Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat

serta

karunia-Nya

kepada

kami

sehingga

kami

berhasil

menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
KONFLIK DAN UPAYA PENYELESAIANNYA SERTA INTEGRASI DAN
REINTEGRASI SOSIAL. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaanMakalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis,

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Devid Lockwood, consensus dan konflik merupakan dua sisi dari
suatu kenyataan yang sama dan dua gejala yang melekat secar bersama-sama di
dalam masyarakat. Seperti halnya dengan konflik yang dapat terjadi antar individu,
individu dengan kelompok, dan antarkelompok. Demikian pula halnya dengan
consensus, consensus dapat pula terjadi antar individu, individu dengan kelompok,
dan antarkelompok. Menurut R. William Liddle, consensus nasional yang
mengintegrasikan masyarakat yang pluralistic pada hakikatnya adalah mempunyai
dua tingkatan sebagai prasyarat bagi tumbuhnya suatu integrasi nasional yang
tangguh. Pertama, sebagian besar anggota suku bangsa bersepakat tentang batas-batas
territorial dari negara sebagai suatu kehidupan politik di mana mereka sebagai
warganya. Kedua, apabila sebagian besar anggota masyarakatnya bersepakat
mengenai struktur pemerintah dan aturan-aturan dari proses politik yang berlaku bagi
seluruh masyarakat di atas wilayah negara yang bersangkutan. Nasikun
menambahkan bahwa integrasi nasional yang kuat dan tangguh hanya akan
berkembang di atas consensus nasional mengenai batas-batas suatu masyarakat
poitik dan system politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat tersebut. Kemudian,
suatu consensus nasional mengenai system nilai yang akan mendasari hubunganhubungan social di antara anggota suatu masyarakat negara.

1.2. Tujuan

Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sosiologi.

Menambah

wawasan

mengenai

pengertian

ReintegrasiSosial.

Melatih membuat laporan dalam bentuk Makalah.

dan

syarat

Integrasi

dan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Integrasi Sosial


Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsurunsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola
kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompokkelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan
mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka
masing-masing.Integrasimemiliki 2 pengertian, yaitu :

Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosialdalam suatu sistem


sosial tertentu.

Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.


Integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama
lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Dalam KBBI di sebutkan bahwa integrasi adalah pembauan sesuatu yang tertentu
hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Istilah pembauran tersebut
mengandung arti masuk ke dalam, menyesuikan, menyatu, atau melebur sehingga
menjadi satu.
Banton (dalam Sunarto, 2000 : 154) mendefinisikan integrasi sebagai suatu pola
hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak
memberikan makna penting pada perbedaan ras tersebut.
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme structural, system social
senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut:

Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya consensus di antara


sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat
fundamental.

Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi


anggota dari berbagai kesatuan social (cross-cutting affiliations).
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun
menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang
terjadi secara sosial budaya.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan
karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok. Pada suratalAn'am ayat 153 Allah lagi-lagi menegaskan tentang pentingnya integrasidalam
kehidupan manusia. "Dan bahwa yang kami perintahkan ini adalah jalan-Ku
yanglurus, maka ikutilah dia: jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena
itu menceraiberaikan kamu dari jalanNya".Yang dimaksud tali Allah dalam ayat ini
adalah jalan yang lurus; perpecahan itu dengandemikian adalah jalan yang tidak
boleh ditempuh. Jalan -jalan yang lain dimaksud adalahagama-agama dan
kepercayaan yang selain Islam. Kecaman Allah bagi mereka yangmengikuti jalan
lain itu dapat disimak dalam surat yang sama ayat 159 yang artina:
"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka
menjadi
berpecah belah (bergolongan), tidak ada sedikit pun tanggung jawab kamu terhadap
mereka, sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah Allah, kemudian Allah
akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat".
Masalahnya adalah, di sisi yang lain, perbedaan adalah Sunnatullah. Setiap
manusia diberikan kebebasan untuk menggunakan akal dan nuraninya untuk
mencari jalan yangterbaik menuju Allah. Dalam term ini, Islam (Syariah) sebagai
sistem nilai yang idiil hampir menemukan kemapanannya. Tentunya kesatuan tauhid

akan keesaan Allah dankerasulan Muhammad SAW adalah mutlak. Kemapanan ini
akan berbeda ketika sudah memasuki wilayah sosiologis masyarakat beragama.

2.2. Syarat-Syarat Integrasi Sosial


Integrasi social akan terbentuk di masyarakat apabila sebagian besar anggota
masyarakat tersebut memiliki kesepakatan tentang batas-batas territorial dari suatu
wilayah atau Negara tempat mereka tinggal.
Selain itu, sebagian besar masyarakat tersebut bersepakat mengenai struktur
kemasyarakatan yang di bangun, termasuk nilai-nilai, norma-norma, dan lebih
tinggi lagi adalah pranata-pranata sosisal yang berlaku dalam masyarakatnya, guna
mempertahankan keberadaan masyarakat tersebut. Selain itu, karakteristik yang di
bentuk sekaligus manandai batas dan corak masyarakatnya.
Menurut William F. Ogburn da Mayer Nimkoff, syarat berhasilnya suatu
integrasi social adalah:
a.

Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi

kebutuhan-kebutuhan satu dengan yang lainnya. Hal ini berarti kebutuhan fisik
berupa sandang dan pangan serta kebutuhan sosialnya dapat di penuhi oleh
budayanya. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan ini menyebabkan masyarakat perlu
saling menjaga keterikatan antara satu dengan lainnya.
b.

Masyarakat

berhasil

menciptakan

kesepakatan

(consensus)

bersama

mengenai norma-norma dan nilai-nilai social yang di lestarikan dan di jadikan


pedoman dalam berinteraksi satu dengan yang lainnya, termasuk menyepakati halhal yang di larag menurut kebudayaannya.
c.

Norma-norma dan nilai social itu berlaku cukup lama dan di jalankan secara

konsisten serta tidak mengalami perubahan sehingga dapat menjadi aturan baku
dalam melangsungkan proses interaksi social.

2.3. Bentuk bentuk Integrasi Sosial


Bentuk integrasi social dalam masyarakat dapat dibagi menjadi dua bentuk yakni:
o Asimilasi, yaitu pembaruan kebudayaan yang disertai dengan hilangnya cirrikhas
kebudayaan asli. Dalam masyarakat bentuk integrasi social ini terlihat Dari
pembentukan tatanan social yang baru yang menggantikan budaya asli. Biasanya
bentuk integrasi ini diterapkan pada kehidupan social yang primitive dan rasis. Maka
dari itu budaya asli yang bertentangan dengan norma yang mengancam disintegrasi
masyarakat akan digantikan dengan tatanan social barau yang dapat menyatukan
beragam latar belakang social.

Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsure- unsure asing tanpa menghilangkan


kebudayaan asli. Akulturasi menjadi alternative tersendiri dalam menyikapi interaksi
social, hal ini didasarkan pada nilai- nilai social masyarakat yang beberapa dapat
dipertahankan. Sehingga nilai- nilai baru yang ditanamkan pada masyarakat tersebut
akan menciptakan keharmonisan untuk mencapai integrasi soaial.

2.4. Faktor Integrasi


Faktor integrasi bangsa Indonesia rasa senasib dan sepenanggungan serta rasa
seperjuanagan di masa lalu ketika mengalami penjajahan. Penjajahan menimbulkan
tekanan baik mental ataupun fisik. Tekanan yang berlarut-larut akan melahirkan
reaksi dari yang ditekan ( di jajah ). Sehingga muncul kesadaran ingin
memperjuangkan kemerdekaan.
Yang bisa menjadi faktor integrasi bangsa adalah semboyan kita yang terkenal
yaitu bhineka tunggal ika, dimana kita terpisah-pisah oleh laut tetapi kita mempunyai
ideologi yang sama yaitu pancasila. Dengan kata lain yang dapat menjadi faktor
integrasi bangsa Indonesia adalah; (1)Pancasila, (2)Bhineka Tunggal Ika, (3) Rasa
cinta tanah air, (4) Perasaan senasib sepenanggungan. Dengan menyadari keadaan
bangsa Indonesia yang majemuk itu, setiap warga negara harus waspada agar jangan

sampai melakukan hal-hal negatif yang dapat memperlemah persatuan dan kesatuan
bangsa.
Adapun factor- factor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi
integrasi social dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut:
Factor internal : kesadaran diri sebagai makhluk social, tuntutan kebutuhan, dan
semangat gotong royong.
Factor eksternal : tuntutan perkembangan zaman, persaman kebudayaan, terbukanya
kesempatan, berpartisipasi dalam kehidupan bersama, persamaan visi, dan tujuan,
sikap toleransi, adanya consensus nilai, dan adanya tantangan Dari luar.
2.5.

Syarat Berhasilnya Integrasi Sosial


Untuk mencapai integrasi social dalam masyarakat diperlukan setidaknya dua
hal berikut untuk menjadi solusi atas perbedaan yang terdapat dalam masyarakat:

1.

Pada setiap diri individu masing- masing harus mengendalikan perbedaan/ konflik
yang ada pada suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya.

2.

Tiap warga masyarakat meraas saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan
yang lainnya. Sehingga dalam masyarakat tercipta keharmonisan dan saling
memahami antara stu sama lain, maka konflik pun dapat dihindarkan.
Maka dari itu ditawarkan empat system berikut untuk mengurangi konflik yang
terjadi, antara lain:

1.

Mengedepankan identitas bersama seperti system budaya yang berasaskan nilai- nilai
Pancasila dan UUD 1945.

2.

Menerapkan system social yang bersifat kolektiva social dalam masyarakat dalam
segala bidang.

3. Membiasakan system kepribadian yang terintegrasi dengan nilai- nilai social


kemasyarakatan yang terwujud dalam pola- pola penglihatan (persepsi), perasaan
(cathexis), sehingga pola- pola penilaian yang berbeda dapat disamakan sebagai polapola keindonesiaan.

4. Mendasarkan pada nasionalisme yang tidak diklasifikasikan atas persamaan ras,


melainkan identitas kenegaraan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration"yang berarti kesempurnaan atau


keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsurunsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola
kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Menurut William F. Ogburn
da Mayer Nimkoff, syarat berhasilnya suatu integrasi social adalah:

a.

Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi


kebutuhan-kebutuhan satu dengan yang lainnya. Hal ini berarti kebutuhan fisik
berupa sandang dan pangan serta kebutuhan sosialnya dapat di penuhi oleh
budayanya. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan ini menyebabkan masyarakat perlu
saling menjaga keterikatan antara satu dengan lainnya.

b. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (consensus) bersama mengenai


norma-norma dan nilai-nilai social yang di lestarikan dan di jadikan pedoman dalam
berinteraksi satu dengan yang lainnya, termasuk menyepakati hal-hal yang di larag
menurut kebudayaannya.
c.

Norma-norma dan nilai social itu berlaku cukup lama dan di jalankan secara
konsisten serta tidak mengalami perubahan sehingga dapat menjadi aturan baku
dalam melangsungkan proses interaksi social.
3.2. Saran
Apabila terjadi konflik antar individu atau individu dengan kelompok, maka
yang pertama kali harus di lakukan adalah melakukan integrasi sosial, karena suatu
integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi
berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflikyang terjadi secara
sosial budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Adhi.2009.Mencegah

Disintegrasi.(online).

http://mradhi.com/sosial-

politik/mencegah-disintegrasi.html
Anonimus.2006.Disintegrasi

dan

Integrasi

Masyarakat.(online).

http://akarsejarah.wordpress.com/2010/09/30/disintegrasi-integrasi-dantipologi-masyarakat/
Anonimus.2009.Disintegrasi

Sosial

Kampus.(online).

http://matanews.com/2008/10/09/disintegrasi-sosial-kehidupan-kampus/
M, Idianto. 2005. Sosiologi Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Maryati, Kun dan Juju Suriawati. 2007. Sosiologi Untuk SMA dan MAKelas XI.
Bandung: PT.Gelora Aksara Pratama
Saeful, Hadi.1980.Integrasi Nasional di Indonesia pada Penataran MKDU ISD.
Bandung: Universitas: Padjajaran Universitas

Anda mungkin juga menyukai