Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN

PENCEGAHAN INFEKSI PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR


RENDAH

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Dalam


Program Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan Anak

Disusun oleh :
Anita Sukarno
Yusriah
Indra Saputra

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

PENDIDIKAN KESEHATAN
PENCEGAHAN INFEKSI BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
(BBLR)
A. LATAR BELAKANG
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya kurang
dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2008). Merawat bayi berat
lahir rendah ( BBLR ) dirumah memang tidak mudah. Melahirkan bayi berat lahir
rendah membuat sebagian orang tua merasa khawatir. Berbagai macam pertanyaan
muncul, apakah bayi saya akan baik-baik saja?, apakah bayi saya bisa bertahan
hidup?,bagaimana saya akan merawatnya jika sudah dirumah?,dan berbagai
pertanyaan lainnya yang mungkin akan ada dibenak orang tua yang mempunyai
BBLR. Karena bagaimanapun merawat bayi berat lahir rendah di rumah memang
membutuhkan kesabaran yang lebih dibanding dengan merawat bayi yang berat
badan lahir normal.
Bayi dengan BBLR memiliki daya tahan tubuh (imunitas) yang rentan terkena
infeksi, hal ini dikarenakan perkembangan organ vital terutama pembentukan sel
antibody belum sempurna dibandingkan dengan bayi dengan Berat Badan Lahir
Cukup (BBLC).Untuk itu orangtua harus lebih memperhatikan perawatan bayi
dengan BBLR ketika nanti dirumah.
Dari data yang diperoleh dari HCU Neonatus di RSUD Dr.Moewardi Surakarta,
didapatkan data pada tangal 13 April 2015 jumlah bayi yang dirawat 23 bayi, bayi
dengan Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) sejumlah 13 bayi dan bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) sejumlah 10 bayi. Rata-rata bayi dengan BBLR yang
terdapat di HCU Neonatus 1000 2300 gram.Berdasarkan wawancara pada keluarga
yang bayinya dengan BBLR, 4 dari 6 orang diantaranya belum mengetahui perawatan
bayi BBLR secara tepat.
Berdasarkan dari data yang didapat, maka kelompok bermaksud untuk melakukan
penyuluhan tentang pencegahan infeksi dan perawatan bayi dengan Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) di ruang HCU Neonatus sehingga dapat menambah


pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi BBLR ketika dirumah.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Keluarga mengerti dan dapat mengaplikasikan tentang pencegahan infeksi dan
perawatan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
2. Tujuan khusus
a. Keluarga mengerti dan mampu melakukan pencegahan infeksi bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
b. Keluarga mengerti dan mampu melakukan perawatan Berat. Badan Lahir
Rendah (BBLR).

C. TOPIK
1. Pengertian bayi dengan BBLR.
2. Pencegahan infeksi BBLR.
3. Perawatan Bayi dengan BBLR.
a. Pemantauan suhu bayi dengan BBLR.
b. Pemberian nutrisi bayi dengan BBLR.
c. Perawatan kulit bayi dengan BBLR.
d. Perawatan tali pusat bayi dengan BBLR.
e. Perawatan pemakaian diapers/pampers bayi dengan BBLR.
D. KARAKTERISTIK PESERTA
Keluarga dari bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang dirawat di HCU
Neonatus RSUD DR. Moewardi Surakarta.
3

E. MEDIA DAN ALAT


1. LCD
2. Leaflet
F. METODE
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya jawab
G. ORGANISASI PELAKSANAAN
1. Moderator

: Yusriah

2. Presentator

: Indra Saputra

3. Fasilitator

: Anita Sukarno

H. PLAN OF ACTION
N
o.
1.

WAKTU
5 Menit
Pre test

2.

15 Menit

RENCANA KEGIATAN
Pembukaan :
1. Membuka
kegiatan
dengan
mengucapkan salam.
2. Kontrak waktu
3. Memperkenalkan kelompok.
4. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.
5. Menyebutkan materi yang akan
diberikan
Pelaksanaan :
1. Menggali
pengetahuan
keluarga
tentang pencegahan infeksi bayi
dengan BBLR
2. Menggali
pengetahuan
keluarga
tentang perawatan bayi dengan BBLR
3. Menjelaskan pencegahan infeksi bayi
BBLR.
4. Menjelaskan perawatan bayi BBLR.
Meliputi :
a. Pemantauan suhu.
b. Pemberian nutrisi.

KEGIATAN
1. Menjawab salam
2.
3.
4.
5.

Menjawab
Mendengarkan
Memperhatikan
Memperhatikan

1. Mengungkapkan
pengetahuannya
2. Mengungkapkan
pengetahuannya
3. Memperhatikan
4. Memperhatikan
5. Memperhatikan
6. Memperhatikan
4

3.

13 menit
Post test

4.

2 menit

c. Perawatan kulit.
d. Perawatan tali pusat.
e. Perawatan bayi dengan diapers.
Evaluasi :
1. Memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya
2. Menanyakan pada keluarga tentang
materi yang telah diberikan dan
memberikan
reinforcement
pada
keluarga bila mampu menjawab
pertanyaan
Terminasi :
1. Mengucapkan terima kasih atas peran
serta keluarga
2. Mengucapkan salam penutup

7. Memperhatikan
1. Bertanya
2. Menjawab
dan
Bersedia
mendemonstrasikan

1. Mendengarkan
2. Menjawab salam

I. MATERI
1. Pengertian Bayi dengan BBLR.
2. Pencegahan Infeksi Bayi dengan BBLR.
3. Perawatan Bayi dengan BBLR.
a. Pemantauan suhu bayi dengan BBLR.
b. Pemberian nutrisi bayi dengan BBLR.
c. Perawatan tali pusat bayi dengan BBLR.
d. Perawatan kulit BBLR.
e. Perawatan pemakaian diapers bayi dengan BBLR.

TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya kurang
dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2008). Ternyata, tidak
semua bayi dengan berat badan lahir rendah bermasalah dengan premature.
B. PENCEGAHAN INFEKSI DAN PERAWATAN BAYI DENGAN BBLR
KETIKA DIRUMAH.
1 Pencegahan Infeksi Bayi BBLR
Menurut Lumsden & Holmes (2012), pencegahan infeksi pada bayi BBLR yaitu :
a. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau handsrub sebelum dan
sesudah kontak dengan bayi. Seperti : sebelum dan sesudah meneteki
(memberikan ASI) atau memberikan susu melalui dot, mengganti popok, dll.

Gambar 1 Cuci Tangan 6 langkah.


b. Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang
berhubungan dengan bayi.
c. Melarang anggota keluarga yang menderita infeksi masuk ke ruang bayi
ketika dirumah. Sakit seperti flu, batuk atau penyakit infeksi yang lainnya.

2. Perawatan Bayi BBLR


Perawatan bayi BBLR meliputi :
a. Pemantauan Suhu
Menurut Wong (2008), Perawatan bayi BBLR yang terpenting adalah
pemberian kehangatan, pencegahan kehilangan panas degan mempertahankan
suhu lingkungan. Suhu normal bayi yaitu 36,5-37,5 C (aksila) dengan
menggunakan termometer.
1) Bila Hipotermia (suhu badan <36,5 C):
a) Hangatkan bayi dengan selimut & kenakan topi dikepala bayi.
b) Cari penyebab hipotermi (suhu lingkungan dingin, seperti AC atau kipas
angin berada didekat bayi).
c) Segera ganti popok yang basah.
d) Dengan metode Kanguru Mother Care (KMC).
Menurut Lawn (2009),Perawatan ibu kangoru (KMC) mencakup
perawatan mempertahankan suhu bayi melalui kontak kulit ke kulit
secara terus menerus. Menurut Shetty (2010), manfaat KMC dapat
mencegah dari hipotermia karena tubuh ibu memberikan kehangatan
kepada bayinya secara terus menerus dengan cara kontak langsung
antara kulit ibu dengan tubuh bayi, memudahkan bayi dan ibu dalam
pemberian ASI.

Gambar 2. Posisi Kangoru Mother Care

e) Metode Bedong Plastik


Menurut penelitian Theodore et al pada tahun 2013, metode bedong
plastik dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan hipotermi pada
bayi baik bayi aterm, preterm, maupun bayi dengan berat badan lahir
rendah. Bayi dibungkus (dibedong) pada semua bagian tubuh kecuali
kepala dengan menggunakan plastik bersih selama 10 menit untuk
memberikan kehangatan pada bayi.
2) Bila Suhu Hipertermia (diatas >37,5C)
Selain pemberian obat penurun panas, ibu juga dapat melakukan kompres
hangat pada ketiak, lipatan paha maupun perut.
b. Pemberian Nutrisi.
Menurut Mitayani (2009), pemberian ASI pada 4 bulan pertama sangat
penting terutama pada bayi dengan BBLR, menghindari pemberian makanan
tambahan seperti madu, glukosa, dan makanan pralakteal lainnya. Prinsip utama
pemberian makanan pada bayi BBLR adalah sedikit demi sedikit, secara
perlahan-lahan dan hati-hati
Menurut Wong (2008), nutrisi yang optimal sangat kritis dalam
manajemen bayi BBLR karena mekanisme ingesti dan digesti belum
sepenuhnya berkembang. Jumlah dan metode pemberian nutrisi tergantung
ukuran dan kondisi bayi. Panduan pemberian nutrisi yang sesuai kepada bayi
BBLR yaitu :
1) Melakukan penimbangan berat badan bayi, pertambahan berat badan 20-30
gram/hari. Untuk mengetahui perkembangan bayi BBLR dapat dilakukan
penimbangan ketika di posyandu atau puskesmas.
2) Menurut Nelson (2013), pemberian ASI 2 hari pertama yaitu 65 Ml/Kg BB
bayi/hari, sedangkan setelah 2 hari pemberian ASI neningkat menjadi 100
150 Ml/Kg BB/hari. Frekuensi pemberian ASI 2-3 jam sekali. Lama
pemberian ASI 30-45 menit.
3) Jika bayi tidak mau minum lakukan message/pemijatan dengan gerakan
memutar pada pipi bagian bawah untuk merangsang reflek menghisap dan
pada rahang bawah untuk merangsang reflek menelan (Nelson (2013).

4) Jika bayi tersedak (aspirasi), nafas terengah-engah dan muntah. Ibu segera
menghentikan pemberian ASI dan berisiratah sejenak.

Gambar 3. Posisi Ibu ketika Memberikan ASI


c. Perawatan Kulit Bayi BBLR.
Menurut Wong (2008), kulit bayi BBLR sangat immature dibandingkan
dengan bayi berat badan lahir normal. Karena sangat sensitive dan mudah
rapuh, maka sabun berbasis alkalis yang dapat merusak matel asam tidak
boleh digunakan. Berikut cara memandikan bayi BBLR :
1) Mencuci tangan.
2) Mengganti popok yang kotor. Jika bayi BAB dibersihkan terlebih dahulu
dengan air hangat dan kain lembut.
3) Membersihkan kulit dengan air hangat dan menggunakan sabun lembut
non-alkali.
4) Melakukan pembersihan mulai dari rambut kemudian muka meliputi mata,
hidung, mulut, telinga, leher, kemudian dada, tangan, punggung sampai
pantat, kaki dan terakhir kemaluan. Gunakan kain lembut seperti waslap.
5) Mengeringkan dengan kain lembut, dan mengoleskan bahan pelembab
untuk mempertahankan kelembapan dan rehidrasi kulit.
d. Perawatan Tali Pusat.

Gambar 4. Perawatan Tali Pusat


Menurut Wong (2008), perawatan luka pada kulit bayi BBLR termasuk
perawatan tali pusat dalam penggunaan alkohol dan providen iodine dihindari
karena dapat mengakibatkan iritasi berat dan luka bakar kimia pada bayi
BBLR, membersihkan tali pusat dengan air hangat atau air steril.
Menurut Nelson (2013), perawatan tali pusat ada beberapa hal yang perlu
diketahui yaitu sebagai berikut :
1) Selalu cuci tangan sebelum merawat.
2) Membersihkan tali pusat dengan menggunakan air steril (Nacl 0,9%),
(penggunaan alkohol dan providen iodine dihindari karena dapat
mengakibatkan iritasi berat dan luka bakar kimia pada bayi BBLR),
3) Membersihkan dengan cara memutar atau mengusap satu arah pada
pangkal tali pusat, kemudian mengusap 1 arah dari pangkal ke ujung tali
pusat. Kemudian dikeringkan dengan kassa steril.
4) Menjaga tali pusat tetap bersih, kering dan terbuka.
5) Bila perawatan di rumah, gunakan kasa steril untuk menutup tali pusat.
6) Bila tali pusat basah, berbau dan dinding perut disekitarnya berwarna
kemerahan, harus segera dibawa kepada petugas kesehatan.
e. Perawatan bayi dengan pemakaian diapers
Pemakaian popok yang tidak sesuai dapat menyebabkan ruam popok
(diaper rash), untuk itu orangtua yang memiliki bayi dengan BBLR lebih
memperhatikan penggunaan popok karena bayi dengan BBLR memiliki
elastisitas kulit yang tipis dibandingkan dengan bayi dengan BBLC.
Menurut Putra (2012), Pencegahan ruam kulit (diaper rash), yaitu:
10

1) Segera mengganti diapers setelah buang air besar. Membersihkan kulit


dengan air hangat setelah buang air besar. Gunakan sabun, kemudian
membilas sampai bersih, lalu keringkan. Mengangin-anginkan sebentar,
kemudian dipakaikan popok yang baru.
2) Menggunakan diapers sekali pakai sesuai dengan daya tampungnya.
3) Agar kulit bayi/balita tidak lembab, setiap hari paling sedikit 2-3 jam
bayi/balita tidak memakai diapers.

DAFTAR PUSTAKA
Bobak, I. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Lissaver&Fanaroff.NeonatologiEdisi 2. Jakarta: PT Index.

11

Lawn, J.E, Judith M.K, Horta B.L, Simon F.B. 2009.Kangaroo mother care to prevent
neonatal deaths due to preterm birth complications.America : America Journal Of
Epidemology.
Manuaba. 2007. Ilmu Obstetri. Jakarta:EGC.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Salemba Medika.
Nelson, J. 2013. Nursing Care Of Children. USA: Elsevier
Putra, S.R. 2012.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Untuk Keperawata dan Kebidanan.
Yogyakarta:D-Medika.
Shetty, A. 2010. Kangoroo Mother Care. India: Journal Of Nursimg Health and Medical
Complete.
Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: YBPSP.
Wong, D.L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 6. Jakarta:EGC.
Theodore et al. 2013. Randomized Trial of Plastic Bags to Prevent Term Neonatal
Hypothermia in a Resource-Poor Setting. Publikasi pada tanggal 24 Juni
2013 oleh American Academy of Pediatrics.
.

12

Anda mungkin juga menyukai