Anda di halaman 1dari 17

DISIPASI KALOR HOT WIRE

Laporan R-Lab KR-01









Nama : Akwila Eka Meliani
NPM : 1306413725
Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Kimia
Kode Praktikum : KR-01
Minggu Praktikum : Pekan 3
Tanggal Praktikum : 13 Maret 2014
Koordinator Asisten: Miranda Rizka Anggraini


Unit Pelaksana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Dasar (UPP-IPD)
Universitas Indonesia
Depok


Disipasi Kalor Hot Wire
I. Tujuan
Menggunakan hot wire sebagai sensor kecepatan aliran udara.

II. Alat
Kawat pijar (hot wire)
Fan
Voltmeter dan Amperemeter
Adjustable power supply
Camcorder
Unit PC beserta DAQ dan perangkat pengendali otomatis

III. Landasan Teori
Dewasa ini, banyak pekerjaan menggunakan electro-mechanic (semi otomatis)
dengan sistem robotic (full automatic) seperti penggunaan Flexible Manufacturing
Systems (FMS) dan Computerized Integrated Manufacture (CIM) dan sebagainya.
Model apapun yang digunakan dalam sistem otomasi pemabrikan sangat
tergantung kepada keandalan sistem kendali yang berupa sensor atau transduser.
Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai
peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan
kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan sangat menentukan kinerja dari
sistem pengaturan secara otomatis. Besaran masukan pada kebanyakan sistem
kendali adalah bukan besaran listrik, seperti besaran fisika, kimia, mekanis dan
sebagainya. Untuk memakaikan besaran listrik pada sistem pengukuran, atau
sistem manipulasi atau sistem pengontrolan, maka biasanya besaran yang bukan
listrik diubah terlebih dahulu menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang
disebut transduser.
Dalam memilih peralatan sensor dan transduser yang tepat dan sesuai dengan
sistem yang akan disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum sensor
berikut ini (D Sharon, dkk, 1982):




Linearitas
Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah secara
kontinyu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinyu.
Sebagai contoh, sebuah sensor panas dapat menghasilkan tegangan sesuai dengan
panas yang dirasakannya. Dalam kasus seperti ini, biasanya dapat diketahui secara
tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingkan dengan masukannya berupa
sebuah grafik.

Sensitivitas
Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap
kuantitas yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang
menunjukan perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan.
Beberepa sensor panas dapat memiliki kepekaan yang dinyatakan dengan satu
volt per derajat, yang berarti perubahan satu derajat pada masukan akan
menghasilkan perubahan satu volt pada keluarannya. Sensor panas lainnya dapat
saja memiliki kepekaan dua volt per derajat, yang berarti memiliki kepakaan
dua kali dari sensor yang pertama. Linieritas sensor juga mempengaruhi
sensitivitas dari sensor. Apabila tanggapannya linier, maka sensitivitasnya juga
akan sama untuk jangkauan pengukuran keseluruhan.

Tanggapan Waktu
Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat tanggapannya
terhadap perubahan masukan. Sebagai contoh, instrumen dengan tanggapan
frekuensi yang jelek adalah sebuah termometer merkuri. Masukannya adalah suhu
dan keluarannya adalah posisi merkuri.
Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan dalam satuan
hertz (Hz). Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat suhu berubah secara lambat,
termometer akan mengikuti perubahan tersebut dengan setia.

Single normal probe merupakan suatu tipe hot wire yang paling banyak
digunakan sebagai sensor untuk memberikan informasi kecepatan aliran dalam
arah axial saja. Probe seperti ini terdiri dari sebuah kawat logam pendek yang
halus yang disatukan pada dua kawat baja. Masing masing ujung probe
dihubungkan ke sebuah sumber tegangan. Energi listrik yang mengalir pada probe


tersebut akan didispasi oleh kawat menjadi energi kalor. Besarnya energy listrik
yang terdisipasi sebanding dengan tegangan , arus listrik yang mengalir di probe
tersebut dan lamanya waktu arus listrik mengalir. Hal itu dapat dijelaskan melalui:





Bila probe dihembuskan udara maka akan merubah nilai resistansi kawat sehingga
merubah besarnya arus listrik yang mengalir. Semakin cepat udara yang mengalir
maka perubahan nilai resistansi juga semakin besar dan arus listrik yang mengalir
juga berubah. Jumlah perpindahan panas yang diterima probe dinyatakan oleh
overheat ratio yang dirumuskan sebagai :







Hot wire probe harus dikalibrasi untuk menentukan persamaan yang
menyatakan hubungan antara tegangan kawat (wire voltage, E) dengan kecepatan
referensi (reference velocity, U) setelah persamaan diperoleh, kemudian informasi
kecepatan dalam setiap percobaan dapat dievaluasi menggunakan persamaan
tersebut. Persamaan yang didapat berbentuk persamaan linear atau persamaan
polinomial.
Perkembangan teknologi yang cepat dalam peralatan penyensoran telah
memungkinkan berbagai pengukuran aliran fluida dilakukan dengan berbagai
P = v I t
Overheat ratio =


Ket:
Rw = hambatan kawat pada suhu pengoperasian (dihembuskan udara)
Ra = hambatan kawat pada suhu ambient (ruangan)
Ket:
P = daya (Watt)
v = kecepatan angin (m/s)
t = selisih waktu (s)
Gambar 1. Prinsip Kerja Single Normal Probe


sensor yang memberikan hasil-hasil pengukuran yang akurat. Untuk pengukuran
berbagai aliran turbulen, salah satu jenis sensor yang banyak digunakan adalah hot
wire anemometer. Sebelum digunakan dalam pengukuran aliran, hot wire
anemometer harus dikalibrasi untuk menentukan suatu persamaan respon kalibrasi
yang menyatakan suatu hubungan antara tegangan kawat (E) dengan kecepatan
referensi (U). Setelah persamaan respon kalibrasi tersebut diperoleh, kemudian
informasi kecepatan dalam setiap percobaan utama dapat dievaluasi dengan
menggunakan persamaan respon tersebut. Ada beberapa bentuk persamaan respon
kalibrasi yaitu persamaan simple power-law dan persamaan extended power-law
yang dapat digunakan dalam konversi data.

1. Persamaan Simple Power-law
Persamaan ini diperkenalkan oleh L.V. King dan dirumuskan dengan:






2. Persamaan Extended Power-law
Persamaan ini diperkenalkan oleh R.G. Siddal dan T.W. Davies yang
dirumuskan dengan:





Sistem Hot wire Anemometer dan Spesifikasi Single Normal Hot wire Probe
Sistem hot wire anemometer yang digunakan meliputi sebuah single normal
hot wire probe, DISA 55M01 main unit, 55M11 CTA booster adapter, dan
55M05
power pack. Probe yang digunakan dioperasikan dalam suatu mode suhu konstan
untuk menyediakan respon frekuensi yang lebih tinggi. Dalam mode suhu
konstan, resistansi kawat (Rw) dipertahankan konstan untuk memfasilitasi respon
E
2
= A + BU
n


Ket:
E = tegangan kawat (J)
A & B = konstanta kalibrasi
U = komponen kecepatan aksial
n = konstanta pangkat
E
2
= A + BU
n
+ CU

Ket:
E = tegangan kawat (J)
A, B, C = konstanta kalibrasi
U = komponen kecepatan aksial
n = 0.5


instantaneous dari inersia termal sensor terhadap berbagai perubahan dalam
kondisi aliran.
Kawat pada probe adalah suatu kawat single normal yang terbuat dari material
Sigmond Cohn alloy 851 (79%Pt, 15%Rh, and 6%Ru) yang disatukan pada prong
dengan teknik pengelasan titik yang dilakukan di Mechanical Instrument
Laboratory, the University of Queensland.


Ada 3 macam metode yang dapat digunakan dalam pengoperasian hot wire,
yaitu constant current anemometer (CCA), constant temperature anemometer
(CTA), dan constant voltage anemometer (CVA). Prinsip CTA adalah
mempertahankan suhu konstan di atas suhu lingkungan. Daya atau panas yang
dibutuhkan untuk mempertahankan suhu sensor agar konstan digunakan untuk
menghitung keceptan angin. Untuk CCA, perubahan kecepatan angin tergantung
nilai resistansi sensor dan daya yang diberikan pada sensor selalu tetap.
Keuntungan metode ini adalah distorsi elektronik sangan kecil terutama pada
frekuensi yang sangat tinggi dan respon suhu tegangan yang linear. CVA adalah
metode yang saat ini sedang dikembangkan dengan prinsip yang sangat
dipengaruhi tegangan yang mengalir melalui kawat.




Gambar 2. Single Normal Hot wire Sensor
Gambar 3. Metode CTA














IV. Prosedur Percobaan
Beberapa langkah yang harus dikerjakan untuk mengambil data dalam percobaan:
1. Menyiapkan seperangkat PC dan masuk ke website R-Lab.
2. Mengaktifkan webcam (klik icon video pada website R-Lab).
3. Memberikan aliran udara dengan kecepatan 0 m/s dengan meng-klik pilihan
drop down pada icon atur kecepatan aliran.
4. Mengidupkan motor pengerak kipas dengan meng-klik radio button pada icon
menghidupkan power supply kipas.
5. Mengukur tegangan dan arus listrik di hot wire dengan cara meng-klik icon
ukur.
6. Mengulangi langkah ketiga sampai kelima untuk kecepatan 70, 110, 150, 190,
dan 230 m/s.







Gambar 4. Metode CCA
Gambar 5. Metode CVA
Gambar 6. Percobaan Disipasi Kalor Hot Wiredi WebsiteR-Lab



V. Hasil Percobaan dan Pengolahan Data
Hasil Percobaan
Percobaan ini dilakukan dengan mengalirkan kecepatan berbeda: 0, 70, 110,
150, 190, dan 230 m/s setiap 1 detik. Berikut ini tabel data hasil percobaan yang
telah didapatkan untuk keenam kecepatan dan grafik hubungan V-HW tiap
percobaan dengan waktu.
1. Percobaan I (v = 0 m/s)
Tabel
Tabel 1. Data Percobaan pada v = 0 m/s
Waktu (s) V (m/s) V-HW (Volt) I-HW (A)
1 0 2.111 53.9
2 0 2.111 53.9
3 0 2.111 53.9
4 0 2.111 53.9
5 0 2.112 53.9
6 0 2.112 53.9
7 0 2.112 53.9
8 0 2.112 53.9
9 0 2.112 53.9
10 0 2.112 54.0

Grafik
Grafik 1. Hubungan V-HW dengan Waktu pada v
1

2.1104
2.1106
2.1108
2.111
2.1112
2.1114
2.1116
2.1118
2.112
2.1122
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
V
-
H
W

(
V
)
Waktu (s)
Hubungan V-HW dengan Waktu pada v
1
Hubungan V-HW
dengan Waktu pada v1


2. Percobaan II (v = 70 m/s)
Tabel
Tabel 2. Data Percobaan pada v = 70 m/s
Waktu (s) V (m/s) V-HW (Volt) I-HW (A)
1 70 2.049 55.3
2 70 2.048 54.8
3 70 2.049 54.4
4 70 2.049 54.2
5 70 2.05 54.3
6 70 2.048 54.5
7 70 2.048 55.0
8 70 2.049 55.6
9 70 2.050 56.1
10 70 2.047 56.5

Grafik
Grafik 2. Hubungan V-HW dengan Waktu pada v
2








2.1104
2.1106
2.1108
2.111
2.1112
2.1114
2.1116
2.1118
2.112
2.1122
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
V
-
H
W

(
V
)
Waktu (s)
Hubungan V-HW dengan Waktu pada v
2
Hubungan V-HW
dengan Waktu pada v1


3. Percobaan III (v = 110 m/s)
Tabel
Tabel 3. Data Percobaan pada v = 110 m/s
Waktu (s) V (m/s) V-HW (Volt) I-HW (A)
1 110 2.029 54.5
2 110 2.028 54.7
3 110 2.028 55.3
4 110 2.029 56.2
5 110 2.029 57.0
6 110 2.028 56.6
7 110 2.029 55.7
8 110 2.028 55.0
9 110 2.029 54.5
10 110 2.028 54.7

Grafik
Grafik 3. Hubungan V-HW dengan Waktu pada v
3








2.0274
2.0276
2.0278
2.028
2.0282
2.0284
2.0286
2.0288
2.029
2.0292
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
V
-
H
W

(
V
)
Waktu (s)
Hubungan V-HW dengan Waktu pada v
3
Hubungan V-HW
dengan Waktu pada v3


4. Percobaan IV (v = 150 m/s)
Tabel
Tabel 4. Data Percobaan pada v = 150 m/s
Waktu (s) V (m/s) V-HW (Volt) I-HW (A)
1 150 2.02 54.9
2 150 2.021 54.9
3 150 2.02 55.1
4 150 2.02 55.4
5 150 2.022 55.7
6 150 2.02 56.1
7 150 2.02 56.4
8 150 2.021 56.9
9 150 2.02 57.3
10 150 2.019 56.9

Grafik
Grafik 4. Hubungan V-HW dengan Waktu pada v
4






2.0175
2.018
2.0185
2.019
2.0195
2.02
2.0205
2.021
2.0215
2.022
2.0225
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
V
-
H
W

(
V
)
Waktu (s)
Hubungan V-HW dengan Waktu pada v
4
Hubungan V-HW
dengan Waktu pada v4


5. Percobaan V (v = 190 m/s)
Tabel
Tabel 5. Data Percobaan pada v = 190 m/s
Waktu (s) V (m/s) V-HW (Volt) I-HW (A)
1 190 2.015 57.1
2 190 2.016 56.7
3 190 2.015 55.9
4 190 2.016 55.3
5 190 2.016 54.9
6 190 2.016 54.7
7 190 2.017 54.9
8 190 2.016 55.2
9 190 2.016 56.0
10 190 2.015 56.8

Grafik
Grafik 5. Hubungan V-HW dengan Waktu pada v
5









2.014
2.0145
2.015
2.0155
2.016
2.0165
2.017
2.0175
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
V
-
H
W

(
V
)
Waktu (s)
Hubungan V-HW dengan Waktu pada v
5
Hubungan V-HW
dengan Waktu pada v5


6. Percobaan VI (v = 230 m/s)
Tabel
Tabel 6. Data Percobaan pada v = 230 m/s
Waktu (s) V (m/s) V-HW (Volt) I-HW (A)
1 230 2.012 57.7
2 230 2.013 56.9
3 230 2.013 55.5
4 230 2.012 54.8
5 230 2.013 55.0
6 230 2.013 55.8
7 230 2.013 56.8
8 230 2.012 57.6
9 230 2.013 56.9
10 230 2.012 55.6

Grafik
Grafik 6. Hubungan V-HW dengan Waktu pada v
6








2.0114
2.0116
2.0118
2.012
2.0122
2.0124
2.0126
2.0128
2.013
2.0132
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
V
-
H
W

(
V
)
Waktu (s)
Hubungan V-HW dengan Waktu pada v
6
Hubungan V-HW
dengan Waktu pada v6


Pengolahan Data
Tabel 7. Tegangan Rata-rata pada Setiap Kecepatan
Waktu
(s)
V saat
0 m/s
V saat
70 m/s
V saat
110 m/s
V saat
150 m/s
V saat
190 m/s
V saat
230 m/s
1 2.111 2.049 2.029 2.02 2.015 2.012
2 2.111 2.048 2.028 2.021 2.016 2.013
3 2.111 2.049 2.028 2.020 2.015 2.013
4 2.111 2.049 2.029 2.020 2.016 2.012
5 2.112 2.050 2.029 2.022 2.016 2.013
6 2.112 2.048 2.028 2.020 2.016 2.013
7 2.112 2.048 2.029 2.020 2.017 2.013
8 2.112 2.049 2.028 2.021 2.016 2.012
9 2.112 2.05 2.029 2.020 2.016 2.013
10 2.112 2.047 2.028 2.019 2.015 2.012
V 21.116 20.487 20.285 20.203 20.158 20.126
AVG 2.1116 2.0487 2.0285 2.0203 2.0158 2.0126

Persamaan kecepatan angin sebagai fungsi dari tegangan hot wire dapat
diperoleh dengan menggunakan least square grafik hubungan dari keduanya.
Perhitungannya adalah sebagai berikut.


dengan:






Persamaan untuk mencari kesalahan relatif ditulis:







y = mx b
=

()

()



dan
=

+ ()

()

()


Tingkat kesalahan relatif =

%


Tabel 8. Pengolahan Data Least SquareV
rat

i xi [v (m/s)] yi [V
rat
(V)] xi
2
yi
2
xiyi
1 0 2.1116 0 4.458855 0
2 70 2.0487 4900 4.197172 143.409
3 110 2.0285 12100 4.114812 223.135
4 150 2.0203 22500 4.081612 303.045
5 190 2.0158 36100 4.06345 383.002
6 230 2.0126 52900 4.050559 462.898
750 12.2375 128500 24.96646 1515.489

Dari persamaan least square dan data di atas, didapatkan:
m = - 0.00041
b = 2.090657

Berikut grafik hubungan antara tegangan rata-rata dengan kecepatan aliran air.

Grafik 7. Hubungan Tegangan Rata-rata dengan Kecepatan Aliran Angin

Untuk kesalahan relatif:
y = 1.327253 sehingga b = 0.00712

Tingkat kesalahan relatif =
0.00712
2.090657
100%
= 0.340563 %
1.96
1.98
2
2.02
2.04
2.06
2.08
2.1
2.12
0 70 110 150 190 230
T
e
g
a
n
g
a
n

R
a
t
a
-
r
a
t
a

(
V
)
Kecepatan Aliran Angin (m/s)
Hubungan Tegangan Rata-rata dengan
Kecepatan Aliran Angin
Hubungan Tegangan Rata-
rata dengan Kecepatan
Aliran Angin
y = - 0.00041x + 2.090657


VI. Analisis Data
1. Analisis Percobaan
Percobaan Disipasi Kalor Hot Wire ini dilakukan secara online melalui R-Lab
dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan hot wire untuk digunakan sebagai
sensor kecepatan aliran udara. Sumber udara yang digunakan dalam percobaan ini
adalah kipas angin. Kecepatan udara divariasikan, yaitu 0, 70, 110, 150, 190, dan
230 m/s. Pada saat kipas belum dinyalakan (v

= 0 m/s), besar arus dan tegangan
listrik belum berubah. Ketika kipas mulai dinyalakan, kecepatan kipas diatur
sedemikian rupa. Ketika kipas dinyalakan, kecepatan angin mempengaruhi arus
listrik dan tegangan listrik yang mengalir.
Arus listrik menjadi semakin besar, sebanding dengan kecepatan kipas yang
diberikan. Sedangkan tegangan listrik menjadi semakin kecil, berbanding terbalik
dengan kecepatan angin yang dihasilkan kipas. Hal ini disebabkan oleh udara
yang dihembuskan oleh kipas angin mempengaruhi resistensi pada kawat yang
selanjutnya mempengaruhi tegangan dan arus tersebut. Ketika angin dialirkan
pada probe, angin menerpa kawat pijar dengan kecepatan v dan gaya F sehingga
terjadi perubahan nilai resistensi yang sebanding dengan kecepatan angin pada
kawat tersebut. Semakin cepat angin yang dialirkan, arus listrik yang dihasilkan
juga semakin besar. Sebaliknya, semakin besar kecepatan angin yang diberikan,
semakin kecil tegangan yang dihasilkan. Besar kecilnya perubahan resistensi
inilah yang mempengaruhi perubahan kalor yang terjadi pada probe.

2. Analisis Hasil
Data yang diperoleh dari percobaan ini meliputi waktu, kecepatan,
tegangan, dan arus yang merupakan data yang telah dicetak oleh sistem.. Dari
data yang terlihat, terdapat beberapa data yang tidak berada dalam suatu
kecenderungan untuk berada dalam satu nilai. Selisih data yang keluar dari
kecenderungan untuk berada dalam satu nilai itu memang tidak terlalu jauh.
Akan tetapi, data tersebut merupakan data yang kurang baik, yang dapat
mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak akurat. Dalam menganalisis data ini,
praktikan tidak dapat menganalisis penyebab secara fisis, apa-apa yang
menyebabkan timbulnya nilai-nilai yang keluar dari kecenderungan tersebut,
karena praktikan tidak melakukan percobaan secara langsung.



3. Analisis Grafik
Grafik tegangan terhadap waktu menunjukkan hubungan antara tegangan dan
waktu yang diberikan pada kecepatan angin yang berbeda-beda sesuai dengan
prosedur percobaan. Pada grafik ini, waktu sebagai variabel X dan tegangan
sebagai variabel Y menunjukkan bahwa kecepatan angin yang diberikan oleh
kipas adalah tetap, sehingga semakin lama angin bertiup maka energi kalor
menjadi lebih kecil. Jadi, nilai dari tegangan listrik akan menjadi lebih kecil
seiring dengan penambahan waktu yang ada. Penurunan ini terjadi karena ada
disipasi dari kalor hot wire yang terjadi pada kecepatan angin tertentu.
Pada grafik kedua yaitu hubungan kecepatan aliran angin dengan tegangan
rata-rata, praktikan juga mendapat perbandingan negatif antara tegangan dan
kecepatan aliran angin. Hampir sama dengan grafik sebelumnya, grafik ini
memperlihatkan bahwa semakin besar kecepatan aliran angin, tegangan listrik
semakin kecil. Melalui cara least square, praktikan mendapatkan persamaan linier
dari grafik ini:


VII. Kesimpulan
1. Hot wire dapat digunakan sebagai alat pendeteksi dan pengukur kecepatan
angin yang berhembus, namun hasilnya tidak akurat.
2. Kecepatan angin yang mengalir berbanding terbalik dengan besar tegangan
pada hot wire.
3. Energi listrik berbanding lurus dengan tegangan, kuat arus, dan waktu.

VIII. Daftar Pustaka
1. Giancoli, D.C.; Physics for Scientists & Engeeners, Third Edition, Prentice
Hall, NJ, 2000.
2. Halliday, Resnick, Walker; Fundamentals of Physics, 7th Edition, Extended
Edition, John Wiley & Sons, Inc., NJ, 2005.
3. Link R-Lab ; http://sitrampil4.ui.ac.id/kr01
y = - 0.00041x + 2.090657

Anda mungkin juga menyukai