OLEH:
AHMAD YASIN HABIBI
44222068
A. LATAR BELAKANG
Model apapun yang digunakan dalam sistem otomasi pemabrikan sangat tergantung kepada
keandalan sistem kendali yang dipakai. Hasil penelitian menunjukan secanggih apapun sistem kendali
yang dipakai akan sangat tergantung kepada sensor maupun transduser yang digunakan..
Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan penting dalam
sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan
sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis.
Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran listrik, seperti besaran
fisika, kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk memakaikan besaran listrik pada sistem pengukuran, atau
sistem manipulasi atau sistem pengontrolan, maka biasanya besaran yang bukan listrik diubah
terlebih dahulu menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut transducer.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
transduser.
I. SENSOR
A. Pendahuluan
Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk merubah suatu besaran fisik menjadi
besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkaian listrik tertentu.Hampir seluruh
peralatan elektronik yang ada mempunyai sensor didalamnya. Pada saat ini, sensor tersebut telah
dibuat dengan ukuran sangat kecil. Ukuran yang sangat kecil ini sangat memudahkan pemakaian
dan menghemat energi.Sensor merupakan bagian dari transducer yang berfungsi untuk
melakukan sensing atau “merasakan dan menangkap” adanya perubahan energi eksternal yang
akan masuk ke bagian input dari transducer, sehingga perubahan kapasitas energi yang
ditangkap segera dikirim kepada bagian konvertor dari transducer untuk dirubah menjadi energi
listrik.
Besaran yang paling banyak diukur : posisi, force, kecepatan, percepatan, tekanan,
level, flow, temperature.
B. Spesifikasi Statik
Ditentukan oleh manufacturer melalui kalibrasi.
Error
Definisi : perbedaan antara nilai variabel yang sebenarnya dan nilai pengukuran
variabel.
Seringkali nilai sebenarnya tidak diketahui. Untuk kasus tersebut accuracy akan
menunjukkan range/bound kemungkinan dari nilai sebenarnya.
Accuracy
Istilah ini digunakan untuk menentukan error keseluruhan maksimum yang diharapkan
dari suatu alat dalam pengukuran.
Accuracy biasanya diekspresikan dalam inaccuracy.
Beberapa jenis accuracy terhadap :
1. Variabel yang diukur.
Misal : akurasi dalam pengukuran suhu ialah 2oC, berarti ada ketidak akuratan
(uncertainty) sebesar 2oC pada setiap nilai suhu yang dikur.
2. Prosentase dari pembacaan Full Scale instrumen.
Misal : akurasi sebesar 0.5% FS pada meter dengan 5 V Full Scale, berarti
ketidakakuratan pada sebesar 0.025 volt.
3. Prosentase span (range kemampuan pengukuran instrumen).
Misal : jika sebuah alat mengukur 3% dari span untuk pengukuran tekanan dengan
range 20-50 psi, maka akurasinya menjadi sebesar ( 0.03) (50 – 20) = 0.9 psi.
Sensitivity
Definisi : perubahan pada output insrtumen untuk setiap perubahan input terkecil.
Sensitivitas yang tinggi sangat diinginkan karena jika perubahan output yang besar terjadi
saat dikenai input yang kecil, maka pengukuran akan semakin mudah dilakukan.
Misalnya, jika sensitivitas sensor temperatur sebesar 5mV/ oC berarti setiap perubahan
input 1oC akan muncul output sebesar 5 mV.
Repeatibility
Definisi : pengukuran terhadap seberapa baik output yang dihasilkan ketika diberikan
input yang sama beberapa kali.
Repeatibility vs Accuracy (lihat Gambar 3-3, “ICE”)
Persamaan : repeatibility =
Hysteresis
Definisi : perbedaan output yang terjadi antara pemberian input menaik dan pemberian
input menurun dengan besar nilai input sama
Salah satu indikator repeatability.
Linearity
Definisi : hubungan antara output dan input dapat diwujudkan dalam persamaan garis
lurus.
Linearitas sangat diinginkan karena segala perhitungan dapat dilakukan
dengan mudah jika sensor dapat diwujudkan dalam persamaan garis lurus.
C. Spesifikasi Dinamis
Spesifikasi dinamis Menunjukkan seberapa baik respon sensor terhadap perubahan
pada inputnya secara kontinyu dan teratur. Hal ini dilakukan dengan memberikan input
step dan sinusoidal.
Input Step
Jika sensor berorde satu, parameter yang diamati : rise time, time constant, dan dead time.
Rise Time : waktu yang diperlukan agar output mencapai 10 – 90% dari respon penuh saat
diberikan input step.
Time Constant : waktu yang diperlukan output untuk mencapai 63.2% dari nilai maksimal
yang mungkin.
Dead time : waktu yang diperlukan output untuk mulai berubah.
Jika sensor berorde dua, parameter yang diamati : damping coefficient, resonant
frequency, settling time, dan percent overshoot.
Damping coeffecient dan resonant frequency menentukan bentuk dan waktu respon
sensor.
Settling time adalah waktu yang diperlukan sampai terbentuk output yang diinginkan.
Percent Overshoot adalah besarnya lonjakan respons output dibanding kondisi stabil.
2) Termokople
Termokople adalah suatu sensor suhu yang mengubah besaran suhu menjadi
besaran tegangan. Dasar pembuatan termokople terinspirasi oleh sifat logam yang
jika kedua ujungnya diberi perbedaan suhu dan menghasilkan tegangan.
Termokopel dibagi menjadi beberapa jenis, pembagian ini didasarkan oleh
logam logam penyusun termokopel. Jenis jenis termokopel yaitu:
e) Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi output yang
sama pada suhu 0 °C hingga 42 °C sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu
50 °C.
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C)
dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C)
dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
Karena stabilitasnya yang tinggi Tipe S digunakan untuk standar pengukuran
titik leleh emas (1064.43 °C).]
RTD adalah salah satu sensor suhu yang paling akurat. Tidak hanya
memberikan akurasi yang baik, tapi juga memberikan stabilitas yang sangat baik.
RTD juga relatif kebal terhadap gangguan listrik sehingga cocok untuk pengukuran
suhu di lingkungan industri, terutama di sekitar motor, generator dan peralatan
tegangan tinggi lainnya.
Jenis-jenis RTD:
a) RTD elemen
RTD elemen adalah bentuk sederhana dari RTD. Ini
terdiri dari sepotong kawat dibungkus di sekitar inti keramik
atau kaca. Karena ukuran kompak, elemen RTD biasanya
digunakan bila ruang sangat terbatas.
b) RTD surface elemen
RTD surface elemen adalah tipe khusus dari
elemen RTD. Hal ini dirancang untuk menjadi setipis
mungkin sehingga memberikan kontak yang baik untuk
mengukur suhu permukaan datar.
c) RTD Probe
RTD probe adalah bentuk paling kasar dari
RTD. probe terdiri dari unsur RTD terpasang di dalam
tabung logam, juga dikenal sebagai selubung. sarung
melindungi elemen dari lingkungan.
4) Termistor
Termistor memiliki sifat yang mirip dengan
RTD yaitu mampu mendeteksi perubahan suhu
menjadi perubahan hambatan (resistansi). Termistor ditemukan oleh Samuel Ruben
pada tahun 1930. Ada dua macam termistor secara umum:
d. Pemfotodarap (Photomultiplier)
Untuk mendeteksi level-level cahaya yang sangat rendah, kebanyakan
pemakaian diperlukan penguatan khusus bagi arus cahaya.
Pemfotodarap atau alat menggandakan cahaya (photomultiplier), menggunakan
emisi sekunder untuk memberikan penguatan arus diatas faktor 106 dan berarti menjadi
sebuah detektor yang sangat bermanfaat bagi level cahaya yang rendah.
Dalam sebuah pemfotodarap, elektron yang dipancarkan oleh fotokatoda
diarahkan secara elektrostatik ke sebuah permukaan pancar sekunder yang disebut
dynoda. Jika pada dynoda ini diberikan tegangan kerja yang sesuai, tiga sampai enam
elektron sekunder dipancarkan untuk setiap elektron primer yang menumbuk dynoda.
Elektron sekunder ini difokuskan ke sebuah dynoda kedua dimana proses berulang.
e. Fotosel
Fotosel adalah elemen-elemen yang daya hantarnya merupakan fungsi dari
radiasi elektromagnetik yang masuk. Banyak bahan bersifat fotokonduktif sampai
tingkat tertentu, akan tetapi yang terpenting secara komersial adalah kadmium-sulfida,
germanium dan silikon. Respons spektral dari sel kadmium-sulfida hampir sesuai
dengan mata manusia, dan dengan demikian sel ini sering digunakan dalam pemakaian
dimana penglihatan manusia merupakan suatu faktor, seperti halnya pengontrolan
cahaya jalan atau pengontrol selaput pelangi otomatik pada alat-alat kamera.
3. Sensor Strain
a. Metal Strain Gauges (SGs)
Strain gauge adalah komponen elektronika yang dipakai untuk mengukur
tekanan (deformasi atau strain) pada alat ini. Alat ini ditemukan pertama kali oleh
Edward E. Simmons pada tahun 1938, dalam bentuk foil logam yang bersifat insulatif
(isolasi) yang menempel pada benda yang akan diukur tekanannya. Jika tekanan pada
benda berubah, maka foilnya akan ter deformasi, dan tahanan listrik alat ini akan
berubah. Perubahan tahanan listrik ini akan dimasukkan ke dalam rangkaian Jembatan
Wheatstone.
Prinsip kerja
Strain : hasil pemberian gaya atau
tekanan pada benda padat/solid.
Sensor ini bekerja berdasar
perubahan resistansi logam yang
disebabkan logam tersebut berubah
panjangnya.
o GF =
Keterangan gambar :
1. Elektron
2. Sensor Hall atau Elemen Hall
3. Magnet
4. Medan Magnet
5. Power Source
Gambar diagram hall effect tersebut tersebut menunjukkan aliran elektron. Dalam
gambar A menunjukkan bahwa elemen Hall mengambil kutub negatif pada sisi atas dan
kutub positif pada sisi bawah. Dalam gambar B dan C, baik arus listrik ataupun medan
magnet dibalik, menyebabkan polarisasi juga terbalik. Arus dan medan magnet yang dibalik
ini menyebabkan sensor Hall mempunyai kutub negatif pada sisi atas.
Hall Effect tergantung pada beda potensial (tegangan Hall) pada sisi yang
berlawanan dari sebuah lembar tipis material konduktor atau semikonduktor dimana arus
listrik mengalir, dihasilkan oleh medan magnet yang tegak lurus dengan elemeh Hall.
Perbandingan tegangan yang dihasilkan oleh jumlah arus dikenal dengan tahanan
Hall, dan tergantung pada karakteristik bahan. Dr. Edwin Hall menemukan efek ini pada
tahun 1879.
Hall Effect dihasilkan oleh arus pada konduktor. Arus terdiri atas banyak beban
kecil yang membawa partikel-partikel (biasanya elektron) dan membawa gaya Lorentz pada
medan magnet. Beberapa beban ini berakhir di sisi – sisi konduktor. Ini hanya berlaku pada
konduktor besar dimana jarak antara dua sisi cukup besar.
Salah satu yang paling penting dari Hall Effect adalah perbedaan antara beban
positif bergerak dalam satu arah dan beban negatif bergerak pada kebalikannya. Hall Effect
memberikan bukti nyata bahwa arus listrik pada logam dibawa oleh elektron yang bergerak,
bukan oleh proton. Yang cukup menarik, Hall Effect juga menunjukkan bahwa dalam
beberapa substansi (terutama semikonduktor), lebih cocok bila kita berpikir arus sebagai
“holes” positif yang bergerak daripada elektron.
5. Sensor Ultrasonik
Transduser berasal dari kata “traducere” dalam bahasa Latin yang berarti mengubah.
Sehingga transduser dapat didefinisikan sebagai suatu peranti yang dapat mengubah suatu energi
ke bentuk energi yang lain. Bagian masukan dari transduser disebut sensor, karena bagian ini
dapat mengindera suatu kuantitas fisik tertentu dan mengubahnya menjadi bentuk energi yang
lain.Kita mengenal ada enam macam energi, yaitu : radiasi, mekanik, panas, listrik, dan kimia.
Contoh: Generator adalah transduser yang merubah energi mekanik menjadi energi listrik. Motor
adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi energi mekanik, dan lain sebagainya.
Dari sisi pola aktivasinya, transduser dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Transduser pasif, yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan dari
luar.
Contoh :
Thermistor untuk mengubah energi panas menjadi energi listrik yaitu tegangan
listrik, maka thermistor harus dialiri arus listrik. Ketika hambatan thermistor berubah karena
pengaruh panas, maka tegangan listrik dari thermistor juga berubah.
2) Transduser aktif, yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energy dari luar, tetapi
menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri.
Contoh :
Termokopel ketika menerima panas, termokopel langsung menghasilkan tegangan
listrik tanpa membutuhkan energi dari luar.
Transduser Pasif
Transformator selisih Tegangan selisih dua kumparan primer Tekanan, gaya, pergeseran
(LVDT) akibat pergeseran inti trafo
Transduser Aktif
Sel fotoemisif Emisi elektron akibat radiasi yang Cahaya dan radiasi
masuk pada permukaan fotemisif
Photomultiplier Emisi elektron sekunder akibat radiasi Cahaya, radiasi dan relay
yang masuk ke katoda sensitif cahaya sensitif cahaya
Termokopel Pembangkitan ggl pada titik sambung Temperatur, aliran panas,
dua logam yang berbeda akibat radiasi
dipanasi
Sel foto tegangan Terbangkitnya tegangan pada sel foto Cahaya matahari
akibat rangsangan energi dari luar
A. KESIMPULAN
Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan penting dalam
sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan
sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis.
Transducer adalah alat yang biasa pada elektonika, kelistrikan, mekanik elektronik, elektromagnetik,
digunakan mengubah energi dari satu energi ke bentuk energi yang lain untuk berbagai pengukuran
atau transfer informasi. Di dalam transducer terdapat sensor yang berfungsi untuk mengubah energi
masukan menjadi energi keluaran dalam bentuk yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
· Melida polban.blogspot.com
· Wikipedia.transducer