Anda di halaman 1dari 95

SENSOR

Sensor
Mendeteksi sutau besaran fisis, ( temperature, gaya,tekanan,
aliran fluida level fluida, kelembaban, dll.
Sensor merupakan perluasan / peningkatan kemampuan untuk
memperoleh informasi tentang kuantitas fisik yang tidak bisa
diperoleh oleh indra manusia karena keterbatasan dan kekurang
telitian yang dimiliki manusia.

Transduser
Alat mentransformasikan suatu besaran fisik ke besaran fisik
lainnya atau dari energi satu ke energi lainnya yang bersesuaian
Input-transduser (phisical/elekctrical signal) dan output transduser
(electrical signal/display atau actuator

KLASIFIKASI SENSOR
Sensor
Berdasarkan
Sinyal output
Berdasarkan
Mode operasi
Berdasarkan
Hubungan
Input-output
* dll
Berdasarkan
Kebutuhan
power supply
Sensor
aktif
Sensor
pasif
Sensor
analog
Sensor
digital
Deflection
nul
Thermistor
Thermocouple
Potensiometer
Position encoder
Deflection
accelerometer
Servo
accelerometer
Berdasarkan kebutuhan supply daya
(catu daya)
Sensor dapat dikalsifikasikan:
1. Modulating Sensor ( sensor aktif )
2. Self-Generating ( sensor pasif )
Pada jenis modulating sensor (sensor aktif)
Hampir semua daya sinyal output berasal dari sumber daya
tambahan (sumber daya dari luar).
Input hanya mengontrol output.
Sensor aktif biasanya membutuhkan lebih banyak kawat
dibandingkan dengan sensor pasif
overall sensitivity dari sensor tersebut dapat dikontrol oleh
tegangan power supply
Self-generating sensor
Daya output berasal dari daya input.
Berdasarkan sinyal output
Sensor analog :
Sensor dengan output dalam domain waktu.
Informasi biasanya diperoleh dari amplitudo.
Sensor yang memiliki output dalam bentuk variabel
frekuensi disebut quasi-digital

Sensor Digital
Keluaran sensor digital berupa discrete step or state.
Sensor digital tidak membutuhkan ADC
Outputnya lebih mudah ditransmisikan daripada sensor
analog.
Output digital lebih berulang ,dapat dipercaya dan
bahkan sering lebih akurat.
Tetapi banyak kuantitas fisik yang tidak dapat diukur
dengan sensor digital.
Berdasarkan mode operasi
Sensor deflection
kuantitas yang diukur menimbulkan efek fisik yang menyebabkan
beberapa bagian pada instrumen memberikan efek perlawanan
yang sesuai.
Contoh dynamometer untuk mengukur gaya : gaya yang akan
diukur membengkokkan (deflects) pegas pada titik dimana gaya
tersebut diberikan (ditekan).
Sensor tipe-null,
Dilakukan usaha mencegah defleksi dari titik null dengan
menggunakan efek yang berlawanan dengan yang dihasilkan oleh
kuantitas yang diukur.
Terdapat detektor ketidak setimbangan dan beberapa peralatan
untuk memulihkan kesetimbangan.
Pengguna harus meletakkan satu atau beberapa berat
pengkalibrasi pada wadah (pan) lain sampai kesetimbangan
dicapai, yang diketahui dari posisi pointer.
Pengukuran null biasanya lebih akurat, tetapi sayangnya lebih
lambat.
TRANSDUSER
Ada enam jenis
Sinyal/besaran fisik :
Mecahnical
Temperature,
Magnetic
Electrik,
Optical
Chemical
Beberapa keuntungan sistem
pengukuran elektronik :
Transduser elektrik dapat
dirancang untuk berbagai
kuantitas non elektrik
Berbagai macam IC
tersedia untuk
pembentukan electric
signal conditioning atau
untuk modifikasi.
Sinyal elektrik memiliki
pentransmisian aplikatif.
Klasifikasi Transduser
Transduser gaya
Strain gauge
Force Transduser, Torque
Transduser, Pressure
Transduser, Load Cell,
tension Transduser.

Transduser pergerakkan
Shaft Encoder
Servopotensiometer
Kapasitif Displacement
transduser
dll

Transduser Temperatur
Thermocouple
Resistance Thermometer
Thermistor
Semikonduktor Temperature
Transduser
Transduser Cahaya
Transduser Magnetik
Transduser Humidity
Dll
APLIKASI
SENSOR & TRANSDUSER
SISTEM KONTROL







Close loop
SISTEM INSTRUMENTASI
Besaran masukkan pada
kebanyakkan sistem
instrumentasi bukan besaran
listrik. Untuk menggunakan
metoda dan teknik listrik pada
pengukuran, manipulasi dan
pengontrolan, besaran yang
bukan listrik ini diubah menjadi
suatu sinyal listrik dengan
menggunakan transduser.
Proses + input
Sensos &
Transduser
output
PEMILIHAN TRANSDUSER
UNTUK SISTEM PENGUKURAN
Pemilihan suatu transduser didasari oleh tiga
pertanyaan :
Besaran fisis apa yang akan diukur ?
Prinsip transduser yang mana yang paling
baik digunakan untuk mengukur besaran ini?
Berapa ketelitian yang diinginkan pada
pengukuran ini ?



Berbagai faktor mempengaruhi ketelitian
diantaranya :

Parameter dasar transduser
Kondisi fisik
Kondisi sekeliling ( efek ketidaklinieraan, respon
frekuensi, efek histerisis)
Kondisi lingkungan (temperatur, getaran, percepatan)
Kesesuaian peralatan yang disertakan
( tahanan isolasi, penyesuaian impedansi)
SISTEM PENGUKURAN

SISTEM
merupakan kombinasi dari dua atau lebih elemen, sub sistem dan
bagian-bagian lain yang dibutuhkan untuk mengadakan satu atau
beberapa fungsi.

Fungsi sistem pengukuran
Mendapatkan data empiris dan objektif dari sejumlah sifat atau
kuantitas suatu objek untuk menggambarkan objek yang
bersangkutan.
Objektive : hasil pengukuran harus independent atau bebas dari
observer
Empiris : hasil pengukuran harus berdasarkan pada data yang
diperoleh dari eksperimen.
SISTEM INSTRUMENTASI
ELEKTRONIK
Terdiri dari sejumlah komponen yang secara bersama-sama
digunakan untuk melakukan suatu pengukuran dan mencatat
hasilnya.

Peralatan Masukkan
Signal Conditioning
Peralatan Keluaran
Karakteristik Statik pada Sistem
Pengukuran


Karakteristik Statik
Accuracy

Precision

Sensitivity
Repeatibility
Reproducibility

Linearity

Karakteristik statis pada sistem pengukuran
Accuracy
kualitas yang mengkarakteristik kapasitas dari alat ukur dalam
memberikan hasil yang mendekati nilai yang benar dari kuantitas
yang diukur

Precision
Kualitas yang mengkarakteristikan kemampuan alat ukur untuk
memberikan pembacaan yang sama ketika pengukuran dilakukan
berulang-ulang pada kuantitas yang sama dalam kondisi yang
sama

Sensitivity
perbandingan antara sinyal keluaran atau respon instrumen
terhadap perubahan masukkan atau variabel yang diukur


Karakteristik statis pada sistem pengukuran
Repeatability
kedekatan hasil yang berturut-turut diperoleh dengan metoda
yang sama dalam kondisi yang sama dan dalam interval waktu
yang singkat
Linearity
Keselarasan hubungan antara output dan input
Resolusi
Perubahan terkecil pada input yang dibutuhkan untuk
menghasilkan perubahan yang bisa terdeteksi pada output,
Potensiometer
Berbagai jenis sensor dapat digunakan untuk men-sensing jarak
yang ditempuh dari sebuah titik referensi.

Untuk jarak yang pendek berkisar beberapa milimeter atau
beberapa centimeter dapat digunakan transduser resistif,
kapasitif, dan induktif.

Sistem yang sangat sederhana untuk pendektesian jarak dapat
menggunakan potensiometer.

Potensiometer adalah peralatan resistif dengan kontak
pergeseran rotary atau linier yang berfungsi sebagai transduser
yang mengubah posisi mekanik menjadi besaran elektrik yang
merepresentasikan posisi tersebut.

Cara Kerja Potensiometer linier
.
Gbr a
Gbr b
Cara Kerja Potensiometer
Berdasarkan gambar b berarti ;
resistansi proporsional dengan pergerakkan wipper.
Asumsi pertama bahwa resistansi sepanjang L dalah
sama/seragam. Tetapi resistansi tidak benar-benar sama,
dimana dibatasi oleh kelinieran potensiometer.
Asumsi kedua kontak sliding memberikan variasi resistansi
yang kecil

Masalah utama dari metoda potensiometrik ini adalah range
potensiometer yang dibatasi oleh ukuran potensiometer yang
tersedia dan pergesekkan pada potensiometer merupakan
obstacle /penghambat bagi pergerakkan./perpindahan objek.
Presisi dapat dicapai tergantung pada seberapa linier lilitan
dapat dibuat.
Potensiometer
Resistansi R tanpa beban :

Resistansi R apabila ada beban
R
T
= Resistansi Potensiometer
R
L
= Resistansi Beban
= 0 s/d 1
;
( )
L T
L T
T
R R
R R
R R
+
+ =
o
o
o 1
( )
L T
i
L T
L T i
i
L T
L T
R R
E
R R
R R
R
E
E
R
E
I
R R
R R
I E
/ 1 1
;
0
0
o o
o
o
o
o
o
+
=
|
|
.
|

\
|
+
=
=
|
|
.
|

\
|
+
=
T T T
R
R
E
E
|
|
= =
0
= =
T
|
|
o
LVDT
(Linier Differential Variabel Transformer)
LVDT : suatu transduser elektromekanik yang dapat
mengkonversikan pergerakkan rectilinier dari suatu objek
menghasilkan keluaran elektrik yang sesuai dengan perpindahan
core

Linier : variasi tegangan secara linier sesuai dengan perubahan
posisi core.

Differential : tegangan keluaran LVDT merupakan differential
(beda) tegangan yang terjadi antara lilitan primer dengan lilitan
sekunder kiri dan lilitan primer dengan lilitan sekunder kanan.

Struktur internal transformer pada LVDT terdiri dari lilitan primer
yang diletakkan sebagai pusat antara sepasang lilitan sekunder
yang identik, ruang antara primer dan sekunder adalah simetris

STRUKTUR INTERNAL LVDT
STRUKTUR INTERNAL LVDT
Terdapat dua lilitan skunder kiri dan kanan dipisahkan oleh
sebuah lilitan primer yang menjadi pusatnya dan jarak lilitan
primer ke masing-masing lilitan sekunder adalah simetris

Core adalah elemen yang bergerak pada LVDT, berbentuk pipa
yang terpisah yang terbuat dari bahan yang memiliki
permeabilitas magnetik. Core bebas bergerak secara aksial
terhadap coil dan secara mekanik dikopelkan pada objek yang
akan diukur posisinya

Coil adalah lilitankan pada satu potong bentuk cekungan yang
terbuat dari polymer bertulang kaca yang memiliki kestabilan
suhu tinggi.

Diamankan dalam sebuah rumahan silinder yang terbuat dari
stainless stell.
KENAPA MENGGUNAKAN LVDT ?
Friction free operation
Tidak terdapat kontak fisik antara core yang bergerak dengan
struktur coil berarti LVDT merupakan peralatan yang tanpa gesek

Infinite Resolution
Sifat tanpa gesekkan dan digabungkan dengan prinsip induksi
menghasilkan karaktersitik resolusi yang tak terbatas (infinite
resolution). Hal ini dapat merespon pergerakkan yang sangat
cepat dari inti

Unlimited Mechanical Life
Tidak adanya gesekkan antara LVDT dan core menyebabkan
LVDT dapat digunakan untuk jangka waktu yang sangat lama
(infinite mechanical life).
KENAPA MENGUNAKAN LVDT
Single axis sensitivity
LVDT sensitif terhadap pergerakan core yang bersifat aksial)
tetapi tidak sensitif dengan pergerakkan core yang radial.

Separabel Coil ang core
Coil dan core terpisah maka interaksi yang ada hanya secara
magnetik sehingga dalam perancangan coil dan core dapat
dipisah dengan memasukan tabung non-magnetik tanpa
menggangu pergerakkan inti.

Environmentally Robust
Material dan teknik konstruksi yang dilakukan sewaktu
perancangan LVDT menghasilkan sensor yang tahan dan kuat
mengatasi berbagai jenis kondisi lingkungannya
KENAPA MENGGUNAKAN LVDT
Null Point Repeatibility
Posisi nul pada LVDT merupakan titik yang stabil dan dapat
berulang meskipun digunakan pada range temperatur yang
besar.

Fast Dynamic Response
Tidak adanya friksi yang terjadi selama operasinya
menyebabkan LVDT mampu memberikan respon yang cepat
terhadap perubahan posisi core

Absolut Output
Jika terjadi kehilangan daya maka posisi data yang diberikan
oleh LVDT tidak akan hilang. Ketika sistem pengukuran di
restar maka nilai keluaran LVDT akan tetap sama seperti
sebelum terjadi kerusakkan (kegagalan sistem)
Prinsip Transduser LVDT
Eksitasi primer : Lilitan primer diberi daya oleh arus AC dengan
amplitudo dan frekuensi yang sesuai. Tegangan akan diinduksikan ke
kedua lilitan sekunder

Lilitan-lilitan ini dihubungkan secara seri berlawanan sehingga kedua
tegangannya pun akan berlawanan polaritas

Tegangaan keluaran trasduser adalah beda antara kedua tegangan
diatas, yang mana akan nol jika core berada di posisi null.

Ketika core digerakkan dari pusat, maka tegangan induksi dalam coil
yang dituju akan meningkat seiring dengan peningkatan gerak core,
sedangkan tegangan induksi pada coil yang berlawanan akan
menurun.

Aksi ini akan menghasilkan perbedaan tegangan keluaran yang
bervariasi secara linier dengan perubahan posisi core
Prinsip Transduser
Prinsip Transduser
APLIKASI (Pengukuran Level Air)
STRAIN GAGES
Sifat umum strain Gages :
Strain gages merupakan sebuah transducer pasif
Strain gage tergolong sensor resistif
Strain gages memiliki faktor gages(G) yang
menjelaskan sensitivitas gage terhadap faktor luar.

= regangan dalam arah lateral

perbandingan perubahan resistansi (R) terhadap
resistansi semula (R) sama dengan faktor gage (Gf)
dikali elastisitas starin gage () :
STRAIN GAGES
Rumus dasar untuk resistansi dari sebuah kawat dengan luas
permuakaan , A, dan Resitivitas , ,


Besarnya perubahan resistansi juga dipengaruhi oleh material
penyusun strain gauge


A
L
R =
Prinsip kerja Strain Gauge
Figure . Wheatstone Bridge
Pada saat keadaan setimbang :
V
0
= 0
V
R3
= V
R2

R
1
/R
2
= R
4
/R
3
Pengkondisian Sinyal
Strain gage dihubungkan ke jembatan Wheastone
Metoda pengukuran menggunakan jembatan wheatstone
a. Rangkaian jembatan
Hanya menggunakan satu hambatan sebagai gage aktif, sementara
hambatan lainnya passive.
Nilai tegangan keluaran :
Vo =(V/4)(R
1
/R
1
)
=(V/4)(k.)

Figure rangkaian jembatan1/4
Jembatan Wheastone
b. Rangkaian Jembatan
Menggunakan 2 hambatan sebagai gage aktif. Sehingga
menghasilkan kondisi regangan yang spesifik.


Terdapat dua kondisi :
1. Kondisi Jembatan tidak seimbang (Bridge balanced)
2. Kondisi Jembatan seimbang( Bridge unbalanced
Jembatan Wheastone
1. Kondisi Jembatan Seimbang (Bridge Balanced)
Nilai perubahan hambatan pada kedua gage sama (peningkatan
nilai Rgage1& nilai Rgage2).
Menghasilkan kondisi regangan memanjang
Figure Rangkaian Bridge Balanced
Jembatan Wheastone
2. Kondisi Jembatan tidak Seimbang (Bridge Unbalanced)

Nilai perubahan pada kedua gage tidak sama(peningkatan nilai
Rgage1 dan Rgage2)
Menghasilkan kondisi regangan membengkok
Jembatan Wheastone
c. Rangkaian Jembatan Penuh
Menggunakan seluruh hambatan sebagai gage aktif
Regangan yang dihasilkan adalah tipe torsion (torsion disebabkan
karena nilai R1 dan R4 meningkat secara bersamaan dan R2 dan R3
menurun secara bersamaan.
(a)
(b)
Figure. Rangkaian Jembatan penuh (a)
Nilai Ekuivalen (b)
Jembatan Wheastone

Sangat ideal untuk suatu regangan dengan gaya kecil
Dirancang sebuah load ring sebagai aplikasinya


Figure sebuah load ring
Terdapat beberapa tipe :
Small displacement
Large displacement
Piezoelectric Crystal
Penggunaan Strain gage pada Force
transduser
Transduser Piezoelektrik
Piezoelectric transducer :
Transduser yang prinsip kerjanya berdasarkan adanya
muatan-muatan listrik dan pengubahan bentuk bahan-bahan
tertentu yang memiliki sifat-sifat piezoelektrik
Transduser piezoelektrik mengopelkan tenaga listrik dengan
tenaga mekanik sehingga banyak aplikasinya pada transduser
elektromekanik

Piezoelektrik
Sifat/kemampuan untuk membangkitkan tenaga listrik jika
dikenai gaya mekanik atau membangkitkan gaya mekanik jika
dikenai tegangan listrik.
Sifat Piezoelektrik ini terdapat pada kristal piezoelektrik dan
berkaitan dengan struktur kristal tersebut

Listrik yang terjangkit sebagai akibat adanya efek piezoelektrik
disebut Piezoelectricity
Transduser Piezoelektrik
Kristal Piezoelektrik
Kristal yang memperlihatkan adanya efek piezoelektrik pada
dirinya.
Sifat piezoelektrik terdapat pada semua hablur ferroelektrik,
beberapa hablur non ferroelektrik dan keramik
Bahan yang umum digunakan adalah : kristal Kwarsa, garam
Rochelle dan Titanat barium

Ferroelektrik
Material dielektrik seperti Titanat barium dan Garam Rochelle
yang secara listrik analog dengan material magnet
Material ini selain memiliki sifat piezoelektrik juga memiliki sifat
histerisisnya bila berada dalam medan listrik bolak-balik, sifat-
sifat ini dimanfaatkan sebagai pembangkit dan detektor
getaran sonar dan ultrason
Efek Piezoelektrik
Material yang menjadi berkutub listirk apabila ia diregang secara
mekanik.

Arah dan besar pengutupan tergantung kepada sifat dan besar
regangan tersebut

Dalam material piezoelektrik efek kebalikkannya dapat terjadi :
meregang secara mekanik apabila dikenai medan listrik

Besar efek Piezoelektrik bergantung kepada arah regangan
mekanik relatif terhadap sumbu-sumbu kristal

Sumbu-sumbu kristal ada 3 yaitu
Sumbu Y = sumbu Mekanik
Sumbu X = sumbu Elektrik
Sumbu Z = sumbu Optik
Efek maksimum diperoleh bila :
Regangan mekanik dikenakan di sepanjang sumbu Y
Tegangan elektrik dikenakan disepanjang sumbu X

Berdasarkan orientasi terhadap sumbu-sumbu kristal ada beberapa
tipe irisan yaitu :
Tipe X : irisan yang permukaan datarnya tegak lurus sumbu X
kristal aslinya
Tipe Y : irisan yang permukaan datarnya tegak lurus sumbu Y
kristal aslinya
Tipe GT, AT, BT, CT, DT, XY : irisan yang teriris pada besar
sudut tertentu
Masing-masing irisan memiliki sifat khusus tersendiri dalam hal
koefisien suhu dan frekuensi penggunaannya
Efek Piezoelektrik
Gambar sumbu piezoelektrik
Persamaan Piezoelektrik
Jika dielektriknya bukan material piezoelektrik maka :
Ketika suau gaya F diberikan dan menurut hukum Hooks dalam
range elastisitas E (modulus young) dihasilkan strain S sebesar :
S = s T ; { = /E } (1)
dimana : s = kelenturan = 1/E
T = tekanan (stress) = F/A

Ketika beda potensial diberikan antara kedua plat maka
dihasilkan medan listrik E ,sehingga :
D = E =
0
E + P .(2)
Dimana : D = Rapat fluks listrik
= Tetapan dielektrik ;
0
= 8.85 pF/m (Ruang Hampa)
P = Vektor Polarisasi
Persamaan Piezoelektrik
Jika material piezoelektrik digunakan diantara dua plat maka :
Hubungan kuantitas mekanik dan kuantitas elektrik ( medan,
tekanan dan lain-lain dalam arah yang sama) ketika diberikan
gaya F adalah :
D = dT +
T
E (3)
S = s
E
T + dE (4)
Dimana :d = koefisien muatan piezoelektrik

T
= Permitivitas pada tekanan tetap
s
E
= Kelenturan pada medan elektris tetap
Jadi pada piezoelektrik terdapat ;
strain berkaitan dengan medan listrik
Muatan listrik berkaitan dengan tekanan mekanik
Jika area permukaan tidak berubah dibawah tekanan yang
diterapkan maka d = d, dengan dimensi C/N
Persamaan Piezoelektrik
Jika persamaan (3) diselesaikan untuk mendapatkan E (medan
listrik) maka :
E = ( D /
T
) ( Td /
T
) = ( D /
T
) gT;
g = d /
T
= koefisien tegangan piezoelektrik

Jika persamaan (4) diselesaikan untuk mendapatkan T (tekanan)
maka :
T = ( S / s
E
) (dE / s
E
) = c
E
S eE
e = d/ s
E
= koefisien tekanan piezoelektrik

Parameter lain yang digunakan untuk menggambarkan efek
piezoelektrik adalah koefisien coupling elektromekanik :
k = ( d
2
/
T
s
E
)
1/2


Latihan : Titanate dengan d = -44 pC/N,
T
= 660
0
, e = -4.4 C/m
2
dan
s
E
= 1/ ( 100 Gpa ), untuk kubus dengan sisi 1 cm, diberikan
gaya 1000 N maka berapa medan listrik dan pertambahan
panjang yang terjadi ?
Pembentukkan Piezoelektrik

Compacted
Monocrystal
Compacted
Monocrystal
Compacted
Monocrystal
Polarisasi
:
:
:
:
Suhu
dipanaskan
Medan
Listrik
Piezoelektrik didinginkan
Medan
Listrik
Piezoelektrik material
Piezoelektrik keramik menampilkan kelebihan :
High thermal
Physical stability
Dapat di pabrikasi dalam berbagai bentuk yang berbeda
Memiliki range nilai sifat-sifat/karakteristik yang lebih luas (
konstanta dielektrik, koefisien piezoelektrik, temperatur
curie,dll)
Kekurangan : sensitivif terhadap temperatur parameter dan rentan
atas hilangannya sifat piezoelectric ketika mendekati temperatur
curie
Keramik yang paling umum digunakan adalah PZT (lead Zirconate
titanate, Barium tianat dan lead niobate
Jika tidak memungkinkan menggunakan material padat maka
jenis polymer yang umum digunakan adalah Polyvinylidene
Flouride (PVF
2
atau PVDF).
Untuk meningkatkan sifat mekanik sensor piezoelektrik maka
digunakan material piezoelektrik campuran
Sifat dalam aplikasi :
kekurangan diantaranya :
Koefisien piezoelektrik sensitivif terhadap temperatur diatas
temperatur curie semua material akan kehilangan sifat
piezoelektriknya. Temperatur ini berbeda untuk setiap material
Impedansi output material piezoelektrik sangat tinggi (
kapasitansi kecil dengan resistansi bocor yang sangat besar
tapi tidak pernah tak hingga) sehingga dalam pengukuran
sinyal yang dihasilkan harus menggunakan penguatan.

Keuntungan piezoelektrik :
Sensitivitas tinggi
Biaya murah
Kekakuan mekanik sangat tinggi ( sifat yang diinginkan ) karena
dapat mengalami perubahan bentuk yang lebih kecil dari
1mikrometer, sehingga cocok untuk pengukuran gaya dan
tekanan
Prinsip transduser









q = muatan yang dibangkitkan
a = tergantung dari karakteristik piezoelektrik
F = gaya yang diberikan pada piezoelektrik
k
s
= perubahan panjang per unit gaya yang diberikan
Jika redaman pada sistem diabaikan maka sistem akan memiliki
frekuensi dimana sistem tersebut bergetar secara alami. Frekuensi
natural sebesar :
Getaran
gaya
piezoelektrik
Muatan
q = a F k
s

Charge
Amplifier
Tegangan
m
k
s
n
= e
Aplikasi
Keuntungan
Piezoelektrik
Sensors
Sensitivitasnya tinggi, biasanya
pada harga rendah
Stiffness mekaniknya tinggi.
Aplikasi sederhana untuk efek piezoelektrik
Kasus a Tidak ada gaya yang digunakan tetapi hanya
tegangan V. Regangan dihasilkan. T = 0 ,
untuk small displacement
Kasus b Piringan metalik di short sircuit dan gaya
digunakan. Polarisasi timbul karena muatan
elektrik pindah dari piringan satu ke lain, untuk
gaya, getaran, tekanan
Kasus c
Perubahan nol karena gaya F digunakan hanya
untuk menggantikan medan E yang mengacu
pada tegangan yang digunakan. S=0
Kasus d
Open sircuit. Tidak mungkin mengirim
banyak muatan dari satu piringan ke yang
lain. D=0
+ + + + + + + +
- - - - - - - - - - - -
-
+
t
+
-
V
- - - - - - - - - - - - -
+ + + + + + + +
-
+
t
F
F
+ + + + + + + +
- - - - - - - - - - - - -
+
-
V
F
F
-
+
t
F
F
+
-
V
Transduser Temperatur
Transduser Temperatur
Sensor Resistive Generating sensor
Thermistor
Resistive
Temperature
Detector
Thermocouple
Pyroelektrik
Bimetal
Bimetal dibentuk dari penyatuan dua permukaan metal yang
memiliki nilai koefisien ekpansi yang berbeda.
Koefisien ekpansi adalah perubahan panjang per derajat perubahan
temperatur. Pada semua metal nilai ini positif.
Pembengkokkan ini sering digunakan untuk operasi pensaklaran
(switch contacts), biasanya satu strip membawa satu kontak.

Bimetal pada Thermostat
Tipe konvensional dari bimetal dengan elemen strip ini masih
ditemukan dalam aplikasi thermostat (alat pengatur panas).

Thermistor
Thermistor berasal dari Thermally sensitive Resistor
Thermistor berdasarkan pada resistansi semikonduktor yang
tergantung pada temperatur. Jika temperatur naik, maka untuk
koefisien negatif resistansi akan turun dan untuk koefisien positif
resistansi akan naik
Thermistor
Negative Temperature
Coeficient Thermistor
Positive Temperature
Coeficient Thermistor
THERMOELECTRIC EFFECT
Sensor thermoelektric didasarkan pada 2 efek reversible yang
berlawanan dengan efek Joule yang irreversible.
Seebeck
effect
Thomas J. Seebeck (1822)
Dalam sebuah rangkaian dengan 2 logam
berbeda A dan B, dimana memiliki 2 junction
dengan temperatur berbeda, maka arus
listrik akan dibangkitkan (konversi dari
energi thermal ke energi listrik).
Efek Seebek pada thermocouple
A
B
T
T + T
A
B
T
T + T
V
Efek Peltier
Jean C. A. Peltier (1834)
Pemanasan dan pendinginan
sebuah junction dari 2 logam
berbeda ketika arus listrik
mengalirinya.
Peltier Effect: Ketika arus melalui rangkaian
thermocouple, maka salah satu junction dingin dan
junction yang lain hangat.
Efek
Thomson
William Thomson (1847 1854)
Penyerapan atau pelepasan
panas dalam sebuah konduktor
homogen dengan temperatur
tidak homogen ketika arus
mengalirinya.
Efek Thomson: Ketika arus mengalir sepanjang konduktor dengan
temperatur yang non homogen, maka panas akan diserap atau dilepas.
Exposed junction
pengukuran statik atau
dalam aliran gas nonkorosif
dimana dibutuhkan waktu
respon yang cepat.
Enclosed junction
untuk lingkungan korosif
(merusak) dimana
dibutuhkan isolasi elektrik
untuk thermocouple.
Junctionnya dibungkus dan
diisolasi dengan semacam
konduktor yang tahan panas
seperti oli, raksa, atau
bubuk metalik. Grounded junction
memungkinkan mengukur
temperatur statik atau
temperatur dalam aliran
cairan/gas korosif.Junctionnya
disolder kebungkus pelindung
sehingga respon thermal akan
lebih cepat dari pada
diisolasi.
Isolated thermocouple
untuk ground yang
rentan noise.
TIPE-TIPE JUNCTION
THERMOCOUPLE
HUKUM HUKUM THERMOCOUPLE
Law of
homogeneous
circuits
Tidaklah mungkin untuk
mempertahankan sebuah arus
thermoelektric dalam sebuah
rangkaian yang dibangun oleh
sebuah logam homogen hanya
dengan memberikan panas
Law of
intermediate
metals
Jumlah secara aljabar dari semua ggl dalam
rangkaian yang disusun oleh beberapa logam
berbeda akan tetap 0 sepanjang seluruh rangkaian
berada pada suhu yang seragam. Implikasinya
adalah sebuah material dapat dimasukkan ke dalam
rangkaian tanpa menambah kesalahan apapun,
karena junction baru yang terbentuk juga berada
pada temperatur yang sama.
Law of
successive or
intermediate
temperature
Jika 2 logam homogen menimbulkan sebuah
ggl E
1
ketika junction-nya pada suhu T
1
dan
T
2
, dan sebuah ggl E
2
ketika junction-nya
pada suhu T
2
dan T
3
, maka ggl ketika junction
pada suhu T
1
dan T
3
akan menjadi E
1
+ E
2

(Figure 6.9). Ini berarti, sebagai contoh, tidak
dibutuhkan temperatur acuan 0 C.
Temperatur lain pun bisa diterima.
Alternatif Cold Junction pada Rangkaian Thermocouple
Solution => Dengan mencelupkannya pada Es
yang mencair (0
o
C)

Akurasi
Tinggi
Perawatan teratur dan
Biaya Besar
1)
Solution => dengan meletakkannya pada Elemen Pendingin
( Oven Bersuhu tetap)
Biaya besar untuk
kabel sambungan
2)
Solution => dengan membagi cold junction menjadi
2 buah junction dan meletakkannya pada
temperatur konstan. Pada solusi ini dapat digunakan
kabel biasa (tembaga)
Biaya tetap besar untuk
kebutuhan temperatur
acuan yang tetap
3)
4)
Solution => dengan pembebasan junction acuan untuk mengalami
fluktuasi temperatur lingkungan, tetapi pada waktu yang sama
dilakukan pengukuran fluktuasi oleh sensor temperatur lain yang
berada dekat junction acuan.
SENSOR VARIASI REAKTANSI DAN
ELEKTROMAGNETIK
SENSOR KAPASITIF
Kapasitor Variabel
Kapasitor terdiri dari 2 bahan konduktor listrik yang terpisah
oleh bahan dielektrik, berupa : padat, Cairan,Gas Hampa
udara

Persamaan Matematis



Q = muatan
V = beda potensial antara 2 keping konduktor
C = kapasitansi

Q
C
V
=
Contoh untuk 2 kapasitor:
d


Besar kapasitansinya :
. .
r
A
C
d
o
e e =
0 = konstanta dielektrik ruang hampa = 8,85 pF/m
r = konstanta dielektrik relative
A = lebar konduktor
d = jarak antar konduktor
Energi pada kapasitor :

2
1
2
E CV =
Gaya yang dibutuhkan untuk menggerakkan 2 piringan
konduktor F :

2
2
1 .
2
A
F V
d
e
=
Sebagai sensor pemindahan mekanis yang
memiliki kelasahan/error pembebanan minimum,.
Memiliki stabilitas tinggi.
Tidak terlalu berpengaruh pada perubahan suhu
dibanding sensor resistif
Resolusi pengukuran tinggi.
Tidak menghasilkan medan magnet atau medan
listrik yang tinggi.
Keuntungan Sensor Kapasitif :
4.1.2. Kapasitor Diferensial
Terdiri dari dua kapasitor variabel tetapi dengan arah
yang berbeda, outputnya linear dan menambah sensitivitas
dibanding kapasitor tunggal.

AC
c1
c2
x
v1
v2
1
A
c
d x
e
=
+
2
A
c
d x
e
=
-
2
1
1 2
2
C d x
V V V
C C d
+
= =
+
1
2
1 2
2
C d x
V V V
C C d
-
= =
+
SENSOR ELEKTROMAGNETIK
Sensor berdasarkan Hukum Faraday
e = GGL/tegangan
= fluks listrik

d
e N
dt
f
= -
Karakteristik sensor elektromagnetik terdiri dari satu atau dua
variabel kapasitor atau dari satu atau dua variabel induktansi.
Sensor ini menghasilkan perubahan medan magnet atau listrik tanpa
mengubah induktansi atau kapasitansinya
Prinsip kerja tachometer AC sama dengan prinsip
pada generator.Tegangan yang dihasilkan, yaitu
. . . .sin e N B A t w w =
B = kerapatan fluks listrik
= kecepatan sudut konstan
Sensor Kecepatan Linier
(LVS-Linear Velocity Sensors) : digunakan untuk mengukur kecepatan
linier
Persamaan matematis:

b
e
v
=
e = tegangan pada konduktor
v = kecepatan
Tachometer :
Flowmeter Elektromagnet
Merupakan cairan konduktif yang bergerak dalam medan
magnet akibat 2 kumparan luar.
elektroda
conduit
lining
elektronagnetik flowmeter
Sensor Efek Hall
Efek Hall terjadi karena perbedaan potensial listrik
pada sisi konduktor atau semikonduktor dengan arus listrik
ketika medan magnet tegak lurus dengan arus listrik.
Persamaan matematis :
.
.
H
H
V t
A
I B
=
AH = koefisien Hall
VH = tegangan Hall
t = ketebalan bahan
I = arus primer
B = Kerapatan fluks listrik
Keuntungan:
1. Tidak terpengaruh terhadap kotoran debu, kelembaban atau getaran.
2. karakteristik selalu konstan.

The Pyroelectric Effect
analog dengan efek piezoelektrik
Ada tiga proses yaitu penyerapan intensitas radiasi,
perubahan temperatur menyebabkan perubahan
polarisasi secara spontan dan menghasilkan arus listrik
Ketika perubahan temperatur seragam melalui bahan, efek ini dapat
digambarkan dengan persamaan :
P = pT, P = polarisasi spontan
p = koefisien pyroelektrik
The Pyroelectric Materials
Linear: Turmalin, Litium sulfat, Cadmium dan Selenium Sulfit. polarisasi
tak bisa diubah dengan membalikkan medan magnet
ferroelektrik : Litium Tantalat, Stronsium dan Barium Niobate Triglisin
Sulfat, dll
Radiation Law:Planck, Wien and
Stefan-Boltzman
berhubungan dengan radiasi sebuah benda hitam (benda yang
menyerap energi yang mengenainya).
Energy yang dipancarkan oleh sebuah benda hitam per waktu, per
luas didefinisikan sebagai emisifitas . Emisifitas sebuah benda hitam
sempurna adalah sebesar, =1. Energy yang dipancarkan oleh
sebuah benda hitam per waktu, per luas pada suatu panjang
gelombang tertentu dirumuskan oleh planck dengan:
W
=
c
1
W.cm
2
/m
[
5
[exp (c
2
/T) 1]

c
1
= 2c
2
h = 3,74 x 10
4
W.m
4
/cm
2

c = hc/k = 1,44 cm.K
h = 0,655 x 10
-33
W.s
2
,
konstanta Planck
k =1,372 x 10
-22
W.s/K,
konstanta Boltzmann
c~3 x 10
8
m/s,
kecepatan cahaya
menemukan ada hubungan antara panjang
gelombang dengan Intensitas radiasi sebuah
benda pada suhu tertentu.
Wien menemukan adanya pergeseran pada
masing-masing puncak intensitas (maksimum)
terhadap panjang gelombang untuk suatu suhu
tertentu.
Semakin tinggi suhu suatu benda, maka puncak
intensitas maksimumnya semakin tinggi pula
Wilhelm
wien
Stefan dan Boltzman menyatakan bahwa semakin tinggi suhu suatu
benda maka makin besar energi yang diradiasikannya.
E = T
4
E = Energi yang dipancarkan pada suatu luasan
= Konstata Boltzmann 5,76x10
-12
,W/cm
2
K
4


T = Suhu Mutlak ,K
Application
Efek ini digunakan untuk mendeteksi radiasi termal pada suhu
kamar. Contoh : pada pyrometer, Radiometer, IR Analizer
SENSOR DIGITAL
Input analog menghasilkan output digital Berdasarkan pada fenomena osilasi fisik
Penyandi Posisi Sensor Frekuensi Variabel
Quartz Digital Thermometers
Vibrating Wire Srain Gages
Vibrating Cylinder Sensor
SAW Sensor
Digital Flowmeter
Incremental Position Encoder
Absolute Position Encoder
I ncremental Position Encoders

Penyandi ini terdiri atas sebuah mistar linier atau sebuah
piringan inersia rendah yang digerakkan oleh bagian yang
posisinya akan ditentukan, termasuk 2 tipe sektor yang memiliki
sebuah properti untuk membedakan keduanya.

1.2. Absolute Position Encoders


Penyandi ini menggunakan sebuah glass disk yang diberi
tanda dengan suatu pola track yang konsentris. Pancaran
cahaya yang terpisah dikirimkan melalui setiap track ke
masing-masing photo sensor yang akan menghasilkan 1 bit
pada output digital.

Keuntungan dan Kerugian
Incremental Position Encoders
+ Lebih murah
dibandingkan penyandi
absolut.
- Outputnya merupakan
pulsa untuk setiap
perubahan yang hanya
memberikan posisi relatif.
Absolute Position Encoders
+ Outputnya dalam bentuk digital
dan selalu memberikan posisi
absolut
+ Kebal terhadap interupsi dan
interferensi elektromagnet.
- Relatif lebih mahal karena
membutuhkan reading head
yang lebih kompleks
- Reading element-nya harus
ditempatkan dengan
sempurna agar tidak
memberikan data yang salah.

SENSOR FREKUENSI VARIABEL
Sensor ini bekerja berdasarkan fenomena resonansi fisik
dimana menghasilkan frekuensi output yang bergantung
pada kuantitas fisik dengan memperhatikan efek dari
frekuensi osilasi.

Quartz DigitalThermometers
Termometer kuarsa digital ini bekerja berdasarkan koefisien
temperatur pada osilator kuarsa piezoelektrik.
Vibrating Wire Strain Gages
Frekuensi osilasi melintang terendah untuk kawat bergetar
adalah :



Dimana l = panjang
f = gaya mekanik
m = berat jenis massa longitudinal(mass/length)

Pada vibrating wire gages, vibrasi melintang dibangkitkan oleh
arus pulsa yang diterapkan pada kumparan, yang kemudian
digunakan untuk mendeteksi frekuensi vibrasi.




2 / 1
2
1
|
.
|

\
|
=
M
F
l
f
Vibrating Cylinder Sensor
Frekuensi osilasi pada vibrating
cylinder sensor ini bergantung
pada dimensi, material, dan
massa dinding silinder.Dengan
menggunakan elektromagnetik
driver untuk menjaga osilasi
sistem, maka memungkinkan
untuk mengukur perbedaan
tegangan diantara kedua sisi
silinder yang disebabkan oleh
tekanan mekanis.
Aplikasi yang biasa digunakan
untuk prinsip pengukuran pada
alat ini adalah pengukuran
berat jenis cairan yang
mengalir.

Pengkondisian Sinyal untuk sensor resistif
Pengukuran Resistansi

Persamaan umum sensor berdasarkan variasi dari harga
resistansi dari variabel yang diukur (x), dimana
R = Ro f(x), diasumsikan f(0) = 1.

Untuk kasus hubungan linear, didapatkan persamaan:
R = Ro (1+x)
Disebut linear, karena persamaan tersebut berorde 1,
dimana R sebanding ( jika R naik, maka Ro juga naik ).
Range harga dari x sangat tergantung pada tipe sensor
dan range harga untuk banyaknya yang diukur.
Pengukuran Resistansi

Ada dua batasan yang harus dipenuhi oleh sensor resistif :
Tiap sensor membutuhkan supply listrik untuk menghasilkan.
sinyal keluaran,
Supply ini memiliki magnitude yang berpengaruh terhadap sinyal
output

Metoda pengukuran resistansi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
Metoda defleksi
Pada metoda ini yang diukur :
tegangan jatuh pada resistansi atau
arus pada resistansi atau
kedua-duanya yang diukur.
Metoda Null
Berdasarkan pengukuran jembatan
Pengukuran Resistansi

Metoda Two-reading.
Dengan menempatkan resistor stabil (diketahui nilainya) seri dengan
resistor yang tidak diketahui. Pertama mengukur tegangan pada
resistor yang diketahui, kedua mengukur tegangan pada resistor yang
tidak diketahui selanjutnya dibandingkan sehingga didapatkan nilai
resistor yang tidak diketahui :
Pembacaan 1: Pembacaan 2 : Didapatkan



Rs = Resistorstabil
Rx = Resistor yang tidak diketahui
V = Tegangan sumber
Rs
Rx Rs
V
Vs
+
=
Rx Rs
VRx
Vx
+
=
Vs
Vx
Rs Rx =
PEMBAGI TEGANGAN : Potensiometer







Pada rangkaian dibawah ini terdapat persamaan sebagai berikut :
Vo = V(1-x)
= V Vx = Vtotal Vvariabel x
Ro = Rnx (1-x)
= Rnx Rnx2



yang merupakan rumus pembagi tegangan
Error absolut e :
e =( Vm Vo) / V = [-x (1 x)
2
]/ [k + x (1-x)]
Rm
Rm x Rnx
x V
Vm
+

=
) 1 (
) 1 (
ekivalen dengan :
Rm
Rm Ro
Vo
+
=
PEMBAGI TEGANGAN : Aplikasi Thermistor
Persamaan umum dari thermistor:
R
T
= Ro exp [ B (1/T 1/To) ] = Ro f(T)
Dimana temperatur dalam Kelvin.
Persaman ini menunjukkan keadaan yang tidak linear dan bisa
dijadikan linear dengan menggunakan pembagian tegangan.



Dimana : R
T
= Resistansi Thermistor
R = Resistansi (yang diketahui nilainya) seri
dengan resistansi Thermistor
V = Tegangan Sumber
Vo = Tegangan yang terbaca pada resistansi R

RT R
R
V Vo
+
=
JEMBATAN WHEATSONE : METODE SEIMBANG








R
1

R
2

R
3

R
4

i
G
c
d
b
a
E
2 2 1 1
R I R I =

3 1
2 1
R R
E
I I
+
= =
3 1
2 1
R R
E
I I
+
= =
4 2
2
3 1
1
R R
R
R R
R
+
=
+
3 2 4 1
R R R R =
Jika R4 tidak diketahui, tahanannya Rx dapat dinyatakan oleh tahanan-tahanan
yang lain, yaitu:

1
2
3
R
R
R R
x
=
Pemecahan persoalan rangkaian jembatan pada ketidaksetimbangan didekati
dengan mengubah jembatan Wheatstone Gambar 1 ke penggantinya
Thevenin.
R
1
R
2

R
3
R
4

R
b

C
d
a
b
JEMBATAN WHEATSTONE : METODE DEFLEKSI
Sensitivitas dan Linieritas
V
R
1
R
2

R
4

R
3
=Ro(1+x
)
i
Vo
I
2

I
1

( )( ) x k k R
V
xR
V
S
k
+ + +
= =
1 1
1
0 0
0
Kalibrasi Jembatan Sensor
V
R
1

R
2

R
4

R
3

Vo
|
|
.
|

\
|
+ = =
0 0
0
0
0
1
R
R
R
V
xR
V
S
c
Perbedaan dan Rata-rata Alat Ukur Kompensasi
V
kR
0

kR
0

R
0
(1+X
2
)
R
0
(1+X
1
)
Vo
( )
( )
2 1 2 0
1
x x
k
k
V V
+
~
V
kR
0

kR
0

R
0

Vo
Power Supply Dari Jembatan Wheatstone
( )( ) x k k
kx
V V
+ + +
=
1 1
0
ACQUISITION DATA
.
10.2 STRUKTUR SISTEM
TELEMETRI
TELEMETRI AMPLITUDE
Telemetri Tegangan
Metode yang paling sederhana untuk mentransmisikan informasi yang
berhubungan dengan banyaknya variabel yang akan diukur adalah
dengan mengkonversi sinyal keluaran sensor kedalam suatu tegangan
yang nilainya sebanding, kemudian menghubungkan tegangan ini ke
suatu saluran dua kawat dan mengukur tegangan pada penerima,
seperti pada gambar
Telemetri Arus

Sebagian dari keterbatasan telemetri tegangan bisa diatasi
dengan mengkonversi kuantitas yang diukur menjadi arus yang
nilainya sebanding , yang dikirim ke line penghubung.
Pada receiver, arus ini akan dideteksi dengan mengukur
tegangan jatuh yang melewati resistor.
Gambar berikut ini menunjukkan sistem telemetri arus yang
berdasarkan kepada current to voltage converter pada ujung
receiver.
Time Division Multiplexing(TDM)
Sistem TDM ini menggunakan saluran dan frekuensi tunggal,
dimana tiap sinyal data ditempatkan pada slot waktu.

System TDM adalah system serial karena sinyal dari masing-
masing user berurutan dalam time slot.

Metoda multiplexing ini biasa digunakan pada system akuisisi
data, juga merupakan cara yang umum digunakan untuk
multiplexing sinyal digital

Setiap sinyal informasi yang berbeda di-sampling pada waktu
yang berbeda, kemudian dilakukan teknik modulasi pulsa ( :
PCM)

Anda mungkin juga menyukai