Anda di halaman 1dari 17

“SISTEM KONTROL INSTRUMENTAL”

SENSOR DAN TRANSDUSER

OLEH:
AHMAD YASIN HABIBI
44222068

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


JURUSAN TEKNIK MESIN
PRODI TEKNIK PEMBANGKIT ENERGI
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Model apapun yang digunakan dalam sistem otomasi pemabrikan sangat tergantung kepada
keandalan sistem kendali yang dipakai. Hasil penelitian menunjukan secanggih apapun sistem kendali
yang dipakai akan sangat tergantung kepada sensor maupun transduser yang digunakan..

Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan penting dalam
sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan
sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis.

Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran listrik, seperti besaran
fisika, kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk memakaikan besaran listrik pada sistem pengukuran, atau
sistem manipulasi atau sistem pengontrolan, maka biasanya besaran yang bukan listrik diubah
terlebih dahulu menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut transducer.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebahai berikut:

1. Pengertian Transducer dan Sensor.

2. Prinsip kerja dari Transducer dan Sensor

3. Aplikasi dari Transducer dan Sensor.

C. TUJUAN

1. Dapat menyebutkan definisi dan perbedaan dari sensor dan transduser.

2. Mampu menyebutkan persyaratan umum dalam memilih sensor dan

transduser.

3. Mengerti tentang klasifikasi sensor dan transduser secara umum.


BAB II
SENSOR DAN TRANDUSER

I. SENSOR
A. Pendahuluan
Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk merubah suatu besaran fisik menjadi
besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkaian listrik tertentu.Hampir seluruh
peralatan elektronik yang ada mempunyai sensor didalamnya. Pada saat ini, sensor tersebut telah
dibuat dengan ukuran sangat kecil. Ukuran yang sangat kecil ini sangat memudahkan pemakaian
dan menghemat energi.Sensor merupakan bagian dari transducer yang berfungsi untuk
melakukan sensing atau “merasakan dan menangkap” adanya perubahan energi eksternal yang
akan masuk ke bagian input dari transducer, sehingga perubahan kapasitas energi yang
ditangkap segera dikirim kepada bagian konvertor dari transducer untuk dirubah menjadi energi
listrik.

Besaran yang paling banyak diukur : posisi, force, kecepatan, percepatan, tekanan,
level, flow, temperature.

B. Spesifikasi Statik
Ditentukan oleh manufacturer melalui kalibrasi.
Error
 Definisi : perbedaan antara nilai variabel yang sebenarnya dan nilai pengukuran
variabel.
 Seringkali nilai sebenarnya tidak diketahui. Untuk kasus tersebut accuracy akan
menunjukkan range/bound kemungkinan dari nilai sebenarnya.
Accuracy
 Istilah ini digunakan untuk menentukan error keseluruhan maksimum yang diharapkan
dari suatu alat dalam pengukuran.
 Accuracy biasanya diekspresikan dalam inaccuracy.
 Beberapa jenis accuracy terhadap :
1. Variabel yang diukur.
Misal : akurasi dalam pengukuran suhu ialah 2oC, berarti ada ketidak akuratan
(uncertainty) sebesar 2oC pada setiap nilai suhu yang dikur.
2. Prosentase dari pembacaan Full Scale instrumen.
Misal : akurasi sebesar 0.5% FS pada meter dengan 5 V Full Scale, berarti
ketidakakuratan pada sebesar 0.025 volt.
3. Prosentase span (range kemampuan pengukuran instrumen).
Misal : jika sebuah alat mengukur 3% dari span untuk pengukuran tekanan dengan
range 20-50 psi, maka akurasinya menjadi sebesar ( 0.03) (50 – 20) = 0.9 psi.
Sensitivity
 Definisi : perubahan pada output insrtumen untuk setiap perubahan input terkecil.
 Sensitivitas yang tinggi sangat diinginkan karena jika perubahan output yang besar terjadi
saat dikenai input yang kecil, maka pengukuran akan semakin mudah dilakukan.
 Misalnya, jika sensitivitas sensor temperatur sebesar 5mV/ oC berarti setiap perubahan
input 1oC akan muncul output sebesar 5 mV.
Repeatibility
 Definisi : pengukuran terhadap seberapa baik output yang dihasilkan ketika diberikan
input yang sama beberapa kali.
 Repeatibility vs Accuracy (lihat Gambar 3-3, “ICE”)

 Persamaan : repeatibility =

Hysteresis
 Definisi : perbedaan output yang terjadi antara pemberian input menaik dan pemberian
input menurun dengan besar nilai input sama
 Salah satu indikator repeatability.
Linearity
 Definisi : hubungan antara output dan input dapat diwujudkan dalam persamaan garis
lurus.
Linearitas sangat diinginkan karena segala perhitungan dapat dilakukan
dengan mudah jika sensor dapat diwujudkan dalam persamaan garis lurus.
C. Spesifikasi Dinamis
Spesifikasi dinamis Menunjukkan seberapa baik respon sensor terhadap perubahan
pada inputnya secara kontinyu dan teratur. Hal ini dilakukan dengan memberikan input
step dan sinusoidal.
Input Step
 Jika sensor berorde satu, parameter yang diamati : rise time, time constant, dan dead time.
 Rise Time : waktu yang diperlukan agar output mencapai 10 – 90% dari respon penuh saat
diberikan input step.
 Time Constant : waktu yang diperlukan output untuk mencapai 63.2% dari nilai maksimal
yang mungkin.
 Dead time : waktu yang diperlukan output untuk mulai berubah.
 Jika sensor berorde dua, parameter yang diamati : damping coefficient, resonant
frequency, settling time, dan percent overshoot.
 Damping coeffecient dan resonant frequency menentukan bentuk dan waktu respon
sensor.
 Settling time adalah waktu yang diperlukan sampai terbentuk output yang diinginkan.
 Percent Overshoot adalah besarnya lonjakan respons output dibanding kondisi stabil.

D. Macam - Macam Sensor


1. Sensor temperatur
Sensor temperatur adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan
temperatur pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu.
a. Macam-macam sensor temperatur
Seperti yang kita ketahui, sensor adalah suatu piranti yang dapat mengubah
besaran fisik menjadi besaran mekanik. Jadi sensor suhu adalah suatu pirantiyang dapat
mengubah besaran suhu menjadi besaran tegangan, gerakan atau resistansi. Sensor suhu
terdapat banyak macamnya, antara lain:
1) Bimetallic temperature sensor
2) Thermocouple
3) Resistance temperature detector (RTD)
4) Thermistors
5) Integrated circuit temperature sensor (ex : lm35)

Berikut adalah penjelasannya:


1) Bimetallic temperature sensor
Sensor ini mengubah mampu besaran suhu menjadi gerakan. sensor ini
terbuat dari dua buah logam yang disatukan atau direkatkan menjadi satu. Cara kerja
dari sensor ini adalah setiap logam kan mempunyai koefisien muai yang berbeda-
beda maka jika dua buah logam yang memiliki koefisien muai yang berbeda
disatukan maka gabungan kedua logam itu akan melengkung jika dipanasi. Karena
sifatnya yang bisa melengkung jika terkena panas maka bimetal ini sering dipakai
sebagai saklar suhu otomatis atau sebagai alat ukur suhu yang analog.
Salah satu aplikasi dari Bimetallic temperature sensor ini adalah pada
setrikaan listrik pada setrika jika suhu melebihi batas yang telah ditentukan maka
setrika akan mati sendiri dan akan ada bunyi "tik", itu sebenarnya adalah Bimetallic
temperature sensor yang sedang melengkung. Disini bimetal berfungsi sebagai
saklar suhu otomatis yang akan memutus kontak listrik jika suhu setrika melebihi
batas yang ditentukan.

2) Termokople
Termokople adalah suatu sensor suhu yang mengubah besaran suhu menjadi
besaran tegangan. Dasar pembuatan termokople terinspirasi oleh sifat logam yang
jika kedua ujungnya diberi perbedaan suhu dan menghasilkan tegangan.
Termokopel dibagi menjadi beberapa jenis, pembagian ini didasarkan oleh
logam logam penyusun termokopel. Jenis jenis termokopel yaitu:

a) Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy))

Termokopel untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang


suhu −200 °C hingga +1200 °C.

b) Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy)

Tipe E memiliki output yang besar (68 µV/°C) membuatnya cocok


digunakan pada temperatur rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe non
magnetik.

c) Tipe J (Iron / Constantan)

Rentangnya terbatas (−40 hingga +750 °C) membuatnya kurang populer


dibanding tipe K Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52 µV/°C

d) Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy))


Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok
untuk pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di
atas 1200 °C. Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C pada 900 °C, sedikit di bawah
tipe K. Tipe N merupakan perbaikan tipe KTermokopel tipe B, R, dan S adalah
termokopel logam mulia yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Mereka
adalah termokopel yang paling stabil, tetapi karena sensitifitasnya rendah
(sekitar 10 µV/°C) mereka biasanya hanya digunakan untuk mengukur
temperatur tinggi (>300 °C).

e) Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)

Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi output yang
sama pada suhu 0 °C hingga 42 °C sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu
50 °C.

f) Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)

Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C)
dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.

g) Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)

Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C)
dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
Karena stabilitasnya yang tinggi Tipe S digunakan untuk standar pengukuran
titik leleh emas (1064.43 °C).]

h) Type T (Copper / Constantan)

Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350 °C. Konduktor positif


terbuat dari tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai
sebagai alat pengukur alternatif sejak penelitian kawat tembaga. Type T
memiliki sensitifitas ~43 µV/°C

Karena termokopel ini mampu mendeteksi rentang suhu yang tinggi


maka termokopel ini biasa dipakai di dunia industri atau para peneliti.
3) Resistance temperature detector (RTD)

Resistance Temperatur Detectors (RTD), seperti namanya, adalah


sensor yang mengubah mengubah data pembacaan suhu menjadi hambatan
atau resistansi. Sebagian besar terdiri dari unsur RTD panjang kawat halus
melingkar melilit sebuah keramik atau gelas inti. Unsur ini biasanya cukup
rapuh, sehingga sering ditempatkan di dalam probe berselubung untuk
melindunginya. Unsur RTD terbuat dari bahan murni yang hambatan pada
berbagai suhu telah didokumentasikan. Materi yang memiliki perubahan
diprediksi dalam perlawanan karena perubahan suhu; inilah perubahan yang
diprediksi

Bahan Bahan yang digunakan dalam RTD:


a) platinum (paling banyak digunakan dan paling
akurat)
b) nikel
c) tembaga
d) balco (jarang digunakan)
e) tungsten (jarang digunakan)

RTD adalah salah satu sensor suhu yang paling akurat. Tidak hanya
memberikan akurasi yang baik, tapi juga memberikan stabilitas yang sangat baik.
RTD juga relatif kebal terhadap gangguan listrik sehingga cocok untuk pengukuran
suhu di lingkungan industri, terutama di sekitar motor, generator dan peralatan
tegangan tinggi lainnya.

Jenis-jenis RTD:
a) RTD elemen
RTD elemen adalah bentuk sederhana dari RTD. Ini
terdiri dari sepotong kawat dibungkus di sekitar inti keramik
atau kaca. Karena ukuran kompak, elemen RTD biasanya
digunakan bila ruang sangat terbatas.
b) RTD surface elemen
RTD surface elemen adalah tipe khusus dari
elemen RTD. Hal ini dirancang untuk menjadi setipis
mungkin sehingga memberikan kontak yang baik untuk
mengukur suhu permukaan datar.
c) RTD Probe
RTD probe adalah bentuk paling kasar dari
RTD. probe terdiri dari unsur RTD terpasang di dalam
tabung logam, juga dikenal sebagai selubung. sarung
melindungi elemen dari lingkungan.

4) Termistor
Termistor memiliki sifat yang mirip dengan
RTD yaitu mampu mendeteksi perubahan suhu
menjadi perubahan hambatan (resistansi). Termistor ditemukan oleh Samuel Ruben
pada tahun 1930. Ada dua macam termistor secara umum:

Posistor atau PTC (Positive Temperature Coefficient), dan NTC (Negative


Temperature Coefficient). Nilai tahanan pada PTC akan naik jika perubahan
suhunya naik, sementara sifat NTC justru kebalikannya.

5) Integrated circuit temperature sensor (ex : lm35)


Ic sensor suhu salah satunya adalah lm 35. Lm35
memiliki dimensi seperti transistor ( memiliki 3 kaki).
Lm35 ini memiliki 3 macam pin out yang memiliki
konfigurasi sebagai berikut:

Lm 35 memiliki keluaran berupa tegangan listrik.


Biasanya tegangan ini dibaca dengan adc mikrokontroler
kemudian ditampilkan besaran suhunya melalui LCD.
Sensor ini memiliki fitur sebagai berikut:

1. terkalibrasi dalam celcius


2. faktor skala linear 10mv/derajad celcius
3. mampu mengukur suhu dengan rentang -55 sampai +150 drajad celcius
4. cocok untuk aplikasi jarak jauh
5. Beroperasi pada tegangan 4 sampai 30V
6. Self-heating rendah, 0.08 drajad celcius
2. Sensor Cahaya
Banyak peralatan sistem kendali menggunakan sensor cahaya, oleh karena sensor ini
bayak jenisnya. Baik berdasarkan prinsip kerja maupun ukuran sensor ini terdiri dari
berbagai jenis, diantaranya adalah :
a. Dioda foto
b. Transistor foto
c. Tabung cahaya berisi gas
d. Pemfotodaraf (photomultiplier)
e. Fotosel
Berikut adalah penjelasannya:
a. Dioda Foto
Dioda foto memanfaatkan sifat-sifat sel emisi cahaya atau tabung cahaya.
Tabung cahaya merupakan sebuah alat pemancar energi yang mengontrol pancaran
elektronnya bila dihadapkan ke cahaya yang datang.
Elemen setengah lingkaran yang besar adalah katoda yang sensitif cahaya dan
kawat tipis yang menuju pusat tabung adalah anoda.Kedua elemen ini ditempatkan di
dalam sebuah pembungkus (envelope) gelas yang telah dihampakan. Bila antara anoda
dan katoda diberikan suatu tegangan konstan, arus di dalam rangkaian berbanding
langsung dengan banyaknya cahaya atau intensitas cahaya yang jatuh pada katoda.
Katoda cahaya memancarkan elektron bila dirangsang dengan energi pancaran
yang datang. Pada waktu itu katoda cahaya yang paling penting digunakan di dalam
tabung cahaya vakum adalah permukaan cesium-antimony, yang ditandai dengan
sensitivitas yang tinggi di dalam spektrum visibel. Jenis gelas yang digunakan di dalam
penutup gelas terutama menentukan sensitivitas alat pada panjang gelombang yang lain.
b. Transistor Foto
Sama halnya dioda foto, maka transistor foto juga dapat dibuat sebagai sensor
cahaya. Teknis yang baik adalah dengan menggabungkan dioda foto dengan transistor
foto dalam satu rangkaian.
c. Tabung Cahaya Berisi Gas
Tabung cahaya berisi gas memiliki kontruksi umum yang sama seperti tabung
cahaya vakum, kecuali bahwa penutup berisi gas lamban (biasanya argon) pada suatu
tekanan yang sangat rendah. Elektron dipancarkan dari katoda melalui kekuatan
photoelectric dan mempercepatnya melalui gas dengan memberikan tegangan pada
anoda. Jika energi elektron melebihi potensial ionisasi gas (15, 7 V untuk argon),
tumbukan sebuah elektron dan molekul gas dapat menyebabkan ionisasi, yakni
pembentukan sebuah ion positif dan sebuah elektron sekunder.
Jika selanjutnya tegangan diperbesar melebihi potensial ionisasi, arus yang
dikumpulkan oleh anoda bertambah karena jumlah tumbukan antara elektron cahaya
(photo-elektron) dan molekul gas lebih banyak. Jika tegangan anoda dinaikkan ke suatu
nilai yang sangat tinggi, arus menjadi tidak terkontrol; maka semua molekul gas
terionisasi dan tabung memiliki suatu lucutan kilap (glow discharge). Keadaan ini harus
dicegah karena dapat merusak tabung untuk seterusnya. Karateristik khas anatara arus
dan tegangan untuk berbagai level cahaya.

d. Pemfotodarap (Photomultiplier)
Untuk mendeteksi level-level cahaya yang sangat rendah, kebanyakan
pemakaian diperlukan penguatan khusus bagi arus cahaya.
Pemfotodarap atau alat menggandakan cahaya (photomultiplier), menggunakan
emisi sekunder untuk memberikan penguatan arus diatas faktor 106 dan berarti menjadi
sebuah detektor yang sangat bermanfaat bagi level cahaya yang rendah.
Dalam sebuah pemfotodarap, elektron yang dipancarkan oleh fotokatoda
diarahkan secara elektrostatik ke sebuah permukaan pancar sekunder yang disebut
dynoda. Jika pada dynoda ini diberikan tegangan kerja yang sesuai, tiga sampai enam
elektron sekunder dipancarkan untuk setiap elektron primer yang menumbuk dynoda.
Elektron sekunder ini difokuskan ke sebuah dynoda kedua dimana proses berulang.
e. Fotosel
Fotosel adalah elemen-elemen yang daya hantarnya merupakan fungsi dari
radiasi elektromagnetik yang masuk. Banyak bahan bersifat fotokonduktif sampai
tingkat tertentu, akan tetapi yang terpenting secara komersial adalah kadmium-sulfida,
germanium dan silikon. Respons spektral dari sel kadmium-sulfida hampir sesuai
dengan mata manusia, dan dengan demikian sel ini sering digunakan dalam pemakaian
dimana penglihatan manusia merupakan suatu faktor, seperti halnya pengontrolan
cahaya jalan atau pengontrol selaput pelangi otomatik pada alat-alat kamera.

3. Sensor Strain
a. Metal Strain Gauges (SGs)
Strain gauge adalah komponen elektronika yang dipakai untuk mengukur
tekanan (deformasi atau strain) pada alat ini. Alat ini ditemukan pertama kali oleh
Edward E. Simmons pada tahun 1938, dalam bentuk foil logam yang bersifat insulatif
(isolasi) yang menempel pada benda yang akan diukur tekanannya. Jika tekanan pada
benda berubah, maka foilnya akan ter deformasi, dan tahanan listrik alat ini akan
berubah. Perubahan tahanan listrik ini akan dimasukkan ke dalam rangkaian Jembatan
Wheatstone.

Prinsip kerja
 Strain : hasil pemberian gaya atau
tekanan pada benda padat/solid.
 Sensor ini bekerja berdasar
perubahan resistansi logam yang
disebabkan logam tersebut berubah
panjangnya.

Dimana : R = perubahan resistansi l = perubahan panjang


R0 = resistansi mula-mula l0 = panjang mula-mula
Instalasi
 Cara memasang SG ini dilakukan dengan melekatkan kabel logam atau foil pada
elemen yang akan diukur strainnya. Kemudian saat elemen tersebut ditekan dan
berubah bentuk, maka SG juga akan berubah bentuk dan menghasilkan perubahan
resistansi.
 Spesifikasi SG diindikasikan oleh Gauge Factor

o GF =

Dimana : = perubahan kecil pada resistansi gauge karena strain.


Strain = = perubahan kecil pada
Konstruksi
 Berupa logam tipis yang dilekati elemen kabel atau foil.
 Umumnya unidirectional, hanya memberi respon di salah satu arah saja.
Signal Conditioning
 Menggunakan rangkaian jembatan karena perubahan resistansi yang kecil dan
adanya efek temperatur

4. Sensor Efek Hall

Sensor Efek-Hall dirancang untuk merasakan adanya objek magnetis dengan


perubahan posisinya. Perubahan medan magnet yang terus menerus menyebabkan timbulnya
pulsa yang kemudian dapat ditentukan frekuensinya, sensor jenis ini biasa digunakan
sebagai pengukur kecepatan.
Sensor Hall Effect digunakan untuk mendeteksi kedekatan (proximity), kehadiran
atau ketidakhadiran suatu objek magnetis (yang) menggunakan suatu jarak kritis. Pada
dasarnya ada dua tipe Half-Effect Sensor, yaitu tipe linear dan tipe on-off. Tipe linear
digunakan untuk mengukur medan magnet secara linear, mengukur arus DC dan AC pada
konduktordan funsi-fungsi lainnya. Sedangkan tipe on-off digunakan sebagai limit switch,
sensor keberadaan (presence sensors), dsb. Sensor ini memberikan logika output sebagai
interface gerbang logika secara langsung atau mengendalikan beban dengan buffer ampli
fier.

Gambar 1.7. Diagram Hall Effect

Keterangan gambar :
1. Elektron
2. Sensor Hall atau Elemen Hall
3. Magnet
4. Medan Magnet
5. Power Source

Gambar diagram hall effect tersebut tersebut menunjukkan aliran elektron. Dalam
gambar A menunjukkan bahwa elemen Hall mengambil kutub negatif pada sisi atas dan
kutub positif pada sisi bawah. Dalam gambar B dan C, baik arus listrik ataupun medan
magnet dibalik, menyebabkan polarisasi juga terbalik. Arus dan medan magnet yang dibalik
ini menyebabkan sensor Hall mempunyai kutub negatif pada sisi atas.
Hall Effect tergantung pada beda potensial (tegangan Hall) pada sisi yang
berlawanan dari sebuah lembar tipis material konduktor atau semikonduktor dimana arus
listrik mengalir, dihasilkan oleh medan magnet yang tegak lurus dengan elemeh Hall.
Perbandingan tegangan yang dihasilkan oleh jumlah arus dikenal dengan tahanan
Hall, dan tergantung pada karakteristik bahan. Dr. Edwin Hall menemukan efek ini pada
tahun 1879.
Hall Effect dihasilkan oleh arus pada konduktor. Arus terdiri atas banyak beban
kecil yang membawa partikel-partikel (biasanya elektron) dan membawa gaya Lorentz pada
medan magnet. Beberapa beban ini berakhir di sisi – sisi konduktor. Ini hanya berlaku pada
konduktor besar dimana jarak antara dua sisi cukup besar.
Salah satu yang paling penting dari Hall Effect adalah perbedaan antara beban
positif bergerak dalam satu arah dan beban negatif bergerak pada kebalikannya. Hall Effect
memberikan bukti nyata bahwa arus listrik pada logam dibawa oleh elektron yang bergerak,
bukan oleh proton. Yang cukup menarik, Hall Effect juga menunjukkan bahwa dalam
beberapa substansi (terutama semikonduktor), lebih cocok bila kita berpikir arus sebagai
“holes” positif yang bergerak daripada elektron.

5. Sensor Ultrasonik

Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana


sensor ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali
denganperbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang
suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah
berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Jenis objek yang
dapat diindera diantaranya adalah: objek padat, cair, butiran maupun tekstil.

6. Sensor Penyandi (Encoder)


Sensor Penyandi (Encoder) digunakan untuk mengubah gerakan linear atau
putaran menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari suatu
alat.
Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi, yaitu; Pertama, Penyandi
rotari tambahan (yang mentransmisikan jumlah tertentu dari pulsa untuk masing-masing
putaran) yang akan membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar.
Kedua, Penyandi absolut (yang memperlengkapi kode binary tertentu untuk
masing-masing posisi sudut) mempunyai cara kerja sang sama dengan perkecualian, lebih
banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yang dihasilkan sehingga membentuk suatu
pengkodean dalam susunan tertentu
I. TRANSDUCER
A. Pengertian

Transduser berasal dari kata “traducere” dalam bahasa Latin yang berarti mengubah.
Sehingga transduser dapat didefinisikan sebagai suatu peranti yang dapat mengubah suatu energi
ke bentuk energi yang lain. Bagian masukan dari transduser disebut sensor, karena bagian ini
dapat mengindera suatu kuantitas fisik tertentu dan mengubahnya menjadi bentuk energi yang
lain.Kita mengenal ada enam macam energi, yaitu : radiasi, mekanik, panas, listrik, dan kimia.
Contoh: Generator adalah transduser yang merubah energi mekanik menjadi energi listrik. Motor
adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi energi mekanik, dan lain sebagainya.
Dari sisi pola aktivasinya, transduser dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Transduser pasif, yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan dari
luar.
Contoh :
Thermistor untuk mengubah energi panas menjadi energi listrik yaitu tegangan
listrik, maka thermistor harus dialiri arus listrik. Ketika hambatan thermistor berubah karena
pengaruh panas, maka tegangan listrik dari thermistor juga berubah.
2) Transduser aktif, yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energy dari luar, tetapi
menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri.
Contoh :
Termokopel ketika menerima panas, termokopel langsung menghasilkan tegangan
listrik tanpa membutuhkan energi dari luar.

Parameter listrik dan


Prinsip kerja dan sifat alat Pemakaian alat
kelas transduser

Transduser Pasif

Potensiometer Perubahan nilai tahanan karena posisi Tekanan, pergeseran/posisi


kontak bergeser

Strain gage Perubahan nilai tahanan akibat Gaya, torsi, posisi


perubahan panjang kawat oleh tekanan
dari luar

Transformator selisih Tegangan selisih dua kumparan primer Tekanan, gaya, pergeseran
(LVDT) akibat pergeseran inti trafo

Gage arus pusar Perubahan induktansi kumparan akibat Pergeseran, ketebalan


perubahan jarak plat

Transduser Aktif

Sel fotoemisif Emisi elektron akibat radiasi yang Cahaya dan radiasi
masuk pada permukaan fotemisif

Photomultiplier Emisi elektron sekunder akibat radiasi Cahaya, radiasi dan relay
yang masuk ke katoda sensitif cahaya sensitif cahaya
Termokopel Pembangkitan ggl pada titik sambung Temperatur, aliran panas,
dua logam yang berbeda akibat radiasi
dipanasi

Generator kumparan Perputaran sebuah kumparan di dalam Kecepatan, getaran


putar (tachogenerator) medan magnit yang membangkitkan
tegangan

Piezoelektrik Pembangkitan ggl bahan kristal piezo Suara, getaran, percepatan,


akibat gaya dari luar tekanan

Sel foto tegangan Terbangkitnya tegangan pada sel foto Cahaya matahari
akibat rangsangan energi dari luar

Termometer tahanan Perubahan nilai tahanan kawat akibat Temperatur, panas


(RTD) perubahan temperatur

Hygrometer tahanan Tahanan sebuah strip konduktif Kelembaban relatif


berubah terhadap kandungan uap air

Termistor (NTC) Penurunan nilai tahanan logam akibat Temperatur


kenaikan temperatur

Mikropon kapasitor Tekanan suara mengubah nilai Suara, musik,derau


kapasitansi dua buah plat

Pengukuran reluktansi Reluktansi rangkaian magnetik diubah Tekanan, pergeseran,


dengan mengubah posisi inti besi getaran, posisi
sebuah kumparan
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan penting dalam
sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan
sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis.

Transducer adalah alat yang biasa pada elektonika, kelistrikan, mekanik elektronik, elektromagnetik,
digunakan mengubah energi dari satu energi ke bentuk energi yang lain untuk berbagai pengukuran
atau transfer informasi. Di dalam transducer terdapat sensor yang berfungsi untuk mengubah energi
masukan menjadi energi keluaran dalam bentuk yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

· Wasito S., 1986, Vademekum Elektronika, cet. ketiga, PT Gramedia, Jakarta

· Modul smk.bidang keahlian teknik elektronika

· Melida polban.blogspot.com

· Wikipedia.transducer

Anda mungkin juga menyukai