NPM : 1306413725
Jurusan
: Teknik Kimia
(1)
dengan k merupakan konduktivitas termal, yaitu nilai atau ukuran kemampuan suatu bahan untuk
mengalirkan panas (satuan: W/m.K). Jika persamaan (1) diambil limit x 0, akan menjadi
cond=kA dT
Q
dx
(2)
Persamaan (2) disebut sebagai Hukum Fourier dengan dT/dx sebagai gradien temperatur, yaitu
kemiringan kurva T-x. Tanda negatif (-) pada persamaan menunjukkan hubungan suhu (T) yang
berbanding terbalik dengan ketebalan benda (x).
Konduksi merupakan fungsi tiga dimensi terhadap waktu atau T = T(x,y,z,t). Konduksi
dikatakan tunak (steady-state) jika suhu tidak berubah terhadap waktu, sedangkan tak tunak
(unsteady-state) jika suhu berubah terhadap waktu. Konduksi dikatakan satu dimensi jika
peristiwa konduksi yang terjadi hanya pada satu dimensi yang dianggap penting, sedangkan
multidimensi jika peristiwa konduksi ditinjau dari lebih dari satu dimensi (dua dimensi atau tiga
dimensi). Ada tiga sistem koordinat yang dibedakan berdasarkan bentuknya, yaitu rektanguler
(titik x, y, z), silinder (titik r, , z) dan sferis (titik r, , ).
Konduksi Tunak
Ada beberapa konduksi tunak yang akan dijelaskan sebagai berikut.
Gambar x. Aliran kalor melalui dinding adalah satu dimensi saat suhu dinding berubah
terhadap satu dimensi saja (Sumber: Heat Transfer: A Practical Approach, Cengel, Yunus
A.)
Secara umum, neraca energi plat datar satu dimensi dalam keadaan tunak adalah
2 T g
+ =0
2
t k
(3)
Persamaan (3) masih dalam bentuk turunan, jadi perlu diintegralkan dan dimasukkan kondisi
batasnya.
Konduksi Tak Tunak
Berikut ini beberapa sistem analisis konduksi tak tunak.
Sistem Kalor Tergabung
Merupakan sistem analisis saat temperature suatu zat padat berubah terhadap waktu, tetapi
tidak berubah terhadap jarak atau ketebalan zat. Untuk menggunakan sistem ini, perlu ditentukan
panjang karakteristik,
Biot,
Bi=
h
k /Lc
Lc =V / As
( V : volume zat,
( h : koefisien konveksi,
(4)
dengan
b=
h As
, disebut konstanta waktu. Jumlah perpindahan kalor antara sistem dan
V C p
sekeliling medium:
Q=m C p [T ( t )T ]
(5)
Gambar x. Mekanisme Aliran Kalor pada Dinding Rumah (Sumber: Heat Transfer 10th
Ed., Holman, J.P.)
Awalnya, kalor dari luar rumah berpindah ke dinding rumah secara konveksi sebesar TA.
Kemudian, saat mencapai sisi dinding, suhu turun menjadi T1. Sepanjang ketebalan dinding,
misalkan tebal dinding adalah L, suhu mengalami penurunan (sesuai dengan kurva T-x) dari
T1 menjadi T2. Lalu, aliran kalor kembali secara konveksi ke dalam rumah dan suhu menurun
menjadi TB. Jadi, dapat disimpulkan bahwa suhu semakin menurun dari luar ke dalam rumah
karena kalor mengalir dari suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih rendah. Persamaan
konduksi yang terlibat adalah persamaan perpindahan kalor menyeluruh (Holman, 2010)
T AT B
1 /h1 A+ x / kA+1/h 2 A
()
6. Sebuah bola tembaga diameter 5 cm pada mulanya berada pada suhu 250 oC. Bola tersebut
tiba-tiba ditempatkan pada lingkungan dengan suhu 30oC dan h = 28 W/m2.oC. Hitunglah
waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu bola 90oC.
Dik:
Dit:
Jawab:
Menentukan harga Karena sistem di atas tak tunak, digunakan analisis sistem tak tunak. Untuk
memeriksa apakah sistem kalor tergabung dapat digunakan, dicari bilangan Bi:
Bi=
h
k /Lc
Bi=
h /V
k/A
4
h / r3
3
Bi=
2
k /4 r
Bi=
hr
3k
dengan b=
h As
V C p
b=
h 4 r2
4 3
r Cp
3
b=
b=
3h
r C p
3 28 W /m2 .
=979,51W /m 2 . kJ
3
2
8,954 kg/m 2,5 10 m 0,3831 kJ /kg .
T ( t ) T b
=e
T iT
9030
=e979,51
250 30
979,51
0,273=e
log e 0,273=979,51
1,298=979,51
3
=1,325 10 s
Daftar Pustaka
Cengel, Yunus A. (2002). Heat Transfer: A Practical Approach 2nd Edition. USA: McGraw-Hill.
Hawkins, George A, & Jakob, M. (1957). Elements of Heat Transfer 3rd Edition. New York: John
Wiley & Sons, Inc.
Wolf, H. (1983). Heat Transfer. New York: Harper & Row, Publishers.