I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal jantung (Heart Failure) merupakan suatu kondisi dimana cardiac output tidak
mencukupi kebutuhan sirkulasi tubuh (pada saat istirahat maupun beraktivitas) atau
dengan kata lain, jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Gagal
jantung dapat terjadi dari berbagai penyakit yang menurunkan pengisian pembuluh
(disfungsi diastolik) dan/atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik).
Obat pilihan yang digunakan dalam terapi farmakologi pasien hipertensi dengan gagal
jantung salah satunya adalah Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor. ACE
inhibitor direkomendasikan sebagai obat pilihan pertama didasarkan pada sejumlah studi
yang menunjukkan penurunan morbiditas dan mortalitas. ACE inhibitor memiliki
mekanisme aksi menghambat sistem renin-angiotensin-aldosteron dengan menghambat
perubahan Angiotensin I menjadi Angiotensin II sehingga menyebabkan vasodilatasi dan
mengurangi retensi sodium dengan mengurangi sekresi aldosteron. Oleh karena ACE juga
terlibat dalam degradasi bradikinin maka ACE inhibitor menyebabkan peningkatan
bradikinin, suatu vasodilator kuat dan menstimulus pelepasan prostaglandin dan nitric
oxide. Peningkatan bradikinin meningkatkan efek penurunan tekanan darah dari ACE
inhibitor, tetapi juga bertanggungjawab terhadap efek samping berupa batuk. Salah satu
obat yang tergolong dalam ACE inhibitor adalah Captopril yang merupakan ACE inhibitor
pertama yang digunakan secara klinis.
B. Tujuan Penelitian
Mengetahui efek terapi pemberian captopril pada pasien gagal jantung.
Captopril adalah bubuk kristal berwarna putih yang memiliki bau seperti belerang,
dapat larut dalam air (sekitar 160 mg / mL), metanol, dan etanol dan sedikit larut dalam
kloroform dan etil asetat.
B. Farmasi Umum
1. Dosis dan Aturan Pakai
a. Hipertensi
- Dewasa : Dosis Awal = 25 mg per oral 2-3x sehari 1 jam sebelum makan.
Dosis Maintenance = 25-150 mg per oral 2-3x sehari satu jam
sebelum makan.
-
Anak
Neonatus
setiap
8-
12
jam,
Anak : Neonatus prematur dan neonates usia kurang dari sampai dengan 7 hari :
Dosis Awal = 0,01 mg / kg / dosis setiap 8-12 jam; titrasi dosis.
Neonatus jangka usia lebih dari 7 hari : Dosis Awal = 0,05-0,1 mg / kg /
dosis setiap 8-24 jam, titrasi dosis ke atas untuk maksimum 0,5
mg / kg / dosis yang diberikan setiap 6-24 jam.
Bayi : Dosis Awal = 0,15-0,3 mg / kg / dosis, titrasi dosis ke atas untuk
maksimum 6 mg / kg / hari dalam 1-4 dosis terbagi; dosis yang
diperlukan 2,5-6 mg / kg / hari.
Anak-Anak : Dosis Awal = 0,3 hingga 0,5 mg / kg / dosis oral setiap 8 jam;
titrasi ke atas jika diperlukan untuk dosis maksimum 6 mg /
kg / hari dalam 2-4 dosis terbagi.
Anak yang lebih tua : Dosis Awal = 6,25-12,5 mg / dosis setiap 12-24 jam,
titrasi ke atas untuk maksimum 6 mg / kg / hari
dalam 2-4 dosis terbagi.
Remaja untuk orang dewasa : Dosis Awal = 12,5-25 mg / dosis diberikan
setiap 8- 12 jam, peningkatan sebesar 25 mg
/
dosis
pada
1-2
minggu
interval
3. Indikasi
a. Hipertensi
Captopril dapat digunakan sebagai terapi awal untuk pasien dengan fungsi
ginjal normal , di antaranya risiko relatif rendah . Pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal , terutama pasien dengan penyakit kolagen vascular.
Capoten efektif sendirian dan dalam kombinasi dengan obat antihipertensi lain,
terutama diuretik tipe thiazide . Tekanan darah menurunkan efek kaptopril dan
tiazid sekitar aditif.
b. Gagal Jantung
Captopril diindikasikan dalam pengobatan gagal jantung biasanya dalam
kombinasi dengan diuretik dan digitalis . Efek menguntungkan dari captopril pada
gagal jantung tidak memerlukan kehadiran digitalis , bagaimanapun, sebagian
besar dikendalikan pengalaman uji klinis dengan captopril telah pada pasien yang
menerima digitalis , serta pengobatan diuretik.
c. Disfungsi Ventrikel Kiri
Captopril diindikasikan untuk meningkatkan kelangsungan hidup setelah
infark miokard pada pasien secara klinis stabil dengan disfungsi ventrikel kiri
ACE lainnya).
Wanita hamil atau yang berpotensi hamil.
Wanita menyusui.
Gagal ginjal.
Stenosis aorta.
B. Farmakokinetik
1. Pola ADME Captopril
Penyerapan cepat terjadi dalam darah sekitar satu jam. Adanya makanan di
saluran pencernaan mengurangi penyerapan sekitar 30 sampai 40 persen, oleh karena
itu captopril harus diberikan satu jam sebelum makan. Rata-rata penyerapan minimal
adalah sekitar 75 persen. Dalam kurun waktu 24 jam, lebih dari 95 persen dari dosis
yang diserap tereliminasi dalam urin.
2. Waktu Paruh
Pada orang dewasa kurang dari 3 jam.
3. Ikatan Protein
Pada orang dewasa sekitar 25-30%.
4. Bioavabilitas
Secara per oral 60-65%, berkurang bila diberikan bersama dengan makanan, oleh
karena itu harus diberikan 1 jam sebelum makan.
IV. TOKSISITAS
V. RISET
A. Clinical Case
Efektivitas penggunaan Captopril dalam penanganan Hipertensi pada Pasien Stroke
Iskemik di Instalasi Rawat Inap RSUP Sanglah Denpasar.
Wijaya, N. D., Udayani, N. N. W., Larasanty, L. P. F. Jurusan Farmasi Fakultas MIPA
Universitas Udayana Akademi Farmasi Saraswati Denpasar.
Abstrak
Antihipertensi yang dominan digunakan dalam penanganan hipertensi pada pasien
stroke iskemik di RSUP Sanglah adalah golongan ACEI yaitu captopril tunggal. Banyak
diskusi telah difokuskan pada peran antihipertensi golongan ACEI dalam terapi stroke
dimana tidak ada hasil signifikan yang terlihat dari penggunaan ACEI tunggal. Dengan
demikian dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui regimen terapi captopril tunggal
yang meliputi dosis dan aturan pakai yang digunakan dalam penanganan hipertensi pada
pasien stroke iskemik serta untuk melihat efektivitas terapi antihipertensi tersebut
berdasarkan pencapaian target penurunan tekanan darah sistolik pasien sebesar 10 mmHg
dalam 48 jam terapi.
Penelitian ini bersifat observasional deskriptif dengan metode cross sectional. Subjek
penelitian akan dikelompokkan berdasarkan regimen terapi captopril yang didapat.
Pengolahan data dilakukan dengan uji one way ANOVA dan fisher test menggunakan
program SPSS.
Terdapat 36 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria
eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7 regimen captopril tunggal yang
digunakan dalam penanganan hipertensi pada pasien stroke iskemik yaitu regimen 3x6,25
mg (2 pasien), regimen 2x12,5 mg (7 pasien), regimen 3x12,5 mg (2 pasien), regimen
2x25 mg (15 pasien), regimen 3x25 mg (8 pasien), regimen 2x50 mg (1 pasien) dan
regimen 3x50 mg (1 pasien) yang diberikan per oral. Penilaian efektivitas terhadap 3
regimen terapi captopril yang dominan digunakan yaitu regimen 2x12,5 mg, 2x25 mg dan
3x25 mg menunjukkan bahwa regimen terapi captopril dengan dosis 2x25 mg memiliki
efektivitas yang lebih baik dibandingkan 2 regimen lainnya dimana pencapaian target
penurunan tekanan darah sistoliknya mencapai 33,33%. Namun secara statistik tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara pencapaian target terapi dengan perbedaan
regimen tersebut (p=1,00) sehingga efektivitasnya dianggap sama.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan metode cross
sectional untuk melihat efektivitas terapi antihipertensi captopril dalam penanganan
hipertensi pada pasien stroke iskemik.
Hasil
Karakteristik pasien menggambarkan data demografi 36 pasien stroke iskemik dengan
hipertensi yang menjalani rawat inap di RSUP Sanglah. Data tersebut meliputi usia, jenis
kelamin, riwayat hipertensi, komplikasi penyakit lain serta tekanan darah pada saat masuk
rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan stroke iskemik paling banyak terjadi pada
rentang usia >55-65 tahun. Penyakit stroke iskemik dengan hipertensi di instalasi rawat
inap RSUP Sanglah sebagian besar terjadi pada laki-laki dengan persentase sebesar
61,11%. Tujuh puluh tujuh koma tujuh delapan persen pasien tercatat mengalami riwayat
hipertensi sebelumnya dan 55,56% pasien mengalami komplikasi hipertensi dengan
diabetes, dislipidemia maupun kombinasi ketiganya. Hampir 90% pasien tercatat
mengalami tekanan darah tinggi saat pertama kali masuk rumah sakit.
Terdapat 7 regimen terapi captopril yang digunakan dalam penanganan hipertensi pada
pasien stroke iskemik yang menjalani rawat inap di RSUP Sanglah, yaitu captopril dengan
dosis 3 x 6,25 mg, dosis 2 x 12,5 mg, dosis 3 x 12,5 mg, dosis 2 x 25 mg, dosis 3 x 25 mg,
dosis 2 x 50 mg dan dosis 3 x 50 mg yang diberikan per oral.
Dari total 7 regimen yang tercatat dalam penelitian, hanya ada 3 regimen yang dapat
memberikan pencapaian target terapi berupa penurunan tekanan darah sistolik sebesar 10
mmHg dalam 48 jam yaitu pada regimen 2 x 25 mg (33,33%), regimen 3 x 25 mg
(25,00%) dan regimen 2 x 50 mg (100%). Regimen 2 x 50 mg yang pencapaian target
terapinya mencapai 100% belum dapat dikatakan memiliki efektivitas yang paling baik
karena hanya terdapat 1 pasien yang mendapatkan regimen terapi tersebut sehingga
hasilnya tidak dapat dibandingkan. Uji statistik untuk menilai pencapaian target terapi
pasien hanya dilakukan terhadap 3 regimen terapi captopril yang dominan digunakan yaitu
regimen 2 x 12,5 mg, 2 x 25 mg dan 3 x 25 mg. Meskipun secara klinis regimen terapi
10
11
Penelitian ini adalah, double-blind, acak, terapi dosis tunggal perbandingan dengan
kelompok paralel. Sebuah dilference 5 mmHg (SD 12 mmHg) dalam penurunan tekanan
darah arteri rata-rata antara perindopril dan kelompok kaptopril dianggap relevan secara
klinis. agar mampu menunjukkan perbedaan tersebut dengan risiko 5% dan kekuatan
yang wajar (p antara 75 dan 96%), jumlah pasien harus mencapai antara 160 dan 320
pasien. Namun kita hanya mampu merekrut tujuh puluh pasien gagal jantung kronis yang
mengunjungi poliklinik kardiologi dikonfirmasi oleh sejarah klinis, pemeriksaan dan EKG
dan memiliki indikasi untuk inhibitor ACE.
Hasil
Ada tujuh puluh pasien yang diperiksa terdiri dari 48 laki-laki dan 22 perempuan
(68,8: 31,4%). Kelompok ini secara acak dari pasien memiliki usia yang sama, berat
badan dan tingkat keparahan gagal jantung (NYHA class).
Sistolik rata-rata adalah 126,81 mmHg perindopril dan captopril 132,7 mmHg.
Sistolik jatuh maksimum selama 8 jam pemantauan adalah 3,71 mmHg untuk perindopril
dibandingkan dengan 7.71mmHg untuk captopril.
Diastolik rata-rata adalah 80,1 mmHg perindopril dan captopril 81,2 mmHg.
Penurunan diastolik maksimum selama 8 jam pemantauan adalah 2,48 mmHg untuk
perindopril dibandingkan dengan 3,18 mmHg untuk captopril.
Nilai rata-rata dasar tekanan arteri dari perindopril adalah 95,60 mmHg dan 98,1
mmHg captopril. Nilai rata-rata dasar tekanan arteri jatuh maksimum selama 8 jam
pemantauan adalah 0,85 mmHg untuk perindopril dibandingkan dengan 4,60 mmHg
untuk captopril.
VI. PEMBAHASAN
Gagal jantung adalah kondisi dimana jantung kehilangan kemampuan untuk
memompa cukup darah ke jaringan tubuh. Sebagai akibatnya, organ utama tubuh dan jaringan
lainnya tidak cukup menerima oksigen dan nutrisi untuk berfungsi dengan baik. Seseorang
dengan serangan jantung menderita kumpulan cairan dalam jaringan, disebut edema. Gagal
12
jantung diakibatkan kumpulan cairan disebut gagal jantung kongestif. Namun, ini dapat
dikelola dan diobati dengan obat-obatan dan perubahan pola makan, latihan dan kebiasaan
gaya hidup. Bedah katup jantung, bedah bypass arteri koroner, alat bantu mekanik dan
transplantasi jantung dipertimbangkan pada beberapa kasus.
Penyebab umum gagal jantung adalah penyakit jantung koroner dan serangan
jantung (yang mungkin diam), kardiomiopati (penyakit otot jantung), tekanan darah
tinggi (hipertensi), penyakit katup jantung, penyakit jantung bawaan, alkoholisme dan
penggunaan obat.
Seseorang dengan gagal jantung mengalami gejala sebagai berikut; napas pendek,
sering batuk, khususnya bila berbaring bagian telapak kaki, lutut, dan kaki bengkak, bengkak
dan nyeri perut, lelah, pusing atau pingsan.
Diagnosis gagal jantung dapat ditegakkan setelah dilakukannya anamnesis,
pemeriksaan fisik, radiografis jantung, dan elektrokardiogram (EKG).
Gagal jantung dapat diobati dengan cara melakukan perubahan gaya hidup dan minum
obat-obatan. Satu atau lebih jenis obat-obatan di bawah ini diberikan untuk gagal jantung:
diuretik, digoxin, vasodilator, beta bloker, inhibitor enzim pengubah angiotensin (ACE
inhibitor), angiotensin reseptor bloker (ARB), calcium channel blocker. Obat pilihan yang
digunakan dalam terapi farmakologi pasien hipertensi dengan gagal jantung salah satunya
adalah Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor. Salah satu obat yang tergolong
dalam ACE inhibitor adalah Captopril. Captopril Menghambat enzim pengonversi peptidyl
dipeptidase yang menghidrolik angiotensin I ke angiotensin II, menyebabkan bradikinin
inaktiv dan menjadi vasodilator, Penghambat angiotensin II menurunkan tekanan darah
dengan menurunkan tahanan vaskular perifer, tetapi juga bertanggungjawab terhadap efek
samping berupa batuk.
Pengobatan pasien gagal jantung dengan pemberian captopril dengan dosis sebagai
berikut : Dewasa : Dosis Awal = 25 mg per oral 3x sehari (6,25-12,5 mg per oral 3x sehari
jika hipotensi). Dosis Maintenance = Setelah dosis 50 mg 3x sehari tercapai, pemberian dosis
lebih lanjut harus ditunda, bila memungkinkan, selama minimal dua minggu untuk
menentukan apakah terjadi perbaikan. Kebanyakan pasien yang diteliti memiliki perbaikan
klinis baik pada 50 atau 100 mg 3x sehari. Dosis harian captopril tidak boleh melebihi
maksimum 450 mg. Terapi dengan captopril umumnya harus digunakan bersama dengan
diuretik dan digitalis.
13
VII. KESIMPULAN
Gagal jantung (Heart Failure) merupakan suatu kondisi dimana cardiac output tidak
mencukupi kebutuhan sirkulasi tubuh (pada saat istirahat maupun beraktivitas) atau dengan
kata lain, jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Gagal jantung dapat
diobati dengan cara melakukan perubahan gaya hidup dan minum obat-obatan. Obat pilihan
yang digunakan dalam terapi farmakologi pasien hipertensi dengan gagal jantung salah
satunya adalah Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor. Salah satu obat yang
tergolong dalam ACE inhibitor adalah Captopril.
Captopril adalah bubuk kristal berwarna putih yang memiliki bau seperti belerang,
dapat larut dalam air (sekitar 160 mg / mL), metanol, dan etanol dan sedikit larut dalam
kloroform dan etil asetat. Captopril merupakan obat yang digunakan untuk mengobati tekanan
darah tinggi (hipertensi), dapat digunakan sendiri atau bersama dengan obat-obatan lain.
Captopril bekerja dengan menghambat enzim dalam tubuh yang menghasilkan zat yang
menyebabkan vasokonstriksi, sehingga dapat menurunkan tekanan darah serta meningkatkan
suplai darah dan oksigen ke jantung. Nama IUPAC Captopril adalah (2S)-1-[(2S)-2-methyl-3sulfanylpropanoyl] pyrrolidine-2-carboxylic acid dan memiliki struktur seperti dibawah ini :
14
VIII. SUMMARY
Heart Failure ( Heart Failure ) is a condition in which cardiac output is not sufficient
for the circulation of the body ( at rest or activity ) or in other words , the heart is unable to
pump blood throughout the body . Heart failure can be treated by making lifestyle changes
and taking medicines . Drug of choice used in the pharmacological treatment of hypertensive
patients with heart failure is one of the Angiotensin Converting Enzyme ( ACE ) inhibitors .
One drug that is classified as an ACE inhibitor Captopril .
Captopril is a white crystalline powder that smells like sulfur , soluble in water
( approximately 160 mg / mL ) , methanol , and ethanol and slightly soluble in chloroform and
ethyl acetate . Captopril is a drug used to treat high blood pressure ( hypertension ) , can be
used alone or together with other medicines . Captopril works by inhibiting an enzyme in the
body that produce substances that cause vasoconstriction , which can decrease blood pressure
and increase blood supply and oxygen to the heart . Captopril is the IUPAC name of ( 2S ) -1 [ ( 2S ) - 2 - methyl - 3 - sulfanylpropanoyl ] pyrrolidine - 2 -carboxylic acid and has a
structure like this:
15
DAFTAR PUSTAKA
Makmun, Lukman H., et al., 2002, Uji coba perbandingan acak dari tanggapan dosis
pertama untuk Angiotensin-Converting Enzyme Perindopril dan Captopril pada
pasien gagal jantung di Indonesia., Hal. 19-23.
National Heart Centre Singapore, 2009, Heart Failure (http://www.singhealth.com.sg/
patientcare/ConditionsAndTreatments/Pages/Heart-Failure.aspx, diakses tanggal 1
Januari 2014).
Ratnadita,
Adelia,
2011,
Captopril,
Obat
Andalan
untuk
Hipertensi
(http://
(http://yosefw.wordpress.com/2007/12/29/penggunaan-captopril-pada-