Anda di halaman 1dari 33

Kebutuhan seksual

KEBUTUHAN SEKSUAL

Definisi kebutuhan seksualitas


Merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan 2 individu secara
pribadi yg saling menghargai, memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah
hubungan timbal balik antara kedua individu tersebut.
seksualitas meliputi bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan
bagaimana mereka mengkomunuksikan perasaan tersebut terhadap orang lain melalui
tindakan yang dilakukannya seperti, sentuhan, ciuman, pelukan, senggama, atau melalui
perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpakaian, dan
perbendaharaan kata.
Raharjo (1999) menjelaskan bahwa seksualitas merupakan suatu konsep,

kontruksi sosial terhadap nilai, orientasi, dan perilaku yang berkaitan dengan seks.
Bentuk abnormalitas seksual
Banyak dorongan seksual abnormal yang dapat menyebabkan terganggunya
fungsi seksual atau terjadinya abnormalitas seksual. Beberapa bentuk abnormalitas
seksual akibat dorongan seksual abnormal antara lain:
1. Prostitusi. Bentuk penyimpangan seksual dengan pola dorongan seks yang tidak
wajar dan tidak terintegrasi dalam kepribadian, sehingga relasi seks bersifat
impersonal, tanpa adanya afeksi dan emosi yang berlangsung cepat, dan tanpa adanya
orgasme pada wanita. Kejadian ini dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan.
Pada laki-laki, prostitusi disebabkan karena keinginan mencari variasi dalam seks,
iseng, dan ingin menyalurkan kebutuhan seksual. Pada wanita, kejadian ini dapat
disebabkan oleh faktor ekonomi, adanya disorganisasi kehidupan keluarga, dan
adanya nafsu seks yang abnormal.
2. Perzinahan. Bentuk relasi seksual antara laki-laki dan wanita yang bukan suami atau
istri. Perzinahan pada wanita baru mengarah kehubungan seksual dengan laki-laki
lain setelah adanya relasi emosional atau afeksional yang sangat kuat. Pada pria,
perzinahan biasanya disebabkan oleh rasa iseng atau dorongan untuk memuaskan
seks secara sesaat.
3. Frigiditas. Merupakan ketidakmampuan wanita mengalami hasrat seksual atau
orgasme

selama

senggama.

Frigiditas

ditandai

dengan berkurangnya

atau

ketidaktertarikan sama sekali pada hubungan seksual atau tidak mampu menghayati

orgasme dalam koitus (hubungan intim). Beberapa faktor yang menyebabkan


frigiditas adalah kelainan dalam rahim atau vagina, adanya hubungan yang tidak baik
dengan suami, rasa cemas, bersalah, atau takut.
4. Impotensi. Ketidakmampuan pria untuk melakukan relasi seks atau senggama atau
ketidakmampuan pria dalam mencapai atau mempertahankan ereksi. Gangguan ini
banyak disebabkan oleh faktor psikologis, seperti kecemasan atau ketakutan,
pengalaman buruk masa lalu, dan persepsi seks yang salah.
5. Ejakulasi Prematur. Merupakan kondisi dimana terjadinya pembuangan sperma yang
terlalu dini sebelum zakar melakukan penetrasi dalam liang senggama atau
berlangsung ejakulasi beberapa detik sesudah penetrasi. Masalah ini umumnya
disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri serta kegagalan dalam membangun
hubungan suami istri.
6. Vaginismus. Peristiwa yang ditandai dengan kejang yang berupa penegangan atau
pengerasan yang sangat menyakitkan pada vagina atau kontraksi yang sangat kuat
sehingga penis terjepit dan tidak bisa keluar. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan
organis dan psikologis (ketakutan).
7. Dispareunia. Keadaan yang ditandai dengan timbulnya kesulitan dalam melakukan
senggama atau perasaan sakit pada saat koitus. Kejadian ini dapat terjadi pada saat
sperma keluar, karena kurangnya cairan vagina, dan lain-lain.
8. Anorgasme. Kondisi kegagalan dalam mencapai klimaks selama bersenggama,
biasanya bersifat psikis, ditandai dengan pengeluaran sperma tanpa mengalami
puncak kepuasan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor psikis atau adanya faktor
organik seperti ketidakmampuan penetrasi untuk memberi rangsangan atau vagina
yang longgar.
9. Kesukaran Koitus Pertama. Keadaan dimana terjadi kesulitan dalam melakukan
koitus pertama dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan diantara pasangan,
adanya ketakutan atau rasa cemas dalam berhubungan seks, dan lain-lain.

Tinjauan Seksual Dari Beberapa Aspek


Makna seksual dapat ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya:
1.

Aspek Biologis
Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan anatomidan fisiologi dari sistem
reproduksi (seksual), kemampuan organ seks, danadanya hormonal serta sistem saraf yang
berfungsi atau berhubungan dengankebutuhan seksual.
2.
Aspek Psikologis
Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jeniskelamin,sebuah perasaan dari diri
sendiri terhadap kesadaran identirasnya,serta memandang gambaran seksual atau bentuk konsep
diri yang lain.
3.
Aspek Sosial Budaya
Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlakudi masyarakat terhadap
kebutuhan seksual serta perilaku di masyarakat

Faktor faktor yang mempengaruhi masalah seksual


1. Pertimbangan Perkembangan
Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial, emosional dan

biologik kehidupan yang selanjutnya akan mempengaruhi seksualitas individu


Hanya aspek seksualitas yang telah dibedakan sejak fase konsepsi

2. Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan

Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk dapat

mencapai kepuasan seksual


Trauma atau stress dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan
kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari yang tentunya juga mempengaruhi

ekspresi seksualitasnya, termasuk penyakit


Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup yang positif
mengkontribusi pada kehidupan seksual yang membahagiakan

3. Peran dan Hubungan

Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat mempengaruhi


kualitas hubungan seksualnya

Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama yang memfasilitasi rasa nyaman
seseorang terhadap seksualitas dan hubungan seksualnya dengan seseorang yang
dicintai dan dipercayainya

Pengalaman dalam berhubungan seksual seringkali ditentukan oleg dengan siapa


individu tersebut berhubungan seksual

4. Konsep Diri
Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak langsung

terhadap seksualitas
5. Budaya, Nilai dan Keyakinan

Faktor budaya, termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas dapat


mempengaruhi individu

Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu tentang identitas dan perilaku


seksual

Budaya turut menentukan lama hubungan seksual, cara stimulasi seksual dan hal
lain terkait dengan kegiatan seksual

6. Agama

Pandangan agama tertenmtu yang diajarkan, ternyata berpengaruh terhadap


ekspresi seksualitas seseorang

Berbagai bentuk ekspresi seksual yang diluar kebiasaan, dianggap tidak wajar

Konsep tentang keperawanan dapat diartikan sebagai kesucian dan kegiatan


seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu

7. Etik

Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997) tergantung pada
terbebasnya individu dari rasa berssalah dan ansietas

Apa yang diyakini salah oleh seseorang, bisa saja wajar bagi orang lain

D. Perkembangan seksualitas
Tahapan perkembangan ini disebut tahapan psikoseksual karena memperesentasikan suatu
kebutuhan(dan pemuasan) seksual yang menonjol pada stiap tahapan perkembangan. Hambatan
yang terjadi pada proses pemenuhan kebutuhan seksual pada setiap tahapan - disebut fiksasi
berpotensi menyebabkan gangguan perilaku pada waktu dewasa.
Tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual:
1)

Tahap oral(0-1 tahun)


Kontak pertama yag dilakuka oleh bayi setelah kelahirannya adalah melalui

mulut(oral). Kepuasan seksual(kesenangan) pada saat ini diperoleh melalui mulut, yakni melalui
berbagai aktivitas mulut seperti makan, minum, dan menghisap atau menggigit. Fiksasi pada
tahap ini menyebabkan orang mengembangkan kepribadian oral, yakni menjadi orang yang
tergantung dan lebih senang untuk bertindak pasif dan menerima bantuan dari orang lain.
Tugas perkembangan utama fase oral adalah memperoleh rasa percaya, baik kepada diri
sendiri, dan orang lain. Cinta adalah perlindungan terbaik terhadap ketakutan dan
ketidakamanan. Anak-anak yang dicintai tidak akan banyak menemui kesulitan dalam menerima
dirinya, sebaliknya anak-anak yang merasa tidak diinginkan, tidak diterima, dan tidak dicintai
cenderung mengalami kesulitan dalam menerima dirinya sendiri, dan belajar untuk tidak
mempercayai orang lain, serta memandang dunia sebagai tempat yang mengancam. Efek
penolakan pada fase oral akan membentuk anak menjadi pribadi yang penakut, tidak aman, haus
akan perhatian, iri, agresif, benci, dan kesepian.
2)

Tahap anal(1-3 tahun)


Interaksi melalui fungsi pembuangan isi perut(anal) dan memperoleh kesenangan

melalui aktivitas-aktivitas pembuangan.Pada fase anal anak banyak berhadapan dengan tuntutantuntutan orangtua, terutama yang berhubungan dengan toilet training, dimana anak memperoleh
pengalaman pertama dalam hal kedisiplinan.Fiksasi pada tahapan ini menyebabkan anak
mengembangkan kepribadian anal, yakni menjadi orang yang sangat menekankan kepatuhan,
konformitas, keteraturan, menjadi kikir, dan suka melawan atau memberontak. Tugas
perkembangan pada fase ini adalah anak harus belajar mandiri, dan belajar mengakui dan
menangani perasaan-perasaan negatif. Banyak sikap terhadap fungsi tubuh sendiri yang
dipelajari anak dari orangtuanya. Selama fase anal anak akan mengalami perasaan-perasaan

negatif seperti benci, hasrat merusak, marah, dan sebagainya, namun mereka harus belajar bahwa
perasaan-perasaan tersebut bisa diterima. Hal penting lain yang harus dipelajari anak adalah
bahwa mereka memiliki kekuatan, kemandirian, dan otonomi.
3)

Tahap palis(3-5 tahun)


Pada fase ini anak laki-laki dan perempuan senang menyentuh (mengeksploitasi) organ

kelaminnya untuk memperoleh kesenangan sambil melakukan fantasi-fantasi seksual. Anak lakilaki mengembangkan fantasi seksual dengan ibunya disebut oedipus complex dan anak
perempuan mengembangkan fantasi seksual dengan ayahnya disebut electra complex. Jika
konflik oedipal ini tak terpecahkan, anak laki-laki aka berkembang menjadi homoseksual atau
heteroseksual sedangka anak perempuan akan menjadi wanita genit penggoda pria atau lesbian..
Fase Phalic juga merupakan periode perkembangan hati nurani, dimana anak belajar mengenai
standar-standar moral. Selama fase ini anak perlu belajar menerima perasaan seksualnya sebagai
hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya sendiri secara sehat. Mereka membutuhkan
contoh yang memadai bagi identifikasi peran seksual, untuk mengetahui apa yang benar dan
salah, serta apa yang maskulin dan feminin, sehingga mereka memperoleh perspektif yang benar
tentang peran mereka sebagai anak laki-laki atau anak perempuan.
4)

Tahap laten(6-12 tahun)


Pada tahap ini anak laki-laki dan anak perempuan menekankan semua isu-isu oedipal

dan kehilangan minat seksualnya. Sebaliknya, mereka mulai melibatkan dirinya ke dalam
kelompok bermain yang terdiri atas anak-anak lain dari jenis kelamin yang sama, baik kelompok
yang kelompok yang bersifat full male atau full female. Namun berkurangnya perhatian pada
masalah seksual itu bersifat laten dan masih akan terus memberikan pengaruh pada tahap
perkembangan kepribadian berikutnya.
5)

Tahap genital(12 tahun keatas)


Fase genital dimulai pada usia 12 tahun, yaitu pada masa remaja awal dan berlanjut

terus sepanjang hidup. Pada fase ini energi seksual anak mulai terarah kepada lawan jenis bukan
lagi pada kepuasan diri melalui masturbasi, dan anak mulai mengenal cinta kepada lawan
jenis.

Ketika memasuki masa pubertas anak-anak mulai tertarik satu sama lain dengan lawan jenisnya
dan menjadi manusia yang lebih matang. Mereka saling mengembangkan afeksi (hubungan) dan
minat-minat seksual, cinta, dan bentuk-bentuk keterikatan yang lain.

Keseksualan autoerotik
Autoerotisisme, sebagaimana yang namanya membayangkan, ialah kegiatan seks yang tidak
melibatkan orang lain sebagai pasangan. Ia boleh mengambil bentuk pelancapan, tetapi banyak
jenis parafilia (amalan seks yang luar biasa) juga serupa tidak memerlukan pasangan.
Kebanyakan amalan autoerosisme adalah agak selamat atau selamat pada keseluruhannya.
Bagaimanapun,

terdapat

beberapa

bentuknya

yang

dianggap

tidak

selamat.

Ini

termasuk pengasfiksian autoerotik dan perhambaan diri. Kemungkinan kecederaan atau juga
kematian wujud semasa melakukan versi fetisy pasangan (permainan cekik dan perhambaan)
dinaikkan dengan ketara, akibat keterasingan dan ketiadaan bantuan semasa kecemasan.
Pengasfiksian autoerotik menuntut banyak nyawa pemuda setiap tahun.
Keseksualan alternatif
Terdapat beberapa bentuk untuk apa yang dipanggil keseksualan alternatif. Ini biasanya
berdasarkan pilihan masing-masing, dan berbeza-beza antara apa yang umumnya diterima atau
ditoleransi, sehingga jenis yang penuh dengan perbalahan atau haram di sisi undang-undang.
Contoh-contoh

untuk

bentuk

keseksualan

alternatif

yang

kurang

biasa

termasuk

kegiatanBDSM yang kegiatan penguasaan dan penyerahan merupakan ciri-ciri utama kegiatan
seks, serta keseksualan haiwan yang pasangan jangka panjang merupakan spesies yang lain.

Siklus

Siklus respon seksual adalah tahapan yang terjadi saat kita melakukan kegiatan seksual. Secara
ilmiah siklus respon seksual diartikan sebagai perubahan fisik dan emosional yang terjadi saat
seseorang terangsang dan merangsang secara seksual melalui kegiatan seksual. Siklus respon
seksual dapat Anda rasakan saat berhubungan seksual dan masturbasi. Mengetahui bagaimana
tubuh Anda merespon setiap tahap selama siklus dapat meningkatkan hubungan Anda dan
membantu Anda menentukan penyebab masalah seksual yang mungkin Anda alami.
Siklus respon seksual memiliki empat tahap, yaitu tahap gairah, plateau, orgasme, dan resolusi.
Baik pria maupun wanita akan mengalami tahap ini saat melakukan kegiatan seksual. Waktu
yang dibutuhkan setiap orang untuk mengalami siklus respon seksual tidak sama. Kadang
seseorang bisa tahan lama pada tahap pertama, atau kadang ada orang dalam waktu singkat
sudah mencapai tahap orgasme. Mengetahui perbedaan-perbedaan ini dapat membantu Anda dan
pasangan lebih memahami satu sama lain tentang kemampuan seksualnya. Sehingga
keharmonisan akan selalu terjaga. Karena sejatinya, seks harus dilakukan dengan cinta dan
pengertian, bukan nafsu belaka.
Tahap 1: Gairah
Pada tahap ini, gairah seksual mulai terasa dan semakin lama akan meningkat. Tahap gairah
dapat berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam. Ciri-ciri umum tahap gairah
antara lain:

Ketegangan otot meningkat.

Denyut jantung dan pernapasan lebih cepat.

Kulit memerah (bercak kemerahan muncul di dada dan punggung).

Puting menjadi mengeras atau tegak (wanita).

Aliran darah ke alat kelamin meningkat, mengakibatkan pembengkakan klitoris wanita


dan labia minora (bibir bagian dalam), dan ereksi penis bagi pria.

Pelumasan vagina dimulai.

Payudara wanita mengencang (membesar) dan dinding vagina mulai membengkak.

Testis pria membengkak, skrotum menjadi kencang, dan mulai mensekresikan cairan
pelumas.

Tahap 2: Plateau (Klimaks)


Pada tahap plateau, Anda akan merasakan hasrat seksual tinggi. Kenikmatan seksual yang
membuat Anda melupakan masalah-masalah Anda. Ini adalah puncak kenikmatan sebelum
mencapai orgasme. Ciri-ciri umum tahap plateau antara lain:

Semua perubahan yang terjadi pada tahap 1 (gairah) lebih intensif.

Vagina terus membengkak karena peningkatan aliran darah

Dinding vagina berubah menjadi ungu gelap.

Klitoris wanita menjadi sangat sensitif, bahkan terasa sakit jika disentuh. Klitoris juga
akan dan memendek ke bawah, untuk menghindari rangsangan langsung dari penis.

Testis pria itu ditarik ke dalam skrotum, posisi testis naik ke atas.

Pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah terus meningkat.

Kejang otot mungkin terjadi pada kaki, wajah, dan tangan.

Ketegangan otot meningkat.

Tahap 3: Orgasme
Orgasme adalah klimaks dari siklus respon seksual. Ini adalah tahap yang paling singkat dari
siklus respon seksual, yang berlangsung hanya beberapa detik. Ciri-ciri umum tahap orgasme
antara lain:

Kontraksi otot meningkat.

Tekanan darah, denyut jantung, dan pernapasan berada pada tingkat tertinggi, dengan
asupan oksigen yang cepat.

Otot pada kaki kejang.

Ketegangan pada organ seksual meningkat.

Pada wanita, otot-otot vaginanya kontraksi. Rahim juga mengalami kontraksi berirama.

Pada pria, kontraksi ritmis dari otot-otot di pangkal penis mengakibatkan ejakulasi air
mani.

Ruam atau "Gejolak seks" dapat muncul di seluruh tubuh.

Tahap 4: Resolusi
Selama resolusi, tubuh secara perlahan kembali berfungsi secara normal. Tahap ini ditandai

dengan perasaan puas, lega, nyaman, merasa semakin intim dengan pasangan, dan juga
kelelahan. Berbeda dengan wanita yang bisa langsung kembali mengalami tahap 1 setelah
resolusi, pria membutuhkan waktu lebih lama untuk kembali bergairah. Waktu yang dibutuhkan
pria untuk kembali mendapatkan gairah seksual setelah orgasme disebut periode refrakter.
Lamanya periode refrakter bervariasi antara pria satu dengan yang lain. Biasanya, semakin tua
usia pria, semakin lama pula periode refrakter yang dialaminya.

A. Definisi
Istilah disfungsi seksual menunjukkan adanya gangguan pada salah satu atau lebih aspek
fungsi seksual (Pangkahila, 2006). Bila didefinisikan secara luas, disfungsi seksual adalah
ketidakmampuan untuk menikmati secara penuh hubungan seks. Secara khusus, disfungsi
seksual adalah gangguan yang terjadi pada salah satu atau lebih dari keseluruhan siklus respons
seksual yang normal (Elvira, 2006). Disfungsi seksual adalah gangguan di mana klien
mengalami kesulitan untuk berfungsi secara adequate ketika melakukan hubungan seksual.
Sehingga disfungsi seksual dapat terjadi apabila ada gangguan dari salah satu saja siklus respon
seksual.
Disfungsi seksual, juga disebut Disfungsi Psikoseksual, ketidakmampuan seseorang
untuk mengalami gairah seksual atau untuk mencapai kepuasan seksual di bawah kondisi yang
tepat, sebagai hasil dari baik gangguan fisik atau, lebih umum, masalah psikologis. Bentuk yang
paling umum dari disfungsi seksual secara tradisional telah diklasifikasikan sebagai impotensi
(ketidakmampuan seorang pria untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis ) dan
frigiditas (ketidakmampuan wanita untuk mencapai gairah atau orgasme selama hubungan
seksual ). Karena istilah-istilah impotensi dan frigiditas--telah mengembangkan konotasi
merendahkan dan menyesatkan, mereka tidak lagi digunakan sebagai klasifikasi ilmiah, yang
telah digantikan oleh hal yang lebih spesifik, namun, kedua istilah tetap dalam pemakaian umum,
dengan berbagai arti dan asosiasi (lihat frigiditas , impotensi ).

Disfungsi seksual diakui oleh terapis profesional meliputi hyposexuality (atau


menghambat gairah seksual), di mana gairah seksual dapat dicapai hanya dengan kesulitan besar;
anorgasmia , di mana seorang wanita memiliki ketidakmampuan berulang dan gigih untuk
mencapai orgasme meskipun rangsangan seksual yang normal; vaginismus , di mana vagina
wanita kontrak otot kuat selama hubungan seksual, senggama membuat sulit atau tidak mungkin;
dispareunia , di mana seorang perempuan mengalami rasa sakit yang signifikan selama upaya
hubungan seksual, ereksi impotensi , di mana seorang pria tidak dapat mempertahankan ereksi;
impotensi ejakulasi (atau dihambat laki-laki orgasme), di mana seorang pria tidak dapat
mencapai orgasme pada wanita vaginanya , meskipun ia dapat mempertahankan ereksi dan dapat
mencapai orgasme dengan metode lain, dan ejakulasi dini , di mana pria berejakulasi sebelum
atau segera setelah memasuki vagina.
Dalam kebanyakan kasus, masing-masing mencerminkan disfungsi individu kecemasan
atau perasaan negatif lainnya tentang seks tindakan atau pasangan, meskipun konflik emosional
di luar hubungan seksual itu sendiri juga dapat menghasilkan kegagalan fungsi seksual. Yang
sesuai seks terapi , yang dirancang untuk membantu individu bersantai di perannya seksual,
sering dapat mengatasi kecemasan dan menghilangkan disfungsi, meskipun keberhasilan terapi
tersebut sangat bervariasi di antara berbagai disfungsi dan di antara pasien individu. Saat kondisi
fisik tertentu predisposisi disfungsi, harus ditangani secara medis, alkohol dan endokrin atau
gangguan neurologis adalah salah satu penyebab fisik umum dari disfungsi seksual. Disfungsi
seksual yang sekunder terhadap psikologis atau lebih parah gangguan kepribadian tertentu
mungkin memerlukan psikoterapi

B.Macam-macam Disfungsi Seksual


Parafilia

Parafilia adalah gangguan seksual yang ditandai oleh khayalan seksual yang khusus dan
desakan serta praktek seksual yang kuat yang biasanya berulang kali dan menakutkan

Jenis-jenisnya:
1. Ekhibisionisme

Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau


perilaku yang berulang dan kuat untuk memamerkan alat kelaminnya
kepada orang yang tidak dikenal atau tidak menduga

Sekurangnya 6 bulan

. Fetihisme

Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau


perilaku yang berulang dan kuat berupa pemakaian benda-benda mati (mis.
Pakaian dalam wanita)

Sekurangnya 6 bulan

Objeknya bukan perlengkapan pakaian wanita yang digunakan pada cross


dressing (berpakaian lawab jenis)

3. Frotteurisme

Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau


perilaku yang berulang dan kuat untuk menyentuh atau bersenggolan dengan
orang yang tidak menyetujuinya

Sekurangnya 6 bulan

4. Pedofilia

Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau


perilaku yang berulang dan kuat berupa aktivitas seksual dengan anak
prapuberitas atau anak-anak (biasanya berusia 13 tahun atau kurang)

Sekurangnya 6 bulan

5. Masokisme Seksual

Mendapat kesenangan seksual karena disiksa atau didominasi

Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau


perilaku yang berulang dan kuat berupa tindakan (nyata atau distimulasi) sedang
dihina, dipukuli, diikat, atau hal lain yang membuat menderita

6. Sadisme Seksual

Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau


perilaku yang berulang dan kuat berupa tindakan (nyata atau distimulasi) di mana
penderitaan korban secara fisik atau psikologis (termasuk penghinaan) adalah
mengembirakan pelaku secara seksual

Sekurangnya 6 bulan

7. Veyourisme

Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau


perilaku yang berulang dan kuat berupa mengamati orang yang telanjang yang
tidak menaruh curiga, sedang membuka pakaian, atau melakukan hubungan
seksual

Sekurangnya 6 bulan

8. Fetihisme Transvestik

Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau


perilaku yang berulang dan kuat berupa cross dressing

Sekurangnya 6 bulan

Fungsi seksual dapat dirugikan oleh stres dalam tiap bentuknya oleh gangguan emosional,
oleh ketidaktahuan fungsi dan fisiologis seksual. Disfungsi mungkin seumur hidup atau
didapat yaitu berkembang setelah periode normal. Disfungsi mungkin umum atau situasional
yaitu terbatas pada pasangan tertentu atau situasi tertentu.
Fase siklus respon seksual menurut DSM-IV dan disfungsi seksual yang menyertai adalah :

Fase hasrat atau dorongan


Mencerminkan motivasi pasien, dorongan, dan kepribadian. Ditandai oleh khayalan
seksual dan hasrat untuk melakukan hubungan seks.
Disfungsi: gangguan dorongan seksual hipoaktif, gangguan keengganan seksual,
gangguan dorongan seksual hipoaktif karena kondisi medis umum 1 (laki-laki atau
perempuan), disfungsi seksual karena zat dengan gangguan dorongan.
Fase rangsangan
Terdiri dari perasaan subjektif tentang kenikmatan seksual dan perubahan fisiologis yang
menyertai. Semua respon fisiologis yang ditemukan dalam fase ini dan plateau dari
masters dan johnson adalah disatukan dan terjadi pada fase ini.
Disfungsi : gangguan rangsangan seksual wanita, gangguan erektil laki-laki, gangguan
erektil laki-laki karena kondisi medis umum, disfungsi seksual akibat zat dengan
gangguan rangsangan.
Fase orgasme
Terdiri dari puncak kenikmatan seksual dengan pelepasan ketegangan seksual dan
kontraksi ritmik otot perineum dan organ reproduktif pelvik.
Disfungsi : gangguan orgasmik perempuan dan laki-laki, ejakulasi prematur, disfungsi
seksual lain karena kondisi medis umum, disfungsi seksual akibat zat dengan gangguan
orgasme.

Fase resolusi
Merupakan perasaan relaksasi umum, sehat dan kekenduran otot. Selama fase ini lakilaki adalah refrakterterhadap orgasme selama periodewaktu yang semakin panjang
dengan bertambahnya usia, sedangkan perempuan mampu mengalami orgasme multipel
tanpaperiode refrakter.
1

Disfungsi : disforia pascasanggama, nyeri kepala pascasanggama.


Sedangkan siklus respons seksual pada pria dan wanita menurut Kolodny, Master, Johnson,
1979 dapat dibagi menjadi 4 fase. Fase tersebut adalah fase perangsangan, fase plateau, fase
orgasmik, dan fase resolusi.

II. KLASIFIKASI
Subtipe disfungsi seksual
-

Karena faktor psikologis atau karena kombinasi faktor psikologis dan kondisi medis
umum.

Seumur hidup atau didapat

Menyeluruh atau situasional

Tujuh kategori disfungsi seksual dituliskan dalam Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders edisi keempat ( DSM-IV ) :

1. Gangguan hasrat seksual


Gangguan hasrat seksual dibagi menjadi dua kelas yaitu :
Gangguan hasrat seksual hipoaktif
Ditandai oleh defisiensi atau tidak adanya fantasi seksual dan hasrat untuk aktivitas
seksual. Gangguan ini lebih sering ditemukan. Diperkirakan 20 persen populasi total
menderita gangguan hasrat seksual hipoaktif. Keluhan dapat lebih sering ditemukan pada
wanita dibandingkan laki-laki.

Pasien dengan gangguan hasrat seringkali menggunakan inhibisi hasratnya dalam cara
defentif untuk melindungi terhadap ketakutan bawah sadar terhadap seks. Kriteria
diagnostik untuk gangguan dorongan seksual hipoaktif :

Kekurangan khayalan seksual dan keinginan untuk aktivitas seksual yang persisten
atau rekuren. Pertimbangan kekurangan atau tudak adanya hal tersebut dilakukan
oleh klinisi dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi
seksual seperti usia dan konteks kehidupan pasien.

Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.

Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan aksis I lainnya dan
semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu kondisi medis
umum.

Gangguan keengganan seksual


Ditandai oleh oleh suatu keengganan terhadap atau menghindari kontak seksual genital
dengan pasangan seksual.
Kriteria diagnostik untuk gangguan keengganan seksual :
-

Keengganan ekstrim yang persisten atau rekuran dan menghindari semua kontak
seksual dengan pasangan seksual.

Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.

Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan aksis I lainnya.

Sigmund freud memandang hasrat seksual yang terendah sebagia suatu akibat inhibisi
selama fase psikoseksual falik dan konflik oedipal yang tidak terselesaikan. Beberapa
laki-laki, terfiksasi pada stadium falik dari perkembangan, mereka ketakutan terhadap
vagina, percaya bahwa mereka akan terkastrasi jika mereka mendekatinya, suatu konsep
yang dinamakan freud sebagai vagina dentata karena mereka yakin secara tidak disadari
bahwa vagina mempunyai gigi. Dengan demikian mereka menghindari kontak kontak
dengan keseluruhan genital wanita. Tidak adanya hasrat seksual dapat juga disebabkan
oleh stres kronis, kecemasan dan depresi.
Abstinensi dari seks untuk jangka waktu yang lama kadang-kadang menyebabkan
penekanan impuls seksual. Tidak adanya hasrat seksual juga merupakan ekspresi
permusuhan atau tanda pemburukan hubungan. Dalam satu penelitian terhadap pasangan

muda yang menikah yang tidak melakukan hubungan seksual selama periode dua bulan,
percekcokan perkawinan merupakan alasan yang paling sering diberikan untuk
terhentinya atau inhibisi aktivitas seksual.
Adanya gairah tergantung pada beberapa faktor yaitu :

Dorongan biologis

Harga diri yang adekuat

Pengalaman yang baik dengan seks

Tersedianya pasangan yang layak

Hubungan yang baik dalam bidang nonseksual dengan pasangannya

Kerusakan pada salah satu faktor tersebut dapat menyebabkan menurunnya hasrat.
2. Gangguan rangsangan seksual
Gangguan rangsangan seksual dibagi oleh DSM-IV menjadi:
Gangguan rangsangan seksual wanita
ditandai oleh kegagalan parsial atau komplit yang persisten atau rekuren untuk mencapai
atau mempertahankan respon lubrikasi-pembengkakan dari perangsangan seksual sampai
selesainya tindakan seksual. Prevalensi gangguan rangsangan seksual wanita biasanya
diperkirakan lebih rendah. Wanita yang menderita disfungsi fase perangsangan seringkali
memiliki masalah orgasme.

Kriteria diagnostik untuk gangguan rangsangan seksual wanita :

ketidakmampuan rekuren atau menetap untuk mencapai atau mempertahankan respon


lubrikasi-pembengkakan yang adekuat dari rangsangan seksual sampai selesainya
aktivitas seksual.

Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.

Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan aksis I lainnya dan
semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu kondisi medis
umum.

Banyak faktor psikologis seperti cemas, rasa bersalah dan ketakutan adalah berhubungan
dengan gangguan rangsangan seksual wanita. Pada beberapa wanita, gangguan fase
perangsangan adalah disertai dengan dispareunia dan dengan tidak adanya hasrat seksual.
Penelitian psikologis terhadap disfungsi seksual menyatakan bahwa suatu pola hormonal
yang normal mungkin berperan terhadap responsivitas pada wanita yang mengalami
disfungsi fase perangsangan.

William masters dan Virginia Johnson menemukan bahwa wanita terutama mengalami
perangsangan seksual sebelum onset menstruasi. Tetapi beberapa wanita melaporkan
bahwa mereka merasakan perangsangan seksual yang terbesar segera setelah menstruasi
atau ovulasi. Perubahan kadar testosteron, estrogen, prolaktin dan tiroksin telah
dilibatkan dalam gangguan rangsangan seksual wanita. Juga, medikasi dengan obat yang
memiliki sifat antihistamin atau antikolinergik menyebabkan penurunan lubrikasi vagina.
Beberapa bukti menyatakan bahwa wanita disfungsional adalah kurang menyadari respon
fisiologis

dari

tubuhnya,

seperti

vasokongesti,

selama

perangsangan

seksual

dibandingkan wanita lain.


Gangguan erektil laki-laki
Gangguan ereksi ini ditandai oleh kegagalan parsial atau komplit yang rekuren dan
persisten untuk mencapai atau mempertahankan ereksi sampai selesainya tindakan
seksual.

Kriteria diagnostik untuk gangguan erektil laki-laki :

Ketidakmampuan

rekuren

atau

menetap

untuk

mencapai,

atau

mempertahankan ereksi yang adekuat, sampai selesainya aktivitas seksual.

untuk

Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.

Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan aksis I lainnya dan
semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu kondisi medis
umum.

Seorang laki-laki dengan gangguan erektil laki-laki yang dialami seumur hidup tidak
mampu mendapatkan ereksi yang cukup untuk insersi vagina. Pada gangguan erektil lakilaki didapat laki-laki pernah berhasil mencapai penetrasi vagina pada suatu waktu dalam
kehidupan seksualnya tetapi selanjutnya tidak mampu untuk melakukan hal tersebut.
Pada gangguan erektil laki-laki situasional laki-laki mampu untuk melakukan koitus
dalam situasi tertentu tetapi tidak dalam situasi lainnya.

Alfred kinsey melaporkan bahwa 75 % dari semua laki-laki adalah impoten pada usia 80
tahun.penyebab gangguan erektil laki-laki mungkin organik atau psikologis atau
kombinasi keduanya, tetapi sebagian besar adalah psikologis. Riwayat penyakit yang
baik adalah memiliki kepentingan utama dalam menentukkan penyebab disfungsi. Jika
seorang laki-laki melaporkan mengalami ereksi spontan saat ia tidak merencanakan
untuk melakukan hubungan seks, mengalami ereksi di pagi hari atau memiliki ereksi
yang baik dengan masturbasi atau dengan pasangan lain dari yang biasanya, penyebab
organik impotensinya dapat diabaikan.

Freud menggambarkan satu jenis impotensi sebagian disebabkan oleh ketidakmampuan


untuk merukunkan perasaan kasih sayang terhadap seorang wanita dengan perasaan
bernafsu terhadapnya. Laki-laki dengan perasaan yang bertentangan tersebut dapat
berfungsi hanya pada wanita yang dipandang sebagai hina. Faktor lain yang berperan
dalam

impotensi

adalah

superego

yang

penghukum,

ketidakmampuan

untuk

mempercayai, dan perasaan ketidakberdayaan atau perasaan tidak diingini sebagai


pasangan.

Laki-laki mungkin tidak mampu untuk mengekspresikan impuls seksualnya karena


ketakutan, kecemasan, kemarahan, dan hambatan moral. Dalam hubungan yang
berkelanjutan, impotensi mungkin mencerminkan kesulitan antara pasangan, khususnya
jika laki-laki tidak dapat mengkonsumsi kebutuhannya atau kemarahannya dalam cara
yang langsung dan konstruktif. Disamping itu, episode impotensi adalah memperkuat,
dan laki-laki menjadi semakin cemas sebelum masing-masing pertemuan seksual.

3. Gangguan orgasme
Gangguan orgasmik wanita
Gangguan orgasmik wanita disebut orgasme wanita terinhibisi dalam DSM edisi ke tiga
yang direvisi disebut anorgasmia adalah didenifisikan sebagai inhibisi orgasme wanita
rekuren atau persisten, dan dimanifestasikan oleh keterlambatan orgasme yang rekuren
atau tidak adanya orgasme setelah fase perangsangan seksual yang normal yang dianggap
klinisi adekuat dalam fokus, intensitas, dan durasinya. Gangguan ini adalah
ketidakmampuan wanita untuk mencapai orgasme melalui masturbasi atau koitus.

Kriteria diagnostik untuk gangguan orgasmik wanita :

Keterlambatan atau tidak adanya orgasme yang menetap atau rekuren setelah fase
rangsangan seksual yang normal.

Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.

Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan aksis I lainnya dan
semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu kondisi medis
umum.

Penelitian pada fisiologi respon seksual wanita telah menunjukkan bahwa orgasme yang
disebabkan oleh stimulasi klitoris dan stimulasi vagina adalah identik secara fisiologis.
Teori freud wanita harus melepaskan kepekaan klitoris menjadi kepekaan vagina untuk
mencapai maturasi seksual sekarang dianggap menyesatkan tetapi beberapa wanita

mengatakan bahwa mereka mendapatkan perasaan kepuasan khusus dari orgasme yang
didapat melalui koitus.
Gangguan orgasmik wanita seumur hidup ditemukan jika wanita tidak pernah mengalami
orgasme oleh tiap jenis stimulasi. Gangguan orgasmik didapat jika wanita sebelumnya
pernah mencapai sekurangnya satu kali orgasmik, terlepas dari situasi atau cara stimulasi,
apakah melalui masturbasi atau selama tidur sambil mimpi.
Gangguan orgasmik wanita seumur hidupadalah lebih sering ditemukan pada wanita
yang tidak menikah dibandingkan wanita yang menikah.gangguan orgasmik wanita
didapat adalah suatu keluhan yang sering ditemukan pada populasi klinis. Faktor
psikologis yang berhubungan dengan gangguan orgasmik wanita adalah ketakutan akan
menjadi hamil, penolakan oleh pasangan seksual, kerusakan vagina, permusuhan
terhadap laki-laki, dan perasaan bersalah terhadap impuls seksual.
Untuk beberapa wanita orgasme disamakan dengan kehilangan kendali atau dengan
perilaku agresif, destruktif, atau kasar, ketakutan mereka terhadap impulsnya dapat
diekspresikan melalui orgasme. Wanita nonorgasmik mungkin bebas gejala atau mungkin
mengalami frustasi dalam berbagai cara termasuk keluhan pelvis sebagai nyeri abdomen,
gatal dan sekret vagina dan meningkatnya ketegangan, mudah tersinggung, dan
kelelahan.

Gangguan orgasmik laki-laki


Pada gangguan orgasmik laki-laki, mencapai ejakulasi selama koitus sangat sukar atau
tidak sama sekali. Seorang laki-laki menderita gangguan orgasmik seumur hidup jika ia
tidak pernah mampu mengalami ejakulasi selama koitus. Beberapa laki-laki mengalami
ejakulasi tetapi mengeluh adanya penurunan atau tidak ada rasa kenikmatan subjektif
selam amelakukan orgasmik ( anhedonia orgasmik ).

Kriteria diagnostik untuk gangguan orgasmik laki-laki :

Keterlambatan atau tidak adanya orgasme yang menetap atau rekuren setelah fase
rangsangan seksual yang normal.

Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.

Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan aksis I lainnya dan
semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu kondisi medis
umum.

Gangguan orgasmik laki-laki seumur hidup adalah menunjukkan adanya psikopatologi


yang parah. Laki-laki biasanya berasal dari latar belakang yang kaku dan puritan, ia
mungkin memandang seks sebagai dosa dan genital sebagai hal yang kotor dan mungkin
ia secara sadar atau tidak disadari memiliki harapan dan rasa bersalah terhadap incest. Ia
biasanya mengalami kesulitan dengan keakraban yang melebihi daerah hubungan
seksual.
Ejakulasi prematur
Ada beberapa tipe kelainan ejakulasi,, yaitu :

Ejakulasi premature,
Ini adalah ejakulasi yang muncul sebelum atau segera setelah penetrasi.

Ejakulasi yang terhambat,


Ini adalah ejakulasi yang lambat untuk muncul.

Ejakulasi retrograde
Ejakulasi ini timbul ketika orgasme dan mengalir kembali ke kandung kemih
daripada melalui urethra dan dari penis

Pada ejakulasi prematur laki-laki secara menetapmencapai orgasme dan ejakulasi


sebelum keinginannya. Tidak dapat kerangka waktu yang pasti untuk mendefinisikan

disfungsi. Diagnostik dibuat jika laki-laki secara teratur berejakulasi sebelum atau segera
setelah memasuki vagina. Masters dan Johnson memandang gangguan dalam
halpasangan dan memandang laki-laki sebagai menderita ejakulasi prematur jika ia tidak
dapat mengendalikan ejakulasi untuk jangka panjang selama hubungan intravagina untuk
memuaskan pasangannya sekurangnya pada setengahnya episode koitus.
Lebih sering ditemukan diantara laki-laki dengan pendidikan perguruan tinggi
dibandingkan laki-laki dengan pendidikan rendah. Kesulitan dalam mengendalikan
ejakulasi mungkin berhubungan dengan kecemasan terhadap tindakan seksual atau
ketakutan yang tidak disadari terhadap vagina.
Kriteria diagnostik ejakulasi prematur :

Ejakulasi yang persisten atau rekuren pada stimulasi seksual yang minimal sebelum,
pada atau segera setelah penetrasi dan sebelum pasien menginginkannya.

Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.

Ejakulasi prematur bukan semata-mata karna efek langsung dari suatu zat.

Gangguan orgasme lainnya


Kasus orgasme spontan multipel tanpa stimulasi seksual telah ditemukan pada wanita
yang disebabkan oleh fokus epileptogenik di lobus temporalis.

4. Gangguan nyeri seksual


Dispareunia

Merupakan nyeri genital yang rekuren atau persisten yang terjadi sebelum, selama atau
setelah hubungan seks baik pada laki-laki atau perempuan. Jauh lebih sering pada wanita
dan berhubungan atau lebih sering bersamaan dengan vaginismus. Episode vaginismus
dapat menyebabkan dispareunia atau sebaliknya. Diagnostik dispareunia tidak dapat

ditegakkan jika ditemukan suatu dasar organik untuk nyerinya atau jika pada wanita
keadaan ini disebabkan oleh vaginismus atau tidak adnya lubrikasi.
Nyeri pelvis kronis adalah keluhan yang kronis pada wanita dengan riwayat perkosaan
atau penyiksaan seksual pada masa anak-anak. Koitus yang nyeri mungkin disebabkan
dari ketegangan dan kecemasan terhadap tindakan seksual yang menyebabkan wanita
secara involunter mengkontraksikan otot-otot vaginanya. Rasa sakit tersebut adalah
nyatadan menyebbkan hibungan seksual tidak menyenangkan atau tidak dapat dilakukan.
Memperkirakan terjadinya sakit dapat menyebabkan wanita menghindari koitus sama
sekali. Jika pasangan melakukan hubungan seksual terlepas kesiapan wanita, ini lebih
memperberat.
Kriteria diagnostik untuk dispareunia :

Nyeri genital yang menetap atau rekuren yang berhubungan dengan hubungan
seksual baik pada laki-laki maupun wanita.

Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.

Gangguan tidak semata-mata disebabkan oleh vaginismus atau tidak adanya


lubrikasi, tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan aksis I lainnya dan semata-mata
bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu kondisi medis umum.

Vaginismus
Kontraksi otot pada sepertiga bagian luar vagina yang terjadi secara involunter yang
menghalangi insersi penis dan hubungan seks. Respon dapat terajadi selama pemeriksaan
ginekologi saat konstriksi vagina involunter menghalangimasuknya spekulum kedalam
vagina. Keadaan ini paling sering mengenai wanita yang berpendidikan tinggi dan
kelompok sosioekonomi tinggi.
Wanita yang menderita vaginismus mungkin secara tidak sadar berharap melakukan
koitus tetapi secara tidak disadari berharap untuk menghalangi penis memasuki
tubuhnya. Suatu trauma pemerkosaan dapat menyebabkan vaginismus. Wanita dengan
konflik psikoseksual dapat menganggap penis sebagai senjata. Pada beberapa wanita,

nyeri atau memperkirakan datangnya nyeri pada pengalaman koitus pertama


menyebabkan vaginismus.
Kriteria diagnostik untuk vaginismus :

Spasme involunter yang menetap atau rekuren pada otot-otot sepertiga bagian bawah
vagina yang menggangu hubungan seksual.

Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.

Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan aksis I lainnya dan sematamata bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu kondisi medis umum.

5. Disfungsi seksual karena kondisi medis umum


Kategori ini meliputi disfungsi seksual yang mengakibatkan penderitaan berat dan
kesulitan interpersonal dimana terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaaan
fisik atau temuan laboratorium adanya kondisi medis umum yang dianggap
menyebabkan disfungsi seksual.
Gangguan erektil laki-laki karena kondisi medis umum
Kriteria diagnostik untuk disfungsi seksual karena kondisi medis umum :

Disfungsi seksual yang bermakna secara klinis yang menyebabkan penderitaan yang
jelas atau kesulitan interpersonal yang menonjol dalam gambaran klinis.

Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan


laboratorium bahwa disfungsi seksual adalah dapat dijelaskan sepenuhnya oleh efek
fisiologis langsung dari suatu kondisi medis umum.

Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain
Dispareunia karena kondisi medis umum
Kelainan organik yang menyebabkan dispareunia dan vaginismus adalah sisa himen
yang teriritasi atau terinfeksi, jaringan parut episiotomi, infeksi kelenjar bartolin,
berbagai bentuk vaginitis, servisitis dan endometriosis. Nyeri pasca sanggama telah

dilaporkan pada wanita dengan miomata dan endometriosis dan menyebabkan


kontraksi uterus selama orgasme.

Wanita pasca menopouse mungkin mengalami dispareunia karena penipisan mukosa


vagina dan penurunan lubrikasi. Dispareunia dapat terjadi pada laki-laki tetapi jarang
dan biasanya berhubungan dengan suatu kondisi organik seperti penyakit peyronie,
yang terdiri dari plak sklerotik pada penis yang menyebabkan lengkung penis.

Gangguan hasrat seksual hipoaktif karena kondisi medis umum


Hasrat seksual seringkali menurun setelah penyakit parah atau pembedahan, terutama
jika citra tubuh terpengaruh setelah prosedur tertentu seperti mastektomi, ileostomi,
histerektomi, dan prostatektomi. Penyakit-penyakit yang menurunkan energi
seseorang, kondisi kronis yang memerlukan adaptasi fisik dan psikologis, dan
penyakit serius dapat menyebabkan orang menjadi terdepresi semuanya dapat
menyebabkan penurunan bermakna hasrat seksual pada laki-laki maupun pada
wanita. Obat-obatan yang menekan sistem saraf pusat atau menurunkan produksi
testosteron dapat menurunkan hasrat seksual.

Disfungsi seksual laki-laki lain karena kondisi medis umum


Kategori ini digunakan jika suatu ciri disfungsional lain adalah menonjol sebagai
contoh gangguan orgasmik atau tidak ada ciri lain yang menonjol. Gangguan
orgasmik laki-laki mungkin memiliki penyebab fisiologis dan dapat terjadi setelah
pembedahan pada saluran genitourinarius seperti prostatektomi. Keadaan ini
mungkin juga berhubungan dengan penyakit parkinson dan gangguan neurologi lain
yang melibatkan medula spinalis bagian lumbalis dan sakralis.
Disfungsi seksual wanita lain karena kondisi medis umum

Kategori ini digunakan jika terdapat ciri lain sebagai contoh gangguan orgasmik yang
menonjol atau jika tidak ada ciri lain yang menonjol. Beberapa penyakit sebagai
contoh hipotiroidisme, diabetes melitus, dan hiperprolaktinemia dapat mempengaruhi
kemampuan wanita untuk mengalami orgasme. Juga sejumlah obat mempengaruhi
kapasitas wanita untuk memiliki orgasme.

6. Disfungsi seksual karena zat


Diagnosis ini digunakan jika terdapat bukti-bukti riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
atau temuan laboratorium adanya intoksikasi atau putus zat. Zat yang disebutkan adalah
alkohol, amfetamin, atau zat yang berhubungan seperti kokain, opioid, sedatif, hipnotik,
atau ansiolitik.
Dalam dosis kecil, banyak zat yang meningkatkan kinerja seksual dengan menurunkan
inhibisi atau kecemasan atau dengan menyebabkan elevasi mood sementara. Tetapi
dengan pemakaian lanjut, kapasitas ereksi, orgasme atau ejakulasi menjadi terganggu.
Penyalahgunaan sedatif, ansiolitik, hipnotik dan khususnya opiat dan opioid hampir
selalu

menekan

hasrat

seksual. Alkohol

dapat

meningkatkan

awal

aktivitas

seksualdengan menghilangkan inhibisi, tetapi alkohol mengganggu kinerja seksual.

Kriteria diagnostik untuk disfungsi seksual akibat zat :

Disfungsi seksual yang bermakna klinis yang menyebabkan penderitaan yang jelas
atau kesulitan interpersonal yang menonjol dalam gambaran klinis.

Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
bahwa disfungsi seksual adalah sepenuhnya dijelaskan oleh pemakaian zat seperti
yang dimanifestasikan oleh salah satu (1) atau (2) :
(1) gejala dalam kriteria A timbul selama atau dalam satu bulan,
intoksikasi zat
(2) pemakaian medikasi secara etiologis berhubungan dengan gangguan.

Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh disfungsi seksual yang bukan
diakibatkan zat.

7. Disfungsi seksual yang tidak ditentukan


Kriteria diagnostik untuk disfungsi seksual yang tidak ditentukan:
Kategori ini termasuk disfungsi seksual yang tidak memenuhi kriteria untuk disfungsi
seksual spesifik. Contohnya adalah:

Tidak ada perasaan erotik subjektif walaupun terdapat rangsangan dan orgasme yang
normal.

Situasi dimana klinis telah menyimpulkan bahwa terdapat suatu disfungsi seksual
tetapi tidak mampu menentukkan apakah primer, karena kondisi medis umum atau
akibat zat.

Nyeri kepala pasca sanggama


Nyeri kepala pasca sanggama oleh nyeri kepala segera setelah koitus dan dapat
berlangsung selama beberapa jam. Keadaan ini biasanya digambarkan sebagai berdenyut,
dan terlokalisasi di daerah osipitalis atau frontalis. Penyebab tidak dapat diketahui.
Mungkin terdapat penyebab vaskular, kontraksi otot atau psikogenik. Koitus dapat
mencetuskan nyeri kepala migran atau nyeri kepala cluster pada orang yang
terpredisposisi.

Anhedonia orgasmik
Anhedonia orgasmik adalah suatu keadaan dimana orang tidak memiliki fisik orgasme,
walaupun komponen fisiologis tetap utuh. Penyebab organik seperti lesi sakral dan
sephalic yang mengganggu jalur afferen dari genitalia ke korteks harus didingkirkan.
Penyebab psikis biasanya berhubungan dengan rasa bersalah yang ekstrim mengenai

pengalaman kenikmatan seksual. Perasaan tersebut menghasilkan suatu jenis respon


dissosiatif yang mengisolasi komponen afektif pengalaman orgasmik dari kesadaran.
Nyeri masturbasi
Robekan kecil vagina atau peyronie awal dapat menyebabkan sensasi yang menyakitkan.
Orang mungkin melakukan masturbasi sampai suatu tingkat yang menyebabkan
kerusakan fisik pada genital dan pada akhirnya mengalami nyeri selama tindakan
masturbasi.

III. TERAPI
Sebelum tahun 1970 pengobatan yang sering untuk disfungsi seksual adalah psikoterapi
individual. Teori psikodinamika klasik menyatakan bahwa ketidakberdayaan seksual
memiliki akar pada konflik perkembangan awal dan gangguan seksual diobati sebagai bagian
gangguan emosional pervasif. Pengobatan dipusatkan pada penggalian konflik, motivasi,
fantasi dan berbagai kesulitan interpersonal yang tidak disadari.
Macam-macam terapi yang dilakukan adalah :

Terapi seks berdua


Dasar teori adalah konsep unit atau kesatuan perkawinan sebagai objek terapi. Dalam
terapi seks berdua tidak ada penerimaan gagasan setengah dari pasangan pasien adalah
sakit. Kedua pasangan adalah terlibat dalam hubungan yang menyakitkan secara seksual,
keduanya harus berperan dalam program terapi.

Teknik dan latihan fisik :


pada kasus vaginismus, wanita dianjurkan untuk mendilatasikan vagina dengan
membukanya dengan jari atau dilator lainnya. Pada kasus ejakulasi prematur, suatu
latihan yang dikenal sebagai teknik penekanan digunakan untuk meningkatkan ambang

eksitabilitas penis. Dalam latihan tersebut laki-laki atau wanita menstimulasi penis yang
terereksi sampai dirasakan sensasi terawal akan mengalami ejakulasi. Pada saat itu
wanita dengan kuat menekan sulkus korona dari glans penis, ereksi menurun, dan
ejakulasi dihambat. Program latihan akhirnya meningkatkan ambang sensasi untuk
ejakulasi yang tidak dapt dihindari dan memungkinkan laki-laki menjadi menyadari
sensasi seksualnya dan yakinterhadap kinerja seksualnya.

Hipnoterapi
Keberhasilan penggunaan hipnoterapi memungkinkan pasien mendapatkan kontrol
terhadap gejala yang telah menurunkan harga dirinya dan mengganggu homeostasis
psikologis. Pusat dari terapi adalah menghilangkan gejala dan perubahan sikap. Pasien
diinstruksikan untuk mengembangkan cara alternatif untuk menghadapi situasi yang
menyebabkan kecemasan, pertemuan seksual.
Dengan metode tersebut yang menghilangkan kecemasan, respon fisiologis yang terhadap
stimulasi seksual dapat segera menyebabkan rangsangan yang menyenangkan dan
pelepasan. Halangan psikologis terhadap lubrikasi vagina, ereksi dan orgasme
dihilangkan dan fungsi seksual dapt kembali normal.

Terapi tingkah laku


Ahli terapi perilaku memungkinkan pasien untuk mengatasi kecemasannya melalui
program standar desensitisasi sistemik. Program tersebut dirancang untuk menghambat
respon kecemasan yang dipelajari dengan mendorong perilaku antitetik terhadap
kecemasan. Latihan ketegasan adalah membantu dalam mengajari pasien untuk
mengekspresikan kebutuhan seksualnya secara terbuka dan tanpa rasa takut. Diberikan
secara bersama-sama dengan terapi seks. Pasien didorong untuk membuat permintaan
seksual dan menolak permintaan seksual yang dirasakan tidak beralasan. Satu variasi
pengobatan adalah melibatkan peran serta pasangan seksual pasien dalam program
desensitisasi.

Terapi kelompok
Digunakan untuk memeriksa masalah intrapsikis dan interpersonal pada pasien dengan
gangguan seksual. Terapi kelompok memberikan sistem dukungan yang kuat bagi pasien
yang malu, cemas, atau bersalah terhadap masalah seksual tertentu. Ini adalah tempat
pertemuan yang berguna untuk mengatasi mitos seksual, memperbaiki pandangan yang
salah, dan memberikan informasi yang akurat tentang anatomi, fisiologi, dan berbagai
perilaku seksual.

Terapi seks berorientasi analitik


Salah satu pengobatan yang paling efektif adalah pemakaian terapi seks digabungkan
dengan psikoterapi berorientasi psikodinamika atau psikoanalitik. Terapi seks dilakukan
selama periode waktu yang lebih lama dari biasanya dan jadwal pengobatan yang lebih
luas memungkinkan untuk mempelajari kembali kepuasan seksual.

Terapi biologis
Methohexital sodium intra vena telah digunakan dalam terapi desensitisasi. Obat
antianxietas telah digunakan pada pasien yang mengalami ketegangan, walaupun obatobatan dapat mempengaruhi respon seksual. Kadang-kadang efek samping obat tertentu
seperti thioridazine dan obat trisiklik digunakan untuk memperpanjang respon seksual
pada keadaan tertentu seperti ejakulasi prematur. Pemakaian trisiklik telah dianjurkan
dalam pengobatan pasien yang memiliki fobia terhadap seks.
Orientasi
Orientasi Seksual Orientasi seksual adalah dengan jenis kelamin mana seseorang lebih
tertarik secara seksual. Orientasi seksual dikategorikan menjadi dua yaitu heteroseks
(orang yang secara seksual tertarik dengan lawan jenis) dan homoseks (orang yang secara
seksual lebih tertarik dengan orang lain yang sejenis kelamin). Di antara kedua orientasi
seksual tersebut, masih ada perilaku-perilaku seksual yang sulit dimasukkan dalam satu
kategori tertentu karena banyak sekali keragaman di dalamnya (BKKBN, 2006).
Homoseksualitas adalah ketertarikan secara seksual dan aktivitas seksual pada jenis
kelamin yang sama. Laki-laki yang tertarik kepada lakilaki disebut gay, sedangkan
perempuan yang tertarik pada perempuan disebut lesbian. Terjadinya homoseksualitas

sampai saat ini masih diperdebatkan. Ada yang mengatakan bahwa hal ini terjadi sejak
lahir (dipengaruhi oleh gen) dan ada pula yang mengatakan dari pengaruh lingkungan
(BKKBN, 2006).
terdapat pelbagai jenis orientasi seksual iaitu:
Heteroseksual
- Tarikan romantik dan seksual terhadap pasangan yang berlainan seks
Biseksual
- Tarikan romantik dan seksual terhadap kedua-dua jantina
Homoseksualiti
- Tarikan romantik dan seksual terhadap jantina yang sama
Gay
- Suatu label yang diberikan kepada lelaki yang mempunyai tarikan seksualkepada
lelaki lain
Les"ian
- Suatu label yang diberikan kepada kaum anita yang mempunyai
tarikan seksualkepada
#anita
yang lain

Trans$estisme
- !elaki yang suka memakai pakaian anita dan mempamerkan diri dikenalisebagai
pondan atau maknyah
Transeksual
- "erempuan atau lelaki yang merasai diri mereka sepatutnya tergolong padaseks yang
berlainan. #ereka merasakan bahaa mereka mempunyai organ seksual yangsalah.
$usteru itu% mereka menjalani pembedahan pertukaran seks

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, Harold dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid II Edisi Ketujuh. Binarupa
Aksara. Jakarta.

http://hidup-sehat.blogspot.com/2006/02/disfungsi-seksual-penyebab-dan-cara.htm.
diakses tgl 16 februari 2011 pkl 17.00 WIB

http://Sexual%20Problems%20in%20Men%20on%20MedicineNet_com.htm

Anda mungkin juga menyukai