OLEH :
KELOMPOK 3
A7-E
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
( 13.321.1946 )
( 13.321.1950 )
( 13.321.1952 )
( 13.321.1954 )
( 13.321.1956 )
( 13.321.1958 )
( 13.321.1970 )
( 13.321.1971 )
A. PENGERTIAN
1. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
2. Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme
individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari
interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
3. Isolasi sosial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima
sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau
mengancam (Wilkinson, 2007).
4. Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ).
B. ETIOLOGI
Terjadinya gangguan
ini
dipengaruhi
oleh
factor
predisposisi
diantaranya
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan
sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama
yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan
orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat
mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di
kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak
tidak mersaa diperlakukan sebagai objek.
Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam
berhubungan terdiri dari:
a. Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan
biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak,
akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat
penting karena akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan di
kemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa
percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan
orang lain pada masa berikutnya.
b. Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai
mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan
teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu
dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus,
aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat
menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen, Orang tua
harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi
dari dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena
pada saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara
berhubungan, berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.
c. Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan
teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk
mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi
hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan
kelompok maupun teman lebih berarti daripada hubungannya dengan orang
tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan
namun
kemandirian
yang
masih
dimiliki
harus
dapat
kontribusi
untuk
dipertahankan.
komunikasi
dalam
keluarga
dapat
menjadi
memperhatikan
ketertarikan
pada
D. FAKTOR PRESIPITASI
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal, meliputi:
1. Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh,
dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi
sosial.
2. Stressor Biokimia
a. Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik
serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
b. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO
I. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi.
Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat
dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial
dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi
(hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom parkinson).
Gangguan
endoktrin
(amenorhe).
Metabolic
(Soundiee).
Hematologik,
keselamatan
dirinya
sendiri,
seperti,
tidak
A. PENGKAJIAN
Berikut ini hal yang perlu dikaji dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien gangguan jiwa (Keliat, 1998).
1. Identitas
a. Meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS, tanggal pengkajian, dan No. RM.
2. Keluhan utama
a. Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke RS, biasanya akibat
adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
3. Faktor Predisposisi
a. Riwayat gangguan jiwa sebelumnya.
b. Riwayat pengobatan sebelumnya.
c. Riwayat keluarga.
d. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital (suhu, tekanan darah, nadi dan respirasi)
b. Berat badan dan tinggi badan
c. Keluhan fisik
5. Psikososial
a. Genogram
Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7-16 %
skizofrenia, bila keduanya menderita 40-68 %, saudara tiri kemungkinan 0,91,8 %, saudara kembar 2-15 %, dan saudara kandung 7-15 %.
b. Konsep diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan
mempengaruhi konsep diri klien.
c. Hubungan sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun dan
berdiam diri.
d. Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.
6. Status Mental
a. Penampilan diri
Klien nampak lesu, tidak bergairah, rambut acak-acakan kancing baju tidak
tepat, resleting tidak terkunci, baju tidak diganti, baju terbalik sebagai
manisfestasi kemunduran kemauan klien.
b. Pembicaraan
Nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.
c. Aktivitas motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecendrungan mempertahankan
pada satu posisi yang dibuatnya sendiri.
d. Emosi
Emosi dangkal
e. Afek
Dangkal, tidak ada ekspresi roman muka.
f. Interaksi selama wawancara
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan
bicara, diam.
g. Persepsi
Tidak terdapat halusinasi atau waham.
h. Proses berpikir
Gangguan proses berpikir jarang ditemukan.
i. Kesadaran
Kesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan serta pembatasan
dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai
dengan kenyataan (secara kualitatif).
j. Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu, dan orang.
k. Kemampuan penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan,
selalu memberikan alas an meskipun alas an tidak jelas atau tidak tepat.
l. Tilik diri atau penghayatan
Merujuk pada pemahaman klien tentang sifat suatu penyakit atau gangguan,
dalam kasus ini tidak ada yang khas pada tilik diri.
7. Kebutuhan Sehari-hari
Pada permulaan, penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya, makin
mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan.Minat untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri sangat menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi,
berpakaian, dan istirahat tidur.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Isolasi sosial
Dibuktikan oleh hal hal berikut ini :
Menyendiri dalam ruangan
Tidak berkomunikasi, mernarik, diri, tidak , melakukan kontak mata
Sedih, afek datar
Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya
Berpikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna
Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain.
b. Kerusakan komunikasi verbal
bantuan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Dx
1
Isolasi sosial
Tujuan
Setelah
Intervensi
dilakukan 1. Perlihatkan
keperawatan
menerima dengan
menerima dari
selama
x24
cara
orang lainakan
jam
Pasien
melakukan
meningkatkan
tapi singkat.
harga
diri
pasien
dan
waktu
memfasilitasi
rasa
kepada
unit
rawat
inap,
penguatan
positif
untuk
memperlihatkan
keinginan dan
hasrat
sikap 1. Sikap
asuhan
diharapkan
Rasional
untuk
dukungan
bersosialisasi
aktivitas kelompok
yang
mengikuti aktivitas
kelompok
tanpa
orang
lain.
2. Pasien merasa
menjadi orang
yang berguna.
3. Kehadiran
selama
mungkin
merupakan
percaya
hal
yang menakutkan
seseorang yang
dipercaya akan
memberikan
rasa aman bagi
pasien.
disuruh.
Pasien melakukan
pendekatan
interaksi satu-satu
atau
sukar
bagi
pasien.
4. Jujur dan menepati
semua janji.
rasa
saling
membutuhkan
menimbulkan
sesuai/dapat
diterima.
4. Kejujuran dan
suatu
5. Orientasikan
hubungan
saling percaya
tempat 5. Pengenalan
sesuai
kebutuhannya.
6. Berhati-hatilah
dengan sentuhan.
membuat
pasien percaya
dan lebih yakin
6. Pasien
yang
curiga
dapat
menerima
7. Diskusikan denga
sentuhan
pasien tanda-tanda
sebagai
peningkatan
yang
memutus
respons ( latihan
relaksasi, berhenti
berpikir ).
8. Berikan pengakuan
dan
penghargaan
tanpa
pasien
disuruh
dapat
berinteraksi
dengan orang lain.
suatu
mengancam.
7. Perilaku
menarik
dan
diri
curiga
dimanifestasika
n
selama
terjadi
peningkatan
ansietas.
8. Penguatan
akan
meningkatkan
9. Berikan obat-obat
penenang
sesuai
harga
diri
pasien
dan
mendorong
program
pengulangan
pengobatan pasien.
perilaku
tersebut.
9. Obat-obat
antipsikosis
menolong
untuk
menurunkan
gejala psikosis
pada seseorang
sehingga
memudahka
interaksi
dengan
orang
lain.
2
Kerusakan
Setelah
dilakukan 1. Gunakan
komunikasi
asuhan
keperawatan
validasi
verbal
selama
x24
klarifikasi
untuk
mengerti
pola
bagaimana
komunikasi pasien.
dimengerti
diharapkan
dapat
jam
pasien
menunjukkan
kemampuan
teknik 1. Teknik
dan
dalam
verbal
ia
tanggung
cara
sesuai/dapat diterima,
jawab
2. Pertahankan
konsistensi
berkomunikasi
dengan cara yang
dimengerti
untuk
mengerti
ada
perawat
perawat.
yang 2. Memudahkan
bertugas.
rasa
percaya
dan
dapat
kepada pasien
sedangkan
komunikasi
sosial
menyatakan
melakukan
suatu
ini
kemampuan
3. Jelaskan
kepada
tidak
untuk mengerti
tindakan
komunikasi
dan
mengancam
pasien
3. Teknik
bagaimana
nonverbal
pasien
sesuai
dengan verbalnya.
- Pasien
dapat
mengakui
bahwa
disorganisasi
pikiran
dan
kelainan
untuk
dan
meningkatkan
pembicaraannya
diterima
dan
mungkin
juga
dihindari
oleh
hubungan
saling percaya
antara perawat
dan
orang lain.
4. Jika pasien tidak
pada
saat
adanya peningkatan
ansietas.
ingin
pasien
dengan
komunikasi verbal
terjadi
perilaku
ini
lingkungannya.
bicara
(autisme), gunakan 4.
Hal
ini
teknik mengatakan
menyampaikan
secara
rasa
tidak
langsung.
empati,
mengembangk
an rasa percaya
dan mendorong
pasien
mendiskusikan
5. Antisipasi
dan
penuhinya
kebutuhan
hal-hal
yang
menyakitkan
pasien
sampai
pola
komunikasi
yang
dirinya.
5. Kenyamanan
dan keamanan
pasien
memuaskan
merupakan
kembali.
prioritas
keperawatan
3
Sindrom
Setelah
kurang
asuhan
keperawatan
untuk
perawatan diri
selama
x24
kegiatan
hidup
kemandirian
b/d
diharapkan
sehari-hari
sesuai
dalam
menarik
diri, regresi
mampu
dilakukan 1. Dukung
jam
pasien
melakukan
tingkat
pasien 1. Keberhasilan
melakukan
menampilkan
melakukan
kemampuan
aktivitas akan
pasien.
meningkatkan
dan
mendemontrasikan
suatu keinginan untuk
melakukannya
dengan kriteria hasil :
- Pasien makan sendiri
tanpa bantuan.
- Pasien
memilih
pakaian
sesuai,
harga diri.
2. Kenyamanan
2. Dukung
yang
berpakaian
merawat
dirinya
kemandirian
dan keamanan
pasien,
tetapi
berikan
bantuan
melakukan
beberapa kegiatan.
3. Berikan pengakuan
dan
penghargaan
positif
untuk
kemampuannya
tanpa bantuan.
- Pasien
mandiri.
optimal
dengan
mandi
setiap
hari
dan
melakukan prosedur
defekasi
berkemih
bantuan.
dan
tanpa
prioritas
dalam
keperawatan.
3. Penguatan
positif
akan
meningkatkan
mendukung
pengulangan
diri
secara
merupakan
mempertahankan
kebersihan
pasien
4. Perlihatkan secara
perilaku yang
diharapkan.
4. Penjelasan
konkret,
bagaimana
harus
melakukan
sesuai
dengan tingkat
kegiatan
yang
menurut
pasien
pengertian
yang nyata.
sulit
melakukannya.
5. Buat catatan secara
rinci
tentang
makanan
dan
5. Informasi
yang penting
cairan.
untuk
mendapatkan
gambaran
6. Berikan
makanan
antara
waktu
nutrisi
yang
adekuat.
6. Pasien
mungkin tidak
makan.
mampu
mentoleransi
makanan
dalam jumlah
besar
saat
pada
makan
dan
membutuhkan
penambahan
diluar
7. Jika pasien tidak
makan
karena
berikan
makanan
kaleng
waktu
makan.
7. Pasien dapat
melihat setiap
orang makan
dari hidangan
yang sama.
yang
membukanya, atau
sajikan
dalam
kekeluargaan.
8. Tetapkan jadwal
dan 8. Melatih pasien
defekasi
berkemih,
bantu
untuk
pasien ke kamar
melakukan
mandi
sesuai
ADL (Activity
jadwal,
sampai
Daily Living)
pasien
mampu
agar
melakukan
tanpa
mampu
melakukan
secara mandiri
Dukung
sehingga
kemandirian
kebutuhan
pasien,
tapi
berikan
bantuan
utama pasien
dapat
terpenuhi.
mampu melakukan
beberapa kegiatan.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan Intervensi yang telah dibuat.
E. EVALUASI
1. Isolasi sosial
a. Pasien dapat mendemonstrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi
dengan orang lain.
b. Pasien dapat mengikuti aktivitas kelompok tanpa disuruh.
c. Pasien melakukan pendekatan interaksi satu-satu dengan orang lain dengan
cara yang sesuai/dapat diterima.
2.
DAFTAR PUSTAKA