkan semakin meningkat dengan
bantuan promosi dari pemerintah Korea Selatan sehubungan telah ditandatanganinya MoU
antara Pemerintah Provinsi Kepri dengan Pemerintah Provinsi Gyeongsangnam-Do (Korea Selatan).
Namun terdapat faktor penghambat yaitu akses ke Bintan hanya dapat menggunakan kapal ferry,
tetapi kini dengan adanya pembangunan pelabuhan internasional di Busung, diharapkan akses ke
Bintan bisa lebih mudah dan cepat.
Faktor lain yang diperkirakan akan mendorong peningkatan wisman ke Kepri adalah
dukungan anggaran Pemerintah Pusat sebesar Rp25 Milyar dan strategi promosi dengan
menggunakan konsep destinasi
pulau perbatasan strategis. Pemerintah pusat berharap agar Kepri menjadi pintu masuk utama
wisman di Indonesia selain Bali dan Jakarta. Sudah saatnya realisasi kunjungan wisman ke Kepri
dapat bersaing dengan kunjungan wisman ke Bali dan Jakarta, mengingat Kepri merupakan
across border yang berdekatan dengan pangsa pasar utama kunjungan wisman ke Indonesia yaitu
Singapura.
(Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau)
BAB II
PERKEMBANGAN INFLASI KEPULAUAN RIAU
Inflasi Kepulauan Riau (Kepri) 2014 sebesar 7,59% (yoy) lebih rendah dibanding tahun
sebelumnya sebesar 8,24% (yoy) dan inflasi nasional sebesar 8,36%(yoy).
Pengalihan subsidi yang berdampak pada kenaikan harga BBM sehingga mendorong
kenaikan tarif angkutan menjadi penyebab utama meningkatnya realisasi inflasi Kepri 2014.
Meskipun terjadi peningkatan inflasi pasca kenaikan BBM bersubsidi, secara tahunan inflasi
Kepri 2014 tercatat sebesar 7,59% (yoy), masih lebih rendah dibanding inflasi tahun
sebelumnya dan inflasi nasional masing-masing sebesar 8,24% (yoy) dan 8,36% (yoy). Secara
triwulanan, inflasi Kepri sebesar 4,48% (qtq)lebih tinggi dibanding inflasi triwulan
sebelumnya sebesar 2,14% (qtq).
Berdasarkan disagregasi inflasi, pendorong utama inflasi 2014 bersumber dari inflasi
kelompok administered price yang disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditas bensin,
solar, dan tarif angkutan. Inflasi kelompok volatile food menjadi penyumbang terbesar kedua,
khususnya komoditas beras, bayam,dan cabai.
2.1.
Sumatera Barat sebesar 11,57% (yoy), sementara Provinsi Kepri mengalami inflasi terendah.
Meskipun bukan daerah penghasil bahan pangan, kegiatan distribusi pasokan ke Kepri yang
relatif lancar mengakibatkan laju inflasi dapat terjaga lebih rendah dibanding provinsi
disekitarnya.
Tabel 2.1.Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%yoy)
2013
Kelompok
2014
II
III
IV
II
III
IV
Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil
Bahan Makanan
6.0
1.6
6.4
1.6
11.1
2.9
14.1
3.7
14.6
3.7
6.3
1.6
4.6
1.2
6.1
1.6
4.5
0.8
5.0
0.9
6.5
1.2
6.5
1.2
5.3
1.0
5.4
1.0
5.8
1.0
7.3
1.3
2.1
0.5
2.5
0.6
3.6
0.8
4.8
1.1
3.4
0.8
4.5
1.0
4.6
1.0
5.3
1.2
Sandang
1.3
0.1
-0.2
0.0
1.2
0.1
-0.1
0.0
2.7
0.2
5.6
0.4
2.1
0.1
4.7
0.3
Kesehatan
2.6
0.1
2.8
0.1
3.2
0.1
3.6
0.1
2.6
0.1
9.5
0.4
9.2
0.3
13.2
0.5
3.1
0.2
2.8
0.2
2.6
0.1
3.4
0.2
3.7
0.2
3.4
0.2
4.0
0.2
4.7
0.3
1.1
0.2
4.1
0.7
12.6
2.2
12.4
2.1
13.0
2.1
9.4
1.6
2.2
0.4
13.2
3.4
Umum
4.1
7.3
8.2
8.0
6.4
4.4
2.3
7.6
Berdasarkan kelompok barang dan jasa, andil terbesar inflasi tahunan disumbang oleh
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok bahan makanan, masingmasing dengan andil terhadap inflasi sebesar 2,3% dan 1,6%. Sementara itu, berdasarkan
komoditas pada masing-masing kelompok tersebut, tekanan inflasi tertinggi terjadi pada
komoditas bensin, angkutan dalam kota, tarif taksi, bayam dan cabai rawit.
Nasional
Kepulauan Riau
Sumatera
SUMATERA
8.62%
Inflasi, % yoy
SUMATERA BARAT
10.0
11.57%
BENGKULU
10.85%
BANGKA BELITUNG
5.0
9.04%
JAMBI
8.75%
RIAU
8.64%
SUMATERA SELATAN
8.48%
SUMATERA UTARA
8.17%
LAMPUNG
8.09%
0.0
I
II
III
2011
IV
II
III
2012
IV
II
III
IV
2013
II
III
2014
IV
NAD
8.08%
KEPULAUAN RIAU
7.59%
Grafik 2.1.
Grafik 2.2.
Kelompok
2014
II
III
IV
II
III
IV
Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil
1 Bahan Makanan
2.5
0.6
1.5
0.4
6.7
1.7
2.8
0.7
2.9
0.8 -5.8
-1.3
4.9
1.0
4.3
0.9
2.0
0.4
1.2
0.2
2.1
0.4
1.1
0.2
1.9
0.2 1.3
0.2
2.2
0.3
2.6
0.4
1.7
0.4
0.6
0.1
1.2
0.3
1.2
0.3
0.5
0.1 1.6
0.4
1.3
0.3
1.9
0.5
4 Sandang
-1.1
-0.1
-2.2
-0.2
3.8
0.3
-0.4
0.0
0.7
0.1 0.5
0.0
0.3
0.0
2.1
0.1
5 Kesehatan
1.3
0.0
1.0
0.0
0.7
0.0
0.5
0.0
0.3
0.0 7.8
0.3
0.3
0.0
4.2
0.2
0.1
0.0
0.3
0.0
2.2
0.1
0.8
0.0
0.2
0.0 0.0
0.0
2.8
0.2
1.5
0.1
-0.1
0.0
3.2
0.5
8.3
1.4
0.6
0.1
0.2
0.1 0.0
0.0
1.0
0.2
11.5
1.3
Umum
1.2
4.2
1.3
1.2
-0.4
Kepulauan Riau
Sumatera
Inflasi, % QTQ
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
(1.0)
I
II
III
2011
IV
II
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
2014
Grafik 2.3.
IV
2.1
4.5
2.3
2.2.
Tanjungpinang dengan bobot masing-masing sebesar 86% dan 14%. Pada triwulan IV 2014,
inflasi Batam sebesar 7,61% (yoy) dan Tanjungpinang sebesar 7,49% (yoy) sehingga inflasi
Kepri tercatat sebesar 7,59% (yoy).
Tabel 2.3.Perkembangan laju inflasi Kepulauan Riau, Kota Batam dan Tanjungpinang
2014
1
Inflasi,% yoy
7.86
7.52
8.02
Inflasi,% mtm
0.81
0.27
0.11
Inflasi,% yoy
7.58
7.18
7.57
Inflasi,% mtm
0.73
0.16
0.10
10
11
12
7.23
6.88
6.38
5.17
4.72
4.41
4.58
5.45
7.59
-0.58
-0.03
0.24
1.21
0.50
0.42
0.35
1.38
2.70
6.81
6.57
6.10
5.05
4.62
4.57
4.59
5.49
7.61
-0.53
0.07
0.27
1.15
0.50
0.48
0.29
1.49
2.69
Prov. Kepri
Kota Batam
Kota Tanjungpinang
Inflasi,% yoy
9.40
9.46
10.58
9.63
8.65
8.01
5.83
5.24
3.54
4.53
5.23
7.49
Inflasi,% mtm
1.26
0.87
0.15
-0.87
-0.62
0.12
1.59
0.53
0.06
0.66
0.77
2.79
Kepulauan Riau
Batam
Tanjungpinang
Inflasi, % YOY
12.5
10.0
7.5
5.0
2.5
0.0
I
II
III
IV
2011
II
III
2012
IV
II
III
IV
2013
II
III
IV
2014
Grafik 2.4.
Sejalan dengan inflasi Kepri, pemicu inflasi Batam dan Tanjungpinang juga bersumber
dari kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan dengan andil inflasi pada masingmasing kota sebesar 2,64% (yoy) dan 1,83% (yoy). Andil inflasi terbesar kedua disumbang
oleh kelompok bahan makanan, khususnya sayur-sayuran (bayam, kacang panjang) di Batam
serta beras, cabai merah dan cabai rawit di Tanjungpinang.
Berbeda dengan pola normalnya, inflasi lebih tinggi terjadi di Batam dibanding
Tanjungpinang karena tekanan inflasi yang meningkat signifikan di Batam, antara lain tarif
rumah sakit dan tarif angkutan udara. Pada April 2014, tarif Rumah Sakit Otorita Batam
secara resmi dinaikkan, turut memicu kenaikan tarif sejumlah rumah sakit lainnya di Batam.
Total inflasi tarif rumah sakit di Batam mencapai 94,95% (yoy) dengan andil inflasi 0,50%
(yoy) sedangkan andil inflasi tarif rumah sakit di Tanjungpinang lebih rendah yaitu 0,16%
(yoy). Sementara itu, tarif angkutan udara di Batam mencatatkan andil inflasi 0,26% (yoy),
jauh lebih tinggi dibanding Tanjungpinang yang hanya memberikan andil deflasi 0,17% (yoy).
Perubahan tarif angkutan udara yang berbeda di kedua kota tersebut sangat dipengaruhi
oleh kondisi bandara di Batam yang jauh lebih padat dibanding Tanjungpinang.
Meskipun demikian, dari sisi kelancaran distribusi pasokan barang dan bahan
makanan ke Batam masih lebih baik dibanding ke Tanjungpinang. Hal ini antara lain
tercermin dari andil inflasi kelompok bahan makanan yang tercatat lebih rendah di Kota
Batam sebesar 1,28% (yoy), sementara di Tanjungpinang sebesar 1,45% (yoy). Kelancaran
distribusi pasokan ke Batam didukung oleh infrastruktur dan kapasitas pelabuhan maupun
bandara yang lebih baik serta jumlah pedagang retail yang lebih banyak dibanding
Tanjungpinang.
2.3.
DISAGREGASI INFLASI
Selain pengelompokan inflasi berdasarkan 7 (tujuh) kelompok pengeluaran (the
ADMINISTERED PRICE
VOLATILE FOODS
(%, yoy)
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
I
II
III
IV
2011
II
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
IV
2014
Grafik 2.5.
andil inflasi administered price sebesar 3,26% (yoy). Beberapa komoditas yang mengalami
inflasi tinggi antara lain bensin, solar, tarif angkutan, tarif listrik, serta LPG 12 kg dan 3 kg.
Pada November 2014 pemerintah menaikkan harga bensin dan solar masing-masing
sebesar 30,77% dan 26,67%. Kenaikan harga bahan bakar tersebut memicu terjadinya
penyesuaian tarif angkutan yang secara rata-rata meningkat pada kisaran 25%-30% di Kepri.
Khusus untuk tarif angkutan udara, terjadi kenaikan harga yang cukup tinggi di akhir tahun
akibat pola tahunan seiring dengan peningkatan jumlah penumpang menjelang liburan Natal
dan Tahun Baru.
Selain itu, pada November 2014 Pemerintah Kota Batam menaikkan harga eceran
tertinggi (HET) LPG 3kg sebesar Rp1.000/kg. Penyesuaian tarif listrik PT PLN Persero juga
masih berlanjut di Oktober, November dan Desember 2014. Meskipun demikian, andil inflasi
tarif listrik relatif kecil di Kepri karena tidak ada penyesuaian tarif dari PLN Batam yang sudah
dilakukan di Juli 2014.
Bensin
Tarif listrik
(%,mtm)
16.00
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
-2.00
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des
Grafik 2.6.
indeks harga properti yang juga cukup tinggi di Kepri (khususnya Batam), serta tingkat
permintaan rumah dan penyewaan rumah yang terus meningkat. Adapun inflasi tinggi pada
upah pembantu rumah, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti angka upah minimum kota
(UMK) yang meningkat dari tahun ke tahun serta kondisi sosial ekonomi masyarakat
khususnya di Batam sebagai daerah industri dan perdagangan, menyebabkan kebutuhan
pembantu rumah tangga juga meningkat.
TARIP RUMAH SAKIT
SEWA RUMAH
UPAH PEMBANTU RT
(%, mtm)
40.00
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
-5.00
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des
BERAS
BAYAM
CABAI RAWIT
(%, mtm)
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des
-20.00
-40.00
-60.00
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.8.
2.4.
EKSPEKTASI INFLASI
Peningkatan inflasi pada triwulan IV 2014 tidak terlalu dipengaruhi oleh ekspektasi
konsumen. Hal ini tercermin dari hasil survei konsumen oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Kepulauan Riau, yang menunjukkan penurunan indeks perubahan harga
khususnya untuk Oktober dan Desember. Hasil survei mengindikasikan bahwa konsumen
justru memperkirakan penurunan harga pada periode Oktober dan Desember.
Terbentuknya ekspektasi konsumen tersebut dipengaruhi oleh tren inflasi tahunan
yang cenderung menurun periode Januari hingga Oktober 2014. Berdasarkan kelompok
pengeluaran, konsumen memperkirakan penurunan harga terutama pada kelompok bahan
makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok
perumahan, listrik, gas dan air bersih.
150
100
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug
Sep
Okt
Nov
2014
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Kepulauan Riau
Grafik 2.9.
Dec
Boks
BOKS - 3
ANTISIPASI SURPLUS DEFISIT PANGAN MELALUI PROGRAM KEMANDIRIAN PANGAN DAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH
Komoditas utama penyumbang inflasi volatile food di Kepri sepanjang 2014 diantaranya
adalah cabe merah, kacang panjang, bayam, kangkung, daging ayam ras dan beras. Komoditas
tersebut bergantung dari suplai daerah lain yaitu, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Jawa Timur.
Tingginya ketergantungan suplai dari daerah lain karena Batam dan daerah sekitarnya tidak mampu
memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri. Beberapa faktor penyebabnya yaitu, lahan yang
kurang mendukung serta kultur masyarakat yang hanya sebagian kecil bekerja di sektor pertanian
sedangkan mayoritas lainnya bekerja di sektor perdagangan, industri pengolahan dan sektor
perikanan.
Tabel 1. Ketersediaan Pangan Strategis Tahun 2012 (dalam ton)
Total
Prod/Keters
Komoditas
Produksi
Ketersediaan
Ketersediaan
(%)
Bahan Makanan
Beras
782
175.915
(175.133)
0,445
Cabe
3.306
12.747
(9.441)
25,935
Bawang Merah
6.405
(6.405)
Daging sapi
439
7.297
(6.859)
6,011
Daging Ayam
4.261
16.773
(12.511)
25,405
Telur
3.425
27.459
(24.034)
12,473
No.
1
2
3
4
5
6
Data ketersediaan pangan 2012 menunjukkan bahwa komoditas beras, cabe, bawang
merah, daging sapi, daging ayam dan telur ayam di Kepri masih mengalami defisit sehingga harus
dipenuhi dari luar daerah Kepri. Kekurangan produksi terbesar terjadi pada komoditas beras yang
mencapai 175.133 ton sedangkan terendah bawang merah dengan defisit sebesar 6.405 ton.
Tabel 2. Arus Komoditas Bahan Pangan ke Batam
No
Komoditi
2013
Daging Sapi
1.822
6.451
3
4
5
6
7
Telur Ayam
Bawang merah
Bawang Putih
Beras
Cabe
9.367
65
2.408
3
2.729
8
9
10
Kacang panjang
Sawi
Tomat
0
437
206
2014
Asal Barang
Selanjutnya dari data arus komoditas pangan ke Batam,pasokan komoditas pangan tidak
hanya berasal dari dalam negeri namun untuk komoditas tertentu seperti cabe, bawang putih,
bawang merah, sawi dan daging sapi juga dipenuhi dari luar negeri yaitu Australia, Selandia Baru,
Tiongkok, India, Singapura dan Thailand. Jumlah bahan panganyang dipasok terbesar adalah
komoditas telur ayam, daging ayam ras dan cabe sedangkan terendah pada komoditas beras,
kacang panjang dan sawi. Meningkatnya pasokan pangan dari luar daerah setiap tahunnya
mengindikasikan peningkatan konsumsi dan semakin melebarnya jarak defisit pangan antara
produksi dan konsumsi. Kondisi defisit pangan tersebut perlu diantisipasi secara menyeluruh tidak
hanya dari sisi produksi serta alternatif pemenuhan pasokan dari daerah lain namun juga perlu
memperhatikan tingkat konsumsi masyarakat yang bertambah seiring dengan laju pertambahan
penduduk serta kunjungan wisatawan ke Kepri.
Upaya penanganan defisit pangan di Kepri diantaranya dapat dilakukan melalui beberapa
pendekatan yang Pertama yaitu updating data dengan melakukan pendataan kembali data produksi
dan kebutuhan pangan di Kepri dengan melibatkan instansi terkait seperti Badan Ketahanan
Pangan, Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik dan Bappeda. Kedua, mendorong peningkatan
produksi pangan melalui program kemandirian pangan dengan meningkatkan kapasitas lahan yang
sudah berproduksi maupun penambahan lokasi baru yang strategis untuk produksi pangan serta
optimalisasi lahan tidur. Selain itu, juga mendorong produksi pangan di unit rumah tangga seperti
program Kawasan Rumah Pangan Lestari (RPL) untuk mendorong setiap rumah tangga melakukan
penanaman sayuran di pekarangan guna memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau pada 2014 telah melaksanakan beberapa
program untuk mendukung kemandirian pangan bekerja sama dengan Dinas Kelautan, Perikanan,
Pertanian dan Kehutanan (KP2K) Kota Batam yaitu Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
berupa gerakan penanaman sayuran seperti cabe di pekarangan dengan pilot projectdi Komplek
Perumahan Bengkong Pertiwi, Kecamatan Bengkong, Batamdengan memberikan bantuan kepada
warga berupa bibit, polybag, tanah hitam, pupuk, pestisida, pot, dan pembuatan kebun bibit. Selain
itu, untuk mendukung peningkatan produksi pangan juga dilakukan workshop dan inisiasi pilot
project pertanian terpadu (komoditas cabai, lele, sapi) di Kawasan Pertanian Terpadu Sei Temiang,
Balai Agribisnis BP Batam, serta di Lahan SMK Negeri 3 Bintan Jurusan Hortikultura.
Ketiga, melakukan pemenuhan pasokan pangan dari daerah luar Kepri melalui kerjasama
antar daerah atas inisiasi masing-masing
bentuk kerjasama turunan antar BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) untuk pemenuhan pasokan
pangan tersebut. Pola kerjasama antar daerah tersebut sudah dilaksanakan di daerah lain seperti
antara Pemerintah Provinsi Lampung dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Kerjasama kedua belah
pihak dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) sebagai bentuk komitmen dengan masingmasing pemerintah daerah yang akan menunjuk SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) sebagai
leading sector untuk bekerja sama dengan satu profesional manajemen yang dituangkan dalam
perjanjian kerjasama. Kewajiban profesional manajemen kepada Pemda memberikan jasa moderasi
yang menghubungkan produsen dan konsumen baik di dalam mapupun di luar daerah yang
bekerjasama untuk memotong panjangnya tata niaga dan meningkatkan akses terhadap informasi.
Kewajiban Pemda terhadap terhadap Profesional Manajemen ialah membiayai kegiatan operasional
dalam rangka melaksanakan kewajibannya melalui pos belanja jasa lainnya.
Melalui pendekatan program kemandirian pangan seperti Kawasan RPL serta peningkatan
lahan yang telah produksi maupun optimalisasi lahan kosong/tidur serta peningkatan pemenuhan
pasokan pangan melalui program kerjasama pangan antar daerah diharapkan dapat mengurangi
defisit pangan di Kepri.
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau)
BAB III
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEMPEMBAYARAN
3.1.
PERKEMBANGAN PERBANKAN
Total Aset
Total Dana
Total Kredit
NPL
LDR
Tw. I
35.661
30.406
23.233
2,0%
76,4%
2013
Tw. II
Tw. III
37.857 41.632
32.289 35.589
24.662 26.504
1,6%
1,6%
76,4% 74,5%
Tw. I
42.558
36.701
27.694
1,7%
75,5%
2014
Pertumbuhan (yoy)
Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I 2014 Tw. II 2014 Tw. III 2014 Tw. IV 2014
45.528 46.416 46.158
19,3%
20,3%
11,5%
4,7%
39.798 40.018 39.454
20,1%
23,3%
12,4%
2,8%
28.844 29.698 29.159
19,2%
16,9%
12,1%
5,7%
1,7%
1,7%
1,6%
72,7% 74,2% 75,6%
-
3.1.1.1 Aset
Sampai dengan triwulan IV 2014, aset bank umum masih tumbuh melambat. Total
aset sebesar Rp46.158 miliar, tumbuh 4,8% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan
sebelumnya sebesar 11,5% (yoy). Berdasarkan kelompok bank, perlambatan terjadi pada
bank swasta dan bank asing campuran yang mengalami kontraksi masing-masing sebesar
4,6% (yoy) dan 10,6% (yoy) menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
13,7% (yoy) dan 6,0% (yoy). Sementara kelompok bank pemerintah masih tumbuh sebesar
20,8% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 9,74% (yoy).
Aset (LHS)
(Rp miliar)
50,000
30.00
Bank Pemerintah
(%, yoy)
Bank Swasta
60.00
45,000
40,000
35,000
25.00
40.00
20.00
20.00
30,000
25,000
15.00
20,000
15,000
10,000
10.00
(20.00)
5.00
(40.00)
0.00
(60.00)
II
III
2011
IV
II
III
2012
IV
II
III
IV
II
2013
III
IV
2014
5,000
I
II
III
IV
2011
II
III
2012
IV
II
III
IV
II
2013
III
2014
Grafik 3.1.
IV
(80.00)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.2.
Dari sebaran aset perbankan di Kepri, bank umum di Batam masih mendominasi
jumlah aset dengan pangsa/share sebesar 79,0%, diikuti oleh Tanjungpinang dengan sebesar
17,7%, dan 3,3% (yoy) tersebar di wilayah Dati II lainnya. Aset bank umum di Batam dan
Dati II lainnya masing-masing tercatat tumbuh melambat sebesar 6,8% (yoy) dan 0,6% (yoy)
dibanding triwulan sebelumnya sebesar 12,9% (yoy) dan 29,7% (yoy). Sementara kontraksi
terjadi pada aset di Tanjungpinang sebesar 2,7% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan
sebelumnya yang tumbuh 3,6% (yoy).
DPK (LHS)
Giro (LHS)
growth - Giro (RHS)
growth-DPK (RHS)
(Rp miliar)
(%, yoy)
45,000
35.00
Tabungan (LHS)
growth - Tabungan (RHS)
Deposito (LHS)
growth - Deposito (RHS)
(%, yoy)
(Rp miliar)
20,000
40,000
50.00
30.00
18,000
35,000
40.00
16,000
25.00
30,000
30.00
14,000
25,000
20.00
20,000
15.00
12,000
20.00
10,000
10.00
8,000
15,000
10.00
6,000
0.00
10,000
4,000
5.00
5,000
(10.00)
2,000
0.00
I
II
III
IV
2011
II
III
IV
II
2012
III
IV
II
2013
III
0
I
II
2014
III
IV
II
2011
III
IV
2012
II
III
2013
IV
II
III
IV
2014
Grafik 3.3.
(20.00)
IV
Grafik 3.4.
Berdasarkan komposisi DPK, tabungan masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai
43,6% dari total DPK atau mencapai Rp17.201 miliar. Diikuti oleh giro dan deposito masingmasing sebesar 31,1% atau sebesar Rp12.258 miliar dan 25,3% atau sebesar Rp9.995
milyar. Melambatnya DPK bank umum juga tercermin dari komposisinya yang juga
mengalami perlambatan. Jenis simpanan tabungan dan deposito masing-masing tumbuh
sebesar 5,9% (yoy) dan 23,1% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 10,1% (yoy) dan 23,1% (yoy). Sementara itu, giro mengalami kontraksi sebesar
12,6% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 0,1% (yoy).
Bank Pemerintah
Bank Swasta
(%, yoy)
60.00
40.00
20.00
I
(20.00)
II
III
2011
IV
II
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
IV
2014
(40.00)
(60.00)
Grafik 3.5.
Perkembangan DPK berdasarkan kelompok bank, masih didominasi oleh bank swasta
nasional dengan porsi DPK mencapai 55,5%, kemudian bank pemerintah sebesar 42,7%,
diikuti bank asing dan campuran sebesar 1,8%. Perlambatan pertumbuhan terjadi di semua
kelompok bank, baik pemerintah, swasta, dan bank asing dan campuran. Pertumbuhan pada
kelompok bank pemerintah dan swasta masing-masing sebesar 2,6% (yoy) dan 3,3% (yoy)
dibanding periode sebelumnya sebesar 10,0% (yoy) dan 15,1% (yoy). Sementara itu, terjadi
kontraksi yang semakin dalam pada kelompok bank asing dan campuran dari 6,8% (yoy)
menjadi sebesar 9,7%(yoy) pada triwulan laporan.
Perlambatan DPK juga tercermin dari pertumbuhan jumlah rekening yang cenderung
melambat pada triwulan IV. Ditinjau dari jumlah rekening, terdapat 1,9 juta akun yang ada di
bank umum di Kepri pada triwulan IV, pertumbuhannya melambat sebesar 7,2% (yoy)
dibandingkan triwulan III 2014 yang juga tumbuh melambat sebesar 3,1% (yoy).
Mencermati pertumbuhan DPK berdasarkan nominal, kelompok DPK dengan nominal
>100 -500 juta memiliki porsi 22,7% dari total nominal. Selanjutnya diikuti oleh nominal >10
-100 juta dan >2- 5 miliar dengan porsi 18,1% dan 14,2%. Sementara dari sisi jumlah
rekening, DPK bank umum masih didominasi oleh kelompok rekening dengan nominal <10
juta dengan porsi 85%, kemudian diikuti rekening >10
Porsi/Share Nominal
>20M.JUMLAH REKENING
>15M - 20M.JUMLAH
REKENING
>10M - 15M.JUMLAH
REKENING
Porsi/Share Rekening
12.0%
1.2%
2.3%
>5M - 10M.JUMLAH
REKENING
7.0%
14.2%
>1 M - 2 M.JUMLAH
REKENING
9.3%
>500JT - 1 M.JUMLAH
REKENING
8.3%
>100JT - 500JT.JUMLAH
REKENING
22.7%
>20M.JUMLAH REKENING
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
0.1%
0.1%
0.2%
18.1%
2.0%
12.6%
Grafik 3.6.
85.0%
4.9%
Grafik 3.7.
Dati II
Lainnya,
3.0%
Tanjungpin
ang, 17.1%
Batam,
79.9%
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.8.
3.1.1.3 Kredit
Sejalan dengan perlambatan aset dan DPK, pertumbuhan kredit bank umum juga
melambat pada triwulan laporan.Total kredit perbankan umum mencapai Rp29.832 miliar
atau tumbuh 5,7% (yoy) pada triwulan laporan lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya
sebesar 12,1% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, porsi terbesar kredit digunakan untuk
kredit konsumsi (36,7%), modal kerja (33,2%) dan investasi (30,1%).
Total Kredit (LHS)
(Rp miliar)
35,000
40.00
30,000
35.00
MK (LHS)
Konsumsi (LHS)
Investasi (LHS)
growth - MK (RHS)
Rp miliar
12,000
70.00
60.00
30.00
25,000
10,000
50.00
25.00
20,000
8,000
40.00
20.00
30.00
15,000
15.00
10,000
10.00
5,000
5.00
0.00
6,000
20.00
4,000
10.00
0.00
2,000
II
III
IV
2011
II
III
IV
2012
II
III
2013
IV
II
III
(10.00)
IV
2014
Grafik 3.9.
(20.00)
I
II
III
2011
Pertumbuhan
kredit
konsumsi,
IV
II
III
IV
2012
II
III
IV
2013
II
III
IV
2014
modal
kerja
maupun
investasi
mengalami
perlambatan. Kredit konsumsi dan investasi masing-masing tumbuh 13,7% (yoy) dan 14,3%
(yoy) melambat dibanding triwulan lalu sebesar 14,4% (yoy) dan 21,0% (yoy). Sementara
kredit modal kerja menurun sebesar 7,9% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang
tumbuh 3,2% (yoy). Melambatnya pertumbuhan kredit merupakan dampak kebijakan
likuiditas ketat yang dilakukan oleh Bank indonesia (kenaikan BI rate) yang berdampak
melambatnya penyaluran kredit. Menurunnya DPK bank umum mendorong semakin ketatnya
likuiditas yang menyebabkan bank menurunkan laju penyaluran kreditnya.
Bank Swasta
%, yoy
KPR
(%, yoy)
KKB
Multiguna
80.00
80.00
70.00
60.00
60.00
40.00
50.00
40.00
20.00
30.00
-
I
(20.00)
II
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
IV
2014
20.00
10.00
-
(40.00)
(10.00)
(20.00)
(60.00)
Sumber: Bank Indonesia
II
III
IV
2011
II
III
2012
IV
II
III
IV
II
2013
IV
Berdasarkan kelompok bank, porsi terbesar kredit disalurkan oleh bank pemerintah
(55,7%), kemudian bank swasta nasional (43,4%), dan porsi terkecil oleh bank asing dan
campuran (1,0%). Kredit dari bank pemerintahtumbuh melambatdari 18,4% (yoy) menjadi
11,4% (yoy). Sementara itu, bank swasta nasional serta bank asing dan campuran masing
masing mengalami penurunan sebesar 0,1% (yoy) dan 22,8% (yoy) lebih rendah dibanding
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,7% (yoy)dan 24,6% (yoy).
Ditinjau dari perkembangan kredit secara sektoral, penyerapan kredit pada sektor
ekonomi bukan lapangan usaha (konsumsi) sebesar 36,7% dari total kredit. Selanjutnya
diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran (15,9%), sektor industri pengolahan
(15,3%), serta sektor transportasi, gudang, dan komunikasi (14,1%). Perlambatan
pertumbuhan kredit dapat dijelaskan dari sisi sektoral, tercermin dari melambatnya
pertumbuhan kredit sektor ekonomi utama Kepri, antara lain sektor ekonomi bukan lapangan
usaha, sektor perdagangan besar dan eceran, serta sektor transportasi, gudang dan
III
2014
komunikasi yang menurun, berturut-turut sebesar 13,7% (yoy), 11,8% (yoy), dan 39,1%
(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 14,5% (yoy), 17,7% (yoy), dan 61,0%
(yoy).Selain itu, sektor industri pengolahan bahkan menurun 12,9% (yoy) lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,2% (yoy).
Bukan Lapangan Usaha
Perdagangan Besar Dan Eceran
15.9%
Industri Pengolahan
15.3%
14.1%
4.9%
2.9%
2.4%
Industri Pengolahan
Trans, Gudang Dan Komunikasi
Konstruksi
(%, yoy)
100.00
80.00
3.2%
36.7%
60.00
40.00
1.6%
1.3%
Perantara Keuangan
0.4%
Jasa Pendidikan
0.3%
0.3%
Perikanan
0.2%
0.2%
0.1%
20.00
I
II
(20.00)
III
IV
2012
II
III
IV
2013
II
III
(40.00)
(60.00)
Sumber: Bank Indonesia
Pada 2014, pertumbuhan kredit di Batam juga melambat menjadi sebesar 4,8% (yoy)
dari triwulan sebelumnya sebesar 11,2% (yoy). Melambatnya pertumbuhan penyaluran kredit
di Batam menyebabkan penurunan pertumbuhan kredit yang cukup signifikan di Kepri
dikarenakan porsi kredit Batam yang mencapai 79,9% dari total kredit yang disalurkan di
Kepri. Sementara itu, kredit di Tanjungpinang juga tumbuh sebesar 10,8% (yoy) melambat
dari triwulan sebelumnyasebesar 12,6% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit Dati II lainnya
mengalami perlambatan pertumbuhan yang paling dalam sebesar 0,8% (yoy) dari triwulan
sebelumnya sebesar 33,3% (yoy).
Ditinjau dari sebaran kelompok nilai plafon, penyaluran kredit produktif (modal kerja
dan investasi) didominasi oleh kelompok bernilai besar. Porsi terbesar kredit produktif pada
kelompok nilai >Rp20 miliar sebesar 37,5% dari total kredit dengan jumlah rekening sebesar
0,3% dari total rekening, diikuti oleh kelompok nilai >Rp2 miliar
13,3% dari total kredit dan jumlah rekening sebesar 2,2% dari total jumlah rekening.
IV
2014
Porsi/Share Nominal
Porsi/Share Rekening
>20M
37.5%
>15M - 20M
6.0%
>10M - 15M
7.7%
>5M - 10M
11.7%
>2 M - 5M
>20M
0.3%
>15M - 20M
0.2%
>10M - 15M
0.3%
>100JT - 500JT
4.0%
>500JT - 1 M
5.5%
11.6%
>100JT - 500JT
5.6%
>50 JT - 100 JT
2.8%
>1 M - 2 M
8.1%
>500JT - 1 M
2.2%
>2 M - 5M
13.3%
>1 M - 2 M
0.9%
>5M - 10M
9.2%
>50 JT - 100 JT
1.4%
44.0%
>10 JT - 50 JT
>10 JT - 50 JT
2.0%
24.6%
<10 JT
<10 JT
1.1%
Tren perlambatan penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) masih
berlanjut di triwulan IV 2014 yang mengalami penurunan sebesar 4,5% (yoy) semakin dalam
dibanding triwulan sebelumnya yang juga menurun sebesar 1,30% (yoy). Pangsa/share kredit
UMKM terhadap total kredit cenderung stabil sebesar 24,3% dan masih memenuhi target
share kredit UMKM yang telah ditetapkan Bank Indonesia sebesar 20%. Sejalan dengan
perlambatan kredit UMKM, kredit usaha rakyat (KUR) menurun. KUR menurun sebesar 9,1%
(yoy) jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,6%
(yoy).
UMKM - LHS
(Rp miliar)
25,000
50
(Rp miliar)
(%, yoy)
450,000
250.00
400,000
200.00
40
20,000
350,000
30
15,000
20
300,000
150.00
250,000
100.00
200,000
10,000
10
5,000
150,000
50.00
100,000
0.00
50,000
-10
I
II
III
2010
IV
II
III
2011
IV
II
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
IV
2014
-50.00
I
II
III
2011
IV
II
III
IV
2012
II
III
2013
IV
II
III
IV
2014
menunjukkan intermediasi perbankan kelompok bank umum belum optimal dan masih
memiliki ruang untuk ekspansi.
LDR (LHS)
NPL (RHS)
82%
3%
80%
3%
78%
2%
76%
74%
2%
72%
1%
70%
1%
68%
66%
0%
I
II
III IV
II
2011
III IV
2012
II
III IV
2013
II
III IV
2014
2013
Total Aset
Total Dana
Total Kredit
NPL
LDR
2014
Pertumbuhan (yoy)
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
Tw.II
Tw. III
Tw. IV
3.480
2.785
2.655
3,5%
95,3%
3.557
2.809
2.786
3,2%
99,2%
3.908
3.071
2.854
3,1%
92,9%
3.969
3.052
2.966
2,5%
97,2%
3.971
3.171
3.066
3,1%
96,7%
4.190
3.316
3.242
3,4%
97,8%
4.355
3.496
3.424
3,2%
97,9%
4.590
3.674
3.556
2,6%
96,8%
17,8%
18,0%
16,4%
-
11,4%
13,8%
20,0%
-
15,6%
20,4%
19,9%
-
3.1.2.1 Aset
Aset BPR pada triwulan IV 2014 mencapai Rp4,6 triliun atau tumbuh 15,6% (yoy)
dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,4% (yoy). Penguatan aset tersebut
dipengaruhi oleh menguatnya pertumbuhan DPK yang dihimpun dan kemudian disalurkan
dalam bentuk kredit oleh BPR di Kepri.
Aset (LHS)
growth-Aset (RHS)
(Rp miliar)
(%, yoy)
5,000
40.00
4,500
35.00
4,000
30.00
3,500
25.00
3,000
2,500
20.00
2,000
15.00
1,500
10.00
1,000
5.00
500
-
0.00
I
II
III
IV
II
2011
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
IV
2014
DPK (LHS)
(Rp miliar)
growth-DPK (RHS)
4,000
(%, yoy)
70.00
3,500
60.00
(Rp miliar)
Deposito (LHS)
Tabungan (LHS)
(%, yoy)
3,500
70.00
60.00
3,000
50.00
3,000
50.00
2,500
40.00
2,500
40.00
2,000
30.00
1,500
20.00
1,000
10.00
500
0.00
30.00
2,000
20.00
1,500
1,000
10.00
0.00
(10.00)
500
I
II
III
IV
2011
II
III
IV
2012
II
III
IV
II
2013
III
(20.00)
(30.00)
I
IV
II
III
IV
2011
2014
II
III
IV
2012
II
III
IV
II
2013
III
IV
2014
3.1.2.3 Kredit
Kredit BPR tumbuh stabil pada triwulan IV 2014. Total kredit yang disalurkan
sebesar Rp3.556 miliar atau relatif stabil sebesar 19,9% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar Rp3.424 miliar atau tumbuh sebesar 20,0% (yoy).
Total Kredit (LHS)
MK (LHS)
Investasi (LHS)
growth - Konsumsi (RHS)
(Rp miliar)
(%, yoy)
4,000
60.00
3,500
Rp miliar
Konsumsi (LHS)
growth - MK (RHS)
growth - Investasi (RHS)
2,500
90.00
80.00
50.00
2,000
3,000
70.00
40.00
2,500
60.00
1,500
2,000
50.00
30.00
1,500
20.00
40.00
1,000
30.00
1,000
10.00
500
%, yoy
20.00
500
10.00
0.00
I
II
III
2011
IV
II
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
2014
IV
0.00
I
II
III
2011
IV
II
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
IV
2014
Pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh pertumbuhan di sektor perdagangan besar dan
eceran dan sektorbukan lapangan usaha
23,5% (yoy) dibandingkan triwuan sebelumnya sebesar 225% (yoy) dan 3,1% (yoy).
Berdasarkan kabupaten/kota, porsi terbesar kredit BPR disalurkan di Batam dengan
porsi 74,0% dari total kredit dan tumbuh melambat
sebelumnya menjadi 19,4% (yoy) pada triwulan laporan. Porsi kredit di Tanjungpinang
sebesar 12,1% dari total kredit dan mengalami peningkatan dari 13,4% (yoy) pada triwulan
III 2014 menjadi 18,4% pada triwulan IV. Di daerah Dati II lainnya, porsi kredit sebesar
13,9%, tumbuh menguat dari 9,7% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 24, 3% (yoy)
pada triwulan laporan.
Sementara itu, penyaluran kredit UMKM oleh BPR juga tercatat melambat. Total
penyaluran kredit UMKM sebesar Rp1.141 miliar atau mencapai 32,1% dari total kredit,
turun dari 21% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 16,7% (yoy) pada triwulan IV 2014.
UMKM - LHS
51.5%
19.6%
(Rp Juta)
9.4%
5.3%
3.5%
3.3%
1.6%
1.2%
1.1%
1.0%
0.6%
0.5%
0.3%
0.3%
0.3%
0.2%
0.2%
0.1%
0.1%
3,000
(%, yoy)
40
35
2,500
30
2,000
25
1,500
20
15
1,000
10
500
0
I
II
III
IV
2011
II
III
IV
2012
II
III
2013
IV
II
III
IV
2014
LDR (LHS)
NPL (RHS)
120%
4%
4%
3%
3%
2%
2%
1%
1%
0%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
2012
2013
2014
2013
Tw. I
Total Aset
Total Pembiayaan
Total Dana
NPF
FDR
Tw. II
Tw. III
2014
Tw. IV
Tw. I
Tw.II
Tw. III
Pertumbuhan (yoy)
Tw. IV
2.410
2.586
2.798
2.718
2.811
2.695
2.825
2.722
2.001
2.133
2.252
2.321
2.308
1.746
2.442
2.53
1.753
1.884
2.031
1.986
1.772
2.409
1.854
1.594
3,1%
2,4%
2,9%
2,1%
3,1%
4,0%
3,6%
2,8%
114,2% 113,2% 110,9% 132,1% 130,2% 138,1% 131,7% 158,8%
Tw. I 2014
7,95%
15,36%
1,12%
-
Tw. II 2014
4,19%
12,96%
-7,35%
-
0,2%
9,0%
-19,7%
-
3.1.3.1 Aset
Aset perbankan syariah Kepri tercatat sebesar Rp 2.722 miliar atau tumbuh
melambat 0,15% (yoy), dibanding triwulan sebelumnya sebesar 0,95% (yoy). Sebesar 94,7%
atau senilai Rp2,551 miliar dari total aset tersebut dimiliki oleh bank umum syariah, menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 95,1% atau senilai Rp2,7 triliun.
Sementara itu, porsi aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan Kepulauan Riau
masih relatif kecil yaitu sebesar 5,4% (yoy).
3.1.3.3 Pembiayaan
Penyaluran pembiayaan syariah mampu mencatatkan peningkatan ditengah
ketatnya likuiditas, pembiayaan tercatat sebesar Rp2.530 miliar atau tumbuh tipis 9,0% (yoy)
dibandingkan triwulan III yang tumbuh sebesar 8,4% (yoy) atau Rp2.442 miliar. Porsi terbesar
penyaluran pembiayaan masih didominasi oleh konsumsi (73,6%) kemudian diikuti modal
kerja (14,7%) dan investasi (11,7%). Pertumbuhan masih didorong oleh penyaluran modal
kerja dan investasi meskipun masih menurun masing-masing sebesar 39,1% (yoy) dan 31,2%
(yoy) membaik dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar 40,2%
(yoy) dan 35,7% (yoy). Sementara pembiayaan konsumsi masih mencatatkan pertumbuhan
tertinggi meskipun tumbuh melambat sebesar 45,5% (yoy) dibanding periode sebelumnya
sebesar 48,8% (yoy).
Berdasarkan penggunaan, porsi terbesar pembiayaan syariah berupa pembiayaan
konsumsi mencapai 73,65% dari total pembiayaan, diikuti oleh pembiayaan modal kerja
(15,10%) dan porsi terkecil berupa pembiayaan investasi (11,24%). Pembiayaan investasi dan
modal kerja mengalami sedikit pertumbuhan yang melambat, masing-masing dengan angka
pertumbuhan sebesar negatif 35,66% (yoy) dan negatif 40,19% (yoy), lebih tinggi dibanding
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya masing-masing sebesar negatif 56,27% (yoy) dan
negatif 44,95% (yoy). Kredit konsumsi yang pada triwulan III 2014 mengalami pertumbuhan
sebesar 71,62% juga menunjukkan penurunan pertumbuhan pada triwulan IV 2014 menjadi
sebesar 48,76%.
Searah dengan peningkatan pembiayaan syariah, penyaluran kredit UMKM juga
tumbuh menguat dari negatif 15,0% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi negatif 7,7%
(yoy) pada triwulan laporan. Porsi pembiayaan UMKM syariah terhadap total pembiayaan naik
dari 15,2% pada triwulan sebelumnya menjadi 16,9% pada triwulan laporan.
3.1.3.4 Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF)
Kinerja pembiayaan perbankan syariah meningkat yang tercermin dari FDR dan
NPF, FDR tercatat sebesar 158,7% meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang hanya
131,72%. Sementara jumlah kredit bermasalah menurun, terlihat dari NPF yang menurun
dari 3,62% menjadi 2,77% pada triwulan laporan. Indikator tersebut menunjukkan peran
intermediasi perbankan syariah di Provinsi Kepulauan Riau telah optimal, agar mampu
mengembangkan ruang ekspansinya perbankan syariah harus mampu meningkatkan sumber
dana dari DPK.
Aset (LHS)
Pembiayaan (LHS)
DPK (LHS)
FDR (LHS)
NPF (RHS)
180%
8%
160%
7%
( %, yoy)
(Rp miliar)
3,000
200.00
140%
2,500
150.00
2,000
100.00
6%
120%
5%
100%
4%
80%
1,500
50.00
3%
60%
1,000
2%
40%
-
500
1%
20%
(50.00)
I
II
III
2011
IV
II
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
0%
III
IV
II
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
2014
3.2.
II
2011
2014
0%
I
IV
IV
Net
Pertumbuhan inflow
12,000
Pertumbuhan outflow
%, yoy
200.00
10,000
150.00
8,000
6,000
100.00
4,000
50.00
2,000
II
III
IV
II
2013
III
TOTAL TAHUNAN
IV
II
III
IV
II
2013
III
IV
2014
(50.00)
2014
900
805
800
700
600
479
500
400
384
364
304
300
219
217
200
174
173
159
158
114
83
100
27
64
49
11
II
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
IV
2014
Pada triwulan laporan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau telah
memusnahkan UTLE dengan jumlah nominal mencapai Rp153miliar atau menurun 58,8%
(yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Tren penurunan pemusnahan UTLE
yang telah dialami sejak 2013 merupakan bentuk peningkatan kesadaran masyarakat dalam
memperlakukan uang Rupiah dengan baik.
Lembar (kanan)
450
428
397
400
350
300
266
250
200
168
136
150
85
100
109
104
80
50
47
54
52
III
IV
68
69
51
0
2012 2013 2014
II
2012
II
III
2013
IV
II
III
IV
2014
Tahun
Kliring Penyerahan
Perputaran
Warkat
Nominal
122,544
3,966,000
128,027
4,062,000
124,027
4,008,726
133,121
4,211,201
133,438
3,436,971
128,482
4,141,005
142,912
4,918,425
140,475
4,936,337
140,548
4,901,999
140,580
4,741,999
114,020
4,175,192
122,737
4,669,639
Bulan
Tw-I
Tw-II
Tw III
Tw-IV
Tw-I
Tw-II
Tw III
Tw-IV
Tw-I
Tw-II
Tw III
Tw-IV
2012
2013
2014
Kliring Pengembalian
Jumlah Tolakan
Warkat
Nominal
2,362
93,220
2,664
86,010
2,431
109,062
2,807
107,275
2,841
107,715
2,691
114,670
3,116
108,595
3,118
172,643
2,783
165,144
2,906
123,552
2,202
119,016
2,181
100,658
Jumlah
Net Kliring
Warkat
Nominal
120,182
3,872,780
125,363
3,975,990
121,596
3,899,664
130,314
4,103,926
130,597
3,329,256
125,791
4,026,335
139,796
4,809,830
137,357
4,763,694
137,765
4,736,855
137,674
4,604,325
111,818
4,063,374
120,556
4,549,083
Pada triwulan laporan, jumlah warkat transaksi kliring sebanyak 120.556 lembar,
tumbuh sebesar negatif 12,2% (yoy), masih melanjutkan penurunan pada triwulan yang
sama tahun lalu yang tumbuh sebesar negatif 20,0% (yoy) atau sebanyak137.357 lembar.
Nominal transaksi kliring juga mengalami penurunan sebesar Rp4.549 miliar, atau turun
sebesar negatif 4,5% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 15,5%
(yoy) sebesar Rp4.736 miliar.
Nominal penolakan juga tercatat mengalami penurunan sebesar negatif 41,7% atau
sebesar Rp110,7 miliar dibanding triwulan sebelumnya dengan nominal sebesar Rp172,6
miliar. Nominal transaksi penolakan tersebut mencapai 2,2% dari keseluruhan nominal kliring
sepanjang triwulan laporan dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 2,8%. Penurunan
jumlah lembar maupun nominal tolakan kliring mengindikasikan peningkatan kualitas
layanan kliring yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia.
Nominal
(Rp juta)
Warkat
(Satuan)
6,000,000
160,000
140,000
5,000,000
120,000
4,000,000
Pertumbuhan Warkat
(%, yoy)
Pertumbuhan Nominal
50.00
40.00
30.00
100,000
20.00
3,000,000
80,000
10.00
60,000
2,000,000
40,000
1,000,000
20,000
II
III
2011
IV
II
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
II
III
2012
(10.00)
IV
II
III
2013
IV
II
III
2014
(20.00)
IV
2014
(30.00)
Sumber: Bank Indonesia
IV
Karimun
Natuna
Tanjung Pinang
Kepulauan Riau
Karimun
Natuna
Tanjung Pinang
Kepulauan Riau
Tw. II
5,736
11,113
3,103
351
159
46
0
342
0
186
1,041
102
0
24
0
15,701
Kumulatif
Batam
2012
Tw. III
Tw. IV
RTGS Nilai (Rp Miliar)
6,895
7,504
8,141
13,617
13,963
15,521
3,567
3,676
4,269
419
319
313
188
199
126
66
59
38
0
0
0
301
665
641
0
0
0
198
160
298
1,156
1,159
1,410
110
80
149
0
0
0
6
5
3
0
0
0
19,036
20,159
21,998
RTGS Volume
13,451
13,936
15,412
16,315
16,309
17,950
5,947
6,127
6,750
981
803
818
431
484
451
117
110
79
0
0
0
134
144
326
0
0
0
462
432
572
1,713
1,715
2,248
240
228
259
0
0
7
32
27
29
0
0
0
27,215
27,385
30,725
Tw. I
11,657
15,279
5,236
893
427
85
7
236
1
462
1,518
227
0
39
0
24,969
Kumulatif
Sumber: Bank Indonesia
2013
2014
Tw. I
Tw.II
Tw.III
7,819
13,035
4,244
348
123
42
0
477
0
348
1,102
194
2
4
0
18,777
7,958
16,383
4,120
455
175
73
0
212
0
345
1,376
160
1
8
0
22,559
8,730
17,769
4,382
564
227
79
0
127
0
304
2,345
140
1
5
0
25,473
9,333
18,140
4,013
605
285
85
0
305
0
382
2,051
155
0
9
0
26,857
7,761
8348.59 8824.41
15,647 16994.31 16888.45
4,048
4198.39 4508.52
522
348
374
181
233
124
55
102
54
0
2.15
11
77 169.31578
615.65
0
1
10
232
230
161
1,316
1,235
1,098
79
103
79
1
0.87
0.78
4
4.38
21.43
0
0.00
0.00
21,559
23,161 23,468
13,970
16,113
6,513
854
350
87
0
117
0
738
1,393
311
15
26
0
26,665
14,891
17,327
6,719
1,066
380
125
0
86
0
803
1,484
312
20
35
0
28,936
14,374
16,846
6,272
1288
519
144
0
56
0
651
1990
220
25
29
0
29,142
15,260
16,972
6,110
1,405
631
163
0
170
0
639
2,289
233
8
34
0
30,902
12922
15676
5761
1,242
425
103
0
84
0
876
1,731
158
18
25
0
26,977
(Rp miliar)
35,000
50.00
30,000
40.00
30.00
25,000
20.00
20,000
10.00
15,000
0.00
10,000
-10.00
5,000
-20.00
-30.00
I
II
III
IV
2012
II
III
2013
IV
II
III
IV
2014
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
9605.32
17772.30
4805.41
386
155
67
22.29
411.65
20
264
1,721
94
0.16
5.97
0.00
25,356
13,435.00 14,046.00
14,936.00
16,392.00 16,942.00
17,475.00
6,131.00
6,569.00
6,988.00
859
460
185
865
320
98
953
333
124
3.00
3.00
8.00
133.00
207.00
522.00
1.00
1.00
2.00
442
1,517
0
358
1,828
143
726
1,684
168
14.00
14.00
3.00
26.00
77.00
38.00
0.00
0.00
0.00
26,964
27,849
29,396
3.3.
(Rp miliar)
Penjualan (LHS)
growth Penjualan, yoy (RHS)
(%, yoy)
1
5000
4500
Pembelian (LHS)
Rata-Rata Kurs Tengah SGD (RHS)
Penjualan (LHS)
Rata-rata Kurs Tengah USD (RHS)
(Rp miliar)
(Rp)
5000
14000
4500
4000
1
3500
3000
12000
4000
10000
3500
3000
2500
8000
2500
2000
2000
1500
1500
1000
6000
4000
1000
0
500
0
II
III
2011
IV
II
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
IV
2000
500
0
I
II
2014
III
2011
IV
II
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
IV
2014
Total transaksi pembelian maupun penjualan uang kertas asing (UKA) pada triwulan
IV 2014 mencapai Rp8.593 miliar, UKA terutama didominasi oleh dolar Singapura yang
mencapai 45,9%. Dari sisi komposisi mata uang asing yang diperjualbelikan, pada triwulan IV
2014 relatif tidak berbeda dengan triwulan sebelumnya.
Lokasi Kepri khususnya Batam yang sangat dekat dengan Singapura menyebabkan
kebutuhan jual dan beli mata uang dolar Singapura (SGD) lebih tinggi dibandingkan mata
uang lainnya. Berdasarkan kabupaten/kota, persebaran PVA terbanyak di Kota Batam (93
KUPVA), kemudian Tanjungpinang (16 KUPVA), Tanjung Balai Karimun (13 KUPVA), Bintan (4
KUPVA) dan Tanjung Batu (2KUPVA).
SGD, 45.9%
Mata uang
Lainnya, 44.8%
USD, 5.2%
MYR, 4.0%
(Rp miliar)
(%, yoy)
1200
120
100
1000
80
800
Dari Luar
Wilayah RI,
36.6%
60
600
40
Antar Wilayah
RI, 31.5%
20
400
0
200
Ke Luar Wilayah
RI, 32.0%
-20
-40
I
II
III
2011
IV
II
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
IV
2014
BAB IV
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Realisasi belanja pemerintah daerah di wilayah Kepulauan Riau (Kepri) lebih tinggi
dibandingkan realisasi pendapatan.
Realisasi belanja daerah 2014 sebesar Rp11.103 miliar atau mencapai 86,9% dari
total anggaran belanja yang ditetapkan sebesar Rp12.771 miliar. Sementara itu, realisasi
pendapatan 2014 sebesar Rp9.178 miliar atau 82,0% dari total anggaran pendapatan yang
ditetapkan sebesar Rp11.184 miliar. Realisasi pendapatan terbesar berasal dari dana
perimbangan yang mencapai 77,5% sedangkan pendapatan asli daerah mencapai 106,2%.
Tingginya realisasi belanja pemerintah daerah pada triwulan IV 2014 menyebabkan
posisi dana simpanan Pemda di perbankan turun 61,7% (qtq) dari Rp2.024 miliar menjadi
sebesar Rp775 miliar.
4.1.
Data APBD merupakan gabungan mencakup 7 Kab/kota (Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kab Lingga, Kab Bintan, Kab Kep
Anambas, Kab Natuna dan Kab. Karimun) dan Provinsi Kepulauan Riau
Lain-lain
pendapatan
daerah yang
sah, 7.2%
Transfer
pemerintah
pusat lainnya,
0.9%
Pendapatan
Asli Daerah,
25.8%
Dana
Perimbangan,
65.5%
Anggaran
9
7
6
5
4
3
2
1
0
Pendapatan Asli
Dana
Daerah
Perimbangan
Grafik 4.1.
Realisasi
Triliun Rp
Transfer
Pemerintah
Provinsi, 0.6%
Transfer
pemerintah
pusat lainnya
Transfer
Pemerintah
Provinsi
Lain-lain
pendapatan
daerah yang sah
Grafik 4.2.
Realisasi pendapatan pemerintah daerah di wilayah Kepri 2014 mencapai 82,1% atau
Rp9.178 miliar dari pendapatan yang dianggarkan sebesar Rp11.184 miliar. Berdasarkan
persentase antara realisasi dan anggaran, realisasi pendapatan terbesar berasal dari realisasi
pendapatan asli daerah yang telah mencapai 106,2% atau sebesar Rp2.370 miliar. Kedua
terbesar adalah realisasi transfer pemerintah pusat lainnya sebesar Rp83 miliar atau 78,6%
dari total anggaran sebesar Rp105 miliar. Sementara realisasi pendapatan terendah berasal
dari pendapatan transfer pemerintah provinsi yang capaiannya hanya 45,1% atau Rp54 miliar
dari total anggaran Rp121 miliar.
Pendapatan terbesar disumbang oleh dana perimbangan, dengan pos pendapatan
terbesar berasal dari realisasi dana alokasi umum sebesar Rp2.786 miliar diikuti dana bagi
hasil bukan pajak (SDA) sebesar Rp 1.032 miliar. Sumbangsih dana perimbangan terhadap
total pendapatan pada triwulan laporan mencapai 77,5%. Berdasarkan daerah, persentase
realisasi pendapatan terbesar adalah Kabupaten Bintan dengan persentase mencapai
104,8%. Sementara capaian realisasi pendapatan terkecil adalah Kabupaten Natuna sebesar
26,1%.
Sumber pendapatan terbesar lainnya yang capaiannya melebihi target diperoleh dari
PAD sebesar Rp2.370 miliar atau 106,2% dari target yang ditetapkan sebesar Rp2.232 miliar.
Pendapatan asli daerah meningkat cukup signifikan pada triwulan IV 2014 dari triwulan
sebelumnya yang hanya Rp1.669 miliar atau meningkat sebesar 42%. Pos penerimaan
pendapatan asli daerah terbesar berasal dari pajak daerah sebesar Rp1.970
miliar yang
realisasinya sebesar 108,9% dan memberikan sumbangsih 21,5% terhadap total pendapatan
pada triwulan laporan. Berdasarkan daerah, persentase realisasi PAD terbesar adalah
Kabupaten Bintan dengan persentase mencapai 115%. Sementara persentase realisasi dana
perimbangan terkecil adalah Kabupaten Natuna sebesar 32,2%.
ANGGARAN
REALISASI S.D TW IV 2014
RP
STRUKTUR (%)
RP
%
2,232,036,132,153
20.0% 2,370,213,546,302 106.2%
1,809,291,267,548
16.2% 1,970,691,678,125 108.9%
109,293,786,418
1.0%
106,257,704,919
97.2%
24,983,649,086
0.2%
22,314,997,688
89.3%
288,467,429,101
2.6%
270,949,165,570
93.9%
7,755,545,409,454
69.3% 6,007,708,383,015
77.5%
JENIS ANGGARAN
Pendapatan Asli Daerah
Pajak daerah
Retribusi daerah
Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah
Dana Perimbangan
Dana bagi hasil pajak/bukan pajak
- Pajak
- Bukan Pajak (SDA)
Dana alokasi umum
Dana alokasi khusus
Transfer pemerintah pusat lainnya
Transfer Pemerintah Provinsi
Lain-lain pendapatan daerah yang sah
TOTAL PENDAPATAN
738,051,244,142
3,772,753,979,312
2,966,837,766,000
277,902,420,000
105,882,618,000
121,190,598,005
970,165,247,076
11,184,820,004,688
6.6%
33.7%
26.5%
2.5%
0.9%
1.1%
8.7%
100%
252,738,685,489
1,032,276,924,723
2,786,232,317,000
240,979,373,000
83,270,414,000
54,689,770,523
662,647,686,532
9,178,529,800,372
34.2%
27.4%
93.9%
86.7%
78.6%
45.1%
68.3%
82.1%
Belanja
Modal
24.06%
Belanja
Operasi
73.67%
Anggaran
Triliun Rp
Belanja Tidak
Terduga
0.12%
Belanja Operasi
Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah)
Grafik 4.3.
Realisasi
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Belanja Modal
Belanja Tidak
Terduga
Grafik 4.4.
Transfer
Pemerintah
Daerah
atau Rp8.311 miliar dari total anggaran sebesar Rp9.408 miliar, kemudian diikuti oleh
belanja modal sebesar 82,5%. Sementara realisasi belanja terendah adalah belanja tidak
terduga yang terealisasi sebesar 13,9%, yang mengindikasikan belanja Pemda telah
dianggarkan dengan baik sebelumnya.
Realisasi belanja operasi pada triwulan IV2014 didominasi oleh belanja pegawai serta
belanja barang dan jasa yang mencapai 63,4% dari total realisasi belanja. Secara total,
belanja operasi menyumbang 74,9% dari total realisasi belanja pemda. Tingginya anggaran
yang disalurkan untuk belanja operasi menunjukkan penyaluran anggaran masih didominasi
pada sektor konsumsi.
Realisasi anggaran belanja modal hanya mencapai 82,5% dari total realisasi atau
sebesar Rp2.536 miliar dari total anggaran belanja modal sebesar Rp3.073. Sumbangsih
realisasi belanja modal hanya 22,8% dari total realisasi belanja pemda sampai triwulan IV
2014. Pengalihan subsidi BBM yang direncanakan oleh pemerintah pusat diharapkan akan
meningkatkan
anggaran
untuk
belanja modal
di
tahun
mendatang.
Berdasarkan
kabupaten/kota, realisasi belanja modal terbesar terjadi di Kabupaten Bintan dengan realisasi
96,3% diikuti oleh Kabupaten Karimun dengan 90,8%. Sementara realisasi belanja modal
terkecil adalah Kabupaten Natuna dengan realisasi 61,4% yang diperkirakan disebabkan oleh
kendala pengadaan yang umumnya berasal dari luar Natuna.
Tabel 4.2.
Anggaran Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Kepri
JENIS ANGGARAN
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Bantuan Keuangan
Belanja Modal
Belanja Tidak Terduga
Transfer Pemerintah Daerah
TOTAL BELANJA
SURPLUS/(DEFISIT)
Pembiayaan Netto
- Penerimaan Pembiayaan Daerah
- Pengeluaran Pembiayaan Daerah
SILPA
ANGGARAN
RP
STRUKTUR (%)
9,408,338,081,390
73.7%
3,946,934,856,129
30.9%
3,855,617,502,592
30.2%
68,823,446,577
0.5%
804,350,746,012
6.3%
311,921,001,921
2.4%
420,690,528,159
3.3%
3,073,059,484,406
24.1%
14,741,238,000
0.1%
275,349,276,346
2.2%
12,771,488,080,142
100%
-1,586,668,075,454
1,550,752,367,782
1,667,345,186,972
116,592,819,190
-35,915,707,672
Peralatan
dan mesin;
Listrik; 12.3%
3.4%
Gedung
dan
Bangunan;
16.1%
Anggaran
450
400
350
Jalan dan
Jembatan;
29.8%
Miliar Rp
300
Pelabuhan
Laut; 25.5%
250
200
150
100
50
Pelabuhan
Udara;
12.9%
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Kanwil Provinsi Kepulauan Riau (diolah)
Grafik 4.5.
0
Gedung dan
Bangunan
Jalan dan
Jembatan
Pelabuhan
Udara
Pelabuhan
Laut
Listrik
Peralatan
dan mesin
Grafik 4.6.
Secara umum, pelaksanaan anggaran di wilayah Kepri yang bersumber dari APBN
memberikan kontribusi terhadap arus kas keluar3. Cash flow pemerintah sampai triwulan IV
2014 tercatat defisit Rp1.160 miliar yang disebabkan penyaluran transfer pemerintah ke
daerah yang mencapai Rp7.139 miliar. Total penerimaan Provinsi Kepri terhadap penerimaan
nasional sebesar Rp10.002 miliar sementara pengeluaran nasional untuk Provinsi Kepri untuk
belanja pemerintah pusat dan transfer daerah sebesar Rp4.023 miliar dan Rp7.139 miliar.
Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau, Realisasi APBN 2014 Kepulauan Riau s.d Triwulan IV
4.2.
Rp775 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp2.204 miliar atau menurun
sebesar 38% (qtq). Penurunan dana simpanan Pemda sejalan dengan peningkatan realisasi
belanja yang lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pendapatan sehingga terdapat defisit
Rp1.924 miliar dengan SILPA sebesar Rp1.396 miliar. Triwulan IV umumnya menjadi puncak
belanja pemda yang merupakan batas akhir realisasi anggaran 2014.
Penurunan dana simpanan Pemda juga didorong oleh masih rendahnya realisasi
pembiayaan netto sebesar Rp528 miliar dari anggaran sebesar Rp1.550 miliar yang
menyebabkan Pemda mencairkan dana simpanan untuk memenuhi kebutuhan belanjanya.
Dana Simpanan PEMDA
Growth
3,500.00
0.50
0.40
3,000.00
0.30
0.20
2,500.00
0.10
2,000.00
1,500.00
(0.10)
(0.20)
1,000.00
(0.30)
(0.40)
500.00
(0.50)
(0.60)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012
2013
2014
Grafik 4.7.
BAB V
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Pertumbuhan jumlah tenaga kerja masih belum diimbangi ketersediaan lapangan
pekerjaan, serta menurunnya nilai tukar petani sebagai imbas tingginya inflasi, sisi lain
perekonomian Kepri yang perlu dioptimalkan kualitasnya.
5.1.
KETENAGAKERJAAN
Pada Agustus 2014, jumlah tenaga kerja di Kepri meningkat 1,7% (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya atau sebanyak 819.656 orang. Pertumbuhan jumlah
tenaga kerja terjadi pada sektor keuangan, jasa kemasyarakatan, perdagangan, serta listrik,
gas dan air minum.
Peningkatan jumlah tenaga kerja terbesar terjadi pada sektor jasa kemasyarakatan
sebanyak 18.728 orang atau tumbuh 15,6% (yoy), yang kedua terbesar adalah
sektorkeuangan sebanyak 9.927 orang atau tumbuh sebesar 50,1% (yoy), kemudian sektor
perdagangan sebanyak 8.936 orang atau tumbuh 4,0% (yoy). Peningkatan jumlah tenaga
kerja sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada masing-masing sektor usaha
pada triwulan III 2014.
Tabel 5.1.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan,Februari 2012
No
La pa nga n Us a ha
2012
Februa ri
Pertani a n
124,544
Pertumbuha n (yoy)
2 Pertamba nga n
29,164
Pertumbuha n (yoy)
3 Indus tri
120,135
Pertumbuha n (yoy)
4 Li s tri k, Ga s da n a i r mi num
5,260
Pertumbuha n (yoy)
5 Kons truks i
43,927
Pertumbuha n (yoy)
6 Perda ga nga n
233,581
Pertumbuha n (yoy)
7 Tra ns por, Perguda nga n & Kom. 57,796
Pertumbuha n (yoy)
8 Keua nga n
22,408
Pertumbuha n (yoy)
9 Ja s a Kema s ya ra ka tan
174,085
Pertumbuha n (yoy)
Penduduk Bekerja
810,900
Pertumbuhan (yoy)
1
2013
Agus tus
95,084
16,648
189,422
2,604
59,797
222,125
59,558
27,938
129,619
802,795
Februa ri
112,365
-9.8%
41,430
42.1%
126,780
6%
2,935
-44.2%
62,874
43.1%
187,035
-19.9%
63,784
10.4%
33,870
51.2%
215,357
23.7%
846,430
4.4%
Agus tus
84,322
-11.3%
17,057
2.5%
213,961
13%
3,456
32.7%
65,461
9.5%
224,798
1.2%
57,350
-3.7%
19,822
-29.1%
119,846
-7.5%
806,073
0.4%
2014
Agustus 2014
Februa ri
Agus tus Sha re
117,978
83,706 10.2%
5.0%
-0.7%
28,003
12,639
1.5%
-32.4%
-25.9%
126,575
201,241 24.6%
0%
-5.9%
2,741
3,679
0.4%
-6.6%
6.5%
107,909
60,074
7.3%
71.6%
-8.2%
190,031
233,734 28.5%
1.6%
4.0%
51,525
56,260
6.9%
-19.2%
-1.9%
35,093
29,749
3.6%
3.6%
50.1%
185,233
138,574 16.9%
-14.0%
15.6%
845,088
819,656
100%
-0.2%
1.7%
Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) sebesar 11,7% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,8%
(yoy). Penguatan pertumbuhan sektor PHR dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi
masyarakat menjelang Hari Raya Idul Fitri, tahun ajaran baru, dan liburan sekolah, serta
melambatnya laju inflasi triwulan III 2014.Penguatan tersebut mendorong terserapnya tenaga
kerja musiman/kontrak selama periode Agustus 2014.
250,000
116
250,000
3,500
200,000
3,300
200,000
3,400
112
114
110
150,000
108
106
100,000
104
100
98
TW III
TW I
2013
Grafik 5.1.
3,000
2,900
50,000
2,800
2,600
2,700
96
TW I
3,100
100,000
102
50,000
3,200
150,000
TW III
TW I
2014
TW III
2013
Grafik 5.2.
TW I
TW III
2014
Laju peningkatan jumlah tenaga kerja tertahan oleh penurunan jumlah tenaga kerja
pada sektor Industri, konstruksi, dan sektor pertambangan masing-masing sebesar 5,9%;
8,2%; 25,9% (yoy). Secara total, ketiga sektor tersebut mengalami penurunan jumlah tenaga
kerja sebanyak 25.525 orang. Penurunan jumlah tenaga kerja sektor industri dipengaruhi
oleh masih lesunya kondisi global yang menyebabkan berkurangnya permintaan produk
industri pengolahan serta siklus penyelesaian pekerjaan yang telah berakhir.Sementara itu,
penurunan pada sektor konstruksi masih dipengaruhi dampak kebijakan LTV dalam rangka
menekan ekspansi yang berlebihan serta sulitnya mendapatkan lahan konstruksi baru. Sektor
pertambangan
mengalami
penurunan
signifikan
dikarenakan
terhentinya
operasi
Keterangan
Angkatan Kerja
Bekerja
Pengangguran
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau
2012
Feb
Agt
891,217 871,635
838,934 824,567
52,283
46,798
5.9%
5.4%
69.3%
66.3%
2013
Feb
Agt
899,321 854,150
846,430 806,073
52,891
48,077
5.9%
5.6%
70.5%
65.9%
2014
Pertumbuhan
Feb
Agt
Nominal
%
892,035 878,415
24,265
3%
845,088 819,656
13,583
2%
46,947
58,759
10,682
22%
5.3%
6.7%
67.8%
66.0%
kegiatan
pertambangan
bauksit
di
Tanjungpinang.
Sementara
itu,
pengurangan jumlah tenaga kerja pada sektor industri, diperkirakan terjadi akibat penutupan
beberapa pabrik di Kota Batam yang mengalami relokasi ke Vietnam. Selanjutnya, penurunan
tenaga kerja pada sektor konstruksi terjadi pasca pembangunan beberapa proyek pemerintah
(bangunan, perbaikan jalan, maupun swasta/hotel), sebagai persiapan MTQ Nasional di Kota
Batam pada Juni serta penyelesaian sejumlah infrastruktur publik pada triwulan I dan triwulan
II 2014.
Tabel 5.3.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama, Provinsi Kepulauan Riau, Februari 2012 Agustus 2014
No
1 Berusaha Sendiri
2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap
3 Berusaha dibantu buruh tetap
4 Buruh/karyawan
5 Pekerja bebas di pertanian
6 Pekerja bebas di non pertanian
7 Pekerja keluarga/tak dibayar
Jumlah
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau
2012
Februari Agustus
170,404 151,535
21%
19%
36,723
40,149
5%
5%
24,956
40,265
3%
5%
498,204 513,441
61%
64%
8,664
4,356
1%
1%
6,757
11,101
1%
1%
65,192
41,948
8%
5%
810,900 802,795
2013
Februari Agustus
169,802 150,209
20%
19%
37,514
23,600
4%
3%
29,437
34,856
3%
4%
541,574 539,904
64%
67%
3,801
7,862
0%
1%
16,418
16,380
2%
2%
47,884
33,262
6%
4%
846,430 806,073
2014
Februari Agustus
201,658 152,942
24%
19%
37,555
40,693
4%
5%
18,835
43,018
2%
5%
510,957 523,546
60%
64%
7,354
4,914
1%
1%
22,742
18,232
3%
2%
45,987
36,311
5%
4%
845,088 819,656
namun level ITK yang masih diatas 100 mengindikasikan bahwa konsumen masih optimis
pada kondisi perekonomian Kepri.
Tabel 5.4.
Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2014
2013
Variabel Pembentuk
I
II
III
IV
Pendapatan Rumah Tangga
103.32
111
112.49 114.12
Pengaruh inflasi thd tingkat konsumsi
118.07 108.84 109.5
109.06
Tingkat Konsumsi makanan dan non makanan
102.56 106.54 115.72 110.87
Indeks Tendensi Konsumen
107.16 109.44 112.36 112.03
2014
I
107.64
112.33
114.94
110.46
II
111.61
118.03
110.30
113.06
III
112.34
111.71
117.05
113.18
IV
102.83
108.83
115.96
107.29
Menurunnya ITK pada triwulan IV 2014 diperkirakan akibat tingginya tekanan inflasi
karena kenaikan BBM bersubsidi serta dampak lanjutannya, kenaikan tarif angkutan dan
komoditas lainnya.
Pendapatan Rumah Tangga
Indeks Tendensi Konsumen
Inflasi Kepri (rhs)
130
5.00%
125
4.00%
120
3.00%
115
110
2.00%
105
1.00%
100
0.00%
95
90
-1.00%
I
II
III
IV
2013
II
III
IV
2014
Grafik 5.3.
Sampai dengan Maret 2014, tingkat kesejahteraan penduduk Kepri masih diatas
nasional. Hal tersebut terlihat dari indikator kemiskinan antara lain persentase penduduk
miskin sebesar 6,7% (127.800 orang), sementara nasional sebesar 11,25%. Indeks
kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan Kepri juga berada dibawah nasional
yang menunjukkan kesejahteraan Kepri masih diatas rata-rata nasional (Maret 2014).Selain
itu, tingkat kesejahteraan penduduk Kepri juga terkonfirmasi dari indikator Indeks
pembangunan Manusia (IPM) yang selalu berada diatas rata-rata nasional. Data 2013, IPM
Kepri sebesar 76,56 sementara nasional hanya sebesar 73,81.
1600
0.50
1452
Kepulauan Riau
Nasional
1400
Batam
Nasional
1200
1000
0.41
0.41
0.41
0.40
891
0.35
800
0.36
0.32
600
0.30
400
200
197
190
29
75
23
42
0
Rekening Dana/1000 Rekening Kredit/1000
Penduduk Dewasa
Penduduk Dewasa
Kantor Bank/1000
Penduduk Dewasa
Atm/1000 Penduduk
Dewasa
0.20
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Grafik 5.4.
Grafik 5.5.
Indikator Kemiskinan
melebar, tercermin dari angka Rasio Gini yang terus membesar. Dalam kurun 5 tahun
terakhir, Rasio Gini di Kepri tercatat meningkat dari 0,30(2007) menjadi 0,36 (2012).
Konsekuensi melebarnya disparitas perekonomian masyarakat antara kaya dan miskin
berpotensi menimbulkan persoalan sosial, instabilitas ekonomi dan politik.
Berdasarkan kepuasan terhadap aspek kehidupan, Kepri merupakan provinsi yang
mendapat indeks kebahagiaan tertinggi di Indonesia pada 2014. Data survei pengukuran
tingkat kebahagiaan (SPTK) menunjukkan indeks kebahagiaan Kepri sebesar 72,24 lebih
tinggi dibandingkan nasional yang hanya sebesar 68,28. Berdasarkan aspek pembentuk
indeks kebahagiaan, tingkat kepuasan penduduk Kepri terhadap keharmonisan keluarga
adalah yang tertinggi sebesar 83,87. Sementara, tingkat kepuasan terendah didapat pada
aspek pendidikan sebesar 62,51.
Umum
Tanaman Perkebunan Rakyat
Peternakan
114
103
112
102.5
115.00
Tanaman Pangan
Hortikultura
Perikanan
110.00
110
102
108
105.00
101.5
106
104
101
102
100.5
100.00
95.00
100
100
98
99.5
96
94
99
92
98.5
90.00
85.00
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV
2012
2013
Grafik 5.6.
80.00
Tw. I
2014
2011
Perkembangan NTP
2012
Grafik 5.7.
2013
2014
Keterangan
Indeks yang Diterima (It)
Indeks yang Dibayar (Ib)
Nilai Tukar Petani (NTP)
2011
Tw. I
96.73
97.74
99.07
Tw. II
97.71
97.28
100.43
2012
Tw. III
98.16
98.02
100.13
Tw. IV
99.09
98.75
100.34
Tw. I
Tw. II
100.92
99.60
101.31
102.21
100.20
101.99
2013
Tw. III
102.54
101.03
101.48
Tw. IV
102.63
101.41
101.20
Tw. I
Tw. II
101.70
100.58
101.09
103.56
102.59
100.94
2014
Tw. III
107.21
104.74
102.35
Tw. IV
107.79
105.30
102.37
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tingkat konsumsi rumah tangga petani secara umum meningkat sebesar 3,6%
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,3%. Peningkatan konsumsi rumah tangga
petani di Kepri terjadi pada seluruh subsektor seiring dengan momen Hari Raya Natal dan
perayaan tahun baru. Subsektor transportasi dan komunikasi mengalami kenaikan tertinggi
terutama kenaikan tarif transportasi yang didorong oleh kenaikan bahan bakar bersubsidi
(bensin dan solar).
111.47
111.66
99.86
Sub Kelompok
Konsumsi Rumah Tangga
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Transportasi dan Komunikasi
Tw I
105.93
107.27
103.17
104.10
102.59
103.30
104.20
110.93
2013
Tw II
Tw III
106.55
108.90
107.93
112.09
103.91
104.68
104.54
106.25
104.12
105.20
104.23
105.57
105.09
105.96
110.96
111.96
Tw Iv
109.02
111.25
105.99
107.01
105.74
105.75
106.43
112.24
Tw I
108.67
111.44
104.75
106.34
105.10
105.62
105.91
112.01
2014
Tw II
Tw III
108.58
109.76
110.78
112.73
105.28
106.53
106.57
107.53
105.14
106.66
105.72
106.25
106.10
107.13
112.13
112.76
Tw IV
113.75
116.58
109.27
109.89
108.25
107.40
107.89
122.55
Inflasi
3.6%
3.4%
2.6%
2.2%
1.5%
1.1%
0.7%
8.7%
BAB VI
PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL
Pada awal 2015, perekonomian Kepri diperkirakan melambat sejalan dengan masih
rendahnya konsumsi serta meredanya tekanan inflasi.
6.1.
kisaran 7,5% - 7,7% (yoy). Beberapa faktor yang penopang penguatan pertumbuhan yaitu
perkiraan perbaikan ekonomi global yang akan mendorong peningkatan permintaan ekspor.
Tingkat investasi juga diyakini akan meningkat seiring dengan adanya rencana pengalihan
subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk pembangunan infrastruktur. Demikian juga tingkat
konsumsi masyarakat berpeluang meningkat ditopang oleh perkiraan penurunan laju inflasi
serta peningkatan penghasilan.
Sementara itu, secara khusus untuk triwulan I 2015, perekonomian Kepri diperkirakan
melambat dibanding pertumbuhan triwulan IV 2014. Perlambatan perekonomian akan
dipengaruhi oleh masih rendahnya konsumsi masyarakat, masih terbatasnya belanja
pemerintah serta kinerja ekspor yang relatif masih rendah di awal tahun. Berdasarkan data
historis dan perkembangan beberapa indikator terkini, pertumbuhan ekonomi Kepri pada
triwulan I 2015 diprakirakan berada pada kisaran 7,3% - 7,5% (yoy).
Dari sisi eksternal, ekonomi global secara keseluruhan 2015 diperkirakan membaik,
dan tumbuh sebesar 3,6% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan 2014 sebesar 3,3%
(yoy) (Tabel 6.1). Penguatan ekonomi global terutama akan ditopang oleh membaiknya
perekonomian Amerika Serikat. Selain itu, penguatan perekonomian diperkirakan juga terjadi
di kawasan Eropa, Jepang, India dan negara emerging market lainnya. Penguatan ekonomi
dunia diperkirakan dapat mendorong peningkatan ekspor dari negara-negara ASEAN
termasuk Indonesia.
Sesuai pola tahunan, konsumsi rumah tangga cenderung melambat di awal tahun.
Tidak adanya perayaan atau event khusus di awal tahun dan adanya kebijakan penghematan
anggaran yang melarang instansi pemerintah melakukan kegiatan di luar kantor diperkirakan
ikut mendorong perlambatan konsumsi (analisis dampak dari Surat Edaran Kemenpan No. 11
tahun 2014 pada Boks-4). Selain itu, kegiatan bisnis cenderung menurun di awal tahun yang
mempengaruhi penghasilan dan konsumsi masyarakat. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU)
memperkirakan penurunan kegiatan bisnis pada triwulan pertama. Hasil survei tersebut
sejalan dengan survei konsumen yang menunjukkan tren penurunan indeks keyakinan
konsumen (IKK) periode survei November 2014 hingga Januari 2015, terutama dipengaruhi
oleh perkiraan penurunan penghasilan konsumen.
Realisasi Kegiatan Usaha (Saldo Bersih)
Perkiraan Kegiatan Usaha (Saldo Bersih)
40
1.2
30
20
0.8
10
0.6
0.4
I
-10
II
III
2012
IV
II
III
2013
IV
II
III
2014
IV
I
2015
0.2
60
40
1
-20
Grafik 6.1.
10
11
2014
12
1
2015
Grafik 6.2.
proses pengadaan. Namun, investasi swasta berpeluang tumbuh lebih baik pada triwulan
pertama didukung oleh sejumlah faktor yaitu kejelasan status lahan sejumlah kawasan
berdampak penting dan cakupan luas bernilai strategis (DPCLS) di Kepri dengan
diterbitkannya SK Menhut No.867 tahun 2014 yang merevisi SK Menhut Nomor 463 tahun
2014. Berdasarkanliaison, investor seringkali mengungkapkan bahwa status hutan lindung
pada sejumlah kawasan DPCLS merupakan salah satu hambatan pengembangan investasi di
Kepulauan Riau.
Kinerja net ekspor pada triwulan pertama diperkirakan masih melambat. Penurunan
kinerja ekspor terutama dipengaruhi oleh tingkat permintaan produk elektronik dan produk
besi baja yang diperkirakan masih dalam tren menurun di awal tahun. Australia sebagai
negara tujuan ekspor besi dan baja terbesar Kepri pada 2014 (porsi ekspor 53%), investasi
migasnya pada 2015 diproyeksikan turun signifikan karena telah selesainya sejumlah proyek
besar pada 2013 dan 2014, dan akan memasuki tahap produksi (production phase). Kondisi
tersebut diperkirakan akan menurunkan permintaan produk besi dan baja serta beberapa
produk mesin-mesin dari Australia. Kondisi yang sama juga diperkirakan terjadi pada produk
elektronik. Tren penurunan permintaan diperkirakan masih akan berlanjut hingga periode
triwulan I 2015. Penurunan permintaan tersebut terutama dari negara Singapura,
dipengaruhi oleh permintaan global yang diperkirakan masih akan melemah pada awal
tahun.
TIONGKOK, 0.8%
AFRICA, 1.0%
LAINNYA, 9.3%
INDIA, 0.9%
Growth (RHS)
(%, yoy)
(Juta USD)
350
JAPAN, 1.2%
KUWAIT, 1.6%
500.00
300
MALAYSIA, 2.4%
THAILAND, 2.7%
250
C. SAUDI ARABIA,
3.4%
200
AUSTRALIA,
53.8%
ARAB EMIRATES,
5.4%
400.00
300.00
200.00
150
100.00
100
SINGAPORE,
17.6%
0.00
50
0
-100.00
I
II
III
2013
Grafik 6.3.
IV
II
III
IV
2014
Grafik 6.4.
Singapura
Jepang
Perancis
Malaysia
USA
Pertumbuhan
800
15.00
700
10.00
600
5.00
500
400
0.00
300
-5.00
200
-10.00
100
0
-15.00
I
II
III
IV
2012
II
III
2013
IV
II
III
IV
2014
Grafik 6.5.
6.2.
PROSPEK INFLASI
Laju inflasi diyakini menurun pada triwulan I 2015. Secara keseluruhan 2015, tekanan
inflasi diperkirakan akan lebih rendah dibanding 2014. Penurunan laju inflasi pada triwulan
pertama akan bersumber dari kelompok administered price dan volatile food, sementara laju
inflasi kelompok inti diperkirakan relatif stabil.
Pada triwulan I 2015, penurunan laju inflasi terutama akan bersumber dari kelompok
administered price, yaitu bensin, solar dan tarif angkutan. Kondisi tersebut sejalan dengan
penurunan harga bensin dan solar sebanyak 2 (dua) kali oleh pemerintah pada 1 dan 19
Januari 2015. Secara total pada Januari, harga bensin dan solar menurun masing-masing
sebesar 23,53% dan 14,67%. Penurunan harga BBM tersebut kemudian mendorong
penurunan tarif angkutan. Di Batam dan Tanjungpinang, secara rata-rata tarif angkutan
menurun pada kisaran 10
cenderung meningkat di awal tahun. Namun, terdapat risiko peningkatan inflasi inti karena
permintaan peningkatan menjelang hari raya Imlek 2015.Ekspektasi positif konsumen
terhadap penurunan inflasi akan menjadi faktor pendorong penurunan laju inflasi.
Berdasarkan hasil survei konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau
periode Oktober
2015 sebesar 4,01%. Proyeksi inflasi tersebut lebih rendah dibanding angka inflasi periode
yang sama tahun lalu sebesar 7,75% (yoy).
Tabel 6.2.
Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Riau
2014
200
IHK,% yoy
150
Tw I
Tw II
7,75%
6,03%
* angka proyeks i
100
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug
Sep
Okt
Nov
Dec
2014
Jan
2015
Grafik 6.6.
2015*
Total
Tahunan
4,41% 7,59% 5,9% - 6,1% 4,01%
Tw III
Tw IV
Tw I
BOKS - 4
Efek Domino Surat Edaran No. 11 Tahun 2014 Kemenpan RB terhadap Industri
Perhotelan Di Batam
Langkah pemerintah untuk melakukan penghematan anggaran, antara lain dengan menetapkan
larangan melakukan kegiatan di luar kantor bagi instansi pemerintah sebagaimana Kemenpan RB
melalui Surat Edaran No. 11 Tahun 2014 mempengaruhi industri perhotelan di Batam. Tidak hanya
Batam, kota-kota tujuan wisata lainnya seperti Bogor juga terkena dampak, tercermin dari turunnya
pendapatan akibat pembatalan pemesanan hotel dari instansi-instansi pemerintah semenjak
diberlakukannya peraturan tersebut.
Tidak bisa dipungkiri, Batam adalah salah satu tujuan dinas instansi-instansi pemerintah. Selain
merupakan kota dengan berbagai fasilitas dan objek wisata yang relatif baik, kedekatan dengan
Singapura juga menjadi magnet yang kerap membuat instansi pemerintah menyelenggarakan
kegiatan-kegiatannya di Batam. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh KPw BI Kepulauan Riau pada
Januari 2015, pangsa pasar perhotelan di Batam tersebar cukup merata antara wisatawan asing,
wisatawan domestik ataupun dari kalangan corporate/perusahaan serta instansi pemerintah. Instansi
pemerintah dengan pangsa pasar mencapai 18,2% tentunya merupakan konsumen potensial bagi
hotel-hotel di Batam.
Efek domino SE Kemenpan RB pun dirasakan oleh industri perhotelan Batam dengan penurunan
drastis permintaan dari instansi pemerintah yang diberlakukan per 30 November 2014. Dari responden
yang di survei, total pembatalan pemesanan fasilitas hotel oleh instansi pemerintah sebanyak 77
pemesanan, dengan persentase responden yang menerima pembatalan pemesanan dari instansi
pemerintah mencapai 55,6%.
Wisatawan
Domestik,
21.7
Wisatawan
Asing, 33.2
Corporate,
32.0
Instansi
Pemerintah,
18.2
Tidak ada
pemesanan
33.3%
Tidak ada
pembatalan
11.1%
Pembatalan
pesanan
55.6%
Tidak hanya berdampak pada pemesanan, peraturan tersebut juga memberikan pengaruh yang cukup
signifikan terhadap aspek manajemen dan pemesanan fasilitas. Aspek manajemen diukur melalui
dampak terhadap penerimaan perusahaan, tenaga kerja, pangsa pasar (konsumen) dan strategi
marketing. Sementara aspek pemesanan fasilitas diukur melalui dampak terhadap pemesanan kamar
hotel, ruang serbaguna/lounge dan katering. Dampak yang diukur dengan skala kualitatif 1-6(1=
sangat tidak berpengaruh; 2=tidak berpengaruh; 3=kurang berpengaruh; 4=cukup berpengaruh; 5=
berpengaruh; 6=sangat berpengaruh) menunjukkan pemberlakuan peraturan Kemenpan RB
memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perhotelan di Batam.
Hal tersebut terkonfirmasi dari hasil survei yang menunjukkan pengaruh aspek manajemen dan
pemesanan fasilitas hotel memiliki aggregat indeks sebesar 4,3. Strategi marketing menjadi aspek yang
mendapat pengaruh paling signifikan terhadap pemberlakuan peraturan tersebut dengan indeks
sebesar 4,4 (cukup berpengaruh). Sementara variabel tenaga kerja mendapat indeks terendah dengan
nilai 3,9 (kurang berpengaruh). Variabel tenaga kerja mendapat indeks terendah disebabkan pihak
hotel tidak akan sesegera mengurangi tenaga kerja meskipun permintaan menurun karena biaya untuk
Bintang 4
Bintang 3
14
Jumlah Tamu
12
10
4.44
4.56
4.67
4.22
4.56
4.56
4.125
4.25
4.125
4.33
4.39
4.22
4.33
4.28
Target
Pasar
Strategi
Marketing
3.89
8
6
Investasi
4
3.75
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
Okupansi kamar
4
2
4.28
3.89
0
Penerimaan Tenaga
Kerja
Pendapatan
Tenaga Kerja
Mencermati dampak yang dihadapi, hotel di Batam menanggapi melalui perubahan strategi pasar yang
difokuskan pada wisatawan asing/domestik dan corporate/perusahaan. Selain itu, langkah yang telah
ditempuh antara lain dengan memperluas target pasar melalui promosi di bandara dan pelabuhan,
penawaran paket khusus pada agen travel serta sales call.
Tentunya langkah bijaksana yang telah ditempuh oleh pihak perhotelan dengan memfokuskan pada
wisatawan asing/domestik harus didukung oleh komitmen penuh pemerintah untuk memajukan sektor
pariwisata melalui pembenahan infrastruktur dan sarana publik yang sering dikeluhkan oleh wisatawan
(PES, Desember 2014). Bila tidak segera ditindaklanjuti, tentunya kemerosotan industri perhotelan akan
berlanjut dan secara langsung akan memberikan dampak negatif pada perekonomian Kepri.
Pentingnya perhotelan, tidak hanya sebagai penyokong pertumbuhan ekonomi Kepri tetapi juga
menjadi katalisator bagi sektor ekonomi lain (perdagangan dan transportasi) dan sumber pendapatan
asli daerah (PAD).
(Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau)
77
Tabel 1.
RINGKASAN EKSEKUTIF
INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN
WILAYAH KERJA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
INDIKATOR
MAKRO
Laju Inflasi (m-t-m)*
IHK Bahan Makanan
IHK Makanan Jadi
IHK Perumahan
IHK Sandang
IHK Kesehatan
IHK Pendidikan
IHK Transport
Pertumbuhan PDRB (q-t-q) **)
Ekspor (Juta USD)
Impor (Juta USD)
PERBANKAN (Bank Umum dan BPR)
Giro (miliar Rp)
Tabungan (miliar Rp)
Deposito (miliar Rp)
DPK (miliar Rp)
Total Asset (miliar Rp)
Kredit Umum (miliar Rp)
Suku Bunga Kredit (tertimbang)
Suku Bunga Dep 3 bln (tertimbang)
LDR (%)
NPL (%)
SISTEM PEMBAYARAN
Inflow (miliar Rp)
Outflow (miliar Rp)
PTTB (miliar Rp)
Volume Kliring (lembar)
Nominal Kliring (miliar Rp)
2014
Tw. I
Pertumb
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
0.11
118.31
108.71
105.70
104.83
104.17
105.26
114.51
0.32%
977.55
2,126.50
0.24
111.49
110.08
107.37
105.38
112.33
105.27
114.50
1.80%
988.17
2,385.13
0.42
116.98
112.48
108.74
105.75
112.62
108.22
115.64
2.43%
766.24
2,358.10
2.70
121.97
115.39
110.83
108.02
117.31
109.85
128.95
2.60%
946.36
2,052.74
2.28%
4.27%
2.59%
1.92%
2.14%
4.17%
1.50%
11.51%
0.17%
23.51%
-12.95%
12,848.89
16,004.92
11,017.78
39,871.59
46,319.90
30,759.43
10.04%
5.24%
77.15%
1.83%
14,420.47
16,403.94
12,289.53
43,113.95
49,718.53
32,086.14
10.14%
5.57%
74.42%
1.90%
13,785.78
16,841.39
12,888.47
43,515.64
50,772.08
33,122.49
10.37%
6.34%
76.12%
1.87%
12,258.19
17,707.56
13,162.98
43,128.73
50,748.57
33,388.13
10.65%
7.26%
77.42%
1.72%
-11.08%
5.14%
2.13%
-0.89%
-0.05%
0.80%
2.70%
14.51%
1.71%
-7.58%
709
1,295
63.68
140,548
4,902
369
2,542
83.43
140,580
4,742
914
3,081
173.68
114,020
4,175
588
3,204
158.10
122,737
4,670
-35.72%
4.00%
-8.97%
7.65%
11.84%
qtq
TABEL 2.
PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) KOTA BATAM
Mulai 1 Juli 2008 menggunakan Tahun Dasar 2007 = 100
Kelompok
Dec-14
OktoberMar-14
06
Jun-14
Sep-14
IndeksIndeks
Indeks
Indeks
Indeks
% Perbh.
UMUM
I. BAHAN MAKANAN
109.82
109.61
111.95
117.01
2.69
117.38
110.92
116.41
121.61
2.33
107.78
111.85
113.11
114.68
0.67
107.62
108.83
111.19
109.61
1.15
c. Ikan segar
122.41
116.19
123.41
119.73
(1.22)
d. Ikan diawetkan
107.74
109.81
112.28
114.44
1.37
107.80
109.09
111.05
109.47
2.40
f. Sayuran
138.41
115.11
134.18
139.26
15.91
g. Kacang-kacangan
102.53
102.44
100.99
113.96
5.87
h. Buah-buahan
117.36
116.39
119.30
118.44
0.25
i. Bumbu-bumbuan
150.55
98.42
112.98
175.41
2.08
105.14
110.22
111.75
108.14
(0.63)
103.17
103.36
104.25
101.08
107.57
109.07
111.59
114.54
1.61
104.79
106.20
108.62
111.97
2.09
102.97
103.09
103.50
105.36
0.46
120.30
123.39
128.28
131.08
1.30
beralkohol
105.49
107.40
108.75
110.27
0.47
105.78
107.63
107.51
108.96
0.26
104.39
104.45
110.38
112.82
1.31
104.18
105.78
105.72
105.90
(0.07)
107.11
113.27
113.63
114.63
0.23
IV. SANDANG
III. PERUMAHAN
104.10
104.47
104.65
107.14
1.69
106.48
106.78
107.61
108.77
(0.29)
102.48
102.62
104.32
105.61
1.12
c. Sandang anak-anak
103.07
103.07
104.04
109.99
2.78
104.19
105.15
102.75
104.25
3.10
V. KESEHATAN
103.73
113.08
113.25
118.60
3.72
a. Jasa kesehatan
102.41
129.91
129.91
143.18
10.21
b. Obat-obatan
105.33
106.09
106.29
108.22
0.15
100.00
100.00
100.00
101.68
105.00
106.15
106.48
107.97
(0.01)
104.90
104.85
107.23
109.06
1.53
OLAH RAGA
a. Jasa Pendidikan
107.78
107.78
112.58
115.66
2.36
b. Kursus-kursus/Pelatihan
100.00
100.00
100.00
100.00
107.53
107.53
107.55
106.87
d. Rekreasi
100.68
100.49
100.48
101.62
1.15
e. Olahraga
101.50
101.50
101.50
104.48
114.60
114.44
115.82
129.19
7.01
a. Transpor
121.64
121.40
123.53
143.47
9.95
101.59
101.52
101.52
101.57
0.05
101.31
101.31
101.31
101.31
d. Jasa Keuangan
100.96
100.96
100.96
113.26
TABEL 3.
PERKEMBANGAN INFLASI KOTA BATAM, PEKANBARU DAN NASIONAL
Kota
Q III/13 Q IV/13
Q I/14
1. Batam
0.53
0.66%
0.10%
0.27%
0.48%
2.69%
2. Pekanbaru
0.24
0.65%
0.15%
0.58%
0.43%
1.69%
-0.35
0.55%
0.88%
0.43%
0.27%
2.46%
3. Nasional
TABEL 4.
DATA PERBANKAN (BANK UMUM DAN BPR)
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Dlm.Juta Rp.
KETERANGAN
TOTAL ASSET
DANA PIHAK III
a. Giro
b. Tabungan
c. Deposito
Periode
Mar 2014
Jun 2014
Sep 2014
Des 2014
46,319,900
49,718,532
50,772,078
50,748,571
39,871,587
12,848,889
16,004,918
11,017,780
43,113,946
14,420,471
16,403,943
12,289,532
43,515,641
13,785,777
16,841,392
12,888,471
43,128,734
12,258,191
17,707,561
13,162,982
KREDIT
a. Jenis Penggunaan
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
30,759,435
10,998,766
8,149,654
11,611,015
32,086,137
11,591,772
8,028,228
12,466,138
33,122,493
11,214,812
9,226,851
12,680,830
b. Jenis Kredit
UMKM
Non UMKM
30,759,435
8,441,467
22,317,967
32,086,137
8,691,095
23,395,042
33,122,493
8,361,422
24,761,071
33,388,130
8,404,376
24,983,754
c. Kolektibilitas
Lancar
D.P.Khusus
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
30,759,435
28,921,519
1,274,226
131,288
72,242
360,160
32,086,137
30,041,423
1,435,621
119,268
66,667
423,158
33,122,493
31,316,869
1,187,500
102,682
89,529
425,912
33,388,130
31,650,436
1,161,837
58,309
102,621
414,926
RATIO
a. Loan to Deposit Ratio (LDR)
b. Penyaluran UMKM
77.15%
27.44%
74.42%
27.09%
76.12%
25.24%
33,388,130
10,930,054
9,347,251
13,110,824
77.42%
25.17%
TABEL 5.
DATA PERBANKAN (BANK UMUM DAN BPR)
WILAYAH KEPULAUAN RIAU *)
Dlm. Juta Rp.
KETERANGAN
Periode
Mar 2014
Jun 2014
Sept 2014
Des 2014
TOTAL ASSET
10,419,117
11,137,966
11,647,934
10,869,174
9,204,354
9,920,070
10,307,170
8,978,226
a. Giro
2,157,725
2,681,826
2,603,453
1,453,644
b. Deposito
4,557,419
4,537,428
4,699,530
4,889,169
c. Tabungan
2,489,211
2,700,816
3,004,187
2,635,412
a. Jenis Pengunaan
6,306,456
6,472,611
6,895,934
6,915,902
- Modal Kerja
1,846,582
1,743,571
1,875,700
1,833,163
- Investasi
1,029,001
974,885
1,071,629
1,068,119
- Konsumsi
3,430,873
3,754,156
3,948,605
4,014,620
b. Jenis Kredit
6,306,456
6,472,611
6,895,934
6,915,902
- UMKM
1,695,717
1,857,197
1,951,546
1,864,931
- Non UMKM
4,610,739
4,615,414
4,944,388
5,050,971
c. Kolektibilitas
6,306,456
6,472,611
6,895,934
6,915,902
5,926,895
6,054,266
6,465,985
6,532,056
231,897
259,831
261,888
235,733
- Kurang Lancar
25,909
27,378
28,396
15,342
- Diragukan
15,593
15,674
21,122
22,339
106,162
115,461
118,543
110,433
KREDIT
- Lancar
- D.P Khusus
- Macet
RATIO
a. Loan to Deposit Ratio (LDR)
68.52%
65.25%
66.90%
77.03%
b. Penyaluran UMKM
26.89%
28.69%
28.30%
26.97%
TABEL 6.
DATA PERBANKAN (BANK UMUM DAN BPR)
KOTA BATAM
Dlm. Juta Rp.
KETERANGAN
Periode
Mar 2014
Jun 2014
TOTAL ASSET
35,900,783
Jenis Kredit
UMKM
Non UMKM
c.
Kolektibilitas
Lancar
D.P. Khusus
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
RATIO
a. Loan to Dept Ratio (LDR)
b. Penyaluran UMKM
Sept 2014
Des 2014
38,580,566
39,124,143
39,879,397
30,667,233
10,691,164
11,447,499
8,528,570
33,193,875
11,738,644
11,866,515
9,588,716
33,208,470
11,182,324
12,141,862
9,884,284
34,150,508
10,804,547
12,818,391
10,527,570
24,452,978
9,152,184
7,120,653
8,180,141
25,613,526
9,848,201
7,053,343
8,711,982
26,226,559
9,339,112
8,155,221
8,732,225
26,472,227
9,096,891
8,279,133
9,096,204
24,452,978
6,745,750
17,707,228
25,613,526
6,833,898
18,779,628
26,226,559
6,409,876
19,816,682
26,472,227
6,539,445
19,932,782
24,452,978
22,994,624
1,042,329
105,379
56,649
253,998
25,613,526
23,987,157
1,175,790
91,890
50,992
307,697
26,226,559
24,850,884
925,613
74,286
68,407
307,369
26,472,227
25,118,379
926,104
42,968
80,282
304,494
79.74%
27.59%
77.16%
26.68%
78.98%
24.44%
77.52%
24.70%
TABEL 7.
DATA PENGALIRAN KAS MASUK / KELUAR
DAN KEGIATAN PEMBERIAN TANDA TIDAK BERHARGA (PTTB)
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
No
Nama
Bulan
Pengaliran
Masuk
(Jutaan Rp)
Pengaliran
Keluar
(Jutaan Rp)
Pemberian Tanda
Tidak Berharga
(Jutaan Rp)
Oktober 2013
November 2013
Desember 2013
Trw. IV 2013
217,107.00
110,055.44
54,155.84
381,318.28
919,201.00
866,058.06
1,776,710.03
3,561,969.08
166,127.00
145,794.40
72,341.33
384,262.73
Januari 2014
Februari 2014
Maret 2014
Trw. I 2014
264,227.05
270,000.86
175,257.26
709,485.17
517,980.90
246,778.42
530,048.04
1,294,807.35
19,597.82
5,660.00
38,419.52
63,677.35
April 2014
Mei 2014
Juni 2014
Trw. II 2014
142,226.14
123,064.20
103,563.41
368,853.75
715,097.65
830,046.03
997,345.91
2,542,489.59
30,500.56
7,454.49
45,478.56
83,433.62
Juli 2014
Agustus 2014
September 2014
Trw. III 2014
60,206.83
631,733.63
222,136.26
914,076.73
2,056,315.51
207,736.85
816,867.12
3,080,919.49
20,661.88
56,832.26
96,186.39
173,680.53
Oktober 2014
November 2014
Desember 2014
Trw. IV 2014
258,288.79
258,398.80
70,900.64
587,588.23
1,059,522.30
601,553.85
1,542,992.03
3,204,068.18
79,341.61
31,652.09
47,103.57
158,097.28
TABEL 8.
PERPUTARAN KLIRING BATAM, TANJUNG PINANG DAN TANJUNG BALAI KARIMUN
JENIS
A.
B.
WARKAT KLIRING
1. WARKAT (Lbr)
2. NOMINAL (Jt.Rp)
TOLAKAN KLIRING
1. CEK KOSONG
- Lembar
- Nominal (Jt.Rp)
2. BG. KOSONG
- Lembar
- Nominal (Jt.Rp)
3. ALASAN LAIN
- Lembar
- Nominal (Jt.Rp)
4. TOTAL TOLAKAN
- Lembar
- Nominal (Jt.Rp)
Trw.I/2014
Rata-Rata
Total
Perhari
140,548
4,901,999
2,304
80,361
Trw.II/2014
Rata-Rata
Total
Perhari
140,580
4,741,999
2,343
79,033
Trw.III/2014
Rata-Rata
Total
Perhari
114,020
4,175,192
1,900
69,587
Trw.IV/2014
Rata-Rata
Total
Perhari
122,737
4,669,639
1,917.77
72,963.11
746
100,454
12
1,647
847
55,256
14
921
614
60,784
10
1,013
584
44,662
9
697.84
1341
41,861
22
686
1518
46,556
25
776
1137
37,742
19
629
1159
36,445
18
569.45
696
22,830
11
374
541
15,370
9
256
451
19,490
8
325
438
19,551
7
305.48
2783
165,144
46
2,707
2906
123,552
48
2,059
2202
119,016
37
1,984
2181
100,658
34
1,572.78
Tabel 9.
Indikator Terpilih
INDIKATOR
2014
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
2014
MAKRO
Indeks Harga Konsumen Kota Batam
109.82
109.61
111.95
117.01
117.01
7.56%
6.10%
4.57%
7.61%
7.61%
35,628,192
36,269,674
37,151,002
38,118,700
147,167,567
1,307,974
1,331,691
1,365,263
1,374,249
5,379,177
5,609,473
5,637,277
5,693,159
5,894,811
22,834,720
13,837,697
14,194,078
14,504,965
14,845,425
57,382,164
301,725
306,985
315,262
322,726
1,246,698
46,459
46,425
47,289
47,592
187,765
Konstruksi
6,358,076
6,404,451
6,576,297
6,736,004
26,074,827
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
2,544,167
2,614,615
2,747,398
2,860,823
10,767,003
950,883
966,908
999,835
1,014,206
3,931,832
706,087
731,438
761,403
784,133
2,983,062
739,975
760,191
781,113
795,475
3,076,754
Jasa Keuangan
988,592
990,046
990,896
999,928
3,969,462
Real Estate
537,357
554,245
570,553
583,034
2,245,189
1,881
1,892
1,902
1,912
7,587
777,988
784,667
820,077
857,626
3,240,358
Jasa Pendidikan
457,527
469,624
484,369
493,785
1,905,305
313,430
322,468
334,198
341,472
1,311,568
Jasa lainnya
148,902
152,674
157,022
165,499
624,096
977.55
988.17
766.24
946.36
3,678.32
3,390.77
3,404.56
3,787.61
3,600.15
14,183.09
2,126.50
2,385.13
2,358.10
2,052.74
8,922.46
763.34
840.06
797.30
780.55
3,181.25
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik, Gas
Pengadaan Air
Jasa Perusahaan
Tabel 10.
Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Lokasi Proyek dan Lokasi Kantor Cabang
INDIKATOR
2013
Tw. IV
2014
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
PERBANKAN
Bank Umum
Total Aset (Rp miliar)
44,062.13
42,348.69
45,528.39
46,416.17
46,157.87
38,391.78
36,700.53
39,797.71
40,018.87
39,454.74
- Giro
14,029.16
12,848.89
14,420.47
13,785.78
12,258.19
- Tabungan
16,240.94
15,525.65
15,921.06
16,351.19
17,201.19
- Deposito
8,121.68
8,325.99
9,456.18
9,881.89
9,995.35
37,946.47
37,412.91
38,541.18
38,832.25
39,535.53
- Modal kerja
15,370.53
14,611.23
15,436.21
14,915.71
14,937.55
- Investasi
11,948.55
11,901.02
11,680.95
12,006.29
12,310.57
- Konsumsi
10,627.38
10,900.67
11,424.02
11,910.25
12,287.40
- LDR
Kredit (Rp miliar) - berdasarkan lokasi kantor cabang
98.84%
101.94%
96.84%
97.03%
100.20%
28,234.54
27,693.63
28,843.73
29,698.06
29,831.78
10,748.92
10,093.60
10,611.84
10,192.62
9,901.15
- Investasi
7,857.54
7,846.33
7,692.13
8,869.09
8,983.97
- Konsumsi
9,628.08
9,753.70
10,539.77
10,636.34
10,946.66
- Modal kerja
- LDR
73.54%
75.46%
72.48%
74.21%
75.61%
7,606.61
7,405.28
7,596.85
7,221.12
7,262.57
BPR
Aset
3,968.62
3,971.21
4,190.15
4,356.00
4,590.70
3,052.16
3,171.06
3,316.24
3,496.78
3,674.00
321.37
479.27
482.89
490.20
506.37
2,730.79
2,691.79
2,833.35
3,006.58
3,167.63
2,965.88
3,065.81
3,242.40
3,424.44
3,556.35
- Modal kerja
897.53
905.17
979.93
1,022.19
1,028.91
- Investasi
290.06
303.33
336.10
357.76
363.28
1,778.29
1,857.31
1,926.37
2,044.49
2,164.16
978.12
1,036.18
1,094.24
1,140.30
1,141.80
- Tabungan
- Deposito
Kredit (Rp miliar) - berdasarkan lokasi proyek
- Konsumsi
Kredit UMKM (Rp miliar)
Rasio NPL gross (%)
LDR
2.46%
3.07%
3.31%
3.23%
2.58%
97.17%
96.68%
97.77%
97.93%
96.80%
Tabel 11.
Perkembangan Sistem Pembayaran di Provinsi Kepulauan Riau
INDIKATOR
2013
2014
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
1,813.82
1,293.61
1,553.31
1,555.94
1,769.73
381
709
369
914
588
3,562
1,295
2,542
3,081
3,204
384.26
63.68
83.43
173.68
158.10
26,856
21,559
23,581
23,468
25,356
30,902
26,977
27,371
27,849
29,396
440.26
359.32
393.02
384.72
396.19
506.59
449.62
456.18
456.54
459.31
4,936
4,902
4,742
4,175
4,670
140,475
140,548
140,580
114,020
122,737
80.92
81.70
79.03
68.45
72.96
2,303
2,342.47
2,343.00
1,869.18
1,917.77
Transaksi Tunai
Posisi Kas Gabungan (Rp miliar)
Inflow (Rp miliar)
Outflow (Rp miliar)
Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping)
Kliring
Nominal Perputaran Kliring (Rp miliar)
Volume Perputaran Kliring