Anda di halaman 1dari 41

SENSOR DAN TRANDUSER

KELOMPOK : 3 (Tiga)

NAMA : 1. Herta Dwi Septari

2. Fahri Samsudin

3. Rusman Hadi

4. Zami Trias Romodon

KELAS : 3 EC

DOSEN PEMBIMBING : RD. KUSUMANTO,S.T.,M.M


SENSOR DAN TRANSDUSER

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa berkembang


cepat terutama dibidang otomasi industri. Perkembangan ini tampak jelas di industri
pemabrikan, dimana sebelumnya banyak pekerjaan menggunakan tangan manusia,
kemudian beralih menggunakan mesin, berikutnya dengan electro-mechanic (semi
otomatis) dan sekarang sudah menggunakan robotic (full automatic) seperti
penggunaan Flexible Manufacturing Systems (FMS) dan Computerized Integrated
Manufacture (CIM) dan sebagainya.

Model apapun yang digunakan dalam sistem otomasi pemabrikan sangat


tergantung kepada keandalan sistem kendali yang dipakai. Hasil penelitian
menunjukan secanggih apapun sistem kendali yang dipakai akan sangat tergantung
kepada sensor maupun transduser yang digunakan.

Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai


peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian
dalam memilih sebuah sensor akan sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan
secara otomatis.

Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran


listrik, seperti besaran fisika, kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk memakaikan
besaran listrik pada sistem pengukuran, atau sistem manipulasi atau sistem
pengontrolan, maka biasanya besaran yang bukan listrik diubah terlebih dahulu
menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut transducer .

Sebelum lebih jauh kita mempelajari sensor dan transduser ada sebuah alat
lagi yang selalu melengkapi dan mengiringi keberadaan sensor dan transduser dalam
sebuah sistem pengukuran, atau sistem manipulasi, maupun sistem pengontrolan
yaitu yang disebut alat ukur. Menurut William D.C, (1993), Alat Ukur adalah
sesuatu alat yang berfungsi memberikan batasan nilai atau harga tertentu dari
gejala-gejala atau sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi.

Contoh: voltmeter, ampermeter untuk sinyal listrik; tachometer, speedometer untuk


kecepatan gerak mekanik, lux-meter untuk intensitas cahaya, dan sebagainya.
A. Definisi Sensor Dan Transduser

Menurut D Sharon, dkk (1982), Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi
untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu
energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi
mekanik dan sebagainya.

 Contoh; Camera sebagai sensor penglihatan, telinga sebagai sensor pendengaran,


kulit sebagai sensor peraba, LDR (light dependent resistance) sebagai sensor
cahaya, dan lainnya.

William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila
digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan
energi tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem
transmisi berikutnya”. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic
(radiasi) atau thermal (panas).

 Contoh; generator adalah transduser yang merubah energi mekanik menjadi


energi listrik, motor adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi
energi mekanik, dan sebagainya.

B. Persyaratan Umum Sensor dan Transduser

Dalam memilih peralatan sensor dan transduser yang tepat dan sesuai dengan
sistem yang akan disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum sensor berikut
ini :

A. Linearitas
Dalam hal ini linier adalah hubungan antara besaran input yang dideteksi
menghasilkan besaran output dengan hubungan berbanding lurus dan dapat
digambarkan secara grafik membentuk garis lurus. Banyak sensor sinyal keluarannya
berubah secara kontinyu sebagai tanggapan (response) terhadap masukan yang
berubah secara kontinyu juga. Contohnya, sensor panas dapat menghasilkan tegangan
sesuai dengan panas yang dirasakannya. Kasus seperti ini, dapat diketahui secara
tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingkan dengan masukannya berupa
sebuah grafik.

Gambar. Grafik Keluaran dari Transduser Panas.

Pada gambar grafik diatas {a} Tangapan Linier terlihat setiap perubahan T diikuti
oleh perubahan V yang diyatakan dalam persamaan garis lurus yang kontinyu.
Sedangkan gambar {b} Tanggapan Non Linier perubahan T dikuti dengan perubahan
V akan tetapi tidak membentuk hubungan persamaan garis lurus..

B. Sensitivitas
Dalam hal ini sensitivitas adalah perbandingan antara sinyal keluaran atau respon
transduser terhadap perubahan masukan atau variable yang diukur.
Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas yang
diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan
“perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan”. Beberapa sensor panas
dapat memiliki kepekaan yang dinyatakan dengan “satu volt per derajat”, yang
berarti perubahan satu derajat pada masukan akan menghasilkan perubahan satu volt
pada keluarannya. Sensor panas lainnya dapat saja memiliki kepekaan “dua volt per
derajat”, yang berarti memiliki kepakaan dua kali dari sensor yang pertama.
Linieritas sensor juga mempengaruhi sensitivitas dari sensor. Apabila tanggapannya
linier, maka sensitivitasnya juga akan sama untuk jangkauan pengukuran keseluruhan.
Sensor dengan tanggapan pada gambar diatas {b} Tangapan Non Linier akan lebih
peka pada temperatur yang tinggi daripada temperatur yang rendah.

c. Tanggapan Waktu (time response).


Dalam hal ini tanggapan waktu adalah seberapa cepat tanggapan sensor terhadap
perubahan masukan. Contohnya, instrumen dengan tanggapan frekuensi yang jelek
adalah sebuah termometer merkuri. Masukannya adalah temperatur dan keluarannya
adalah posisi merkuri. Misalkan perubahan temperatur terjadi sedikit demi sedikit
dan kontinyu terhadap waktu, seperti tampak pada gambar dibawah ini {a}Perubahan
Lambat. Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan dalam satuan
hertz (Hz).{ 1 hertz berarti 1 siklus per detik, 1 kilohertz berarti 1000 siklus per
detik]. Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat temperatur berubah secara lambat,
termometer akan mengikuti perubahan tersebut dengan “setia”. Tetapi apabila
perubahan temperature sangat cepat lihat gambar {b} Perubahan Cepat, maka tidak
diharapkan akan melihat perubahan besar pada termometer merkuri, karena ia
bersifat lamban dan hanya akan menunjukan temperature rata-rata.

Gambar. Temperatur Berubah Secara Kontinyu.

Ada bermacam cara untuk menyatakan tanggapan frekuensi sebuah sensor. Misalnya
“satu milivolt pada 500 hertz”. Tanggapan frekuensi dapat pula dinyatakan dengan
“decibel (db)”, yaitu untuk membandingkan daya keluaran pada frekuensi
tertentudengan daya keluaran pada frekuensi referensi.

d. Jangkauan.

Salah satu criteria untuk memilih sensor adalah kesanggupan mengindera sesuai
denga yang diperlukan. Contohnya sebuah alat ukur akan digunakan untuk
pengukuran suhu di sekitar ruang pertemuan yaitu suhunya antara 35 derajat Celcius
– 160 derajat celcius, dilihat dari jangkauan ukurannnya dapat dipilih sensor NTC,
PTC, Transistor, Dioda dan IC Hibrid.
e. Tidak tergantung temperatur

Keluaran dari sensor tidak boleh tergantung pada temperatur disekelilingnya, kecuali
sensor suhu.

e. Stabilitas Waktu.

Untuk nilai masukan tertentu harus dapat memberikan keluaran yang nilainya tetap
dalam waktu.

f. Stabilitas Tinggi.

Kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu banyak terpengaruh oleh
factor-faktor lingkungan.

g. Tanggapan Dinamik Yang Baik.

Keluaran segera mengikuti masukan dengan bentuk dan besar sama.

h. Repetebility.

Kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran yang sama ketika digunakan


untuk mengukur besaran yang sama dalam kondisi lingkungan yang sama.

I. Error

Error adalah perbedaan antara hasil pengukuran dan nilai sebenarnya dari kuantitas
yang diukur. Sebuah sensor mungkin memberikan pembacaan perpindahan 29,8 mm,
ketika perpindahan aktual telah 30 mm, maka error -0,2 mm.

J. Resolusi

Resolusi adalah perubahan terkecil terdeteksi parameter input yang dapat dideteksi
dalam sinyal output. Resolusi dapat diungkapkan baik sebagai proporsi dari skala
penuh membaca atau secara mutlak. Misalnya, jika sensor LVDT mengukur
perpindahan hingga 20 mm dan memberikan output sebagai angka antara 1 dan 100
maka resolusi perangkat sensor adalah 0,2 mm.
A. Jenis Sensor dan Transduser

Perkembangan sensor dan transduser sangat cepat sesuai kemajuan teknologi otomasi,
semakin komplek suatu sistem otomasi dibangun maka semakin banyak jenis sensor
yang digunakan.

Robotik adalah sebagai contoh penerapan sistem otomasi yang kompleks, disini
sensor yang digunakan dapat dikatagorikan menjadi dua jenis sensor yaitu: (D Sharon,
dkk, 1982)

a. Internal sensor, yaitu sensor yang dipasang di dalam bodi robot.

Sensor internal diperlukan untuk mengamati posisi, kecepatan, dan akselerasi


berbagai sambungan mekanik pada robot, dan merupakan bagian dari mekanisme
servo.

b. External sensor, yaitu sensor yang dipasang diluar bodi robot.

Sensor eksternal diperlukan karena dua macam alasan yaitu:

1) Untuk keamanan dan

2) Untuk penuntun.

Yang dimaksud untuk keamanan” adalah termasuk keamanan robot, yaitu


perlindungan terhadap robot dari kerusakan yang ditimbulkannya sendiri, serta
keamanan untuk peralatan, komponen, dan orang-orang dilingkungan dimana robot
tersebut digunakan. Berikut ini adalah dua contoh sederhana untuk mengilustrasikan
kasus diatas.

Contoh : andaikan sebuah robot bergerak keposisinya yang baru dan ia menemui
suatu halangan, yang dapat berupa mesin lain misalnya. Apabila robot tidak memiliki
sensor yang mampu mendeteksi halangan tersebut, baik sebelum atau setelah terjadi
kontak, maka akibatnya akan terjadi kerusakan.

Kini bagaimana dengan sensor untuk penuntun atau pemandu?. Katogori ini
sangatlah luas, tetapi contoh berikut akan memberikan pertimbangan.
Contoh pertama: komponen yang terletak diatas ban berjalan tiba di depan robot yang
diprogram untuk menyemprotnya. Apa yang akan terjadi bila sebuah komponen
hilang atau dalam posisi yang salah?. Robot tentunya harus memiliki sensor yang
dapat mendeteksi ada tidaknya komponen, karena bila tidak ia akan menyemprot
tempat yang kosong. Meskipun tidak terjadi kerusakan, tetapi hal ini bukanlah
sesuatu yang diharapkan terjadi pada suatu pabrik.

Sesuai dengan fungsi sensor sebagai pendeteksi sinyal dan meng-informasikan


sinyal tersebut ke sistem berikutnya, maka peranan dan fungsi sensor akan
dilanjutkan oleh transduser. Karena keterkaitan antara sensor dan transduser begitu
erat maka pemilihan transduser yang tepat dan sesuai juga perlu diperhatikan.

B. Klasifikasi Sensor

1. Sensor Cahaya

Sensor cahaya adalah perangkat yang digunakan untuk mendeteksi perubahan cahaya
dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengenai benda atau
ruangan.

Sensor cahaya terdiri dari 3 kategori :

 Photoresistor
Photoresistor juga disebut sebagai resistor bergantung cahaya (LDR). Memiliki
resistor yang resistannya berkurang dengan meningkatnya intensitas cahaya insiden.
Itu terbuat dari bahan semikonduktor resistansi tinggi, cadmium sulfide (CdS).
Resistensi photoresistor CdS bervariasi berbanding terbalik dengan jumlah insiden
cahaya di atasnya. Photoresistor mengikuti prinsip fotokonduktivitas yang dihasilkan
dari generasi operator seluler ketika foton diserap oleh bahan semikonduktor.

Aplikasi Photoresistor:
• Komputer, telepon nirkabel, dan televisi, menggunakan sensor cahaya sekitar untuk
secara otomatis mengontrol kecerahan layar
• Pemindai barcode yang digunakan di lokasi pengecer bekerja menggunakan
teknologi sensor cahaya
• Dalam ruang dan robot: untuk gerakan kendaraan dan robot yang dikendalikan dan
dipandu. Sensor cahaya memungkinkan robot mendeteksi cahaya. Robot dapat
diprogram untuk memiliki reaksi spesifik jika sejumlah cahaya terdeteksi
• Flash Otomatis untuk kamera
• Kontrol proses industri

 Photodiode
Photodiode adalah perangkat solid-state yang mengubah cahaya datang menjadi arus
listrik. Itu terbuat dari silikon. Terdiri dari persimpangan p-n yang dangkal, biasanya
konfigurasi p-on-n. Ketika foton energi lebih besar dari 1.1eV (celah pita silikon) jatuh
pada perangkat, mereka diserap dan pasangan lubang elektron dibuat. Kedalaman di
mana foton diserap tergantung pada energi mereka. Semakin rendah energi foton,
semakin dalam mereka diserap. Kemudian pasangan lubang elektron melayang
terpisah. Ketika pembawa minoritas mencapai persimpangan, mereka tersapu oleh
medan listrik dan arus listrik terbentuk.
Fotodioda adalah salah satu jenis fotodetektor, yang mengubah cahaya menjadi arus
atau tegangan. Ini adalah dioda semikonduktor biasa kecuali bahwa mereka mungkin
terpapar untuk mendeteksi vakum UV atau sinar-X atau dikemas dengan sambungan
serat optik atau pembukaan untuk memungkinkan cahaya mencapai bagian sensitif
perangkat.

Persamaan Listrik
Aplikasi Photo Diodes :

 Camera : Light Meters, Automatic Shutter Control, Auto-focus,


Photographic Flash Control
 Medical : CAT Scanners - X ray Detection, Pulse Oximeters, Blood Particle
Analyzers

 Industry : Bar Code Scanners, Light Pens, Brightness Controls, Encoders,


Position Sensors Surveying Instruments, Copiers - Density of Toner.
 Safety Equipment : Smoke Detectors, Flame Monitors, Security Inspection
Equipment - Airport X ray, Intruder Alert - Security System
 Automotive : Headlight Dimmer, Twilight Detectors, Climate Control - Sunlight
Detector
 Communications : Fiber Optic Links, Optical Communications, Optical Remote
Control

2. SENSOR KECEPATAN, GERAK, GAYA, DAN TEKANAN

A. Tachogenerator

Gambar 4.1 Prinsip kerja Techogenerator

Tacho generator adalah sebuah generator kecil yang membangkitkan tegangan DC


ataupun tegangan AC. Dari segi eksitasi tacho generator dapat dibangkitkan dengan
eksitasi dari luar atau imbas elektromagnit dari magnit permanent.Tacho generator
DC dapat membangkitkan tegangan DC yang langsung dapat menghasilkan informasi
kecepatan, sensitivitas tacho generator DC cukup baik terutama pada daerah
kecepatan tinggi.

Tacho generator DC yang bermutu tinggi memiliki kutub-kutub magnit yang banyak
sehingga dapat menghasilkan tegangan DC dengan riak gelombang yang berfrekuensi
tinggi sehingga mudah diratakan. Keuntungan utama dari tacho generator ini adalah
diperolehnya informasi dari arah putaran. Sedangakan kelemahannya adalah :
1. Sikat komutator mudah habis
2. Jika digunakan pada daerah bertemperatur tinggi, maka magnet permanent akan
mengalami kelelahan, untuk kasus ini, tacho generator sering dikalibrasi.
3. Peka terhadap debu dan korosi
Tacho generator AC berupa generator singkron, magnet permanent diletakkan
dibagian tengah yang berfungsi sebagai rotor. Sedangkan statornya berbentuk
kumparan besi lunak. Ketika rotor berputar dihasilkan tegangan induksi di bagian
statornya. Tipe lain dari tacho generator AC adalah tipe induksi, rotor dibuat
bergerigi, stator berupa gulungan kawat berinti besi. Medan magnet permanent
dipasang bersamaan di stator. Ketika rotor berputar, terjadi perubahan medan magnet
pada gigi yang kemudian mengimbas ke gulungan stator.

B. Sensor Piroelektrik

Gambar 4.2 Prinsip Piroelektrik

Piezoelektrik sensor merupakan sebuah alat yang dapat mengukur gaya maupun
tekanan dengan mengubahnya menjadi muatan listrik menggunakan prinsip efek
piezoelektrik. Efek piezoelektrik merupakan efek yang terjadi pada sebuah material
solid ketika material tersebut diberikan tekanan mekanik sehingga menyebabkan
muatan listrik terakumulasi di dalam material solid tersebut. Efek ini terkadang juga
digambarkan sebagai muatan listrik yang dihasilkan oleh tekanan.

Kerugian yang dimiliki oleh piezoelektrik sensor ini yaitu tidak dapat digunakan
untuk pengukuran yang benar-benar statis. Gaya yang statik dapat menyebabkan nilai
muatan yang tetap pada material piezoelektrik. Hal tersebut menyebabkan
berkurangnya hambatan internal sensor sehingga akan terjadi kehilangan elektron
secara konstan dan juga penurunan sinyal. Meningkatnya temperatur juga
menyebabkan penurunan hambatan internal dan sensitifitas. Efek utama dari efek
piezoelektrik yaitu dengan bertambahnya beban tekanan dan temperatur maka
sensitifitas semakin berkurang, atau berbanding terbalik nilainya.

Sensor-sensor ini bekerja berdasarkan prinsip piroelektrik, yang menyatakan bahwa


bahan kristal seperti Lithium tantalite menghasilkan muatan sebagai respons terhadap
aliran panas. Di hadapan medan listrik, ketika bahan kristal seperti itu memanas,
dipol listriknya berbaris seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2. Ini disebut
polarisasi. Pada pendinginan, material tetap mempertahankan polarisasi. Dengan
tidak adanya medan listrik, ketika bahan terpolarisasi ini mengalami iradiasi infra
merah, polarisasi berkurang. Fenomena ini adalah ukuran deteksi pergerakan suatu
objek.

 Aplikasi Sensor Piroelektrik : Detektor Intrusi, Pendeteksi Optotermal,


Pendeteksi Polusi, Sensor Posisi, Studi Sel Surya, Analisis Mesin.

C. Strain Gauge sebagai Sensor gaya


Gambar 4.3 Load cell berbasis strain gauge

Strain Gauge adalah komponen elektronika yang dipakai untuk mengukur tekanan
(deformasi atau strain). Alat ini berbentuk foil logam atau kawat logam yang bersifat
insulatif (isolasi) yang ditempel pada benda yang akan diukur tekanannya, dan
tekanan berasal dari pembebanan. Prinsipnya adalah jika tekanan pada benda berubah,
maka foil atau kawat akan terdeformasi, dan tahanan listrik alat ini akan berubah.
Perubahan tahanan listrik ini akan dimasukkan kedalam rangkaian jembatan
Whetstone yang kemudian akan diketahui berapa besar tahanan pada Strain Gauge.

Sensor strain gauge pada umumnya adalah tipe metal-foil, dimana konfigurasi grid
dibentuk oleh proses photoeching. Karena prosesnya sederhana, maka dapat dibuat
bermacam macam ukuran gauge dan bentuk grid. Untuk macam gauge yang
terpendek yang tersedia adalah 0,20 mm; yang terpanjang adalah 102 mm. Tahanan
gauge standard adalah 120 mm dan 350 ohm, selain itu ada gauge untuk tujuan
khusus tersedia dengan tahanan 500, 1000, dan 1000 ohm. Sensor berbasis strain
gauge bekerja berdasarkan prinsip perubahan tahanan listrik. Ketika, elemen mekanis
mengalami tegangan atau kompresi, hambatan listrik dari material berubah. Ini
digunakan untuk mengukur gaya yang bekerja pada elemen.
Gambar 4.3 menunjukkan load cell strain gauge. Ini terdiri dari tabung silinder yang
pengukur regangan terpasang. Beban yang diterapkan pada kerah atas silinder
menekan elemen pengukur regangan yang mengubah hambatan listriknya. Umumnya
pengukur regangan digunakan untuk mengukur kekuatan hingga 10 MN. Kesalahan
non-linearitas dan pengulangan transduser ini masing-masing adalah ± 0,03% dan ±
0,02%.

Aplikasi Strain Gauge :


 Digunakan pada pengkur berat badan digital
 Timbangan Digital pada kapasitas berat yang diangkut oleh bus, truck, dll.
 Mengukur batas maksimal tumpangan pada lift

D. Tekanan Fluida

Industri kimia, perminyakan, listrik sering kali perlu memantau tekanan fluida.
Berbagai jenis instrumen seperti diafragma, kapsul, dan bellow digunakan untuk
memantau tekanan cairan. Alat pengukur regangan yang dirancang khusus didoping
dalam diafragma umumnya digunakan untuk mengukur tekanan manifold inlet dalam
aplikasi seperti mobil.

3. SENSOR PERPINDAHAN DAN POSISI

A. Sensor Potensiometer

Gambar 2.1 Skema sensor potensiometer untuk pengukuran perpindahan linier

Potensiometer adalah resistor tiga terminal dengan sambungan geser yang


membentuk pembagi tegangan dapat disetel. Jika hanya dua terminal yang digunakan
(salah satu terminal tetap dan terminal geser), potensiometer berperan sebagai
resistor variabel atau Rheostat. Gambar 2.1 menunjukkan konstruksi sensor
potensiometer tipe rotary yang digunakan untuk mengukur perpindahan linier.
Potensiometer dapat dari tipe linier atau sudut. Ia bekerja berdasarkan prinsip
konversi perpindahan mekanis menjadi sinyal listrik. Sensor memiliki elemen resistif
dan kontak geser (penghapus). Slider bergerak di sepanjang badan konduktif ini,
bertindak sebagai kontak listrik yang dapat dipindah-pindahkan. Objek perpindahan
yang diukur diukur terhubung ke slider dengan menggunakan :

• poros berputar (untuk perpindahan sudut), batang bergerak (untuk perpindahan


linier), kabel yang direntangkan selama operasi.

Aplikasi dari Sensor potensiometer

Sensor-sensor ini terutama digunakan dalam sistem kontrol dengan loop umpan balik
untuk memastikan bahwa anggota atau komponen yang bergerak mencapai posisi
yang diperintahkan. Ini biasanya digunakan pada kontrol alat-alat mesin, lift, rakitan
tingkat cair, truk forklift, kontrol throttle mobil. Dalam pembuatan, ini digunakan
untuk mengontrol mesin cetak injeksi, mesin pengerjaan kayu, percetakan,
penyemprotan, robotika, dll. Ini juga digunakan dalam pemantauan peralatan
olahraga yang dikendalikan komputer.

Persamaan Listrik

VA = I RA

Tapi I = VS / (RA + RB)

Karena Itu VA = VS RA / (RA +RB)

Seperti yang kita ketahui R = ρ L / A, dimana ρ adalah tahanan listrik,


L adalah panjang resistor

dan A adalah luas penampang

VA = VS LA / (LA + LB)

B. Pengukur Regangan

Adalah salah satu dari transduser-transduser yang banyak dipakai untuk mendeteksi
dan mengukur gaya, beban torsi dan regangan. Strain dalam suatu elemen adalah
rasio perubahan panjang dalam arah beban yang diterapkan dengan panjang asli suatu
elemen. Strain mengubah resistansi R elemen. Karena itu, kita dapat mengatakan,

∆R / R α ε;
∆R / R = Gε

di mana G adalah konstanta proporsionalitas dan disebut sebagai faktor pengukur.


Secara umum, nilai G dianggap antara 2 hingga 4 dan resistensi diambil dari urutan
100 Ω.

Gambar 2.3 Pola foil resistif

Aplikasi dari Pengukur Regangan

Pengukur regangan banyak digunakan dalam analisis tegangan eksperimental dan


diagnosis pada mesin dan analisis kegagalan. Mereka pada dasarnya digunakan untuk
pengujian kelelahan tegangan multi-aksial, pengujian bukti, tegangan sisa dan
pengukuran getaran, pengukuran torsi, pengukuran lentur dan defleksi, kompresi dan
pengukuran tegangan dan pengukuran regangan.

Pengukur regangan terutama digunakan sebagai sensor untuk peralatan mesin dan
keselamatan di otomotif. Secara khusus, mereka digunakan untuk pengukuran gaya
dalam peralatan mesin, tekan hidrolik atau pneumatik dan sebagai sensor dampak
dalam kendaraan luar angkasa.

Persamaan Listrik
R2 / R1 = Rx / R3
di mana Rx adalah resistensi elemen pengukur regangan, R2 adalah balancing / resistor
yang dapat diatur, R1
dan R3 dikenal sebagai resistor nilai konstan. Deformasi atau perpindahan yang diukur
oleh pengukur noda dikalibrasi terhadap perubahan resistansi resistor R2 yang dapat
disesuaikan
yang membuat tegangan melintasi node A dan B sama dengan nol.

C. Sensor Berbasis Elemen Kapasitif

Sensor Kapasitif. Sensor kapasitif merupakan sensor elektronika yang bekerja


berdasarkan konsep kapasitif. Sensor ini bekerja berdasarkan perubahan muatan
energi listrik yang dapat disimpan oleh sensor akibat perubahan jarak lempeng,
perubhan luas penampang dan perubahan volume dielektrikum sensor
kapasitif tersebut. Sensor kapasitif adalah sensor tipe non-kontak dan terutama
digunakan untuk mengukur perpindahan linear dari beberapa milimeter hingga
ratusan milimeter. Ini terdiri dari tiga pelat, dengan pasangan atas membentuk satu
kapasitor dan pasangan bawah lainnya. Perpindahan linier bisa dalam dua bentuk:

a. Salah satu pelat digerakkan oleh perpindahan sehingga pemisahan pelat berubah.

b. Area tumpang tindih perubahan karena perpindahan.

Aplikasi Sensor Elemen Kapasitif :

• Pemantauan tingkat umpan hopper

• Kontrol pompa kapal kecil

• Pemantauan tingkat minyak


• Kontrol level cairan

• Aplikasi metrologi

o Untuk mengukur kesalahan bentuk pada bagian yang diproduksi

• Pengujian jalur perakitan

o Untuk menguji bagian yang dirakit untuk keseragaman, ketebalan atau desain
fitur lainnya

o Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya komponen tertentu, seperti lem dll.

Persamaan Listrik

Kapasitansi C kapasitor pelat paralel diberikan oleh,

C = εr εo A / d (2.2.7)

di sini εr adalah permitivitas relatif dielektrik antara pelat, εo permitivitas ruang


kosong, Suatu area yang tumpang tindih antara dua plat dan d pemisahan plat. Saat
pelat pusat bergerak dekat ke pelat atas atau pelat bawah karena pergerakan elemen /
benda kerja yang akan diukur perpindahannya, pemisahan di antara perubahan pelat
tersebut. Ini dapat diberikan sebagai,

C1 = (εr εo A) / (d + x)

C2 = (εr εo A) / (d - x)

Ketika C1 dan C2 terhubung ke jembatan Wheatsone, maka tegangan keseimbangan


yang dihasilkan akan sebanding dengan perpindahan x. Elemen kapasitif juga dapat
digunakan sebagai sensor jarak. Pendekatan objek terhadap pelat sensor digunakan
untuk menginduksi perubahan dalam pemisahan pelat. Ini mengubah kapasitansi
yang digunakan untuk mendeteksi objek.

D. Transformer diferensial variabel linier (LVDT)


Gambar 2.5 Konstruksi sensor LVDT

LVDT (linear variable differential transformer) adalah transformator (trafo) dengan


inti yang digerakkan secara mekanik. Piranti ini terdiri dari sebuah kumparan primer
dan dua kumparan sekunder yang saling terhubung satu sama lain dengan fasa
berlawanan. Sinyal yang dicatu ke kumparan primer haruslah sinyal ac (arus
bolak-balik) dalam bentuk gelombang sinus dengan amplitudo stabil. Arus
bolak-balik yang mengalir pada kumparan primer menyebabkan terjadinya perubahan
medanmagnetik (dB)di sekitar kumparan tersebut. Akibat perubahan medan magnetik
ini, fluks magnetik (B) yang diterima kumparan sekunder juga berubah-ubah
terhadap waktu. Keadaan inilah yang menyebabkan munculnya gaya gerak listrik
induksi (ꜫ ) pada kumparan sekunder (Tipler, 2001), ditunjukkan oleh persamaan 1.

Persamaan Listrik
Gaya gerak listrik induksi yang dihasilkan pada kumparan sekunder akan berubah
dengan berubahnya posisi inti (core) di dalam trafo. Inti yang terbuat dari material
ferromagnetik ini disisipkan di dalam selongsong isolator berbentuk silindris terbuka
(tempat di mana kawat kumparan dililitkan) dalam arah sesumbu dengan sumbu
selongsong dan tanpa menyentuh kumparan secara fisik. Ketika inti ini diposisikan di
pusat magnetik trafo, sinyalsinyal keluaran kumparan sekundernya saling
meniadakan sehingga tegangan keluaran kumparan sekunder menjadi nol. Ketika inti
digerakkan dalam arah sesumbu dengan sumbu selongsong dan menjauh dari posisi
pusat magnetik tersebut, nisbah fluks magnetik induksi antara kedua kumparan
sekunder menjadi tak-setimbang sehingga menghasilkan tegangan keluaran yang
besarnya sama dengan selisih tegangan keluaran dari masing-masing kumparan
sekunder (Gambar 2). Oleh karena amplitudo tegangan induksi yang dihasilkan
LVDT sebanding dengan perpindahan inti dalam daerah kerja liniernya, maka
tegangan ini dapat digunakan sebagai suatu ukuran perpindahan, dengan arah
perpindahan ditentukan oleh sudut fasa antara tegangan kumparan primer (acuan) dan
tegangan kumparan sekundernya

Aplikasi dari Sensor LVDT


• Pengukuran posisi spool dalam berbagai aplikasi katup servo
• Untuk memberikan umpan balik perpindahan untuk silinder hidrolik
• Untuk mengontrol berat dan ketebalan produk obat yaitu. tablet atau pil
• Untuk inspeksi otomatis dimensi akhir produk yang dikemas untuk pengiriman
• Untuk mengukur jarak antara logam yang mendekat selama proses pengelasan
Gesekan
• Untuk terus memantau tingkat cairan sebagai bagian dari sistem deteksi kebocoran
• Untuk mendeteksi jumlah tagihan mata uang yang dibagikan oleh ATM

4. SENSOR PERPINDAHAN, POSISI DAN KEDEKATAN


A. Sensor Proximity
Proximity Sensor (Sensor Proksimitas) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan
Sensor Jarak adalah sensor elektronik yang mampu mendeteksi keberadaan objek di
sekitarnya tanpa adanya sentuhan fisik. Dapat juga dikatakan bahwa Sensor
Proximity adalah perangkat yang dapat mengubah informasi tentang gerakan atau
keberadaan objek menjadi sinyal listrik.

Aplikasi dari Sensor Proximity :


Otomasi membutuhkan lokasi yang tepat, Pemantauan alat mesin, Perakitan akhir
peralatan presisi seperti drive disk, Mengukur dinamika target yang terus bergerak,
seperti elemen bergetar, Drive pemantauan poros, Pengukuran getaran

B. Sakelar Kedekatan Induktif

Gambar 3.1 Skema Proximity Switch Induktif

Sakelar kedekatan induktif pada dasarnya digunakan untuk mendeteksi benda logam.
Gambar 3.1 menunjukkan konstruksi saklar kedekatan induktif. Sensor kedekatan
induktif memiliki empat komponen; koil, osilator, sirkuit deteksi dan sirkuit keluaran.
Arus bolak-balik dipasok ke koil yang menghasilkan medan magnet. Ketika, benda
logam mendekati ujung koil, induktansi dari koil berubah. Ini secara terus-menerus
dipantau oleh sirkuit yang memicu sakelar ketika nilai preset perubahan induktansi
terjadi.

Aplikasi Sakelar Jarak Induktif


• Otomasi industri: menghitung produk selama produksi atau transfer
• Keamanan: mendeteksi benda logam, lengan, ranjau darat
C. Penyandi Optik

Gambar 3.2 Konstruksi dan Kerja Encoder Optik

Penyandi Optik digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran menjadi
sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari suatu alat. Sensor
ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi, yaitu; Pertama, Penyandi rotari
tambahan ( yang mentransmisikan jumlah tertentu dari pulsa untuk masing-masing
putaran ) yang akan membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar.
Kedua, Penyandi absolut ( yang memperlengkapi kode binary tertentu untuk
masing-masing posisi sudut ) mempunyai cara kerja sang sama dengan perkecualian,
lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yang dihasilkan sehingga
membentuk suatu pengkodean dalam susunan tertentu. Masih banyak kekurangan
dalam pengoperasian alat teknologi pada saat ini yaitu pada tingkat accuration, safety
dan juga kemudahan dalam pengaplikasiannya. Oleh karena itu maka dibutuhkan
Sensor. Sensor adalah suatu alat yang mempermudah kerja user dengan tingkat
kesalahan kecil dan mudah untuk dioperasikan. Enkoder optik memberikan output
digital sebagai hasil perpindahan linier / sudut. Ini banyak digunakan dalam motor
Servo untuk mengukur rotasi poros. Gambar 3.2. menunjukkan konstruksi encoder
optik. Ini terdiri dari disk dengan tiga trek konsentris dari lubang dengan jarak yang
sama. Tiga sensor cahaya digunakan untuk mendeteksi cahaya yang melewati lubang.
Sensor-sensor ini menghasilkan pulsa listrik yang memberikan perpindahan sudut
elemen mekanis mis. poros tempat Optical encoder dipasang. Jalur dalam hanya
memiliki satu lubang yang digunakan untuk menemukan posisi 'home' dari disk.
Lubang-lubang di jalur tengah diimbangi dari lubang di jalur luar sebesar setengah
dari lebar lubang. Pengaturan ini memberikan arah rotasi yang akan ditentukan.
Ketika disk berputar ke arah searah jarum jam, pulsa di jalur luar membawa mereka
di bagian dalam; berlawanan arah jarum jam mereka tertinggal. Resolusi dapat
ditentukan oleh jumlah lubang pada disk. Dengan 100 lubang dalam satu revolusi,
resolusi akan menjadi, 360⁰ / 100 = 3.6⁰.

Aplikasi Penyandi Optik :


1. Rotary encoder sebagai sensor posisi digunakan pada Mouse Analog (Mouse yang
menggunakan Bola).

Persamaan Listrik

Pada gambar diatas Led Inframerah kita gunakan untuk menembakkan cahaya
sedangkan disisi kanan light receive dapat kita gunakan sensor cahaya seperti
photodiode atau phototransistor.

D. Sensor Pneumatik

Gambar 3.3 Cara Kerja Sensor Pneumatik


Pneumatik adalah sebuah sistem penggerak yang menggunakan tekanan udara
sebagai tenaga penggeraknya. Cara kerja Pneumatik sama saja dengan hidrolik yang
membedakannya hanyalah tenaga penggeraknya. Jika pneumatik menggunakan udara
sebagai tenaga penggeraknya, dan sedangkan hidrolik menggunakan cairan oli
sebagai tenaga penggeraknya. Dalam pneumatik tekanan udara inilah yang berfungsi
untuk menggerakkan sebuah cylinder kerja. Cylinder kerja inilah yang nantinya
mengubah tenaga/tekanan udara tersebut menjadi tenaga mekanik (gerakan maju
mundur pada cylinder). Gambar 3.3 menunjukkan skema konstruksi dan kerja sensor
tersebut. Ini terdiri dari tiga port. Udara bertekanan rendah dibiarkan lolos melalui
port A. Dengan tidak adanya halangan / benda, udara bertekanan rendah ini lolos dan
dengan demikian, mengurangi tekanan di port B. Namun ketika suatu benda
menghalangi udara bertekanan rendah (Port A ), ada peningkatan tekanan pada port
keluaran B. Peningkatan tekanan ini dikalibrasi untuk mengukur perpindahan atau
untuk memicu sakelar. Sensor ini digunakan dalam robotika, pneumatik, dan untuk
perkakas pada peralatan mesin CNC.

Kelebihan pada sistem pneumatik:


· Ramah lingkungan / bersih (jika terjadi kebocoran dalam sistem perpipaan).
· Udara sebagai tenaga penggerak memiliki jumlah yang tak terbatas
· Lebih cepat dan responsif jika dibandingkan dengan hidrolik
· Harganya yang murah
Kekurangan pada sistem pneumatik:
· Daya mekanik yang dihasilkan kecil
· Membutuhkan perawatan yang lebih tinggi, karena udara sebagai penggeraknya
biasanya kotor dan mengandung air sehingga gesekan antara piston cylinder dan
rumah cylinder besar dan mempercepat kerusakan pada air cylinder.
Cara kerja sistem pneumatik
Udara disedot oleh kompresor dan disimpan pada reservoir air ( tabung udara) hingga
mencapai tekanan kira-kira sekitar 6 – 9 bar. Kenapa harus 6 – 9 bar?? Karena bila
tekanan hanya dibawah 6 bar akan menurunkan daya mekanik dari cylinder kerja
pneumatik dan sedangkan bila bertekanan diatas 9 bar akan berbahaya pada sistem
perpipaan atau kompresor. Baca berapa standar tekanan maksimal yang terdapat pada
nameplate reservoir air dari kompresor. Selanjutnya udara bertekanan itu disalurkan
ke sirkuit dari pneumatik dengan pertama kali harus melewati air dryer (pengering
udara) untuk menghilangkan kandungan air pada udara. Dan dilanjutkan menuju ke
katup udara (shut up valve), regulator, selenoid valve dan menuju ke cylinder kerja.
gerakan air cylinder ini tergantung dari selenoid. Bila selenoid valve menyalurkan
udara bertekanan menuju ke inlet dari air cylinder maka piston akan bergerak maju
sedangkan bila selenoid valve menyalurkan udara bertekanan menuju ke outlet dari
air cylinder maka piston akan bergerak mundur. Jadi dari selenoid valve inilah
penggunaan aplikasi pneumatik bisa juga di kombinasikan dengan elektrik, seperti
PLC ataupun rangkaian kontrol listrik lainnya. Sehingga mempermudah dalam
pengaplikasiannya.
Persamaan Listrik

Aplikasi dari Sensor Pneumatik :


 Mendeteksi keadaan melalui elemen input (sensor)
 Memproses informasi melalui elemen pengolahan (processor)
 Mengalihkan (switching) elemen operasi melalui elemen kendali
 Melakukan pekerjaan dengan dengan menggunakan elemen operasi (drive)

E. Proximity Switch

Gambar 3.4 Konfigurasi sakelar kedekatan jenis kontak


Proximity Switch atau Sensor Proximity adalah alat pendeteksi yang bekerja
berdasarkan jarak obyek terhadap sensor. Karakteristik dari sensor ini adalah
menditeksi obyek benda dengan jarak yang cukup dekat, berkisar antara 1 mm
sampai beberapa centi meter saja sesuai type sensor yang digunakan. Proximity
Switch ini mempunyai tegangan kerja antara 10-30 Vdc dan ada juga yang
menggunakan tegangan 100-200VAC.Gambar 3.4 menunjukkan sejumlah
konfigurasi sakelar jarak kontak tipe kontak yang digunakan dalam otomasi pabrikan.
Ini adalah sakelar listrik kecil yang memerlukan kontak fisik dan kekuatan
pengoperasian kecil untuk menutup kontak. Mereka pada dasarnya digunakan pada
sistem konveyor untuk mendeteksi keberadaan item pada sabuk konveyor.

Gambar 3.5 Reed Switch


Sakelar Reed berbasis magnet digunakan sebagai sakelar kedekatan. Ketika sebuah
magnet yang melekat pada suatu benda dibawa dekat ke sakelar, magnet itu menarik
satu sama lain dan menutup kontak sakelar. Skema ditunjukkan pada Gambar 3.5.
Proximity Sensor terbagi dua macam, yaitu :
1. Proximity Inductive berfungsi untuk mendeteksi obyek besi/metal. Meskipun
terhalang oleh benda non-metal, sensor akan tetap dapat mendeteksi selama
dalam jarak (nilai) normal sensing atau jangkauannya. Jika sensor mendeteksi adanya
besi di area sensingnya, maka kondisi output sensor akan berubah nilainya.

2. Proximity Capacitive akan mendeteksi semua obyek yang ada dalam jarak
sensingnya baik metal maupun non-metal.

C. Sensor Efek Hall


Keterangan gambar :
1. Elektron
2. Sensor Hall atau Elemen Hall
3. Magnet
4. Medan Magnet
5. Power Source
Gambar diagram hall effect tersebut tersebut menunjukkan aliran elektron. Dalam
gambar A menunjukkan bahwa elemen Hall mengambil kutub negatif pada sisi atas
dan kutub positif pada sisi bawah. Dalam gambar B dan C, baik arus listrik ataupun
medan magnet dibalik, menyebabkan polarisasi juga terbalik. Arus dan medan
magnet yang dibalik ini menyebabkan sensor Hall mempunyai kutub negatif pada sisi
atas. Hall Effect tergantung pada beda potensial (tegangan Hall) pada sisi yang
berlawanan dari sebuah lembar tipis material konduktor atau semikonduktor dimana
arus listrik mengalir, dihasilkan oleh medan magnet yang tegak lurus dengan elemeh
Hall. Perbandingan tegangan yang dihasilkan oleh jumlah arus dikenal dengan
tahanan Hall, dan tergantung pada karakteristik bahan. Dr. Edwin Hall menemukan
efek ini pada tahun 1879. Hall Effect dihasilkan oleh arus pada konduktor. Arus
terdiri atas banyak beban kecil yang membawa partikel-partikel (biasanya elektron)
dan membawa gaya Lorentz pada medan magnet. Beberapa beban ini berakhir di sisi
– sisi konduktor. Ini hanya berlaku pada konduktor besar dimana jarak antara dua
sisi cukup besar. Salah satu yang paling penting dari Hall Effect adalah perbedaan
antara beban positif bergerak dalam satu arah dan beban negatif bergerak pada
kebalikannya. Hall Effect memberikan bukti nyata bahwa arus listrik pada logam
dibawa oleh elektron yang bergerak, bukan oleh proton. Yang cukup menarik, Hall
Effect juga menunjukkan bahwa dalam beberapa substansi (terutama semikonduktor),
lebih cocok bila kita berpikir arus sebagai “holes” positif yang bergerak daripada
elektron.

Sensor Efek-Hall dirancang untuk merasakan adanya objek magnetis dengan


perubahan posisinya. Perubahan medan magnet yang terus menerus menyebabkan
timbulnya pulsa yang kemudian dapat ditentukan frekuensinya, sensor jenis ini biasa
digunakan sebagai pengukur kecepatan. Sensor Hall Effect digunakan untuk
mendeteksi kedekatan (proximity), kehadiran atau ketidakhadiran suatu objek
magnetis (yang) menggunakan suatu jarak kritis. Pada dasarnya ada dua tipe
Half-Effect Sensor, yaitu tipe linear dan tipe on-off. Tipe linear digunakan untuk
mengukur medan magnet secara linear, mengukur arus DC dan AC pada
konduktordan funsi-fungsi lainnya. Sedangkan tipe on-off digunakan sebagai limit
switch, sensor keberadaan (presence sensors), dsb. Sensor ini memberikan logika
output sebagai interface gerbang logika secara langsung atau mengendalikan beban
dengan buffer amplifier.

Aplikasi khas sensor efek Hall adalah pengukuran level cairan dalam sebuah wadah.
Wadah terdiri dari pelampung dengan magnet permanen terpasang di atasnya. Sirkuit
listrik dengan cakram pembawa arus terpasang di casing. Ketika tingkat cairan
meningkat, magnet akan mendekati cakram dan menghasilkan perbedaan potensial.
Tegangan ini memicu sakelar untuk menghentikan fluida masuk ke dalam wadah.

Sensor-sensor ini digunakan untuk pengukuran perpindahan dan deteksi posisi suatu
objek. Sensor efek hall memerlukan sirkuit pengkondisian sinyal yang diperlukan.
Mereka dapat dioperasikan pada 100 kHz. Sifat non-kontak operasi mereka,
kekebalan yang baik terhadap kontaminan lingkungan dan kemampuan untuk
mempertahankan dalam kondisi yang parah membuat mereka cukup populer dalam
otomasi industri.

Aplikasi Sensor Efek Hall :


a. Sensor Posisi

Mendeteksi kehadiran objek magnetic adalah aplikasi umum sensor efek hall di
bidang industri, terutama yang beroperasi di mode switch (mode on/off). Efek sensor
hall juga digunakan pada mesin brushless DC untuk mendeteksi posisi rotor dan
untuk memutar transistor pada urutan yang benar. Smartphone menggunakan sensor
efek hall untuk menentukan apakah Flip Cover menutup atau tidak.

b. DC Transformer

Sensor efek hall dapat digunakan untuk mengukur arus DC pada trafo arus tanpa
kontak langsung (contactless). Sensor efek hall akan dipasang di celah inti magnetik
di sekitar konduktor arus. Hasilnya, fluks magnetic DC dapat diukur, dan arus DC
dalam konduktor dapat dihitung.

c. Automotive Fuel Level Indicator

Sensor efek hall digunakan di beberapa indikator tingkat bahan bakar otomotif.
Prinsip utamanya yaitu mendeteksi posisi dari elemen yang terapung. Dapat
digunakan vertical float magnet atau sensor tuas berputar (rotating lever sensor).

d. Sensor hall efek yang digunakan di Space-cadet keyboard (keyboard pada mesin
LISP).

5. SENSOR THERMAL

Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan
panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu.

Contohnya; bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo transistor, photo dioda, photo
multiplier, photovoltaik, infrared pyrometer, hygrometer, dsb.

1. Bimetal
Bimetal adalah sensor suhu yang terbuat dari dua buah lempengan logam yang
berbeda koefisien muainya (α) yang direkatkan menjadi satu.
Bila suatu logam dipanaskan maka akan terjadi pemuaian, besarnya pemuaian
tergantung dari jenis logam dan tingginya temperatur kerja logam tersebut. Bila dua
lempeng logam saling direkatkan dan dipanaskan, maka logam yang memiliki
koefisien muai lebih tinggi akan memuai lebih panjang sedangkan yang memiliki
koefisien muai lebih rendah memuai lebih pendek. Oleh karena perbedaan reaksi
muai tersebut maka bimetal akan melengkung kearah logam yang muainya lebih
rendah.

Persamaan Listrik
Dalam aplikasinya bimetal dapat dibentuk menjadi saklar Normally Closed (NC)
atau Normally Open (NO).

dimana :
ρ = radius kelengkungan
t = tebal jalur total
n = perbandingan modulus elastis, EB/EA
m = perbandingan tebal, tB/tA
T2-T1 = kenaikan temperature
αA, αB = koefisien muai panas logamA dan logam B

2. Thermistor
Termistor atau tahanan thermal adalah alat semikonduktor yang berkelakuan sebagai
tahanan dengan koefisien tahanan temperatur yang tinggi, yang biasanya negatif.
Umumnya tahanan termistor pada temperatur ruang dapat berkurang 6% untuk setiap
kenaikan temperatur sebesar 1oC. Kepekaan yang tinggi terhadap perubahan
temperatur ini membuat termistor sangat sesuai untuk pengukuran, pengontrolan dan
kompensasi temperatur secara presisi.

Aplikasi Thermistor
• Untuk memantau suhu cairan pendingin dan / atau suhu oli di dalam mesin
• Untuk memantau suhu inkubator
• Termistor digunakan dalam termostat digital modern
• Untuk memantau suhu paket baterai saat mengisi daya
• Untuk memantau suhu ujung panas printer 3D
• Untuk menjaga suhu yang benar dalam peralatan industri penanganan dan
pengolahan makanan
• Untuk mengontrol operasi peralatan konsumen seperti pemanggang roti, kopi
pembuat, lemari es, freezer, pengering rambut, dll.

Persamaan Listrik

Dimana:
T1 adalah titik suhu pertama di Kelvin
T2 adalah titik suhu kedua di Kelvin
R1 adalah resistansi termistor pada suhu T1 dalam Ohm
R2 adalah resistansi termistor pada suhu T2 dalam Ohm

3. Resistance Thermal Detector (RTD)


RTD adalah salah satu dari beberapa jenis sensor suhu yang sering digunakan. RTD
dibuat dari bahan kawat tahan korosi, kawat tersebut dililitkan pada bahan keramik
isolator. Bahan tersebut antara lain; platina, emas, perak, nikel dan tembaga, dan
yang terbaik adalah bahan platina karena dapat digunakan menyensor suhu sampai
1500o C. Tembaga dapat digunakan untuk sensor suhu yang lebih rendah dan lebih
murah, tetapi tembaga mudah terserang korosi.

Persamaan Listrik
RTD bekerja berdasarkan prinsip bahwa hambatan listrik dari logam berubah karena
perubahan suhunya. Pada pemanasan logam, resistansi mereka meningkat dan
mengikuti hubungan linear, korelasinya adalah :

Rt = R0 (1 + αT)
di mana Rt adalah hambatan pada suhu T (⁰C) dan R0 adalah suhu pada 0⁰C dan α
adalah konstanta untuk logam yang disebut koefisien suhu resistensi. Itu sensor
biasanya dibuat memiliki resistansi 100 Ω pada 0 ° C

RTD memiliki keunggulan dibanding termokopel yaitu:


 Tidak diperlukan suhu referensi
 Sensitivitasnya cukup tinggi, yaitu dapat dilakukan dengan cara mem-perpanjang
kawat yang digunakan dan memperbesar tegangan eksitasi.
 Tegangan output yang dihasilkan 500 kali lebih besar dari termokopel
 Dapat digunakan kawat penghantar yang lebih panjang karena noise tidak jadi
masalah
 Tegangan keluaran yang tinggi, maka bagian elektronik pengolah sinyal menjadi
sederhana dan murah.
4. Termokopel
Pembuatan termokopel didasarkan atas sifat thermal bahan logam. Jika sebuah batang
logam dipanaskan pada salah satu ujungnya maka pada ujung tersebut
elektron-elektron dalam logam akan bergerak semakin aktif dan akan menempati
ruang yang semakin luas, elektron-elektron saling desak dan bergerak ke arah ujung
batang yang tidak dipanaskan. Dengan demikian pada ujung batang yang dipanaskan
akan terjadi muatan positif.

Kerapatan electron untuk setiap bahan logam berbeda tergantung dari jenis logam.
Jika dua batang logam disatukan salah satu ujungnya, dan kemudian dipanaskan,
maka elektron dari batang logam yang memiliki kepadatan tinggi akan bergerak ke
batang yang kepadatan elektronnya rendah, dengan demikian terjadilah perbedaan
tegangan diantara ujung kedua batang logam yang tidak disatukan atau dipanaskan.
Besarnya termolistrik atau gem ( gaya electromagnet ) yang dihasilkan menurut T.J
Seeback (1821) yang menemukan hubungan perbedaan panas (T1 dan T2) dengan
gaya gerak listrik yang dihasilkan E, Peltir (1834), menemukan gejala panas yang
mengalir dan panas yang diserap pada titik hot-juction dan cold-junction, dan Sir
William Thomson, menemukan arah arus mengalir dari titik panas ke titik dingin dan
sebaliknya,

-->
Perilaku beberapa jenis thermocouple diperlihatkan oleh gambar
 tipe E (chromel-konstanta)
 tipe J (besi-konstanta)
 tipe T (tembaga-Konstanta)
 tipe K (chromel-alumel)
 tipe R atau S (platina-pt/rodium
Persamaan Listrik

∆VAB = α ∆T

di mana α, koefisien Seebeck, adalah konstanta proporsionalitas.di mana α, koefisien


Seebeck, adalah konstanta proporsionalitas.

Aplikasi Termokopel
• Untuk memantau suhu dan kimia di seluruh proses pembuatan baja
• Menguji suhu yang terkait dengan pabrik proses, mis. produksi kimia
dan kilang minyak bumi
• Pengujian keamanan alat pemanas
• Penentuan suhu dalam oven, tungku dan kiln
• Pengukuran suhu turbin gas dan knalpot engine
• Pemantauan suhu di seluruh proses produksi dan peleburan di Indonesia industri
baja, besi dan aluminium

6. Dioda (IC hybrid)


Dioda dapat pula digunakan sebagai sensor temperatur yaitu dengan memanfaatkan
sifat tegangan junction
Dimanfaatkan juga pada sensor temperatur rangkaian terintegrasi (memiliki
rangkaian penguat dan kompensasi dalam chip yang sama).
Contoh rangkaian dengan dioda sebagai sensor temperature

Contoh rangkaian dengan IC sensor

7. Infrared Pyrometer
Sensor inframerah dapat pula digunakan untuk sensor temperatur
Gambar 2.21. Infrared Pyrometer sebagai sensor temperatur
Memfaatkan perubahan panas antara cahaya yang dipancarkan dengan diterima yang
diterima pyrometer terhadap objek yang di deteksi.

Gambar rangkaian sensor thermal (sensor suhu )

Daftar Komponen :

1. Resistor : R1 (100 Kohm), R2 (10 Kohm), R3 (47 Kohm), R4 (1 Kohm) dan VR1
(potensio 10 Kohm)

2. Kapasitor : C1 (10 uF) dan C2 (1 uF)

3. Dioda : D1 (IN 4002)4. Transistor : Q1 (BC 107)

5. Thermistor

6. IC 555

7. Relay 9 volt

8. Rangkaian alarm (sesuai selera)

Prinsip Kerja Sensor Suhu dan Analisa Rangkaian :

1. R3, Thermistor dan VR1 dipasang seri supaya dapat menentukan pembagian
tegangan yang sesuai yang akan diberikan ke transistor switching.
2. Tegangan supply adalah sama dengan jumlah tegangan yang jatuh pada R3,
Thermistor dan VR1. Tegangan pada VR1 paralel terhadap basis transistor, sehingga
pada saat tegangan pada VR1 mencapai 0,7 volt maka transistor akan aktif dan
men-trigger rangkaian monostable.
3. Thermistor dipasang pada bagian atas dari VR1 dimaksudkan supaya pada saat
suhu naik tegangan pada titik trigger (basis transistor = VR1) akan mengalami
kenaikan, dikarenakan thermistor (NTC) tersebut akan mengalami penurunan nilai
resistansi seiring dengan kenaikan suhu.
4. Anda bisa saja menukar posisi thermistor dengan VR1 dengan tujuan agar
rangkaian alarm akan aktif pada saat suhu mengalami penurunan.
5. Anda bisa juga meengganti nilai R3 dan VR1 untuk mendapatkan sensitifitas yang
sesuai dengan karakteristik thermistor yang anda miliki dan sesuai keinginan anda.

Aplikasi Infrared Pyrometer :


Salah satu aplikasi dari Bimetallic temperature sensor ini adalah pada setrikaan listrik,
pada setrika jika suhu melebihi batas yang ditentukan maka setrika akan mati sendiri
dan akan ada bunyi “tik”, itu sebenarnya adalah bimetallic temperature sensor yang
sedang melengkung. Disini bimetal berfungsi sebagai saklar suhu otomatis yang akan
memutus kontak listrik jika suhu setrika melebihi batas yang ditentukan.

E. Klasifikasi Transduser (William D.C, 1993

 Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri)

Self generating transduser adalah transduser yang hanya memerlukan satu sumber
nergi.

Contoh: piezo electric, termocouple, photovoltatic, termistor, dsb.

Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu energi listrik dari transduser secara
langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai sumber tegangan.

 External power transduser (transduser daya dari luar)


External power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah energi
dari luar untuk menghasilkan suatu keluaran.

Contoh: RTD (resistance thermal detector), Starin gauge, LVDT (linier variable
differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb.
Tabel berikut menyajikan prinsip kerja serta pemakaian transduser berdasarkan sifat
kelistrikannya:

Tabel 1. Kelompok Transduser

Parameter listrik
dan kelas Prinsip kerja dan sifat alat Pemakaian alat
transduser

Transduser Pasif

Potensiometer Perubahan nilai tahanan Tekanan,


karena posisi kontak pergeseran/posis
bergeser i

Strain gage Perubahan nilai tahanan Gaya, torsi,


akibat perubahan panjang posisi
kawat oleh tekanan dari luar

Transformator Tegangan selisih dua Tekanan, gaya,


selisih (LVDT) kumparan primer akibat pergeseran
pergeseran inti trafo

Gage arus pusar Perubahan induktansi Pergeseran,


kumparan akibat perubahan ketebalan
jarak plat

Transduser Aktif

Sel fotoemisif Emisi elektron akibat Cahaya dan


radiasi yang masuk pada radiasi
permukaan fotemisif

Photomultiplier Emisi elektron sekunder Cahaya, radiasi


akibat radiasi yang masuk ke dan relay
katoda sensitif cahaya sensitif cahaya

Termokopel Pembangkitan ggl pada titik Temperatur,


sambung dua logam yang aliran panas,
berbeda akibat dipanasi radiasi

Generator Perputaran sebuah kumparan Kecepatan,


kumparan putar di dalam medan magnit yang getaran
(tachogenerator) membangkitkan tegangan
Piezoelektrik Pembangkitan ggl bahan Suara, getaran,
kristal piezo akibat gaya percepatan,
dari luar tekanan

Sel foto tegangan Terbangkitnya tegangan pada Cahaya matahari


sel foto akibat rangsangan
energi dari luar

Termometer Perubahan nilai tahanan Temperatur, panas


tahanan (RTD) kawat akibat perubahan
temperatur

Hygrometer Tahanan sebuah strip Kelembaban


tahanan konduktif berubah terhadap relatif
kandungan uap air

Termistor (NTC) Penurunan nilai tahanan Temperatur


logam akibat kenaikan
temperatur

Mikropon Tekanan suara mengubah nilai Suara,


kapasitor kapasitansi dua buah plat musik,derau

Pengukuran Reluktansi rangkaian Tekanan,


reluktansi magnetik diubah dengan pergeseran,
mengubah posisi inti besi getaran, posisi
sebuah kumparan

Anda mungkin juga menyukai