BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pustaka yang menunjang dalam penelitian ini adalah tentang sensor, serat optik,
fiber coupler dan logam tembaga. Karena ketiga bahan tersebut mempunyai
peranan penting dalam penelitian ini. Serta juga akan dipaparkan tentang expansi
linear. Expansi linear tersebut yang akan menunjang pada proses pemanasan
logam tembaga.
2.1. Sensor
adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-
sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika,
energi kimia, energi biologi, energi mekanik dan sebagainya. Contoh: kamera
sensor peraba, LDR (light dependent resistance) sebagai sensor cahaya, dan
lainnya.
adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem
transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam
bentuk yang berlainan ke sistem transmisi berikutnya”. Transmisi energi ini bisa
berupa listrik, mekanik, kimia, optik (radiasi) atau termal (panas). Contoh:
generator adalah transduser yang merubah energi mekanik menjadi energi listrik,
7
Skripsi Aplikasi Multimode Fiber Coupler Sebagai Sistem Yuliatin
Sensor Suhu Dengan Menggunakan Probe Logam
Tembaga
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
motor adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi energi mekanik, dan
sebagainya.
adalah sesuatu alat yang berfungsi memberikan batasan nilai atau harga tertentu
dari gejala-gejala atau sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi. Contoh:
Dalam memilih peralatan sensor dan transduser yang tepat dan sesuai
dengan sistem yang akan disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum
a. Linearitas
sesuai dengan panas yang dirasakannya. Dalam kasus seperti ini, biasanya
hubungan dari dua buah sensor panas yang berbeda. Garis lurus pada Gambar
1 1
Temperatur (masukan)
Temperatur (masukan)
0 0
100 100
Tegangan (keluaran) Tegangan (keluaran)
Gambar 2.1. Keluaran dari transduser panas (D Sharon dkk., 1982, dalam
www.docstoc.com)
b. Sensitivitas
dengan “satu volt per derajat”, yang berarti perubahan satu derajat pada
panas lainnya dapat saja memiliki kepekaan “dua volt per derajat”, yang
berarti memiliki kepakaan dua kali dari sensor yang pertama. Linearitas
keseluruhan. Sensor dengan tanggapan pada Gambar 2.1(b) akan lebih peka
10
c. Tanggapan Waktu
Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan dalam
satuan hertz (Hz). { 1 hertz berarti 1 siklus per detik, 1 kilohertz berarti 1000
siklus per detik]. Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat temperatur berubah
Tetapi apabila perubahan temperatur sangat cepat lihat Gambar 2.2(b) maka
Rata-rata
50 50
40 40
Waktu
30 1 siklus 30
11
daya keluaran pada frekuensi tertentu dengan daya keluaran pada frekuensi
referensi.
1. Level suhu maksimum dan minimum dari suatu substrat yang diukur
5. Linearitas sensor
Selain dari ketentuan diatas, perlu juga diperhatikan aspek phisik dan
kimia dari sensor seperti ketahanan terhadap korosi (karat), ketahanan terhadap
gelombang cahaya yang terbuat dari bahan transparan berbentuk silinder. Serat
optik terdiri dari bagian inti (core) yang dikelilingi oleh bagian yang disebut
selubung (clading). Bagian terluar dari serat optik disebut jaket (coating) yang
12
selubung mempunyai indeks bias yang nilainya sedikit lebih rendah daripada
(Keiser,1991).
Berdasarkan struktur indeks bias bahan bagian inti, serat optik terbagi
menjadi dua jenis, yaitu serat optik step-index dan serat optik graded-index. Jenis
step-index bagian inti mempunyai nilai indeks bias yang seragam, sedangkan jenis
graded-index bagian inti mempunyai nilai indeks bias yang menurun secara
gradual dari sumbu serat sampai ke bidang batas selubung. Selubung kedua jenis
mempunyai nilai indeks bias yang seragam. Berdasarkan jumlah moda gelombang
yang terpandu, serat optik dibedakan menjadi dua, yaitu serat optik moda tunggal
(singlemode) jika hanya satu moda gelombang yang dipandu dan serat optik moda
jamak (multimode) jika moda gelombang yang terpandu lebih dari satu
Gambar 2.4.
13
Gambar 2.4b. Perbedaan serat optik multimode dan singlemode (Keiser, 1991).
cahaya.
14
Gambar 2.5. Perambatan sinar pada serat optik step-index (Keiser, 1991).
pembiasan sinar pada bidang batas antara dua medium yang berbeda. Sinar yang
datang dari medium rapat (n1) ke medium kurang rapat (n2) akan dibiaskan
menjauhi garis normal. Pada bidang batas antara core dan cladding dalam Gambar
2.4, jika sudut diperbesar secara gradual maka pada sudut tertentu sinar akan
dirambatkan pada bidang batas kedua medium yaitu bidang batas core dan
cladding (sinar tidak dibiaskan pada cladding). Sudut pada keadaan tersebut
Gambar 2.6. Sketsa perambatan sinar pada serat optik (Keiser, 1991)
Dengan menggunakan hukum Snellius diperoleh nilai sudut c, maka n1 sin
c = n2 sin 1 dengan 1 = 900 karena sinar merambat pada bidang batas antara
15
n
sin c = 2
n1
n
c = arcsin 2 (2.1)
n1
dengan n1 dan n2 menunjukkan indeks bias core dan indeks bias cladding. Dalam
ungkapan sudut θ melalui hubungan θc = – c maka sin c = sin ( – θc),
2 2
dengan θc merupakan sudut kritis sehingga sudut kritis dapat ditulis menjadi:
n
cos θc = 2
n1
n
θc = arccos 2 (2.2)
n1
Untuk nilai sudut θc < θ dalam Gambar 2.6, tidak ada sinar yang dibiaskan ke
dalam selubung, sehingga seluruh sinar akan terpandu dalam core serat optik.
Untuk mengetahui sudut sinar masukan pada bagian core serat optik agar
sinar dapat terpandu, diterapkan hukum Snellius pada bidang batas antara core
dan udara. Agar sinar dapat terpandu, maka sudut θ = θc dan θo = θo max dengan
dengan n adalah indeks bias udara yang nilainya 1, sehingga persamaan (2.3)
16
Didefinisikan beda indeks bias antara core dan selubung ( ) menurut persamaan:
n1 n2
Δ = (2.6)
n1
2 2
NA = n1 n2
= n1 n1 n2
Perbedaan nilai n1 dan n2 sangat kecil sehingga n1 n2 = 2 n1 , oleh sebab itu:
NA = n1 2 (2.7)
sampai 1 % untuk serat optik singlemode (Keiser, 1991). Nilai NA untuk serat
optik step-index berkisar antara 0,2 – 0,5, serat optik graded-index di sekitar 0,2
(Hoss, 1993). Untuk serat optik step-index multimode dari bahan plastik
jenis pandu gelombang, satu diantaranya adalah pandu gelombang optik. Pandu
17
gelombang optik atau optical wave guide adalah penyalur cahaya yang terdiri atas
material dielektrik berbentuk lempeng, kepingan, atau silinder dan dikelilingi oleh
material dielektrik lainnya dengan indek bias lebih rendah. Pandu gelombang
gelombang planar terdiri atas inti film pusat dengan ketebalan < 0.1mm yang
terletak diantara dua lapisan dengan indek bias lebih rendah dari pada inti, namun
Tiap jenis pandu gelombang optis, baik silinder maupun planar, memiliki
optik, maka moda pada pandu gelombang ini merupakan moda optik. Moda optik
adalah solusi spesik dari fungsi gelombang yang memenuhi syarat batas yang
sesuai dan memiliki sifat bahwa distribusi spasialnya tidak berubah terhadap
perambatannya.
Jumlah moda yang terdapat dalam suatu pandu gelombang ditentukan oleh
sebuah parameter tunggal yang disebut parameter-V atau disebut juga frekuensi
tinjauan pada serat optik moda tunggal step index melalui penyelesaian persamaan
1. .D (2.8a)
2. .B 0 (2.8b)
B
3. E (2.8c)
t
18
D
4. H j (2.8d)
t
Bentuk persamaan Maxwell pada kondisi bebas muatan sumber adalah sebagai
berikut:
1. .D 0 (2.9a)
2. .B 0 (2.9b)
B
3. E (2.9c)
t
D
4. H j (2.9d)
t
dengan E dan H adalah vektor medan listrik dan medan magnet, sedangkan D dan
B adalah rapat fuks. Kerapatan flux berhubungan dengan vektor medan dengan
masing-masing adalah polarisasi listrik dan magnet terinduksi. Untuk serat optik
1 2 E
2 E 0 (2.10)
c 2 t 2
2 1 2 H
H 2 0 (2.11)
c t 2
19
1
dengan c adalah kecepatan gelombang elektromagnetik di medium,
1
sedangkan pada daerah vakum c0 . Persamaan (2.10) dan (2.11)
0 0
memperlihatkan medan E dan H tidak saling terkopel satu sama lain. Secara
umum, persamaan (2.10) dan (2.11) dapat ditulis dalam bentuk persamaan
gelombang berikut:
1 2
2 0 (2.12)
c 2 t 2
U exp jt
exp jkr menyatakan faktor harmonik maka dari persamaan (2.12) diperoleh
2U k 2U 0 (2.13)
c
dengan k yang merupakan konstanta perambatan. Dari hubungan n
c co
2
dan k o , maka k nk o dengan 0 menunjukkan medium vakum.
o
20
maka fungsi gelombang untuk medan E dan H dalam koordinat silinder,
Persamaan (2.14) dan (2.15) juga merupakan solusi persamaan (2.12), masing-
masing untuk medan harmonik E dan H , sedangkan identik dengan k yang
dengan :
Er E0 r e jz (2.17a)
E E0 e jz (2.17b)
Ez Ez (2.17c)
Er E
jEr dan jE (2.17d)
z z
Sementara itu untuk medan H :
H r , , z, t H o r , e j t z H r er H e H z ez e jt
(2.18)
kemudian
B H
j H r er H e H z ez e jt
(2.19)
t t
21
sehingga hubungan E dan H untuk masing-masing komponen vektor adalah:
1 E z
jrE er = jH r (2.20a)
r
E z
jEr jH (2.20b)
r
1 rE Er
jH z (2.20c)
r r
Jika langkah yang sama di terapkan pada persamaan (2.9d), akan diperoleh
hubungan H dan E untuk masing-masing komponen vektor sebagai berikut:
1 H z
jrH er = jEr (2.21a)
r
H z
jH r jE (2.21b)
r
1 rH H r
jE z (2.21c)
r r
j E z H z
Er (2.22a)
q 2 r r
j E z H z
E 2
(2.22b)
q r r
j E z H z
Hr 2
(2.22c)
q r r
22
j E z j H z
H 2 (2.22d)
q2 r q r
Untuk mendapatkan persamaan gelombang pada medan E dan H dalam
2 E z 1 E z 1 2 E z
q 2 Ez 0 (2.23)
r 2 r r r 2 2
Persamaan (2.23) adalah persamaan gelombang untuk medan E E z dalam
2 H z 1 H z 1 2 H z
2 q2H z 0 (2.24)
r 2
r r r 2
ditentukan oleh syarat batas komponen medan EM. Jika syarat batas tidak dapat
E z dan H z keduanya tidak sama dengan nol, maka disebut moda hibrid dan
mana yang lebih dominan. Moda hibrid memiliki tingkat analisa yang lebih rumit.
optik, dilakukan dengan cara sebagai berikut: Serat optik adalah pandu gelombang
23
Pada gambar tersebut, n n1 untuk r < a (core) dan n n2 untuk r > a (cladding),
2U 1 U 1 2U 2U
n 2 k 02U 0 (2.25)
r 2 r r r 2 2 z 2
2U 1 U 2 2 l2
n k 2
U 0 (2.27)
r 2 r r r 2
0
24
Syarat gelombang terpandu adalah n2 k 0 < < n1k 0 , untuk itu ddidefinisikan
d 2U 1 dU 2 l 2
kT 2 U 0 , r ≤ a (2.29a)
dr 2 r dr r
d 2U 1 dU 2 l 2
2 U 0 , r ≥a (2.29b)
dr 2 r dr r
J1 kT r , r ≤ a
U r (2.30)
K1 r , r ≥a
J 1 x dan K1 x adalah fungsi Bessel jenis pertama dan kedua orde l . Pada limit
25
1
1 2 1
J 1 x cos x l , r ≤ a (2.31a)
x 2 2
1
2 4l 1 x
2
K1 x 1 e , r ≥a (2.31b)
2x 8x
Untuk nilai kT besar, distribusi medan di dalam core berosilasi secara cepat,
sedangkan untuk nilai besar, penurunan amplitudo medan terjadi secara cepat
Gambar 2.8. Distribusi amplitudo medan di core dan cladding untuk orde 0 dan 3
(Saleh, 1991)
(2.35).
26
kT2 2 n12 n22 k02 NA k02
2
(2.33)
Ruas paling kanan persamaan (2.33) bernilai konstan, sehingga jika nilai kT besar
maka nilai kecil, pada keadaan ini penetrasi medan ke cladding menjadi besar
2
V aNA (2.34)
0
Solusi bagi ditentukan melalui syarat batas bahwa di bidang batas yaitu
persamaan (2.9c) dan (2.9d), dalam koordinat silinder hasilnya adalah sebagai
berikut:
j E z H z
E
2
(2.35a)
n k 0 r
2
r
j H z E
H
2
z (2.35b)
n k 0 r
2
r
Mengacu pada persamaan (2.32) untuk nilai E z dan H z , maka akan diperoleh E
27
indeks 1 dan 2 menunjukkan daerah core dan cladding, akan diperoleh persamaan
berikut:
1 1
1 1 n12 k021 n22 k021 l 2 (2.36)
a kT
2
J1 kT r K1 r
dengan : 1 dan 1
kT J 1 kT r K1 r
Persamaan (2.36) adalah persamaan non linear, sehingga solusi bagi dengan
batas n2 k0 n1k0 harus dilakukan dengan metode numerik (Keiser, 1991). Solusi
lm n1k0 1
l 2m (2.37)
M
4
M V2 (2.38)
2
kabel serat optik yang membawa sinyal menuju ke dua terminal yang berbeda.
Sinyal tersebut tentunya harus dibelah menjadi dua dan hal ini dapat dilakukan
sehingga pengkopel untuk tujuan ini disebut splitter (pembagi). Pengkopel juga
maupun balik, sehingga pengkopel dalam kasus ini disebut sebagai combiner
28
beberapa sumber berbeda ke dalam satu saluran transmisi serat optik tunggal.
splice mekanik dengan pengkopel terdapat pada jumlah penggunaan serat optik
dikedua ujung alat. Apabila terdapat sebuah serat optik tunggal dikedua ujung
alat, maka alat tersebut adalah splice mekanik jika lebih dari satu maka disebut
pengkopel.
Jika dua pandu gelombang berada pada jarak yang sedemikan dekat, maka
cahaya terpandu dari salah satu pandu gelombang dapat terkopel pada pandu
gelombang lainnya. Dengan kata lain, terjadi proses transfer daya optik antar
pandu gelombang. Untuk kasus coupling antara dua pandu gelombang sejajar
yang diasumsikan untuk serat optik singlemode diilustrasikan pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9. Kopling cahaya pada dua pandu gelombang planar (Saleh, 1991).
gelombang sangat sulit, tetapi untuk kopling lemah (weakly), penggunaan teori
untuk moda terkopel masih memadai. Teori moda terkopel digunakan dengan
(salah satu pandu gelombang belum ada) adalah sama. Amplitudo kompleks
29
medan listrik pada pandu gelombang 1 dan pandu gelombang 2 jika tidak terkopel
Sebelum terkopel, a1 dan a2 adalah konstan. Saat terjadi kopel, a1 dan a2 berubah
2 tidak berubah.
Proses kopling dianggap sebagai efek hamburan yang artinya medan pada
dari pandu gelombang 1. Analisis saling interaksi antara dua pandu gelombang
tersebut merujuk pada dua persamaan diferensial orde satu yang saling terkopel
da1z jz
jC 21a2 z e (2.41a)
dz
da2 z
jC12a1 z e jz (2.41b)
dz
30
dengan : 1 2 (2.42)
k2
a d
C21 n 22 n 2 0
21
u y u y dy
2 1
(2.43a)
a
k2
a d
C12 n 21 n 2 0
2 2
u y u y dy
1 2
(2.43b)
a
Persamaan (2.41a) dan (2.41b) adalah persamaan moda terkopel. Dengan asumsi
bahwa amplitudo cahaya masukan pada pandu gelombang 1 adalah a1 0 dan
pada pandu gelombang 2 tidak ada cahaya yang masuk atau a2 0 0, maka solusi
z
j
a1 z a1 0e 2
cos z j sin z (2.44a)
2
z
C12 j
a2 z j a1 0e 2
sin z (2.44b)
2
dengan 2 C 21C12 (2.45)
2
2
2
P1 z P1 0cos z sin 2 z (2.46a)
2
2
k12
P2 z P1 0 sin 2 z (2.46b)
2
31
menjadi :
Perlu dicatat bahwa kedua pandu gelombang di asumsikan tanpa redaman atau
atenuasi. Grafik pertukaran daya optik terhadap jarak interaksi z (yang akhirnya
1
Pertukaran daya optik secara penuh terjadi setiap periode (n + )
2
dengan n = 0,1,2,….. maka untuk pertukaran daya optik secara penuh dapat ditulis
hubungan:
1
n
2
z (2.49)
K
32
1
n
2
Lc (2.50)
K
Fiber coupler merupakan salah satu pandu gelombang yang tersusun atas
banyak saluran. Salah satu sifat dari fiber coupler adalah kemampuannya
pandu gelombang. Pada bidang optik, fiber coupler dapat berfungsi sebagai
pemecah berkas cahaya (splitter), pembagi daya (power divider), optical swtcing,
divais WDM, divais interferometer baik Michelson maupun Mach Zender serta
divais optik yang lain. Fiber coupler dapat dibuat dari serat optik singlemode
maupun multimode dengan cara menggabungkan (fused) kedua buah serat optik
tersebut dengan panjang daerah interaksi dan lebar gap tertentu. Proses kopling
atau transfer daya optik pada fiber coupler serat optik analog dengan pandu
coupler serat optik berbentuk fungsi Bessel. Proses perpindahan daya gelombang
mode theory), bila lebar gab antara dua pandu gelombang sangat kecil akan
33
gelombang optik simetri dengan tetapan perambatan βb, dan ketika interferensinya
saling melemahkan maka akan terbentuk gelombang optik asimetri dengan tetapan
perambatannya βa.
Fiber coupler yang tersusun dari dua buah serat optik mempunyai empat
buah port dan disebut fiber coupler serat optik struktur simetri 2×2. Skema fiber
coupler serat optik struktur simetri 2×2 yang dibuat dengan metode fused biconal
Gambar 2.11. Fiber coupler strutur simetri 2 x 2 berbahan serat optik dengan
metode fused (Fernando, 2007)
dengan mengambil analogi teori moda terkopel untuk pandu gelombang planar
34
singlemode, maka sebagian berkas cahaya akan terkopel menuju port keluaran B2
dengan rasio kopling (ratio coupling) tertentu saat melewati daerah interaksi
kopling sepanjang Le. Berkas cahaya yang tidak terkopel akan keluar menuju port
A2. Rasio kopling ditentukan oleh panjang daerah interaksi kopling (Lc) dan lebar
gap antar core serat optik (g) yang digabungkan. Akibat struktur penggabungan
serat optik, sebagian kecil berkas cahaya dipantulkan menuju port Al dan Bl.
Rasio daya optik berkas cahaya pantulan yang menuju port B I terbadap daya
optik masukan disebut Crosstalk. Proses kopling berkas cahaya diantara kedua
serat optik menyebabkan rugi (losses) akibat struktur fiber coupler. Rugi tersebut
adalah rugi keluaran atau excess loss yaitu fraksi daya optik keluaran terbadap
daya optik masukan dan rugi sisipan atau insertion loss yaitu fraksi daya optik
pada port keluaran B2 terhadap daya optik masukan (Samian dkk., 2008).
ratio (CR), excess loss (Le) dan Crosstalk (Ct). Berikut beberapa pengertian dari
parameter-parameter fiber coupler. Seberapa besar proporsi dari daya input yang
copling ratio (CR). Rasio daya optik berkas cahaya pantulan yang menuju port P3
terhadap daya optik masukan disebut Crosstalk. Proses kopling berkas cahaya
diantara kedua serat optik menyebabkan rugi (losses) akibat struktur fiber coupler.
Rugi tersebuat adalah rugi keluaran atau excess loss yaitu fraksi daya optik
keluaran terhadap daya optik masukan. Dengan mengacu pada Gambar 2.11,
berikut:
35
P2
CR (2.51)
P1 P2
P
Lins
inout
(2.52)
Poutput
Po
Le 10 log (2.53)
P1 P2
Po
Ct 10 log (2.54)
P3
fiber coupler hasil fabrikasi sesuai dengan nilai parameter standar seperti yang
Untuk sebuah benda dalam bentuk batang atau kawat seringkali yang perlu
Andaikan semua benda berbentuk balok berukuran , , dan pada suatu suhu
. Jika suhu balok itu naik menjadi , ukuran balok tersebut menjadi
36
(2.55)
(2.56)
(2.57)
berhubungan dengan daya tahan bahan terhadap perubahan suhu. Semakin rendah
koefisien muai panas suatu bahan, semakin tinggi daya tahan bahan dalam
dimensi bisa disebut sebagai pertambahan panjang, pada arah dua dimensi
37
(2.58)
Gambar 2.13. Plot Hubungan Panjang Logam (L) dengan suhu (T)
(Meiners,1986)
Atom-atom suatu bahan tidak bergetar pada suhu 00C (-273 K). Pada
atom-atom bergetar dengan jarak antar atom yang lebih besar dan kecil. Hal ini
38
memerlukan suhu yang relatif lebih kecil dari pada bahan yang mempunyai
koefisien muai panjang kecil untuk bergetar dengan jarak antar atom yang lebih
besar. Sehingga semakin kecil nilai koefisien muai panjang, maka semakin tinggi
2.6. Tembaga
Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang dan nomor atom 29. Lambangnya berasal dari bahasa Latin Cuprum.
Tembaga merupakan konduktor panas dan listrik yang baik. Selain itu unsur ini
konduktivitas panas dan listrik yang tinggi, serta mudah dibentuk. Di antara
logam murni pada suhu kamar, tembaga memiliki resistivitas listrik dan
39
kuonduktivitas panas tertinggi setelah perak (Hammond, 2004). Pada 385 W m-1
-1
°C tembaga memiliki konduktivitas termal tertinggi dibandingkan emas dan
perak. Hal ini disebabkan karena hampir semua elektron valensi (satu per atom)
mengambil bagian dalam konduksi. Yang dihasilkan elektron bebas dalam jumlah
bertanggung jawab atas agak lambat kecepatan arus di kabel tembaga (kecepatan
drift dapat dihitung sebagai rasio dari rapat arus untuk mengisi kepadatan).
maksimum hadir dalam jaringan kabel rumah tangga dan distribusi grid)